Pendahuluan Artritis reumatoid juvenil juga dikenal de- ngan beberapa sinonirn Pain bergantung pada sentra yang rnempergunakannya. Misalnya Stills disease adalah istilah yang digunakan di Inggris, sedangkan nama juvenile rheumatoid arthritis lebih umum dikenai di Amerika Serikat, dan di beberapa negara di Eropa dikenal de- ngan nama juvenile chronic arthritis. Artritis reurnatoid juvenil rnerupakan suatu bentuk lain atau varian artritis reumatoid yang terdapat pada anak-.anak sebelum puber- tas atau sebelum berusia 16 tahun. Jarang sekali tirnbul sebePum usia enarn buPan. Ter- dapat banyak persamaan dengan tipe dewasa di samping beberapa perbedaan. Data mengenai artritis reumatoid juvenil di Indonesisa yang resmi belum ada, jadi bahan yang ditulis ml merupakan data yang berasal dan rumah sakit Dr. Soetomo, Surabaya, di- sertal data pribadi yang dikumpulkan oleh penulis. Sejarah Artritis reumatoid juvenil pertama kali dibahas oleh Cornil pads tahun 1864 berth- sarkan 35 kasus yang pemah dipublikasikan dan 3 kasus yang ditemukannya sendiri. Diamentberger pada tahun 1890 mengatakan bahwa artritis mi pada permulaannya sebagian besar rnenyerang sendi-sendi besar, seringkali bersifat akut dengan perjalanan penyakit inter- miten, dan umurnnya disertai dengan ganggu- an pertumbuhan. Penyakit mi mempunyai prognosis yang lebih baik daripada bentuk dewasa. Pada tahun 1897. George Frederick Stilt membahas gejala-gejala lain yang tirnbul pada penyakit mi yaitu panas tinggi, perikar- ditis, Pimfadenopati dan splenomegali. Epidemlologi Data rnengenai prevalensi penyakitartritis reumatoid juvenil sedikit sekali, Padahal artritis reurnatoid juvenil bukanlab merupakan penya- kit yang jarang karena penyakit mi dapat terjadi pada semua anak tanpa perkecualian bangsa atau iklim. Di Amerika Serikat, 5% dan semua kasus artritis reumatoid dimulai pada waktu anak-anak, Di Indonesia angka kejadiannya sampal saat mi belum diketahui dengan pasti. Di rumah sakit Dr. Soetomo, Surabaya, dan salah satu rumah sakit swasta Surabaya, selama periode 1 Januari 1979- 3OApriI 1985, ditemukan sebanyak 21 kasus terdiri dan anak wanita 6 orang dan anak pria 15 orang. Etiologi dan Patogenesis Baik etiologi den patogenesis artritis reumatoid juvenil sampai saat mi belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa dugaan taktor etiologi yang akhir-akhir mi sedang dise- lidiki antara Pain infeksi, autoirnunitas, trauma, sfress psikologik, hereditas. Mikoplasma dan virus sering disebut sebagai faktor infeksi (rubella, hepatitis virus B). Defisiensi IgA setek- tifdangamaglobulinemiaakhir-akhir mi disebut juga sebagai salah satu etiologi artritis reuma- toid juvenil. Trauma pada sendi sering menda-~ hului artritis pada sendi tersebut, demikian juga stress psikologis dalarn keluarga, tidak jarang diikuti dengan timbulnya artritis. Penyelidikan Stasuy dan Fink membukdkan bahwa antigen 72 HLA erat hubungannya dengan artritis reumatoid juvenil. Gejala Kilnis Gejala Prodromal Pada aloanamnesis ditemukan kaku pagi han, malaise setelah aktivitas lisis, nyeri sendi pada malam han. Pada periode ni pasien senng rnenjadi pemarah, tidak mau jaPan. Dikenal 3 tipe pada permulaan (onset) penyakit, yaltu: 1. Poliartikular. Bila 5 sendi atau Iebih yang terserang. 2. Oligoartikular atau pausiartikular. Bila 4 sendi atau kurang yang terserang, dan biasanya mengenai sendi lutut. 3. Sistemik Ditandal dengan panas yang intermiten (39C),ikut terserangnya organ viseral seperti limfadenopati, hepatomegali, serta leukositosis. Poliartikular Permulaan kelainan mi kadang-kadang bersifat akut, tetapi sering juga pertahan-lahan tapi progresif. Yang menonjol ialah artritis yang diderita tidak begitu nyeri seperti pada orang dewasa. Sendi-sendi yang terserang tidak hanya sendi besar seperti sendi Putut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, tetapi juga sendi-sendi kecil di tangan dan kaki. Biasanya simetnis, tetapi kadang-kadang asimetris dan ada katanya mengadakandeviasi ke ulna pada stadium lanjut. Terserangnya vertebra servikat juga sering dijumpai, dan yang terkenal adalah sendi apofiseal. Pernah dijumpai seorang pasien berumur 8 tahun dengan spondilolis. tesis C 2-C3. Oligoartikutar atau Pausiartikular Sendi-sendi yang diserang adalah sendi besar, terutama sendi lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan dan siku. Gejala sistemik tidak menonjol, rneskipun beberapa pasien mengalami demam subfebril, malaise dan anemia pada periode aktif. Permulaan (onset) Sistemik Yang khas di sini ialah demarnyang inter- miten. Rheumatoid rash yang disebut sebagai tanda diagnostik di negana-negara Barat, di In- donesia belum pernah ada laporan resmi. Biasanya artritis pada tipe mi berupa poliartiku- lar, yang dapat timbul setelah mendenita demam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kelainanviseral yang dapat dijumpai ada- lah hepatosplenomegali, limfadenopati (ser- vikal, aksilar, epitroklear), dan perikarditis. Manifestasi Ekstraartlkular Jantung Kadang-kadang ditemukan perikarditis yang seningkali tanpa disertal keluhan (sub. klinis), dan dapattenjadi pada setiap saatdalam perjalanan artritis reumatoid Juvenhl. Ke lainan mi senngkali hilang timbul sinkron dengan ek- saserbasi sistemik penyakitnya. Miokarditis jarang ditemukan, walaupun pernah dilaporkan adanya nodul reumatoid di salah satu katup jantung dan penkard viseral. Paru Fibrosis paru interstisial yang difus jarang ditemukan. Pada tipe sistemik kadang-kadang ditemukan pneumonitis dan pleuritis. Sistem Sanaf Pusat Sistem saraf pusat jarang terkena; faktor. faktor yang mempengaruhi terkenanya sistem saraf pusat ialah intoksikasi salisilat, infeksi virus dan febris. Ginjal Kelainan pada ginjal umumnya berupa glomerulonefritis. Pada perjalanan artritis reumatoid juvenil kadang-kadang tidak ada keluhan walaupun terjadi hematuria yang inter- miten. Gejala mi harus dibedakan dengan hematuria pada nefropati analgesik. Tendon dan Otot Kelainan pada tendon dan otot berupa tenosmnovitis dan miositis. Biasanya dijumpam pada pergelangan tangan dan pergelangani kaki. Nodul Reumatoid Subkutan Biasanya ditemukan pada yang sero- positif; di Indonesia jarang sekali dilaporkan mengenai adariya kelainan mi. 73 Mata Pada mata paling sening dijumpai uveitis non-granulomatosis. Kelainan mi dapat menyebabkan kebutaan terutama terjadi pada anak wanita pada permulaan penyakit dengan oligoartnitis dan uji anti-nuclear antibody(ANA) ppsitif. Kelainan mi mungkin timbul secara per- lahan-lahan, asmintomatik; karena itu diperlukan pemeriksaan oftatmologik rutin pada interval waktu tertentu. Gangguan Pertumbuhan Pertumbuhan yang lambat merupakan ciii khas. Pada stadium aktif pertumbuhan tinier bertangsung lambat, demikian juga dengan pertumbuhan tanda seks sekunder, Gangguan pertumbuhan tulang temporomandibular meng- akibatkan mikrognatia. Gangguan pertumbuh- an sekunder yang mengenai lutut, menyebab- kan terjadinya perbedaan panjang pada kedua tungkai, sedangkan padajani-jari tangan dapat mengakibatkan bradidaktili seluruh tangan atau salah satu jan. Patologi Patologi artnitis reumatoid juvenil sama seperti artnitis reurnatoid pada orang dewasa. Hipertrofi lapisan sinovial mengakibatkan ter- bentuknya vili-vili. Pada jaringan subsinovial tenjadi edema, hiperemia, infiltrasi sel-sel tim- fosit dan plasma, sehingga terbentuklah pan- nus. Jaringan tulang rawan dan sekitarnya mengalami erosi dan destruksi yang progresif, dan pada stadium akhir terjadi defonmitas, sub- luksasi, ankilosis fibrosa dan ankilosis tulang. Laboratorium Kelainan-kelainan laboratorium yang ditemukan pada artnitis reumatoid juvenil ialah: a. Anemia normositik hipokrom b. Leukositosis : 30.000- 50.000 leukosit/mm 3 c. Laju endapdarah (LED) meningkat; nilai mi dapat dipakai sebagal tolok ukur aktivitas penyakit. d. Uji C reactiveprotein (CRP) meningkat, erat hubungannya dengan aktivitas penyakit. e. Elektroforesis protein serum menunjukkan peningkatan gama globulin dan alfa2 globulin. f. Kadar imunoglobulmn meningkat, juga titer antibodi virus meningkat. g. Uji aglutinasm terhadap faktor reumatoid (uji lateks dan uji Rose Waalea) positif pada sebagian kecil, tenutama anak-anak berusia di atas 7tahun dengan nodul neumatoid dan artnitis yang erosif. Biasanya hasil peng- ujian yang positif menunjukkan prognosis yang jelek. h. Uji ANA (antinuclearantibody) posmtif terutama pads tipe oligoartritis dengan uveitis. i. Set LE positif pada sebagian kecil pasien; biasanya pada permulaan penyakit dan ber- sitat sementara, j. Serologic typing HLA Dw7 dan Dwii positif pada 46% pasien HLA Dw4 yang khas untuk artritis reumatoid jarang ditemukan. k. Cairan sinovial menunjukkan tanda-tanda infeksi, kadar glukosa rendah, faktor reumatoid kadang-kadang positif. I. Unmn Proteinuria seningkali ditemukan bila ada demam. Bila protein terus berlangsung, dicurigai adanya amiloidosis. Bila terdapat hematunia yang intermiten, dipikirkan kemungkinan adanya glomenulo- nefnitis, efek samping obat atau lupus eritema- tosus sistemik. Radiologi Pada stadium dini terdapat pembengkak- an jaringan lunak, osteoporosis ringan pada juksta artikular, pembentukan tulang banu di peniosteum, penutupan epifisis yang prematur. Pada stadium lanjut terlihat erosi mar- ginal, penyempitan ruang antar sendi, sub- lukasi atlanto aksial yang khas, fusi sendi apofisial, terutama C2-C3. Pada kasus yang berat terdapat fusi sakroiliakal. Selanjutnya dijumpai osteoporosis umum, yang dapat rnenyebabkan terjadinya berbagai macam fraktur. Diagnosis Diagnosisantnitis reumatoid juvenml sening- kali adalah diagnosis per eksklusmonum. Kritenia diagnostik dan klasifikasi yang telah diperbaiki dapat dilihat pada tabel 1: 74 Tabel 1. Knlterla Diagnosla Untuk KIasifIkasi Artrltls Reumatold Juvenil Yang termasuk dalam kefompok obatanti- inflamasi nonsteroid iatah: 1. Umur waktu mulai sak~kurang dart 16 tahun 2. Artritis pada satu atau lebih sendi yang diteritu- kan berdasarkan tarida pembengkakan atau penambahan cairan dalam sendi, atau ditaridal oleh satu atau Iebih tanda-tanda berupa berku- rangnya keleluasaan gerak sendi, nyeri sendl waktu digerakkan dan perabaan panas di per. mukaan sendi 3. Lamanya sakit berlangsung 4 minggu sampai 3 bulan 4. Gambaran penyakit selama 4 sampai 6 bulan pertama yang digolongkanke dalam: a. Poliartritis bita 5 seridi atau leblh terserang b. Oligoartrltis bila4 sendlatau kurangterserang c. Penyaklt sisternik bila diternukan panas inter- miten dan rheumatoid rash, artritis, kelainan viseral (hepatosplenomegali, Iim~ ladenopati dan sebagainya). 5. Meriyingkirkan penyaklt reumatoid Ialnnya. Modifikasi dan Brewer, E.J. Jr. dkk. Bull. Rheum. Dis. 23: 712, 1972. Pengobatan Pengobatan pada artnitis reumatoid juvenil merupakan pengobatan suportif, tidak kuratif, dengan tujuan: 1. rnengendalikan gejala-gejala klinis 2. mencegah deformitas Pertama-tama diperlukan diet tinggi kalori, tinggi protein, dengan cukup vitamin. Obat yang dibenikan Obat-obat yang dapat diberikan iatah: Sailsilat Diberikan pada sernua umur. Indikasi pemberian bila ada nyeri, kaku dan inflamasi sendi. Efeknya baik dan cepat. Dosis : 75-1 30 mg/kg/han. Efek samping yang timbul berupa iritasi gastrointestinal, perdarahan lambung, saucy- lism dengan gejalalemas (lethargy), hiperpnea, tinitus, dan hepatitis. Obat-obat Antl-lntlamasl Nonsterold lndikasi pembenan obat golongan mi bila ada nyeni, kaku dan inflamasi sendi pada pasien berumur 14 tahun ke atas. 1. Natrium Diklofenak Dosis : 2-3 x 50 mg/hart Efek samping yang timbul umumnya berupa iritasi/perdarahan gastrointestinal. 2. Naproksen Dosis : 2-3 x 250 mg/hart Efek samping juga berperan iniasi/per- darahan gastrointestinal 3. Indometasin Dosis : 2-3 x 25 mg/hart Efek samping selain initasi/perdarahan gastrointestinal juga menimbulkan pusing. 4. Meklofenamat Dosis : 2-3 x 100 mg/hart Efek samping juga berupa initasi/per- darahan gastrointestinal Preparat-preparat Kortikoaterold Prednison Indikasi penggunaan prednison bila pem. benian obat-obat anti- inflamasi nonsteroid tidak menolong. Dosis biasanya dimulal dengan dosis penuh 60 mg/han dalam 3 x dosis, talu diturunkan secara berangsur-angsur hingga mencapai dosis pemeliharaan 5 mg/han. Elek samping menimbulkan pentumbuhan menjadi terlambat, osteoporosis, infeksi, reten- Si air, hipertensi, katarak, sindrom Gushing. Preparat Emas dan Penisliamin lrtdikasi penggunaan preparat emas dan penisilamin adalah bila obat-obat yang lazim seperti tersebut di atas tidak menolong. Obat golongart mi mahal dan saat mi di Indonesia masih sukar diperoleh. Terapl FIsts Hal yang penting adalah memberi keterangan pada orang tua tentang sifat dan perjalanan penyakit mi dantujuan pengobatan. Seningkali prognosis artritis reumatoid juvenil baik. Terapi fisis dan pemasarigan bidai rnem- punyai tujuan 75 1. mempertahankan fungsi sendi 2. mencegah deformitas Pada peniode akut dibeni istirahat lokal den umum di bawah pengasawan; pemanasan Iokal dibenikan bila keadaan akut telah mereda sebagai persiapan latihan. Sebaiknya latihart fists dimulai sedini mungkin untuk menghindani tenjadinya atrofi otot. Berilah anak-anak mi kebebasan aktivitas danbermain, tetapi hindani kelelahan yang berlebihan dan nyeni sendi. Gerakan-gerakan yang balk ialah bersepeda dan berenang. Operasi Ortopedis Operasi yang dilakukan ialah sinovek- tomi, tenosinovektomi, total joint replacement pada artikulasi koksae, dan pembedahan kos- metik pada mikrognatia. Perjalanan Penyakit dan Prognosis Di Amenika Serikat dikatakan prognosis pada umumnya baik, 70-90% sembuh tanpa cacat. Di Indonesia sening dijumpai prognosis yang dubia ad malam (sening menimbulkan cacat). Sebagian besar pasien-pasien ml mengalami artnitis yang kambuh berulang (rekuren). Hubungan ripe Serangan Penyaklt Dengan Perjalanan Penyakit Pada tipe poliartikular, akhirnya fungsi sendi menjadi jelek; pada tipe oligoartikular, fungsi sendi tetap baik, tetapi pada tipe ml biasanya banyak menderita uveitis. Pada tipe sistemik seningkalt prognosis jelek. Prognosis jelek biasanya juga terjadi pada keadaan-keadaan sebagal benikut yaitu tipe poliartikular, adanya erosi sendi, gejala- gejala sistemik, faktor reumatoid positif, nodul subkutan, artritis artikulaslo koksae. Amiloidosis jarang dijumpai, diagnosis ditentukan dengan biopsi rektal. Penyebab kematian biasanya akibat gagal ginjal kronik. Daftar Pustaka 1. Calabro JJ : Juvenile rheumatoid arthritIs. In Hollander JL, McCarty Jr DJ, Arthritis and Allied ConditIons. 8th ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1976; 387. 2. Cassldy JT: Juvenile rheumatoid arthritis. In Kelly WN, Harris Jr, ED Ruddy S, Sledge CB, Textbook of Rheumatology. Vol II Two Volume set, WB Saunders Company Philadelphia - Lon- don-Toronto, 1981; 1279. 3. GilIlatand BC, Mannik M: Rheumatoidarthritis. In: HarrIsons Principles of Internal Medicine. 10th ed, A5ian Student, Mc Gnaw Hill International Book Company,1983; 1977. 4. Krupp MA, Chatton MJ : Juvenile rheumatoid arthritis. In: Krupp MA, Chatton MJ. Current Medi- cal Diagnosis &Treatment. Maruse Asean, Lange Medical Publications, Maruzen Asian (Pte) Ltd, 1981, 5. Leatemla SP: Pola Penyakit Rematik di PotikIlnik Rematologi Bagian Ilmu Penyakkt Dalam R.S. Dr. Soetomo Surabaya. KaryaAkhir untuk mendapat- ken tanda keahlian Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian retrospcktif selama 3 tahun : 1 Jan 1979-31 Des 1981. 6. Schaller JG and Wedgood RJ: Rheumatic dl- sease. In : Vaughan and McKay (eds), Nelson Text Book of PediatrIcs. 10th ed, WB Saunders & Co, PhiladelphIa-London-Toronto, 1975; 522. 7. Schaller JG, Ochs HD, Thomas ED, Nisperos B, Feigl P and Wedgwood RJ : Histocompatibility antigens in childhood onset arthritis. J of Pediatrics 1976; 88: 926. 8. Steatny P, Flink CW: Different HLA-D associa- tions in adult and juvenile rheumatoid arthritis. J Clin Invest 1979; 63; 124.