Anda di halaman 1dari 10

Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur

5
BAB II
GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

2.1 Tinjauan Umum

Daerah penelitian secara regional terletak pada Cekungan Tarakan.
Cekungan Tarakan merupakan cekungan sedimentasi berumur Tersier yang
terletak di bagian timurlaut Kalimantan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian
Samporna di bagian Utara, Tinggian Kuching di bagian barat, Tinggian
Mangkalihat di selatan, dan membuka ke arah timur sampai Laut Sulawesi
(Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Cekungan Tarakan (Achmad and Samuel, 1984)
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


6
Cekungan Tarakan dapat dibagi menjadi 4 subcekungan yaitu
Subcekungan Tarakan, Tidung, Berau, dan Muara (Tossin dan Kadir, 1996;
Achmad and Samuel, 1984). Tinggian Suikerbrood terbentuk pada umur Oligosen
Akhir (Achmad and Samuel, 1984), yang memisahkan Subcekungan Muara dan
Berau, sedangkan Subcekungan Berau dan Tidung dipisahkan oleh Tinggian
Sekatak. Subcekungan Tarakan berkembang sampai ke lepas pantai.

2.2 Tatanan Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional dapat dibagi menjadi endapan pra-Tersier, Tersier, dan
Kuarter. Batuan pra-Tersier tertua dinamakan Formasi Danau, tersusun atas
batuan yang telah mengalami tektonik kuat dan batuan metamorf dengan
ketebalan yang signifikan, dengan umur yang masih menjadi perdebatan antara
Perm Karbon atau Jura Kapur (Marks, 1957 op. cit. Achmad and Samuel,
1984).
Formasi Sembakung terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Danau, memiliki umur Eosen Tengah (Achmad and Samuel, 1984). Pada bagian
bawah, formasi ini terdiri atas batupasir merah dengan konglomerat. Pada bagian
atas, terdiri dari batulumpur yang kaya karbon dan fosil, miskin mika, yang
dinamakan Malio Mudstone (Achmad and Samuel, 1984). Formasi Sembakung
dan Formasi Danau merupakan batuan dasar dari Cekungan Tarakan.
Tatanan stratigrafi di atas batuan dasar dari tua muda dapat dibagi
menjadi 5 siklus sedimentasi menurut Achmad and Samuel, 1984 (Gambar 2.2),
yaitu siklus 1 (Eosen Akhir Oligosen Akhir), siklus 2 (Miosen Awal Miosen
Tengah), siklus 3 (Miosen Tengah Miosen Akhir), siklus 4 (Pliosen), dan siklus
5 (Kuarter). Penjelasan untuk masing-masing siklus sedimentasi adalah sebagai
berikut:

Siklus 1
Siklus sedimentasi ini terdiri dari Formasi Sujau, Mangkabua, dan Seilor,
yang terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Danau atau Sembakung
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


7
dengan lingkungan pengendapan littoral laut dangkal berumur Eosen Akhir
Oligosen Awal (Biantoro et al., 1996; Hidayati et al., 2007). Siklus sedimentasi
ini diakhiri oleh proses pengangkatan dan vulkanisme.

Siklus 2
Siklus sedimentasi yang kedua dimulai dengan diendapkannya Formasi
Tempilan secara tidak selaras di atas Formasi Mangkabua. Kemudian terjadi
transgresi regional yang diikuti oleh pengendapan Formasi Tabalar secara selaras
di atas Formasi Tempilan dan secara lokal diendapkan tidak selaras di atas
Formasi Seilor. Formasi Tabalar berangsur berubah menjadi Formasi Birang pada
cekungan bagian selatan dan menjadi Formasi Mesalai atau Naintupo pada
cekungan bagian utara.

Siklus 3
Siklus ini dimulai proses pengendapan deltaik yang berprogradasi dari
barat timur. Pada cekungan bagian selatan, siklus ini dimulai dengan
pengendapan Formasi Latih secara tidak selaras di atas Formasi Birang, yang
diikuti oleh pengendapan Formasi Menumbar secara selaras di atas Formasi Latih
dan secara tidak selaras di atas Formasi Birang pada Subcekungan Muara. Pada
cekungan bagian utara, siklus ini menghasilkan Formasi Meliat, Tabul, dan Santul
yang terendapkan pada fase regresi lingkungan deltaik transisi.

Siklus 4
Pada siklus ini diendapkan Formasi Sajau secara selaras di atas Formasi
Menumbar, sedangkan Formasi Tarakan menindih secara tidak selaras formasi
yang lebih tua. Formasi Sajau terdapat pada Subcekungan Muara dan berubah
menjadi Formasi Domaring ke arah barat. Formasi Tarakan berkembang pada
Subcekungan Tidung dan Tarakan. Ke arah timur, formasi ini berubah secara
berangsur menjadi serpih dan batugamping.
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


8

G
a
m
b
a
r

2
.
2

K
o
l
o
m

t
e
k
t
o
n
o
s
t
r
a
t
i
g
r
a
f
i

C
e
k
u
n
g
a
n

T
a
r
a
k
a
n

(
A
c
h
m
a
d

a
n
d

S
a
m
u
e
l
,

1
9
8
4
;

L
e
n
t
i
n
i

a
n
d

D
a
r
m
a
n
,

1
9
9
6
)

Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


9
Siklus 5
Pada siklus ini diendapkan Formasi Bunyu secara tidak selaras di atas
Formasi Tarakan. Formasi Bunyu diendapkan pada lingkungan upper deltaic
plain fluvial dan pada lingkungan non deltaic akan terendapkan Formasi Waru.

2.3 Struktur Geologi Regional

Pola struktur dan perkembangan tektonik selama Zaman Tersier di
Kalimantan diwarnai dengan pembentukan cekungan sedimentasi, kegiatan
magmatik serta deformasi yang didominasi dan bersumber dari gerak-gerak lateral
melalui sesar-sesar yang umumnya merupakan pengaktifan kembali sesar-sesar
tua yang terdapat dalam batuan dasar (Asikin, 2002).
Secara umum struktur geologi Cekungan Tarakan (Gambar 2.3) dikontrol
oleh pola sesar yang berarah relatif timurlaut - baratdaya dan pola lipatan dengan
arah umum baratlaut tenggara. Struktur tersebut terbentuk akibat ekstensi pada
umur Eosen Miosen Awal dan tereaktivasi akibat kompresi selama Miosen
Tengah sekarang.

2.4 Sejarah Tektonik

Pembentukan Cekungan Tarakan dan proses pengendapan pada cekungan
ini tidak terlepas dari gejala tektonik yang ada. Secara umum, sejarah tektonik
cekungan ini dapat dibagi menjadi 3 fase selama Tersier Kuarter, yaitu Eosen
Tengah Miosen Tengah, Miosen Tengah Pliosen, dan Pliosen Resen. Berikut
ini adalah sejarah tektonik dari Cekungan Tarakan dari tua muda berdasarkan
Lentini and Darman, 1996:
Eosen Tengah Miosen Tengah
Pada akhir Eosen Tengah, dimulai pembentukan cekungan yang
bersamaan dengan pembentukan Laut Sulawesi akibat proses pemekaran antara
Sulawesi bagian barat dan utara dengan Kalimantan bagian timur (Hamilton, 1979
op. cit. Lentini and Darman, 1996). Ekstensi dan penurunan cekungan dimulai
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


10
pada Eosen Tengah Akhir dan berhenti pada Miosen Tengah (Burollet and Salle,
1981 op. cit. Lentini and Darman, 1996; Situmorang, 1983 op. cit. Lentini and
Darman, 1996).
Fase tektonik ekstensi ini membuka Cekungan Tarakan ke arah timur,
yang diindikasikan oleh kehadiran blok sesar enechelon dengan kemiringan ke
arah timur. Pembukaan dari Laut Sulawesi ini diinterpretasikan berhubungan
dengan peristiwa tektonik yang sama dengan tektonik yang membuka Laut Cina
Selatan (Rangin, 1991 op. cit. Lentini and Darman, 1996).

Gambar 2.3 Struktur geologi Cekungan Tarakan (Netherwood and Wight, 1992)
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


11
Miosen Tengah Pliosen
Cekungan Tarakan pada umur ini secara tektonik lebih stabil dengan
sedimentasi deltaik dari barat menuju timur (Lentini and Darman, 1996). Selama
fase ini, kombinasi antara penurunan cekungan dan sesar tumbuh menciptakan
ruang akomodasi untuk pertambahan volume dari endapan deltaik (Lentini and
Darman, 1996). Namun, progradasi endapan deltaik dari barat ke timur (Achmad
and Samuel, 1984) menunjukkan adanya peningkatan suplai sedimen dari
Tinggian Kuching. Pengangkatan yang menyebabkan terjadinya peningkatan
suplai sedimen disebabkan akibat kompresi.

Pliosen Resen
Fase tektonik terakhir menghasilkan lipatan berarah relatif baratlaut
tenggara. Lima lipatan utama, dari utara ke selatan urutannya adalah lipatan
Sebatik, Ahus, Bunyu, Tarakan, dan Latih. Struktur ini dibentuk akibat kompresi
yang berarah timurlaut baratdaya.

2.5 Geologi Subcekungan Tarakan

Daerah penelitian terletak pada Subcekungan Tarakan, yang dibatasi oleh
Subcekungan Tidung di sebelah utara, Subcekungan Berau dan Muara di sebelah
selatan, serta Tinggian Kuching di sebelah barat. Cekungan membuka sampai
Laut Sulawesi. Berdasarkan data pemboran yang ada, formasi tertua yang dapat
ditembus oleh bor adalah Formasi Seilor. Urutan stratigrafi dari tua muda adalah
sebagai berikut (Gambar 2.2):

Formasi Seilor
Proses pemekaran Laut Sulawesi pada akhir dari Eosen Tengah terus
berjalan bersamaan dengan pengangkatan pada bagian barat Subcekungan
Tarakan, dan mengontrol siklus sedimentasi pada daerah ini. Pengangkatan
tersebut diikuti proses erosi dan dimulai pengendapan Seilor, yang terendapkan
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


12
secara tidak selaras di atas formasi yang lebih tua (Biantoro et al., 1996; Hidayati
et al., 2007).
Formasi Seilor didominasi oleh batugamping dan membentuk paparan
karbonat. Secara lokal, batugamping mengandung dolomit terutama jika kontak
dengan batuan di atasnya adalah erosional. Kehadiran Nummulites, Eulepidina,
dan Lepidocyclina mengindikasikan umur formasi ini adalah Oligosen Awal
(Achmad and Samuel, 1984).

Formasi Mangkabua
Formasi Mangkabua diendapkan secara selaras di atas Formasi Seilor,
yang dicirikan oleh napal masif dan tebal. Pada formasi ini, hadir Nummulites
fichteli yang mengindikasikan umur Oligosen (Marks, 1957 op. cit. Achmad and
Samuel, 1984). Kebanyakan formasi ini mengalami erosi yang terjadi pada
pengangkatan Oligosen Akhir (Achmad and Samuel, 1984).

Formasi Tempilan
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Mangkabua,
tersusun atas perselingan batupasir, tuf, serpih, dan lapisan batubara. Foraminifera
besar yang hadir adalah Lepidocyclina dan Heterostegina, yang mengindikasikan
umur Oligosen Akhir (van der Vlerk, 1925 op. cit. Achmad and Samuel, 1984).
Distribusi dari formasi ini belum diketahui secara jelas, kemungkinan
terakumulasi pada depresi atau graben secara lokal (Achmad and Samuel, 1984).

Formasi Tabalar
Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Tempilan. Formasi ini
didominasi oleh batugamping dan berumur Oligosen Akhir Miosen Awal,
merepresentasikan paparan karbonat dengan perkembangan lokal terumbu
(Achmad and Samuel, 1984). Batugamping mengandung Lepidocyclina dan
Nummulites (Achmad and Samuel, 1984). Ke arah barat, batugamping Tabalar
berangsur berubah menjadi perselingan napal, batugamping, dan serpih yang
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


13
dinamakan Formasi Mesalai atau merupakan bagian bawah dari Formasi Naintupo
(Marks, 1957 op. cit. Achmad and Samuel, 1984).

Formasi Naintupo
Formasi Naintupo diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Tabalar,
terdiri dari serpih, napal, dan lapisan batugamping kaya foram plankton (Leopold,
1928 op. cit. Achmad and Samuel, 1984). Umur Formasi ini berumur Miosen
Awal Tengah berdasarkan kehadiran foraminifera plankton (Achmad and
Samuel, 1984). Pengendapan Formasi Naintupo diakhiri oleh pengangkatan dan
berakhirnya fase ekstensi.

Formasi Meliat
Formasi Meliat diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Naintupo
(Achmad and Samuel, 1984). Formasi ini terdiri dari batupasir halus kasar,
serpih, dan batubara dan merupakan awal dari sedimentasi deltaik (Achmad and
Samuel, 1984).

Formasi Tabul dan Santul
Formasi Tabul diendapkan secara selaras di atas Formasi Meliat dan
secara lokal tidak selaras di atas Formasi Naintupo, terdiri dari batupasir,
batulanau, dan sisipan serpih, berumur Miosen Tengah Akhir (Baggelaar, 1951
op. cit. Achmad and Samuel, 1984). Formasi Tabul bagian atas setara dan dapat
dibedakan sebagai Formasi Santul pada Subcekungan Tarakan (Baggelaar, 1951
op. cit. Achmad and Samuel, 1984, Lentini and Darman, 1996).
Formasi Santul terdiri dari perselingan batupasir, batulanau, dan
batulempung disertai kehadiran lapisan batubara tipis dengan tebal 1 2 m.
Batupasir dicirikan oleh warna abu-abu muda putih, berukuran butir sangat
halus sedang, pemilahan sedang baik, menyudut tanggung membundar
tanggung, mineral kuarsa, fragmen batubara, terkadang fragmen batuan vulkanik,
pirit jarang, secara lokal terdapat nodul batugamping dengan matriks lempung dan
ketebalan batupasir 2 25 m (Pertamina Medco Simenggaris, 2002).
Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur


14
Batulempung sendiri cenderung lengket sedangkan laminasi batubara seringkali
hadir diantaranya. Batubara memiliki warna hitam kecoklatan. Batuan
vulkanoklastik yang dinamakan tuf Sijin hadir secara lokal di Formasi Santul, dan
berdasarkan penentuan umur absolut berumur Miosen Akhir (Achmad and Samuel,
1984). Ke arah cekungan (basinward), Formasi Tabul dan Santul secara lateral
berubah menjadi serpih, napal, dan batugamping.

Formasi Tarakan
Formasi Tarakan diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Santul,
disusun oleh batupasir, serpih, dan sisipan batubara berumur Pliosen (Achmad and
Samuel, 1984). Ke arah timur, formasi ini berubah secara berangsur menjadi
serpih dan batugamping.

Formasi Bunyu
Formasi Bunyu terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Tarakan
selama transgresi pada umur Pleistosen, terdiri dari batupasir, serpih, dan sisipan
lignit (Achmad and Samuel, 1984).

Anda mungkin juga menyukai