FRAKTUR MAXILLOFACIAL
2.2 Etiologi
Ada banyak faktor etiologi yang menyebabkan fraktur maksilofasial itu
dapat terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan
akibat olah raga, kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari
tindakan kekerasan, tetapi penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu
lintas.4,5,6
Terjadinya kecelakaan lalu lintas ini biasanya sering terjadi pada
pengendara sepeda motor. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian tentang
keselamatan jiwa mereka pada saat mengendarai sepeda motor di jalan raya,
seperti tidak menggunakan pelindung kepala (helm), kecepatan dan rendahnya
kesadaran tentang beretika lalu lintas. Sosin, Sak dan Holmgreen (1990),
dalam studi mortalitas Pusat Nasional Statistik Kesehatan data dari 19791986, menemukan bahwa 53% dari 28.749 pengendara sepeda motor yang
tidak menggunakan helm meninggal karena cidera kepala yang mereka
alami.2,7
suturanya,
yakni
sutura
zigomatikofrontal,
sutura
mengakibatkan
pemisahan
tersebut,
cukup
kuat
untuk
palpasi dapat terlihat adanya luka robek pada daerah frontal hidung, edema,
hematom, dan tulang hidung yang bergerak dan remuk. Pada pemeriksaan
intra oral, pemeriksaan dilakukan secara visualisasi dan palpasi. Secara
visualisasi dapat terlihat adanya deformitas yang berlanjut, deviasi pada
tulang hidung, ekhimosis dan laserasi. Sedangkan secara palpasi terdapat
bunyi yang khas pada tulang hidung. Selanjutnya pemeriksaan fraktur nasal
kompleks dilakukan dengan foto rontgen dengan proyeksi Water, CT Scan,
Helical CT dan pemeriksaan foto roentgen dengan proyeksi dari atas
hidung.10,16
2.4.4.1 Le Fort I
Pemeriksaan klinis pada fraktur Le Fort I dilakukan dalam dua
pemeriksaan yakni secara ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan
ekstra oral, pemeriksaan dilakukan dengan visualisasi dan palpasi. Secara
visualisasi dapat terlihat adanya edema pada bibir atas dan ekimosis.
Sedangkan secara palpasi terdapat bergeraknya lengkung rahang atas.
Pada pemeriksaan intra oral, pemeriksaan dilakukan secara visualisasi
dan palpasi. Secara visualisasi dapat terlihat adanya open bite anterior.
Sedangkan secara palpasi terdapat rasa nyeri. Selanjutnya pemeriksaan
fraktur Le Fort I dilakukan dengan foto rontgen dengan proyeksi wajah
anterolateral.13,16
2.4.4.2 Le Fort II
Pemeriksaan klinis pada fraktur Le Fort II dilakukan dalam dua
pemeriksaan yakni secara ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan
2.5 Perawatan
Perawatan pada masing-masing fraktur maksilofasial itu berbeda satu
sama lain. Oleh sebab itu perawatannya akan dibahas satu per satu pada
masing-masing fraktur maksilofasial. Tetapi sebelum perawatan defenitif
dilakukan, maka hal yang pertama sekali dilakukan adalah penanganan
kegawatdaruratan yakni berupa pertolongan pertama (bantuan hidup dasar)
yang dikenal dengan singkatan ABC. Apabila terdapat perdarahan aktif pada
pasien,
maka
hal
yang
harus
dilakukan
adalah
hentikanlah
dulu
perdarahannya. Bila pasien mengeluh nyeri maka dapat diberi analgetik untuk
membantu menghilangkan rasa nyeri. Setelah penanganan kegawatdaruratan
tersebut dilaksanakan, maka perawatan defenitif dapat dilakukan.17,18,19
2.6 Prognosis
Jika terapi dan operasi perbaikan utuk memulihkan bentuk dilakukan
dalam waktu 1 minggu setelah cedera/trauma maka prognosis baik. Jika
penderita mempunyai penyakit kronik atau osteoporosis maka penyembuhan
menjadi masalah.2
Trauma kendaraa sepeda motor atau luka tembak sebagai contoh, dapat
menyebabkan trauma berat pada wajah sehingga membutuhkan prosedur
bedah multiple dan membutuhkan perawatan lama. Laserasi jaringan lunak
karena bekas luka biasanya dapat diatasi dengan lebih maksimal oleh ahli
bedah plastik.2
2.7 Pencegahan
Perlengkapan keselamatan dengan helm (pengaman kepala) yang
melindungi
sampai
maxillofacial.2
rahang
bawah
dapat
untuk
mencegah
trauma
DAFTAR PUSTAKA
12. Truong AQ, Strong EB, Dublin AB. 2012. Lateral Pterygoid Fracture Can
Predict a Mandible Fracture. Otolaryngology, Head and Neck Surgery.
Vol 147, pp 128.
13. Archer KA, Kopp, Goyal P, Kellman RM, Suryadevara A. 2013.
Comparison of Complication Rates with and without Arch Bar Use in
Treatment of Mandible Fractures. Vol 149, pp 36.
14. Saigal, K., Ronald S. Winokur., et al. 2005. Use of Three-Dimensional
Computerized Tomography Reconstruction in Complex Facial Trauma.
Facial Plastic Surgery, Volume 21, Nomor 3, pp. 214-219
15. Kamulegeya A, Lakor F, Kabenge K. 2009. Oral Maxillofacial Fractures
Seen At A Ugandan Tertiary Hospital: A Six-Month Prospective Study.
Oral Maxillofacial Unit Of The Department Of Dentistry, Mulago
Hospital, Complex Mulago Hill. Clinics; 64(9): 843848
16. Kumar YR, Chaudhary Z, Sharma P. 2012. Spiral intermaxillary fixation.
Craniomaxillofac Trauma Reconstruction; 5:978
17. David B, Coen PD. Management of zygomatic-maxilarry fracture ( The
principles of diagnosis and surgical treatment with a case illustration).
2008. DentJ Vol 41: 77-83
18. Lee SJ, Lee HP, Tse KM, Cheong EC, Lim SP. 2012. Computer-aided
design and rapid prototypingassisted contouring of costal cartilage graft
for facial reconstructive surgery. Craniomaxillofac Trauma
Reconstruction; 5:7582
19. Krausz AA, Abu el-Naaj, Barak M. 2009. Maxillofacial trauma patient:
coping with the difficult airway. World Journal of Emergency Surgery;
4:21
20. Tucker MR, Ochs MW. 2003. Management of facial fractures. Dalam :
Peterson lj et al. contemporary oral and maxillofacial surgery. St louis:
mosby co.
21. Prasetiyono A. 2005. Penanganan fraktur arkus dan kompleks
zigomatikus. Indonesian journal of oral and maxillofacial surgeons; 1: 4150.
22. Col PK, MajGen M. 2009. Management of Zygomatic Complex fracture
in Armed Forces. MJAFI 2209;65 :128-130.
23. Ellis E. 2005. fractures of the zygomatic complex and arch. Dalam :
fonseca rj et al. oral and maxillofacial trauma. St. louis : Elsevier.
24. Piombino P, Iaconetta G, Ciccarelli R, Romeo A, Spinzia A, Califano L.
2010. Repair of Orbital Floor Fractures: Our Experience and New
Technical Findings. Craniomaxillofac Trauma Reconstruction;3:217222.
25. Manolidis S, Weeks B H, Kirby M, Scarlett M, Hollier L. 2002.
Classification and surgical management of orbital fractures: experience
with 111 orbital reconstructions. J Craniofac Surg.;13:726737.
26. Tong L, Bauer R J, Buchman S R. 2001. A current 10-year retrospective
survey of 199 surgically treated orbital floor fractures in a nonurban
tertiary care center. Plast Reconstr Surg.;108:612621.
27. Macewen CJ. 2009. Occular Injury. Ninewells Hospital and Medical
School, Dundee, U.K.
28. Chalya PL, Mchembe, Mabula JB, Kanumba ES, Gilyoma. 2011.
Etiological spectrum, injury characteristics and treatment outcome of
maxillofacial injuries in a Tanzanian teaching hospital. Journal of Trauma
Management & Outcomes; 5:7
29. Koshy JC, Feldman, Chike-Obi CJ, Bullocks JM. 2010. Pearls of
Mandibular Trauma Management. Semin Plast Surg;24:357374.
30. Yadavalli G, Hema Mythily P, NS Jayaprased. 2011. Clinical Evaluation
of Mandibula Angle Fractures with Teeth in Fracture Line, treated with
Stable Internal Fixation. Indian J stomatol; 2 (4) : 216-21.
31. Arslan DE, Solakoglu AG, Komut E, et al. 2014. Assesment of
maxillofacial trauma in emergency department. World Journal of
Emergency Surgery, 9:13.