Gambaran
Umum
Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas seluruh
wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 km, hampir 40
juta orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 atau
sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia, terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta km2
dan wilayah laut territorial 3,1 juta km2. Luas wilayah perairan Indonesia tersebut telah diakui sebagai
Wawasan
Nusantara
oleh
United
Nation
Convention
of
The
Sea
(UNCLOS,
1982).
Wilayah pantai dan laut Indonesia yang selain luas merupakan peluang dan sekaligus tantangan
karena dengan semakin terbatasnya sumberdaya mineral dan energi di darat dan faktor resiko
kerusakan lingkungan di darat jauh lebih besar maka perhatian kegiatan riset geologi dan geofisika
ditujukan ke laut sebagai harapan dimasa datang yang dapat mengungkapkan berbagai kekayaan
sumberdaya mineral dan energi.
Fisiografi
Dasar
Laut
Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu: [1]daerah Paparan
Sunda terletak di bagian barat Indonesia; [2] Paparan Sahul di bagian timur Indonesia dan; [3] zona
transisi. Paparan Sunda meliputi daerah-daerah perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut
Jawa dengan kedalaman rata-rata mencapai 120 meter membentuk paparan sedimen yang tebal
dengan penyebaran yang cukup luas. Paparan Sahul meliputi daerah-daerah di selatan Laut Banda
dan Laut Aru. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh sistem benua Australia, sehingga sedimen di
daerah ini ditafsirkan sebagai sedimen asal kontinen Australia. Sedangkan daerah transisi meliputi
daerah-daerah
perairan
Laut
Sulawesi,
Laut
Maluku,
Laut
Banda
dan
Laut
Flores.
Perbedaan yang menyolok antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur adalah batas
antara kaduanya barimpit dangan apa yang semula disebut sebagai garis wallace (wallace line).
Garis ini, yang membujur dengan arah utara-selatan melalui Selat Makasar dan Selat Lombok (antara
P. Bali dan P. Lombok), semula adalah suatu garis yang mumbatasi fauna dan flora yang berbeda
antara bagian timur dan barat, tetapi garis ini ternyata juga mamperlihatkan bentuk fisiografi yang
barbeda.
Dari kenampakkan fisiografi wilayah laut Indonesia maka dapat ditafsirkan secara geologi bahwa
perkembangan tektonik antara Indonesia bagian barat dan bagian timur mempunyai perbedaan.
Indonesia bagian barat terdiri dari beberapa pulau-pulau besar di mana antara pulau satu dengan
lainnya dipisahkan oleh laut dangkal serta mempunyai tatanan tektonik yang lebih saderhana apabila
dibandingkan dengan Indonesia bagian timur yang terdiri dari sederetan pulau pulau berbentuk busur
lengkung dengan perbedaan bentuk relief yang sangat menonjol dan dipisahkan oleh laut dalam,
yang mempunyai palung-palung dalam dan pegunungan yang tinggi sehingga mempunyai tatanan
tektonik lebih rumit.
Morfologi
Dasar
Laut
Panorama permukaan dasar laut atau morfologi merupakan gambaran dasar laut sebagaimana yang
ada di daratan, seperti kenampakkan dari : pegunungan, gunung api, lereng, dataran, lembah, parit
dan channel. Bentuk morfologi tersebut, umumnya berkaitan dengan proses-proses geologi dari
pembentukan dan perkembangannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara kelompok.
Berdasarkan peta batimetri Indonesia, pola batimetri yang berkembang memperlihatkan morfologi
dasar lautnya mengikuti garis pantai dan pola hasil tektonik (Gambar 1: Peta Batimetri Indonesia). Di
sekitar Paparan sunda (Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa) berkembang morfologi
paparan yang mengikuti garis pantai. Sedangkan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memperlihatkan
kedalaman yang besar, mulai 2000 meter (Timor Trough) hingga lebih 7000 meter (Cekungan
Weber). Pada umumnya cekungan di KTI yang terbentuk sangat bervariasi dan terisi oleh sedimen
laut dalam yang sangat tipis. Daerah tinggian memperlihatkan bentuk tojolan-tojolan dan lembah
sempit yang tajam sebagai penciri utama batuan dasar (Basement Rock). Bentuk-bentuk tersebut
tidak terlepas dari pengaruh tumbukan intra mikrokontinen Australia dengan busur Kepuluan Banda.
Proses tersebut masih berlangsung hingga saat ini sehingga sedimen-sedimen yang ada selain
terdorong ikut penyusupan juga terakresi bahkan membentuk gunung api bawah laut (Sub-marine
volcano).
Posisi kawasan Indonesia yang terletak pada jalur tektonik tersebut telah memberi pengaruh yang
besar terhadap bentukan roman dan morfologi dasar laut Indonesia. Pengaruh langsung tersebut
adalah
terbentuknya
wilayah
paparan,
tepi
margin
dan
busur
kepulauan.
Kondisi morfologi dasar laut Indonesia mempunyai perbedaan mencolok antara kawasan barat dan
kawasan timur. Laut Jawa yang merupakan sistem Paparan Sunda (Sunda Shelf) mempunyai
kedalaman dasar laut rata-rata 130 meter, sedangkan Laut Flores dan Laut Banda yang merupakan
laut tepi mempunyai kedalaman lebih 5000 meter. Karakteristik laut dan samudra secara umum
didasarkan pada kedalaman dasar laut yang dengan mudah dapat diamati dari nilai garis kontur peta
batimetri. Untuk sistem samudra terdapat hubungan empiris yang memperlihatkan hubungan antara
kedalaman dan umur pembentukannya. Makin tua umur samudra serta proses-proses geologi yang
berjalan, akan makin dalam dasar laut tersebut.
Paparan benua (continental shelf) merupakan kelanjutan wilayah benua (kontinen). Kedalamannya
200 m. Paparan benua ini terdiri dari lereng curam suatu dataran yang diikuti oleh kenaikan secara
mendatar dari dataran itu. Lebar Paparan Benua sangat bervariasi. Lebar rata-rata Paparan Benua
adalah sekitar 80 km (50 mil). Kedalaman Paparan Benua juga bervariasi, tetapi umumnya terbatas
pada air dangkal dari 150 m (490 kaki). Kemiringannya biasanya cukup rendah, pada urutan 0,5 ;
bantuan vertikal juga minim, kurang dari 20 m (66 kaki).
Paparan benua merupakan suatu sistem dinamik yang dikontrol oleh tiga faktor:
(1) laju sedimentasi bahan-bahan yang dari daratan ke laut
(2) laju energi yang cukup untuk menggerakkan sedimen ke, di sekitar dan keluar paparan
(3) erosi dan naik-turunnya muka laut
Contoh paparan benua adalah Paparan Siberia di Samudera Arktik dan Dangkalan Sunda
2. Continental Slope (Lereng Benua)
Merupakan kelanjutan dari continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman
lebih dari 200 meter menukik hingga sekitar kedalaman 1000 m. Lebar dari lereng ini mencapai 100
km. Dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat. Karakteristik dasarnya merupakan
akumulasi sedimen hasil erosi dari benua.
3. Continental Rise
Continental Rise adalah dasar laut dengan sudut kemiringan landai sekitar 0.1% dan merupakan
bagian batas benua yang sesungguhnya yang langsung berbatasan dengan dasar samudera.
Continental rise memiliki lebar hingga ratusan kilometer dari dasar slope hingga ke dataran abisal.
Relief continental rise umumnya kurang dari 20 m kecuali di sekitar gunung laut.
Continental rise tersusun dari sedimen yang diturunkan dari benua dan batas yang bersebelahan.
Arus membawa sedimenmenuruni slope dan menumpuk di dasarnya. Lebar continental rise dapat
hanya beberapa kilometer hingga ratusan kilometer.
4. Abyssal Plains (Dataran Abisal)
Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas setelah tebing benua, dan mengarah ke laut
lepas. Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua. Dataran abisal merupakan
kenampakan topografi yang sangat datar, dan kemungkinan kawasan ini merupakan tempat yang
paling datar pada permukaan bumi. Topografi yang datar ini kadang-kadang di selingi dengan
puncak-puncak gunung bawah laut yang tertimbun.
Dataran abisal adalah dasar laut dengan gradien kurang dari 0,1 %. Dataran abisal merupakan kerak
batuan dasar (bedrock crust) yang tertutup oleh sedimen yang disebarkan dari darat oleh arus dan
juga tersusun dari sedimen pelagis dan oozes. Di sini juga terdapat bukit-bukit abisal dengan tinggi
dari beberapa meter hingga beberapa ratus meter dengan diameter antara 8 10 km.
5. Submarine Canyon (Ngarai Bawah Laut)
Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada pada ngarai bawah laut (submarine
canyon). Submarine canyon berbentuk seperti lembah yang memotong lereng benua (continental
slope) dan membentang pada bagian landasan benua (continental shelf) dan continental rise.
Lembah dari submarine canyon biasanya berbentuk V, dengan sisi lembah curam. Jalur dari lembah
submarine canyon mungkin bisa lurus atau mungkin juga berliku-liku.
Submarine canyon adalah jalur utama dari sedimen untuk dibawa atau mengalami transportasi dari
benua ke lingkungan laut dalam. Gradien dari lantai ngarai ini cukup terjal, pada lembah pendek
berkisar 60 m/km dan pada lembah yang panjang berkisar 10-15 m/km. Meskipun terlihat tidak terlalu
curam, namun kemiringan yang dimiliki lembah ini adalah 5 sampai 30 kali gradien lereng benua
(continental slope).
Submarine canyon biasanya terdapat 2 km dibawah permukaan laut. Ekstensi lembah relatif lurus,
menebang sekitar 200 meter ke landas kontinen, dan melebar dari sekitar tiga kilometer di garis
pantai sekitar 15 mil ke arah laut yang akhir.
laut. Bentuk relief dasar laut yang ada sangatlah beragam dan jauh lebih banyak
dibandingkan daratan.
Topografi dasar laut adalah bentukan rupabumi di wilayah atau dasar laut yang
terbentuk oleh berbagai faktor baik itu endogen maupun eksogen. Kedua faktor tersebut akan
sangat mempengaruhi adamnya bentuk relief dasar laut yang sangat beragam dan jauh lebih
banyak dibanding daratan.
Apabila di darat terdapat sungai, maka proses yang terjadi di laut pun tidak jauh
berbeda seperti mengikis dan mengauskan permukaan bumi dengan aliran dan kekuatan
gelombang. Gelombang mengangkut bahan kikisan, mengendapkan muatannya di dasar laut
yang membentuk strata sedimen. Sehingga dari sedimentasi tersebut membentuk morfologi
bawah laut, tidak hanya itu aktifitas kerak bumi yang merupakan lempeng tektonik yang
bergerak relatif juga menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar lautdi mana bentuknya
dapat menjadi beragam.
1. Transform yaitu mengalami pergeseran dengan arah yang berbeda terjadi pada
wilayah batas kontinen.
2. Divergen yaitu pergeseran saling menjauh antar batas benua.
3. Konvergen yaitu pergeseran saling mendekat sehingga terjadi pertumbukan /
zone subduksi.
Continental margin adalah dasar laut yang berdekatan dengan benua. Bagian ini
dibedakan atas 3 bagian, yaitu :
a.
b.
c.
2. Ocean Bassin
Ocean Bassin adalah dasar laut yang paling dalam dan berbentuk oval
menyerupai suatu baskom yang luas, dan mempunyai bentuk bentuk topografi
khusus, yakni :
a.
b.
Submarine Ridge
Submarine ridge merupakan dasar laut yang dangkal, panjang dan memisahkan
laut yang dalam. Jika lerengnya tidak begitu terjal dinamakan oceanic rise.
c.
d.
Seamount
Seamount merupakan gunung berapi yang muncul di dasar laut tetapi
puncaknya masih di bawah permukaan air laut.
e.
1. Dremple atau ambang yaitu punggungan yang tidak begitu panjang dan tidak
begitu tinggi. Dremple biasanya yang batasi laut pedalaman / laut tengah
dengan laut lepas / samudera.
2. Plateau yaitu dataran tinggi dasar laut dengan bagian puncaknya yang relatif
datar dan disebut juga mesas. Bagiab atasnya masih lebih dalam dari 200 meter
(shelf).
3. Island arc yaitu rangkaian pulau-pulau seperti rangkaian pulau-pulau di kepulauan
Hawaii, kepulauan Marshall yang ada di Samudra Pasifik.
4.
Guyote yaitu gunung api dasar laut dengan puncaknya yang datar
5.
Coral reef (terumbu karang) yaitu semacam timbunan yang terdiri dari karang.
Lebar (km)
~300
Kedalaman (m)
150-200
200-2.000
Continental rise
2.000-5.000
~100
Karakteristik
Trench
600-11.000
5.000
Ada canyon,
1:40
slopes
Mid-ocean ridge
~400
Rise 3.000-10.000
20-50
Isolated, rise
small summit
1.000,
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sedimentologi
bagi penulis dan pembaca. Secara khusus makalah ini di buat agar penulis dan pembaca dapat
mengetahui,mempelajari, dan memahami sedimentasi yang berada di laut dalam, dan untuk
mengetahui proses-proses pembentukan dan pengendapan sedimen di laut dalam. Mengetahui
manfaat sedimentasi laut bagi kehidpan.
Setiono (1995) mendefinisikan sedimen sebagai material fragmental yang terjadi pada
penghancuran batuan dan bahan-bahan organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es.
Pengertian sedimentasi menurut Sampurno (2001), adalah peristiwa pengendapan material batuan
yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Selley (1988), menyatakan sedimen adalah partikelpartikel yang terpancar ataupun yang terkumpul di perairan. Open University Coarse Team (1989),
mengemukakan bahwa sedimen merupakan partikel-partikel yang telah mengendap dan mengumpul
pada bagian dasar perairan. Sedimentasi dapat dibedakan berdasarkan bahan pembentuk sedimen
atau asal sedimen. Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material
organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau
oleh airdan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam
air atau dalam bentuk larutan kimia. Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebgai proses
pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa
sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu
melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimentasi yang terjadi di
lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang
membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang
membutuhkan kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau
padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu, sedimentasi
memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan pertambahan lahan pesisir ke arah
laut. Sedimentasi di suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang
tinggi di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang menyebabkan
sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke laut melalui aliran sungai.
Pembukaan lahan di daerah aliran sungai yang meningkatkan erosi permukaan merupakan faktor
utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala yang
lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai. Karakteristik sedimentasi di
perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi
terus berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan
fisik di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat
meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapat
merubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional.
kosmogenous. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite, napal,
dan lain sebagainya.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut
Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng
kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu
kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara
berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin, atau oleh
karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah
terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.
2. Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah
tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia yang
sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel yang
sering ditemukan dalam sedimen calcareous terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera,
Cocolithophore, yang disebut globerigina ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze.
Cangkang Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting dari partikel Siliceous.
3. Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi
yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan
Mangan (Mn) yang berbentuk nodul, dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna kehijauan
dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si). (Wibisono, 2005).
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui
jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api
atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan
sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan
gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen
aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi
pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah
sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam
jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.(Sugeng Widada : 2002)
Sunarto (1991), mengklasifikasikan sedimen laut berdasarkan asal pembentukannya atas dua
jenis yaitu :
a. Sedimen klastik yaitu sedimen berupa batuan lepas dari bahan rombakan.
b. Sedimen biogenik yaitu sedimen berupa meterial kalsium kabonat dari cangkang organisme.
Sunarto (1991), menyatakan bahwa ada 3 sumber pemasok sedimen pantai yaitu hasil erosi
tebing, erosi sungai dan erosi dasar laut. sedangkan Pathick (1992), menambahkan bahwa sedimen
pantai berasal dari erosi bibir pantai, erosi tebing pantai, aluvial pasir atau material dari daratan yang
terangkut oleh sungai ke laut atau disebut juga dengan istilah sedimen daratan. Partikel sedimen
daratan seperti material lempung, pasir dan batuan merupakan material yang 90 % tererosi dari
daratan dan terangkut oleh aliran sungai ke laut
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen.
Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut.
Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut.
Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan
laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus
bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral
dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu
ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke Inggris
pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut
yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia
tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia.
Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut
dalam. Sedimen laut dalam dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen
Biogenik Pelagis.
1.
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton
laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk hujan
sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk
lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air
dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam
sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut
pada zaman dulu.
2.
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan
bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang
dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung,
bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus
kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Angin merupakan alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke laut.
Lempung pelagis yang ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian). Ukuran lempung ini <
20 m. daerah lintang rendah menjadi daerah yang berpotensi dengan debu. Total debu yang di bawa
angin ke laut adalah 108 ton per tahun. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dengan sedimen yang
dibawa oleh sungai, sebesar 1,5 X 1010 ton per tahun. Sedimen juga terdapat di dataran tubir, tetapi
hampir semua berada di sepanjang pinggiran benua termasuk mineral-mineral lempung yang
dominan yang diperoleh dari suspensi flokulasi di mulut sungai dan estuari. Jadi, jumlah sedimen
terigen sungai pada lempung pelagis relatif dapat berkurang terhadap kontribusi aeolian.
Komponen utama debu yang terbawa angin adalah kuarsa dan mineral lempung. Pada skala
global, jumlah masuknya materi Vulkanologi ke sedimen laut dalam adalah kecil. Letusan besar dapat
mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah yang banyak dengan ketinggian 15-50 km, dan partikel
terkecil berukuran 1-<1m dapat tetap terapung selama beberapa bulan. Selama waktu tersebut
partikel dapat bergerak mengelilingi bumi bersama angin lintang tinggi dan menyebabkan kondisi
cuaca tidak lazim: saat matahari terbit panasnya luar biasa materi berukuran 1-20 m sangat jarang
berada di kedalaman 10 km. materi ini akan jatuh di daerah yang jauhnya ratusan hingga ribuan km
dari tempat letusan dalam beberapa hari atau minggu. Dari proses tersebut terbentuklah lapisan abu
vulkanik yang berbeda dan dapat digunakan dalam korelasi penimbunan sedimen pelagis untuk
lokasi-lokasi yang terpisah jauh. (Agus Supangat dan Umi muawanah)
KESIMPULAN
sedimen adalah sebagai material fragmental yang terjadi pada penghancuran batuan dan bahanbahan organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es.
sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air
atau angin.
sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur
dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut sertabeberapa partikel lain yang terbentuk
lewat proses kimia yang terjadi di laut.
Asal sedimen laut antara lain. Lithogenous sedimen (Batuan) Biogenous sedimen (tumbuhan dan
hewan) Hydrogenous sedimen (reaksi kimia dlm air laut) Cosmogenous sedimen (partikel luar
angkasa).
Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng
kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik.
Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah
tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro.
Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan
konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut.
Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui
jalur media udara/angina.
sedimen laut berdasarkan asal pembentukannya atas dua jenis yaitu Sedimen klastik dan Sedimen
biogenic.
Sedimen laut dalam dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik
Pelagis.
Sedimen laut dalam yang organic sedimen dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan untuk
hewan laut dalam, habitat baru bagi hewan laut dalam.