BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini memerlukan
suatu solusi yang tepat dari permasalahan yang ada, terutama dalam bidang industri.
Persoalan yang timbul adalah bagaimana membawanya ke dalam bentuk matematika
sehingga nantinya dapat diselesaikan menggunakan metode matematika dengan
memperhatikan syarat-syarat batasnya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai
hal-hal yang berkaitan dengan perpindahan temperatur, terutama dalam bidang
industri. Perpindahan temperatur atau heat transfer adalah ilmu yang meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur diantara benda
atau material. Ilmu perpindahan temperatur tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energi temperatur itu berpindah dari suatu benda ke benda lainya, tetapi
juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisikondisi tertentu.
Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui dalam kasus fisikanya adalah
masalah syarat batas (boundary term). Syarat batas ini biasanya diperlukan untuk
menyelesaikan kasus yang melibatkan persamaan diferensial orde 2, seperti pada
fenomena elektromagnetik, gelombang mekanik, hidrodinamika, aliran temperatur,
dan gravitasi dalam bentuk persamaan Poisson, Laplace dan Helmholtz.
Di dalam matematika, persamaan Laplace adalah suatu persamaan diferensial
parsial yang dinamai menurut penemunya, Pierre-Simon Laplace. Solusi persamaan
Laplace sangat penting dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya, bidang
keelektromagnetan, ilmu perbintangan, dan dinamika alir. Persamaan Laplace
menguraikan perilaku tentang elektris, gravitasi, dan aliran potensial. Solusi teori
yang umum ke persamaan Laplace dikenal sebagai teori-potensial.
Dalam tugas akhir semester ini, penulis ingin meneliti dan mencoba
menyelesaikan Komputasi distribusi Temperatur Pelat Logam dalam keadaan Tunak
dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua Dimensi Metode
Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9.
Tujuan Penulisan
Terdapat tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Tujuan tersebut adalah
menyelesaikan Komputasi distribusi Temperatur Pelat Logam dalam keadaan Tunak
dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua Dimensi Metode
Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9 dan mengetahui distribusi temperatur pada
pelat logam.
1.4
Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Sebuah plat logam persegi tipis
yang keadaannya:
1. Kedua permukaan dilapisi dengan isolator temperatur
2. Sisi-sisi plat diberi temperatur dengan temperatur tertentu
3. Transfer temperatur hanya dimungkinkan pada arah x dan y
4. Ditinjau pada saat transfer permanen telah tercapai (steady-state condition)
1.5
Asumsi
Distribusi suhu pada pelat logam naik secara linear dari suhu rendah ke batas
suhu paling tinggi.
BAB II
DASAR TEORI
Konveksi
d 2
d 2
(
x
,
y
)
( x, y) f ( x, y)
dx 2
dx 2
..(1)
Di bidang fisika, persamaan (1) dikenal sebagai Persamaan Poisson. Jika f(x,
y)=0, maka diperoleh persamaan yang lebih sederhana sebagai berikut:
d 2
d 2
(
x
,
y
)
( x, y ) 0
dx 2
dx 2
(2)
yang biasa disebut sebagai Persamaan Laplace. Contoh masalah PDP eliptik di bidang
fisika adalah distribusi panas pada kondisi steady-state pada obyek 2-dimensi dan 3dimensi. Jenis PDP kedua adalah PDP parabolik yang dinyatakan sebagai berikut
2
d 2
2 d
( x, t )
( x, t ) 0
dx 2
dx 2
(3)
Fenomena fisis yang bisa dijelaskan oleh persamaan ini adalah masalah aliran
panas pada suatu obyek dalam fungsi waktu t dan difokuskan pada bagaimana cara
menyatakan semua PDP di atas dalam formulasi beda hingga atau Finite-Difference.
2.4 Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Eliptik dengan metode Beda Hingga
Persamaan diferensial parsial tipe eliptik dapat diselesaikan dengan metode beda
hingga skema eksplisit. Kondisi batas ditentukan sebelum diskritsasi dilakukan untuk
memudahkan transformasi dari satu persamaan ke system persamaan linear dengan n
bilangan anu.
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga
d 2
d 2
(
x
,
y
)
( x, y ) 0
dx 2
dx 2
(4)
(20,y)=1 ; (30,y)=1
..(5)
Mesh Point
Grid Lines
Gambar 1. Skema grid lines dan mesh points pada aplikasi metode FiniteDifference
Gambar diatas merupakan jaringan titik hitung persamaan Laplace, dan nilai
disekeliling lingkaran atau mesh point. Bentuk diskrit persamaan (4) diperoleh dengan
menggunakan metode beda hingga skema eksplisit sebagai berikut:
..(6)
..(7)
Bidang hitungan dibagi dalam bentuk grid dengan skala 10 (gambar 1), dengan
memanfaatkan kondisi batas yang telah diketahui, akan ditentukan nilai pada titik
mesh point yang diberi tanda titik hitam.
Dan penjabaran dari perhitungan 9 mesh point sebagai berikut:
Koordinat (2,2):
4 2, 2 1, 2 3, 2 2,1 2,3 0
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga
4 3, 2 2, 2 4, 2 3,1 3,3 0
4 3, 2 2, 2 4, 2 3,3 3,1
Koordinat (4,2):
4 4, 2 3, 2 5, 2 4,1 4,3 0
4 4, 2 3, 2 4,3 5, 2 4,1
Koordinat (2,3):
4 2, 4 1, 4 3, 4 2,3 2,5 0
4 2, 4 3, 4 2,3 1, 4 2,5
Koordinat (3,4):
4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 3,5 0
4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 3,5
Koordinat (4,4):
4 4, 4 3, 4 5, 4 4,3 4,5 0
4 4, 4 3, 4 4,3 5, 4 4,5
Penjabaran sistem persamaan diatas dapat dijabarkan dalam bentuk matriks
sebagai berikut:
4
1
0
1
0
0
0
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1
4
0
0
1
0
0
0
1
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0
0
0
0
0
1
0
1
4
1
0
1
0
1
0
0
0
2 , 2 1, 2 2,1
3, 2 3,1
4 , 2 5, 2 4,1
2, 4
2 ,3 1,3
3,3 =
4 ,3 5,3
2 , 4 1, 4 2,3
3, 5
3, 4
4 , 4 5, 4 4,5
..(8)
Ruas kanan persamaan (8) merupakan kondisi batas nilai yang telah diketahui.
Dengan menghitungkan kondisi batas, maka persamaan (8) menjadi:
4
1
0
1
0
0
0
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1
4
0
0
1
0
0
0
1
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0
0
0
0
0
1
0
1
4
1
0
1
0
1
0
0
0
2 , 2 0
3, 2 0
4 , 2 0
1
2,3
3,3 = 1
4 ,3 1
2 , 4 0
0
3, 4
4 , 4 0
.(9)
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011. Dan penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Komputasi jurusan Fisika Universitas Negeri
Surabaya.
Penentuan panjang
pelat logam
Sistem persamaan
linear dalam bentuk
matrik tridiagonal
Penentuan batas-batas
temperatur pelat logam
Perhitungan mesh
point dengan metode
beda hingga
Nilai distribusi
temperatur pada
titik-titik yang
dicari(mesh point)
END
Berdasarkan diagram di atas, secara umum aplikasi dibuat dengan langkahlangkah berikut :
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 11
Step I.
Menentukan batasan panjang pelat logam yang akan dianalisis secara
komputasi
Step II.
Menetukan batas-batas temperatur pada pinggir pelat logam dalam keadaan
steady state (tunak).
Step III
Membuat Skema grid lines dan mesh points untuk menghitung titik jaringan
distribusi temperatur pada pelat logam dengan metode PDP eliptik beda
hingga.
Step IV
Setelah diketahui bentuk persamaan matriksnya, diselesaikan dengan metode
iterasi gauss-seidel untuk mengetahui nilai temperatur pada titik-titik yang
dicari.
Step V
Penyusunan algoritma dan program dalam bahasa pemrograman menggunakan
Matlab 7.9
STEP VII
Running Program
STEP VIII
Analisis hasil
STEP IX
Menarik kesimpulan dan menyusun laporan
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Permodelan Matematis dan Metode Beda Hingga
Skema grid lines dan mesh point untuk menghitung dengan metode pendekatan
beda hingga sebagai berikut:
Gambar 4. Skema grid lines dan mesh points pada aplikasi metode Finite-Difference
Dari skema diatas, dengan panjang pelat logam 0,5 x 0,5 meter ( 0 x 0,5 ; 0 y
0,5 ), kondisi syarat batas yang digunakan adalah:
(x,0)=0 ; (x,0,5)=0 ; (0,y)=0 ; (0,5,y)=0 ; (0,125,y)=1 ;
(0,25,y)=1 ;
(0,375,y)=1.
Batas temperatur pada tepi pelat logam sebagai berikut:
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 13
4 2, 2 1, 2 3, 2 2,1 2,3 0
4 2, 2 3, 2 2,3 2,1 2,1
Dan untuk koordinat lain pun dapat dituliskan persamaan beda hingga diskrit
semacam diatas, persamaan untuk titik lain (terlampir).
Penjabaran sistem persamaan diatas dapat dijabarkan dalam bentuk matriks
sebagai berikut:
4
1
0
1
0
0
0
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1
4
0
0
1
0
0
0
1
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0
0
0
0
0
1
0
1
4
1
0
1
0
1
0
0
0
2 , 2 1, 2 2,1
3, 2 3,1
4 , 2 5, 2 4,1
2, 4
2 ,3 1,3
3,3 =
4 ,3 5,3
2 , 4 1, 4 2,3
3, 5
3, 4
4 , 4 5, 4 4,5
..(10)
Ruas kanan persamaan (10) merupakan kondisi batas nilai yang telah
diketahui. Dengan menghitungkan kondisi batas, maka persamaan (10) menjadi:
4
1
0
1
0
0
0
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1
4
0
0
1
0
0
0
Dari
1
0
1
4
1
0
1
0
0
0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0
persamaan
(11)
0
0
0
0
1
0
1
4
1
solusi
0
1
0
1
0
0
0
2 , 2 0 75
0
3, 2
4 , 2 50 0
0 75
2,3
3,3 =
0
4 ,3 50
2 , 4 75 100
100
3, 4
4 , 4 50 100
Persamaan
Laplace
.(11)
dimensi
untuk
menyelesaikan masalah perambatan panas pada pelat logam dalam keadaan steady
state dapat diselesaikan dengan menentukan nilai vektor kolom menggunakan
penyelesaian metode eliminasi gauss atau iterasi gauss-seidel.
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 14
iterasi Gauss-Seidel
2, 2
42.8569
3, 2
33.2587
4, 2
33.9285
2,3
63.1694
3, 3
56.2498
4,3
52.4552
2, 4
78.5713
3, 4
76.1160
4, 4
69.6428
Pada tabel diatas merupakan solusi yang dihasilkan oleh metode beda hingga
(Finite-Difference). Jika diamati dengan teliti, angka angka distribusi temperatur pada
9 buah domain (mesh points) memang logis dan masuk akal. Dalam kondisi riil,
mungkin kondisi seperti ini hanya bisa terjadi bila pelat logam tersebut terbuat dari
bahan yang homogen. Sehingga distribusi temperatur pada pelat logam yang dalam
perhitungan secara numerik diwakili titik-titik domain atau mesh point dapat
digambarkan dalam skema berikut:
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Telah dapat dibuat sebuah program komputasi perhitungan distribusi panas pada pelat
logam dalam keadaan tunak dengan Persamaan Laplace dua dimensi dengan
penyelesaian
Persamaan
Diferensial
Parsial
(PDP)
Metode
Beda
Hingga
5.2 Saran
Dari hasil analisis penelitian komputasi distribusi temperatur pelat logam
dalam keadaan tunak dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua
Dimensi Metode Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9 ini, terdapat bebrapa
kekurangan dan terdapat bebrapa hal yang dapat disarankan bahwa jika sistem
persamaan linear yang diperoleh dari metode beda hingga (Finite Difference) berorde
100 atau kurang dari itu, maka lebih baik memilih metode Eliminasi Gauss sebagai
langkah penyelesaian akhir. Alasannya karena, direct method seperti eliminasi Gauss,
lebih stabil dibandingkan metode iterasi. Tetapi jika orde-nya lebih dari 100,
disarankan memilih metode iterasi seperti iterasi Gauss-Seidel, atau menggunakan
metode SOR (Successive Over Relaxation) yang terbukti lebih efisien dibanding
Gauss-Seidel. Jika matrik A bersifat positive definite, metode Court Factorization
adalah pilihan yang paling tepat karena metode ini sangat efisien sehingga bisa
menghemat memori komputer.
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 16
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
http://supriyanto.fisika.ui.ac.id/laci04/komputasi_matlab_3.pdf
[4]
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/docs/matek/MT%20Persamaan%20Diferensial%
20Parsial.pdf
[5]
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,%20S.Si.,%20M.Si.
/PDP%20JADI.pdf
[6]
http://www.unsri.ac.id/upload/arsip/persamaan%20differensial%20parsial.pdf
[7]
http://eprints.ums.ac.id/1397/1/8._RITA_P_new.pdf
[8]
http://wiki.verkata.com/id/wiki/Persamaan_diferensial
[9]
http://www.opi.lipi.go.id/utama.cgi?bacaforum&teknis&1256550021&&&10
83714576
[10]
[11]
Suarga, M.Sc dan Math., M. Ph.D, 2007, Fisika Komputasi Solusi Problema
Fisika dengan MATLAB, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 17
Lampiran I
Penjabaran dari perhitungan 9 mesh point
Koordinat (2,2):
4 2, 2 1, 2 3, 2 2,1 2,3 0
4 2, 2 3, 2 2,3 75 0
Koordinat (3,2):
4 3, 2 2, 2 4, 2 3,1 3,3 0
4 3, 2 2, 2 4, 2 3,3 0
Koordinat (4,2):
4 4, 2 3, 2 5, 2 4,1 4,3 0
4 4, 2 3, 2 4,3 50 0
Koordinat (2,3):
4 2, 4 1, 4 3, 4 2,3 2,5 0
4 2, 4 3, 4 2,3 75 100
Koordinat (3,4):
4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 3,5 0
4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 100
Koordinat (4,4):
4 4, 4 3, 4 5, 4 4,3 4,5 0
4 4, 4 3, 4 4,3 50 100
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 18
Lampiran II
FLOWCHART ITERASI GAUSS-SEIDEL PERSAMAAN LAPLACE 2-D
START
JUMLAH = 0
For J= 2 to n
xb=xl
xb(n,1)=(smtr4+b(n,1))/A(n,n)
s=s+(xb(i,1)-xl(i,1))^2
NEXT J
Tidak
Ya
if epsilon<sc
NEXT J
END
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 19
Lampiran III
Script Program
Script Perhitungan metode Iterasi Gauss-Seidel
clear all
clc
% Integrasi numerik soal UTS no.3 SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE 2D
%By Uswatun Chasanah-093224022-FISIKA REG'09
disp('*****Its Me USWATUN CHASANAH dan ini ProgramKu*****')
disp('$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$')
disp('++
++')
disp('++
MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE 2D
++')
disp('++===============================================++')
disp('$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$')
disp('
')
n=9;
A=[ 4 -1 0 -1 0 0 0 0 0;
-1 4 -1 0 -1 0 0 0 0;
0 -1 4 0 0 -1 0 0 0;
-1 0 0 4 -1 0 -1 0 0;
0 -1 0 -1 4 -1 0 -1 0;
0 0 -1 0 -1 4 0 0 -1;
0 0 0 -1 0 0 4 -1 0;
0 0 0 0 -1 0 -1 4 -1;
0 0 0 0 0 -1 0 -1 4];
b=[75; 0; 50; 75; 0; 50; 175; 100; 150];
%&&&&&&& ITERASI GAUSS-SEIDEL &&&&&&&&&&&&&&&&&&
itermax=100; %iterasi maksimum
%----nilai awal----------xl=[0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0];
xb=xl;
%----stopping criteria----------sc=0.001;
%----memulai iterasi------------for iterasi=1:itermax
smtr1=0;
for j=2:n
smtr1=smtr1+A(1,j)*xl(j,1);
end
xb(1,1)=(-smtr1+b(1,1))/A(1,1);
%---------------------------------------------for i=2:n-1
smtr2=0;
for j=i+1:n
smtr2=smtr2-A(i,j)*xl(j,1);
end
smtr3=0;
for k=1:i-1
smtr3=smtr3-A(i,k)*xb(k,1);
end
xb(i,1)=(smtr3+smtr2+b(i,1))/A(i,i);
end
%---------------------------------------------smtr4=0;
for k=1:n-1
smtr4=smtr4-A(n,k)*xb(k,1);
end
M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 20
xb(n,1)=(smtr4+b(n,1))/A(n,n);
%------perhitungan norm2 ------------s=0;
for i=1:n
s=s+(xb(i,1)-xl(i,1))^2;
end
epsilon=sqrt(s);
%------------------------------------xl=xb;
%------memeriksa stopping criteria-------if epsilon<sc
Psi=xb
break
end
%----------------------------------------End