Anda di halaman 1dari 20

Makalah Fisika Komputasi |1

KOMPUTASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PELAT LOGAM DALAM


KEADAAN TUNAK DENGAN PENYELESAIAN PERSAMAAN
DIFERENSIAL PARSIAL LAPLACE DUA DIMENSI METODE BEDA
HINGGA MENGGUNAKAN MATLAB 7.9
Oleh:
Uswatun Chasanah
NIM: 093224022
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang komputasi distribusi temperatur pelat logam dalam
keadaan tunak dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua Dimensi
Metode Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9. Dengan tujuan mengetahui distribusi
temperatur pada pelat logam berukuran 0,5 x 0,5 meter. Jika pada sebuah pelat logam
terdapat gradient temperatur, maka akan terjadi perpindahan energi dari bagian
bertemperatur tinggi ke bagian bertemperatur rendah (proses perambatan panas). Proses
perhitungan perubahan panas tidak hanya dapat dilakukan melalui pengamatan langsung,
tetapi dapat juga melalui perhitungan numerik. Bentuk model matematika perambatan panas
adalah bentuk persamaan diferensial parsial. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial
parsial bentuk eliptik, para peneliti maupun praktisi saat ini banyak yang masih
menggunakan metode beda hingga (Finite Difference Method). Ada kelemahan penggunaan
metode beda hingga, yaitu diskritisasi domain yang akan dihitung perambatan panasnya
hanya berbentuk segi empat. Sehingga untuk domain yang tidak berbentuk segi empat akan
banyak menimbulkan error. Salah satu metode penyelesaian yang saat ini sedang
dikembangkan adalah penggunaan metode elemen hingga (Finite Element Method). Semakin
banyak jumlah elemen titik-titik domain atau mesh point semakin akurat hasil penyebaran
temperatur..
Kata Kunci: Persamaan Diferensial Parsial, Perambatan Panas, , Persamaan Laplace 2D,
Keadaan Tunak, Metode beda hingga

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini memerlukan
suatu solusi yang tepat dari permasalahan yang ada, terutama dalam bidang industri.
Persoalan yang timbul adalah bagaimana membawanya ke dalam bentuk matematika
sehingga nantinya dapat diselesaikan menggunakan metode matematika dengan
memperhatikan syarat-syarat batasnya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai
hal-hal yang berkaitan dengan perpindahan temperatur, terutama dalam bidang
industri. Perpindahan temperatur atau heat transfer adalah ilmu yang meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur diantara benda
atau material. Ilmu perpindahan temperatur tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energi temperatur itu berpindah dari suatu benda ke benda lainya, tetapi
juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisikondisi tertentu.
Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui dalam kasus fisikanya adalah
masalah syarat batas (boundary term). Syarat batas ini biasanya diperlukan untuk
menyelesaikan kasus yang melibatkan persamaan diferensial orde 2, seperti pada
fenomena elektromagnetik, gelombang mekanik, hidrodinamika, aliran temperatur,
dan gravitasi dalam bentuk persamaan Poisson, Laplace dan Helmholtz.
Di dalam matematika, persamaan Laplace adalah suatu persamaan diferensial
parsial yang dinamai menurut penemunya, Pierre-Simon Laplace. Solusi persamaan
Laplace sangat penting dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya, bidang
keelektromagnetan, ilmu perbintangan, dan dinamika alir. Persamaan Laplace
menguraikan perilaku tentang elektris, gravitasi, dan aliran potensial. Solusi teori
yang umum ke persamaan Laplace dikenal sebagai teori-potensial.
Dalam tugas akhir semester ini, penulis ingin meneliti dan mencoba
menyelesaikan Komputasi distribusi Temperatur Pelat Logam dalam keadaan Tunak
dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua Dimensi Metode
Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |3

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian Latar Belakang di atas maka masalah yang ingin diselesaikan adalah
bagaimanakah menyelesaikan komputasi distribusi temperatur pelat logam dalam
keadaan tunak dengan penyelesaian persamaan diferensial parsial laplace dua dimensi
metode beda hingga menggunakan matlab 7.9?.
1.3

Tujuan Penulisan
Terdapat tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Tujuan tersebut adalah
menyelesaikan Komputasi distribusi Temperatur Pelat Logam dalam keadaan Tunak
dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua Dimensi Metode
Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9 dan mengetahui distribusi temperatur pada
pelat logam.

1.4

Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Sebuah plat logam persegi tipis
yang keadaannya:
1. Kedua permukaan dilapisi dengan isolator temperatur
2. Sisi-sisi plat diberi temperatur dengan temperatur tertentu
3. Transfer temperatur hanya dimungkinkan pada arah x dan y
4. Ditinjau pada saat transfer permanen telah tercapai (steady-state condition)

1.5

Asumsi
Distribusi suhu pada pelat logam naik secara linear dari suhu rendah ke batas
suhu paling tinggi.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |4

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Hukum Dasar Thermodinamika


Termodinamika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas hubungan
antara panas dan bentuk-bentuk energi lainya. Termodinamika membahas sistem dalam
keseimbangan. Ilmu ini dapat digunakan untuk meramalkan energi yang diperlukan
untuk mengubah dari keadaan setimbang ke keadaan setimbang yang lain, tetapi tidak
dapat meramalkan kecepatan perpindahan itu. Hukum pertama termodinamika,
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tetapi hanya
dapat diubah dari satu bentuk menjadi bentuk lainya. Sedangkan hukum kedua
termodinamika menyatakan panas akan mengalir secara otomatik dari titik yang
bertemperatur lebih tinggi ke titik yang bertemperatur lebih rendah. Semua proses
perpindahan panas menyangkut perpindahan dan pengubahan energi. Karenanya proses
proses itu harus mengikuti hukum 2 pertama maupun kedua termodinamika, tapi seperti
yang kita ketahui bahwa ilmu termodinamika tidak dapat meramalkan laju perpindahan
kalor. Ilmu tentang perpindahan panas memberikan metode untuk menyelesaikan
masalah laju perpindahan kalor.

2.2 Perpindahan Panas


Dalam buku prinsip-prinsip perpindahan panas (Kreith.F,1994) disebutkan
bahwa panas adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui batas system yang
ada pada temperatur yang lebih tinggi ke system lain atau lingkungan yang mempunyai
temperatur yang lebih rendah. Suatu benda tidak dapat memiliki panas, akan tetapi
panas dapat dikenali pada saat melalui batas sistem. Sedangkan perpindahan panas
adalah berlangsungnya perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur antara
dua sistem yang bersinggungan, dimana arah perpindahannya dari daerah yang
bertemperatur lebih rendah didalam suatu medium baik padat, cair maupun gas.
Perpindahan panas mengenal tiga cara pemindahan yang berbeda yaitu:
1. Konduksi atau hantaran
2.

Konveksi

3. Radiasi atau Pancaran.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |5

2.3 Kondisi Perpindahan Panas


Masalah Perpindahan Panas tidak hanya bergantung pada prosesnya tetapi juga
bergantung pada kondisi proses berlangsungnya perpindahan panas tersebut. Umumnya
kondisi berlangsungnya proses perpindahan panas ada dua macam yaitu :
1. Kondisi Steady (Tunak).
2. Kondisi Unsteady (Tidak tunak)

2.4 Persamaan Diferensial Parsial


Persamaan diferensial parsial yang selanjutnya akan dipersingkat menjadi PDP
adalah perubahan variabel tidak bebas terhadap lebih dari satu variabel bebas. Dalam
sistem fisika biasananya perubahan terhadap ruang dan waktu. PDP dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu persamaan diferensial eliptik, parabolik dan hiperbolik. PDP
eliptik dinyatakan sebagai berikut:

d 2
d 2
(
x
,
y
)

( x, y) f ( x, y)
dx 2
dx 2

..(1)

Di bidang fisika, persamaan (1) dikenal sebagai Persamaan Poisson. Jika f(x,
y)=0, maka diperoleh persamaan yang lebih sederhana sebagai berikut:

d 2
d 2
(
x
,
y
)

( x, y ) 0
dx 2
dx 2

(2)

yang biasa disebut sebagai Persamaan Laplace. Contoh masalah PDP eliptik di bidang
fisika adalah distribusi panas pada kondisi steady-state pada obyek 2-dimensi dan 3dimensi. Jenis PDP kedua adalah PDP parabolik yang dinyatakan sebagai berikut
2
d 2
2 d
( x, t )
( x, t ) 0
dx 2
dx 2

(3)

Fenomena fisis yang bisa dijelaskan oleh persamaan ini adalah masalah aliran
panas pada suatu obyek dalam fungsi waktu t dan difokuskan pada bagaimana cara
menyatakan semua PDP di atas dalam formulasi beda hingga atau Finite-Difference.

2.4 Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Eliptik dengan metode Beda Hingga
Persamaan diferensial parsial tipe eliptik dapat diselesaikan dengan metode beda
hingga skema eksplisit. Kondisi batas ditentukan sebelum diskritsasi dilakukan untuk
memudahkan transformasi dari satu persamaan ke system persamaan linear dengan n
bilangan anu.
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |6

Persamaan yang akan diuraikan adalah persamaan Laplace 2 Dimensi dengan


bidang tinjauan ( 0 x 40 , 0 y 40 ).

d 2
d 2
(
x
,
y
)

( x, y ) 0
dx 2
dx 2

(4)

Kondisi batas yang digunakan adalah :


(x,0)=0 ; (x,40)=0 ; (0,y)=0 ; (40,y)=0 ; (10,y)=1 ;

(20,y)=1 ; (30,y)=1

..(5)

Mesh Point

Grid Lines

Gambar 1. Skema grid lines dan mesh points pada aplikasi metode FiniteDifference
Gambar diatas merupakan jaringan titik hitung persamaan Laplace, dan nilai
disekeliling lingkaran atau mesh point. Bentuk diskrit persamaan (4) diperoleh dengan
menggunakan metode beda hingga skema eksplisit sebagai berikut:

m1,n 2 m,n m1,n


x 2

m,n1 2 m,n m,n1


y 2

..(6)

Jika diketahui x=y, maka persamaan (6) menjadi:

4 m,n m1,n m1,n m,n1 m,n1 0

..(7)

Bidang hitungan dibagi dalam bentuk grid dengan skala 10 (gambar 1), dengan
memanfaatkan kondisi batas yang telah diketahui, akan ditentukan nilai pada titik
mesh point yang diberi tanda titik hitam.
Dan penjabaran dari perhitungan 9 mesh point sebagai berikut:
Koordinat (2,2):

4 2, 2 1, 2 3, 2 2,1 2,3 0
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |7

4 2, 2 3, 2 2,3 2,1 2,1


Koordinat (3,2):

4 3, 2 2, 2 4, 2 3,1 3,3 0

4 3, 2 2, 2 4, 2 3,3 3,1
Koordinat (4,2):

4 4, 2 3, 2 5, 2 4,1 4,3 0
4 4, 2 3, 2 4,3 5, 2 4,1
Koordinat (2,3):

4 2,3 1,3 3,3 2, 2 2, 4 0


4 2,3 3,3 2, 2 1,3 2, 4
Koordinat (3,3):

4 3,3 2,3 4,3 3, 2 3, 4 0


Koordinat (4,3):

4 4,3 3,3 5,3 4, 2 4, 4 0


4 4,3 3,3 4, 2 4, 4 5,3
Koordinat (2,4):

4 2, 4 1, 4 3, 4 2,3 2,5 0
4 2, 4 3, 4 2,3 1, 4 2,5
Koordinat (3,4):

4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 3,5 0
4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 3,5
Koordinat (4,4):

4 4, 4 3, 4 5, 4 4,3 4,5 0
4 4, 4 3, 4 4,3 5, 4 4,5
Penjabaran sistem persamaan diatas dapat dijabarkan dalam bentuk matriks
sebagai berikut:

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |8

4
1

0
1

0
0

0
0

1
4
1
0
1
0
0
0
0

0
1
4
0
0
1
0
0
0

1
0
1
4
1
0
1
0
0

0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0

0
0
0
0
1
0
1
4
1

0
1

0
1

0
0
0

2 , 2 1, 2 2,1

3, 2 3,1
4 , 2 5, 2 4,1

2, 4
2 ,3 1,3
3,3 =

4 ,3 5,3
2 , 4 1, 4 2,3

3, 5
3, 4

4 , 4 5, 4 4,5

..(8)

Ruas kanan persamaan (8) merupakan kondisi batas nilai yang telah diketahui.
Dengan menghitungkan kondisi batas, maka persamaan (8) menjadi:

4
1

0
1

0
0

0
0

1
4
1
0
1
0
0
0
0

0
1
4
0
0
1
0
0
0

1
0
1
4
1
0
1
0
0

0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0

0
0
0
0
1
0
1
4
1

0
1

0
1

0
0
0

2 , 2 0


3, 2 0
4 , 2 0
1
2,3
3,3 = 1


4 ,3 1
2 , 4 0
0
3, 4
4 , 4 0

.(9)

Dari persamaan (9) solusi Persamaan Laplace 2 dimensi untuk menyelesaikan


masalah perambatan panas pada pelat logam dalam keadaan steady state dapat
diselesaikan dengan menentukan nilai vektor kolom menggunakan penyelesaian metode
eliminasi gauss atau metode iterasi gauss-seidel.

2.4 Matlab 7.9


MATLAB singkatan dari Matrix Laboratory, merupakan bahasa pemrograman
yang dikembangkan oleh The Mathwork .Inc (http://www.mathworks.com). Bahasa
pemrograman ini banyak digunakan untuk perhitungan numerik keteknikan, komputasi
simbolik, visualisasi, grafis, analisis data matematis, statistika, simulasi, pemodelan,
dan desain Graphical User Interface (GUI) (Gunaidi, 2006:5).
Karakteristik MATLAB (Hartanto, 2003:3):
Bahasa pemrogramannya didasarkan pada matriks (baris dan kolom).

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Makalah Fisika Komputasi |9

Lambat (dibandingkan dengan fortran atau C) karena bahasanya langsung diartikan.


Sebagai contoh, tidak diperlukan pre-compiled. Menghindari kalang for (for loops).
Setiap saat menggunakan bentuk-bentuk vektor.
Automatic memory management, misalnya kita tidak harus mendeklarasikan arrays
terlebih dahulu.
Tersusun rapi (seperti pengaturan array di Fortran-90)
Memiliki waktu pengembangan program yang lebih cepat dibandingkan bahasa
pemrograman tradisional seperti Fortran atau C.
Dapat diubah ke bahasa C lewat MATLAB Compiler untuk efesiansi yang lebih baik.
Tersedia banyak Toolbox untuk aplikasi-aplikasi khusus.
Bersama dengan Maple untuk komputasi-komputasi simbolik.
Dalam shared-memory parallel computers, seperti SGI Origin 2000, beberapa operasi
secara otomatis dapat diproses bersama.

Gambar 2.Tampilan awal jendela Matlab 7.9

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 10

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011. Dan penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Komputasi jurusan Fisika Universitas Negeri
Surabaya.

3.2 Alat Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Seperangkat komputer personal tipe Core 2 Duo CPU 2.00 GHz, harddisk 320
Gigabyte, memori 1 Gigabyte RAM dan sistem operasi Microsoft Windows 7
Ultimate untuk membuat program dan penulisan laporan.
2. Perangkat lunak (software) Matlab versi 7.9 untuk membuat program.
3.3 Diagram dan Alur Penelitian
START

Penentuan panjang
pelat logam

Sistem persamaan
linear dalam bentuk
matrik tridiagonal

Solusi persamaan linear


dengan metode iterasi
gauss-seidel

Penentuan batas-batas
temperatur pelat logam

Perhitungan mesh
point dengan metode
beda hingga

Nilai distribusi
temperatur pada
titik-titik yang
dicari(mesh point)

Kondisi batas dan


bidang hitung
persamaan laplace
2D

END

Gambar 3.Diagram alur perancangan program

Berdasarkan diagram di atas, secara umum aplikasi dibuat dengan langkahlangkah berikut :
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 11

Step I.
Menentukan batasan panjang pelat logam yang akan dianalisis secara
komputasi
Step II.
Menetukan batas-batas temperatur pada pinggir pelat logam dalam keadaan
steady state (tunak).
Step III
Membuat Skema grid lines dan mesh points untuk menghitung titik jaringan
distribusi temperatur pada pelat logam dengan metode PDP eliptik beda
hingga.
Step IV
Setelah diketahui bentuk persamaan matriksnya, diselesaikan dengan metode
iterasi gauss-seidel untuk mengetahui nilai temperatur pada titik-titik yang
dicari.
Step V
Penyusunan algoritma dan program dalam bahasa pemrograman menggunakan
Matlab 7.9
STEP VII
Running Program
STEP VIII
Analisis hasil
STEP IX
Menarik kesimpulan dan menyusun laporan

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 12

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Permodelan Matematis dan Metode Beda Hingga
Skema grid lines dan mesh point untuk menghitung dengan metode pendekatan
beda hingga sebagai berikut:

Gambar 4. Skema grid lines dan mesh points pada aplikasi metode Finite-Difference
Dari skema diatas, dengan panjang pelat logam 0,5 x 0,5 meter ( 0 x 0,5 ; 0 y
0,5 ), kondisi syarat batas yang digunakan adalah:
(x,0)=0 ; (x,0,5)=0 ; (0,y)=0 ; (0,5,y)=0 ; (0,125,y)=1 ;

(0,25,y)=1 ;

(0,375,y)=1.
Batas temperatur pada tepi pelat logam sebagai berikut:

Gambar 5. Skema batas temperatur pada tepi-tepi pelat logam


Di titik-titik yang berada di batas domain (simbol bulat putih), berlaku syarat
batas (boundary conditions) temperatur diketahui atau ditetapkan. BC semacam itu
dikenal dengan nama Dirichlet boundary condition.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 13

Metode beda hingga untuk mencari nilai pada masing-masing titik


menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7), dan hasilnya sebagai berikut:
Pada titik koordinat (1,1)

4 2, 2 1, 2 3, 2 2,1 2,3 0
4 2, 2 3, 2 2,3 2,1 2,1
Dan untuk koordinat lain pun dapat dituliskan persamaan beda hingga diskrit
semacam diatas, persamaan untuk titik lain (terlampir).
Penjabaran sistem persamaan diatas dapat dijabarkan dalam bentuk matriks
sebagai berikut:

4
1

0
1

0
0

0
0

1
4
1
0
1
0
0
0
0

0
1
4
0
0
1
0
0
0

1
0
1
4
1
0
1
0
0

0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0

0
0
0
0
1
0
1
4
1

0
1

0
1

0
0
0

2 , 2 1, 2 2,1

3, 2 3,1
4 , 2 5, 2 4,1

2, 4
2 ,3 1,3
3,3 =

4 ,3 5,3
2 , 4 1, 4 2,3

3, 5
3, 4

4 , 4 5, 4 4,5

..(10)

Ruas kanan persamaan (10) merupakan kondisi batas nilai yang telah
diketahui. Dengan menghitungkan kondisi batas, maka persamaan (10) menjadi:

4
1

0
1

0
0

0
0

1
4
1
0
1
0
0
0
0

0
1
4
0
0
1
0
0
0

Dari

1
0
1
4
1
0
1
0
0

0
0
0
1 0
0
0 1
0
1 0 1
4 1 0
1 4 0
0
0
4
1 0 1
0 1 0

persamaan

(11)

0
0
0
0
1
0
1
4
1

solusi

0
1

0
1

0
0
0

2 , 2 0 75

0
3, 2

4 , 2 50 0
0 75
2,3

3,3 =
0

4 ,3 50
2 , 4 75 100
100
3, 4

4 , 4 50 100

Persamaan

Laplace

.(11)

dimensi

untuk

menyelesaikan masalah perambatan panas pada pelat logam dalam keadaan steady
state dapat diselesaikan dengan menentukan nilai vektor kolom menggunakan
penyelesaian metode eliminasi gauss atau iterasi gauss-seidel.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 14

Tabel berikut memperlihatkan hasil pemrosesan dengan metode iterasi GaussSeidel


Proses/Titik ke-

iterasi Gauss-Seidel

2, 2

42.8569

3, 2

33.2587

4, 2

33.9285

2,3

63.1694

3, 3

56.2498

4,3

52.4552

2, 4

78.5713

3, 4

76.1160

4, 4

69.6428

Pada tabel diatas merupakan solusi yang dihasilkan oleh metode beda hingga
(Finite-Difference). Jika diamati dengan teliti, angka angka distribusi temperatur pada
9 buah domain (mesh points) memang logis dan masuk akal. Dalam kondisi riil,
mungkin kondisi seperti ini hanya bisa terjadi bila pelat logam tersebut terbuat dari
bahan yang homogen. Sehingga distribusi temperatur pada pelat logam yang dalam
perhitungan secara numerik diwakili titik-titik domain atau mesh point dapat
digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 6. Distribusi temperatur pada pelat logam


Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 15

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Telah dapat dibuat sebuah program komputasi perhitungan distribusi panas pada pelat
logam dalam keadaan tunak dengan Persamaan Laplace dua dimensi dengan
penyelesaian

Persamaan

Diferensial

Parsial

(PDP)

Metode

Beda

Hingga

menggunakan Matlab 7.9


b. Semakin banyak jumlah elemen titik-titik domain atau mesh point semakin akurat
hasil penyebaran temperatur.
c. Panas menyebar dari titik yang temperaturnya lebih tinggi menuju ke titik yang
temperaturnya lebih rendah.

5.2 Saran
Dari hasil analisis penelitian komputasi distribusi temperatur pelat logam
dalam keadaan tunak dengan penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Laplace Dua
Dimensi Metode Beda Hingga menggunakan Matlab 7.9 ini, terdapat bebrapa
kekurangan dan terdapat bebrapa hal yang dapat disarankan bahwa jika sistem
persamaan linear yang diperoleh dari metode beda hingga (Finite Difference) berorde
100 atau kurang dari itu, maka lebih baik memilih metode Eliminasi Gauss sebagai
langkah penyelesaian akhir. Alasannya karena, direct method seperti eliminasi Gauss,
lebih stabil dibandingkan metode iterasi. Tetapi jika orde-nya lebih dari 100,
disarankan memilih metode iterasi seperti iterasi Gauss-Seidel, atau menggunakan
metode SOR (Successive Over Relaxation) yang terbukti lebih efisien dibanding
Gauss-Seidel. Jika matrik A bersifat positive definite, metode Court Factorization
adalah pilihan yang paling tepat karena metode ini sangat efisien sehingga bisa
menghemat memori komputer.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 16

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Aminudin, Jamrud, 2008, Dasar-dasar Fisika Komputasi Menggunakan


MATLAB, Bandung: Gava Media.

[2]

Boas, Mary L, 1983, Mathematical Methods in the Physical Sciences, Edisi


ke-2, John Wiley and Sons, New York.

[3]

http://supriyanto.fisika.ui.ac.id/laci04/komputasi_matlab_3.pdf

[4]
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/docs/matek/MT%20Persamaan%20Diferensial%
20Parsial.pdf
[5]
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,%20S.Si.,%20M.Si.
/PDP%20JADI.pdf
[6]

http://www.unsri.ac.id/upload/arsip/persamaan%20differensial%20parsial.pdf

[7]

http://eprints.ums.ac.id/1397/1/8._RITA_P_new.pdf

[8]

http://wiki.verkata.com/id/wiki/Persamaan_diferensial

[9]
http://www.opi.lipi.go.id/utama.cgi?bacaforum&teknis&1256550021&&&10
83714576
[10]

Krane, Kenneth S, 1992, Fisika Modern, Penerbit Universitas Indonesia,


Jakarta

[11]

Suarga, M.Sc dan Math., M. Ph.D, 2007, Fisika Komputasi Solusi Problema
Fisika dengan MATLAB, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 17

Lampiran I
Penjabaran dari perhitungan 9 mesh point
Koordinat (2,2):

4 2, 2 1, 2 3, 2 2,1 2,3 0
4 2, 2 3, 2 2,3 75 0
Koordinat (3,2):

4 3, 2 2, 2 4, 2 3,1 3,3 0

4 3, 2 2, 2 4, 2 3,3 0
Koordinat (4,2):

4 4, 2 3, 2 5, 2 4,1 4,3 0
4 4, 2 3, 2 4,3 50 0
Koordinat (2,3):

4 2,3 1,3 3,3 2, 2 2, 4 0


4 2,3 3,3 2, 2 75 0
Koordinat (3,3):

4 3,3 2,3 4,3 3, 2 3, 4 0


Koordinat (4,3):

4 4,3 3,3 5,3 4, 2 4, 4 0


4 4,3 3,3 4, 2 4, 4 50
Koordinat (2,4):

4 2, 4 1, 4 3, 4 2,3 2,5 0
4 2, 4 3, 4 2,3 75 100
Koordinat (3,4):

4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 3,5 0
4 3, 4 2, 4 4, 4 3,3 100
Koordinat (4,4):

4 4, 4 3, 4 5, 4 4,3 4,5 0
4 4, 4 3, 4 4,3 50 100

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 18

Lampiran II
FLOWCHART ITERASI GAUSS-SEIDEL PERSAMAAN LAPLACE 2-D
START

masukkan matriks ukuran MxN [9x9]


dan matriks B [1x9], batas iterasi, dan
toleransi error (sc)

For I= 1 to iterasi max (100)

JUMLAH = 0

For J= 2 to n

xb=xl
xb(n,1)=(smtr4+b(n,1))/A(n,n)
s=s+(xb(i,1)-xl(i,1))^2

NEXT J
Tidak
Ya

if epsilon<sc

NEXT J

Cetak Hasil penyelesaian=Xb

Cetak Hasil penyelesaian


tidak ditemukan dalam 100 iterasi,
hasil hitung Xb[1],Xb[2],Xb[n]

END
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 19

Lampiran III
Script Program
Script Perhitungan metode Iterasi Gauss-Seidel
clear all
clc
% Integrasi numerik soal UTS no.3 SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE 2D
%By Uswatun Chasanah-093224022-FISIKA REG'09
disp('*****Its Me USWATUN CHASANAH dan ini ProgramKu*****')
disp('$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$')
disp('++
++')
disp('++
MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE 2D
++')
disp('++===============================================++')
disp('$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$')
disp('
')
n=9;
A=[ 4 -1 0 -1 0 0 0 0 0;
-1 4 -1 0 -1 0 0 0 0;
0 -1 4 0 0 -1 0 0 0;
-1 0 0 4 -1 0 -1 0 0;
0 -1 0 -1 4 -1 0 -1 0;
0 0 -1 0 -1 4 0 0 -1;
0 0 0 -1 0 0 4 -1 0;
0 0 0 0 -1 0 -1 4 -1;
0 0 0 0 0 -1 0 -1 4];
b=[75; 0; 50; 75; 0; 50; 175; 100; 150];
%&&&&&&& ITERASI GAUSS-SEIDEL &&&&&&&&&&&&&&&&&&
itermax=100; %iterasi maksimum
%----nilai awal----------xl=[0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0];
xb=xl;
%----stopping criteria----------sc=0.001;
%----memulai iterasi------------for iterasi=1:itermax
smtr1=0;
for j=2:n
smtr1=smtr1+A(1,j)*xl(j,1);
end
xb(1,1)=(-smtr1+b(1,1))/A(1,1);
%---------------------------------------------for i=2:n-1
smtr2=0;
for j=i+1:n
smtr2=smtr2-A(i,j)*xl(j,1);
end
smtr3=0;
for k=1:i-1
smtr3=smtr3-A(i,k)*xb(k,1);
end
xb(i,1)=(smtr3+smtr2+b(i,1))/A(i,i);
end
%---------------------------------------------smtr4=0;
for k=1:n-1
smtr4=smtr4-A(n,k)*xb(k,1);
end

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

M a k a l a h F i s i k a K o m p u t a s i | 20
xb(n,1)=(smtr4+b(n,1))/A(n,n);
%------perhitungan norm2 ------------s=0;
for i=1:n
s=s+(xb(i,1)-xl(i,1))^2;
end
epsilon=sqrt(s);
%------------------------------------xl=xb;
%------memeriksa stopping criteria-------if epsilon<sc
Psi=xb
break
end
%----------------------------------------End

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) Metode Beda Hingga

Anda mungkin juga menyukai