Anda di halaman 1dari 14

PERSAMAAN DIFERENSIAL TAK-HOMOGEN UNTUK KOEFISIEN TAK-TENTU

Persamaan diferensial orde kedua tak homogen diformulasikan dalam bentuk


( )= ( )
+ + = ( )
Penyelesaian persamaan diferensial tak homogen ditulis dalam bentuk
( )= ( )+ ( )

Di mana ( ) adalah penyelesaian karakteristik persamaan diferensial homogen, sedangkan


( ) adalah penyelesaian partikelir/ penyelesaian khusus yang berpadanan dengan persamaan
diferensial. Untuk menyelesaian persamaan yang harus dilakukan adalah
1. Menentukan penyelesaian umum persamaan diferensial homogen yang bersesuaian
dengan persamaan. Penyelesaian dituliskan dalam bentuk
( )= ( )+ ( )
2. Menentukan penyelesaian partikulir ( ) persamaan.
3. Jumlahkan kedua penyelesaian untuk membentuk penyelesaian umum persamaan
diferensial tak homogen. Untuk mendapatkan penyelesaian khusus persamaan diperoleh
dengan mensubstitusi syarat awal yang telah diketahui.
Dalam menentukan penyelesaian persamaan diferensial orde kedua tak homogen harus
menentukan penyelesaian partikulirnya terlebih dahulu.

Dalam bagian ini dipelajari metode-metode untuk memperoleh jika sudah diketahui.

Metode Bentuk Sederhana


Metode koefisien tak-tentu dapat diterapkan hanya jika ( ) dan semua turunannya dapat
dituliskan dalam suku-suku himpunan yang sama dari fungsi-fungsi yang independent
secara linier yang dilambangkan dengan { ( ), ( ), … , ( )}. Metode ini diawali dengan
mengasumsikan bahwa penyelesaian tertentunya memiliki bentuk
( )= ( )+ ( )+ … + ( )

Di mana , , …, melambangkan konstanta multiplikatif sembarang. Konstanta-konstanta


sembarang ini kemudian ditentukan dengan memasukkan penyelesaian yang diajukan ke dalam
persamaan diferensial yang diberikan dan menyetarakan koefisien-koefisien yang memiliki suku-
suku yang sama.
Penggunaan Koefisien Tak Tentu (undetermined coefficient/UC)
Metode koefisien tak tentu memberikan asumsi tertentu yang sebanding dengan suku tak
homogen harus ditentukan. Bentuk koefisien tak tentu yang digunakan berdasarkan suku tak
homogen persamaan. Metode koefisien tak tentu digunakan jika suku-suku dalam ( ) terdiri
dari sejumlah hingga turunan yang bebas linier. Hal ini bahwa metode koefisien tak tentu dapat
diterapkan jika ( ) memuat suku-suku seperti , , , sin , cos dan kombinasi dari
suku-suku tersebut. Penentuan koefisien tak tentu mengacu dari bentuk forcing function ( ).
Penyelesaian umum partikulir ditentukan tergantung koefisien tak tentu (undetermined
coefficient/UC) yang merupakan kombinasi linier himpunan koefisien tak tentu dari ( ).
Substitusikan bentuk UC yang ditentukan beserta turunannya ke dalam persamaan diferensial.
Dengan membandingkan koefisien ruas kiri dengan ruas kanan akan diperoleh konstanta-
konstanta penyelesaian partikulir. Sebagai panduan untuk menentukan bentuk umum
(undetermined coefficient/UC) dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Himpunan bebas linier undetermined coefficient suku tak homogen
NO R(x) = U C function Bentuk Pilihan Yp(x)

1 C xn C3 xn + C4 xn–1 + C5 xn–2 + … + Cn–1 x + Cn

2 C eax C eax

3 C xn eax C3 xn eax + C4xn–1 eax + … + Cn–2 x2 eax + Cn–1 x eax + Cn eax

4 C sin (px + q) C3 sin (px + q) + C4 cos (px + q)


C cos (px + q)

5 C xn sin (px + q) C3 xn sin Ipx + q) + C4 xn cos (px + q) + … + Cn–2 x sin (px + q)


C xn cos (px + q) + Cn–1 x cos (px + q) + sin (px + q) + cos (px + q)

6 C eax sin (px + q) C3 eax sin (px + q) + C4 eax cos (px + q)


C eax cos (px + q)

Jika ada suku ( ) memuat suku dalam ( ) factor tak homogen, memuat kali suku-suku
dalam penyelesaian homogen maka penyelesaian partikulir perlu dimodifikasi bentuk pilihan
( )-nya yang terdapat pada tabel, sehingga bentuk pilihan ( ) tidak sama dengan basis
penyelesaian homogen. Misalkan ( ) suku dalam ( ), jika ada suku dalam ( ) yang sama
dengan ( ) dengan factor pengalinya maka penyelesaian partikulir yang berpadanan dengan
suku ini diberikan oleh ( )
Kasus 1: ( ) = ( ) polynomial tingkat ke-n dalam x.
Asumsikan penyelesaian memiliki bentuk

= + + ..+ +

Di mana ( = 0, 1, 2, … , ) adalah konstanta yang harus ditentukan

Contoh
′′ ′
1. Selesaikan − − 2 = 4
Diperoleh penyelesaian karakteristik, = + . Di sini ∅( ) = 4 , suatu
polinomial tingkat-kedua. Digunakan penyelesaian partikulir,
= + + (1)
Jadi, ′ = 2 + dan ′′ = 2 . Dengan memasukan hasil-hasil ini ke dalam

persamaan diferensial, kita memperoleh


2 − (2 + ) − 2( + + )= 4
atau, ekuivalen dengan
(−2 ) + (−2 − 2 ) + (2 − −2 )= 4 + (0) + 0

Dengan menyetarakan koefisien-koefisien yang memiliki pangkat x yang sama, kita


memperoleh

−2 =4 (−2 −2 )=0 2 − −2 =0

Jika sistem ini diselesaikan, kita memperoleh = −2, = 2, dan = −3. Jadi
penyelesaiannya menjadi

= −2 + 2 −3

dan solusi umumnya adalah

= +

= + −2 + 2 −3
2. Selesaikan ̈ − 6 ̇ + 25 = 50 − 36 − 63 + 18
Diperoleh penyelesaian karakteristik
= cos 4 + sin 4
Di sini ∅( ) adalah polinomial tingkat-ketiga dalam t. Digunakan penyelesaian partikulir,
menggantikan x dengan t,
= + + + (1)
Dengan demikian,
̇ =3 +2 +
̈ =6 +2

Dengan memasukkan nilai-nilai ke dalam persamaan diferensial, kita memperoleh

(6 +2 ) − 6(3 +2 + ) + 25( + + + ) = 50 − 36 − 63 + 18

atau
(25 ) + (−18 + 25 ) + (6 − 12 + 25 ) + (2 −6 + 25 ) = 50 − 36 − 63 + 18

Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku dengan pangkat t yang sama, kita
memperoleh

25 = 50; −18 + 25 = −36; 6 − 12 + 25 = −63; 2 −6 + 25 = 18

Jika keempat persamaan aljabar ini diselesaikan secara simultan, kita memperoleh = 2,
= 0, = −3, dan = 0, sehingga (1) menjadi

= 2 −3

Solusi umumnya adalah

= +
= cos 4 + sin 4 + 2 −3
Kasus 2: ( ) = di mana k dan adalah konstanta-konstanta yang diketahui
Asumsikan penyelesaian memiliki bentuk
=

Di mana adalah konstanta yang harus ditentukan

Contoh
′′ ′
1. Selesaikan − − 2 =
Diperoleh penyelesaian karakteristik, = + . Di sini ∅( ) memiliki bentuk
yang diberikan dalam Kasus 2 dengan k =1 dan = 3. Digunakan penyelesaian partikulir,
= (1)
Jadi, ′ = 3 dan ′′ = 9 . Dengan memasukkan hasil-hasil ini ke dalam

persamaan diferensial, kita memperoleh


9 − 3 −2 = atau 4 =

Maka 4 = 1, atau = , sehingga (1) menjadi =

Solusi umumnya adalah


1
= + +
4

2. Selesaikan ̈ − 6 ̇ + 25 = 64 .
Diperoleh penyelesaian karakteristik
= cos 4 + sin 4
Di sini ∅( ) memiliki bentuk yang diberikan dalam Kasus 2 di mana variabel independen x
digantikan oleh t, k =64 dan = −1. Digunakan penyelesaian partikulir, menggantikan x
dengan t,
= (1)
Dengan demikian, ̇ = − dan ̈ = . Dengan memasukkan hasil-hasil ini ke dalam
persamaan diferensial, kita memperoleh
− 6(− ) + 25( ) = 64
atau 32 = 64 . Maka 32 = 64 atau = 2, sehingga (1) menjadi = 2 .

Solusi umumnya adalah

= +
= cos 4 + sin 4 + 2

Kasus 3: ( ) = + di mana , dan adalah konstanta-konstanta


yang diketahui
Asumsikan penyelesaian memiliki bentuk
= sin + cos

Di mana dan adalah konstanta yang harus ditentukan. Asumsi dilakukan secara utuh
walaupun bentuk ( ) hanya salah satu unsur sinus atau cosinus, karena turunan dari
sinus dan cosinus melibatkan sinus dan cosinus juga.

Contoh
1. Selesaikan − − 2 = sin 2
Diperoleh penyelesaian karakteristik, = + . Di sini ∅( ) memiliki bentuk
yang diberikan dalam Kasus 3 dengan = 1, = 0, dan = 2. Digunakan penyelesaian
partikulir,
= sin 2 + cos 2 (1)
Diperoleh: ′ = 2 cos 2 − 2 sin 2 dan ′′ = −4 sin 2 − 4 cos 2 .
Dengan memasukkan hasil-hasil ini ke dalam persamaan diferensial, kita memperoleh
(−4 sin 2 − 4 cos 2 ) − (2 cos 2 − 2 sin 2 ) − 2( sin 2 + cos 2 ) = sin 2
atau, ekuivalen dengan
(−6 + 2 ) sin 2 + (−6 − 2 ) cos 2 = (1) sin 2 + (0) cos 2
Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama, kita memperoleh
−6 + 2 = 1 −2 − 6 = 0
Jika sistem ini diselesaikan, kita memperoleh = −3/20 dan = 1/20. Maka dari (1),
3 1
= − sin 2 + cos 2
20 20
dan solusi umumnya adalah
= +

= + − sin 2 + cos 2

2. Selesaikan ̈ − 6 ̇ + 25 = 2 sin − cos

Diperoleh penyelesaian karakteristik = cos 4 + sin 4


Di sini ∅( ) memiliki bentuk yang diberikan dalam Kasus 3 di mana variabel independen x

digantikan oleh t, = 2, = −1, dan = . Digunakan penyelesaian partikulir,

menggantikan x dengan t,

= sin + cos (1)

Dengan demikian ̇ = cos − sin dan ̈ = − sin − cos

Dengan memasukkan hasil-hasil ini ke dalam persamaan diferensial, kita memperoleh

− sin − cos −6 cos − sin + 25 sin + cos = 2 sin − cos

yang, ekuivalen dengan


99 99
A + 3B sin + ( − 3 + B ) cos = 2 sin − cos
4 2 4 2 2 2
Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama, kita memperoleh
99 99
A + 3B = 2; −3 + B = −11
4 4
Maka A = dan B = − , sehingga (1) menjadi
56 20
= sin − cos
663 2 663 2
Solusi umumnya adalah
= +

= cos 4 + sin 4 + sin − cos


Generalisasi
Jika ( ) adalah hasil kali dari suku-suku dari kasus 1 sampai kasus 3, ambillah sebagai hasil
kali dari penyelesaian yang diasumsikan dan secara aljabar digabungkan konstanta-konstanta
sembarang jika memungkinkan.
1. Jika ( ) = . p(x) adalah hasil kali polynomial dengan eksponensial, asumsikan
= ( + + .. + + )
2. Jika ( )= . sin bx adalah hasil kali ekponensial dengan sinus atau ( )=
. cos bx hasil kali eksponensial dengan cosinus, asumsikan
= sin ( + …+ + )+ cos ( + …+ + )
Dengan A dan B (j = 0, 1, 2, …, n) adalah konstanta yang harus ditentukan
3. Jika ( ) adalah jumlah (atau selisih) dari suku-suku yang telah disebutkan, maka bisa
diambil sebagai jumlah (atau selisih) dari solusi-solusi yang diasumsikan dan secara
aljabar dapat digabungkan konstanta-konstantanya.
Jika ada suku dalam solusi yang diajukan dengan mengabaikan konstanta multiplikatif yang
juga merupakan suku dari (solusi homogen), maka solusi yang diasumsikan harus
dimodifikasi dengan mengalikannya dengan dengan m adalah integer positif terkecil
sehingga hasil kali dari dengan solusi yang diasumsikan tidak memiliki nilai-nilai yang sama
dengan .

Contoh Soal dan Penyelesaiannya


1. Selesaikan −6 + 11 −6 =2
Diperoleh penyelesaian karakteristik
= + +
Di sini ∅( ) = ( ), di mana = −1 dan ( ) = 2 , suatu polinomial tingkat-
pertama. Digunakan penyelesaian partikulir, kita mengasumsikan
= ( + ), atau
= + (1)
Jadi,
′ =− + −
′′ = −2 +
′′′ = − +3 −
Dengan memasukkan hasil-hasil ini ke dalam persamaan diferensial dan
menyederhanakannya, kita memperoleh
−24 + (26 − 24 ) =2 + (0)
Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama, kita memperoleh
−24 = 2; 26 − 24 =0
Yang menghasilkan =− dan = − .

Persamaan (1) menjadi


1 13
= − −
12 144
dan solusi umumnya adalah
1 13
= + + − −
12 144

2. Tentukan bentuk suatu solusi tertentu dari =9 +2 −1


Di sini ∅( ) = 9 + 2 − 1, dan solusi dari persamaan diferensial homogen yang
berkaitan = 0 adalah = + . Karena ∅( ) adalah polinomial tingkat-kedua,
pertama-tama kita akan mencoba = + + . Akan tetapi, perhatikan
bahwa solusi yang diasumsikan ini memiliki suku-suku, dengan mengabaikan konstanta-
konstanta multiplikatif, yang sama dengan : tepatnya, suku pangkat-pertama dan suku
konstanta. Oleh karena itu, kita harus menentukan integer positif terkecil m sehingga
( + + ) tidak memiliki suku-suku yang sama dengan .
Untuk = 1 , kita memperoleh
( + + )= + +
yang masih memiliki suku tingkat-pertama yang sama dengan . Untuk = 2 kita
memperoleh
( + + )= + +
yang tidak memiliki suku yang sama dengan ; dengan demikian, kita akan
menggunakan bentuk ekspresi matematis ini untuk menyatakan .
3. Selesaikan = 12 + 12 − 6
Dengan menggunakan hasil-hasil dari soal 8, kita memiliki = + dan
mengasumsikan
= + + (1)
Dengan memasukkan (1) ke dalam persamaan diferensial, kita memperoleh
12 +6 +2 = 12 + 12 − 6
Yang menghasilkan = 1, = 2, dan = − . Maka (1) menjadi

= +2 −3
dan solusi umumnya adalah
= + + +2 −3
Solusi tersebut dapat diperoleh hanya dengan melakukan dua kali integrasi pada kedua
sisi persamaan diferensial terhadap x.

4. Selesaikan −5 =2 .
Diperoleh penyelesaian karakteristik = . Karena ∅( ) = 2 , dari persamaan
(11.2) dapat dilihat bahwa asumsi untuk haruslah = . Akan tetapi,
perhatikan bahwa ini memiliki bentuk yang tepat sama dengan ; oleh karena itu,
kita harus memodifikasi . Dengan mengalikan dengan ( = 1), kita memperoleh
= (1)
Karena ekspresi matematis ini tidak memiliki suku-suku yang sama dengan ; maka
persamaan ini merupakan kandidat sebagai solusi tertentu. Dengan memasukkan (1)
dan ′ = + 5 ke dalam persamaan diferensial dan
menyederhanakannya, kita memperoleh =2 , sehingga = 2. Persamaan
(1) menjadi = 2 dan solusi umumnya adalah = ( +2 ) .

5. Tentukanlah bentuk suatu solusi tertentu dari


− 5 = ( − 1) sin + ( + 1) cos
Di sini ∅( ) = ( − 1) sin + ( + 1) cos . Dan dari soal 10.3 kita mengetahui bahwa
solusi unutk soal homogen yang berkaitan − 5 = 0 adalah = . Asumsi
solusi untuk ( − 1) sin diberikan oleh Pers. (11.5) (dengan = 0) sebagai
( + ) sin + ( + ) cos
Dan asumsi solusi untuk ( + 1) cos juga diberikan oleh Pers. (11.5) sebagai
( + ) sin + ( + ) cos
(Perhatikan bahwa kita telah menggunakan C dan D dalam ekspresi matematis yang
terakhir, karena konstanta A dan B telah digunakan.) Maka kita memakai
=( + ) sin + ( + ) cos + ( + ) sin + ( + ) cos
Dengan menggabungkan suku-suku yang sama, kita memperoleh
=( + ) sin + ( + ) cos
Sebagai solusi yang diasumsikan, di mana = + dan = + ( = 0, 1).

6. Selesaikan
− 5 = ( − 1) sin + ( + 1) cos
Diperoleh penyelesaian karakteristik = . Dengan menggunakan hasil-hasil dari
Soal 11, kita mengasumsikan
=( + ) sin + ( + ) cos (1)
Jadi, =( − − ) sin + ( + + ) cos

Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan diferensial dan


menyederhanakannya, kita memperoleh
(−5 − ) sin + (−5 + − ) sin + (−5 + ) cos + (−5 +
+ ) cos = (1) sin + (−1) sin + (1) cos + (1) cos
Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama, kita memperoleh
−5 − =1
−5 + − = −1
−5 =1
−5 + =1
Jika diselesaikan, kita memperoleh =− , = , =− , dan =− .

Makan dari (1),


2 71 3 69
= − + sin + ( − − ) cos
13 338 13 338
dan solusi umumnya adalah
2 71 3 69
= + − + sin − ( + ) cos
13 338 13 338

7. Selesaikan −5 =3 − 2 + 1.
Diperoleh penyelesaian karakteristik = . Di sini kita dapat menuliskan ∅( )
sebagai jumlah dari dua fungsi yang mudah ditangani; ∅( ) = (3 ) + (−2 + 1).
Untuk suku 3 kita akan mengasumsikan solusi dalam bentuk ; untuk suku −2 +
1 kita akan mengasumsikan solusi dalam bentuk + . Jadi, kita mencoba
= + + (1)
Dengan memasukkan (1) ke dalam persamaan diferensial dan menyederhanakannya,
kita memperoleh
(−4 ) + (−58 ) + ( −5 ) = (3) + (−2) + (1)
Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama, kita memperoleh

=− , = , dan = − . Maka (1) menjadi


3 2 3
=− + −
4 5 25
dan solusi umumnya adalah
3 2 3
= − + −
4 5 25

8. Selesaikan −5 = −
Diperoleh penyelesaian karakteristik = . Di sini ∅( ) = − , yang
merupakan selisih dari dua suku, masing-masing dalam bentuk yang mudah ditangani.
Untuk kita akan mengasumsikan solusi dalam bentuk
( + + ) (1)
Untuk kita pertama-tama akan mencoba solusi dalam bentuk
( + )= +
Akan tetapi asumsi solusi ini akan memiliki, dengan mengabaikan konstanta-konstanta
multiplikatif, suku yang sama dengan . Oleh karena itu kita terpaksa harus
memakai persamaan yang sudah dimmodifikasi
( + )= ( + ) (2)
Sekarang kita mengambil sebagai jumlah dari (1) dan (2):
= ( + + )+ ( + ) (3)
Dengan memasukkan (3) ke dalam persamaan diferensial dan menyederhanakannnya,
kita memperoleh
[(−4 ) + (2 −4 ) +( −4 )] + [(2 ) + ]
= [(1) + (0) + (0)] + [(−1) + (0)]
Dengan menyetarakan koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama, kita memperoleh
−4 =1 2 −4 =0 −4 =0 2 = −1 =0
yang memberikan

=− =− =− =− =0

Persamaan (3) menjadi


1 1 1 1
= − − − −
4 8 32 2
dan solusi umumnya adalah
1 1 1 1
= + − − − −
4 8 32 2

Penggunaan Variabel Kompleks


Penyelesaian persamaan diferensial orde kedua tak homogen dapat diselesaikan menggunakan
variable kompleks. Dengan mengubah ( ) sebagai fungsi variable kompleks. Penyelesaian partikulir
( ) memenuhi hal-hal sebagai berikut

1. Bagian riil ( ) adalah penyelesaian persamaan diferensial dengan ( ) digantikan oleh bagian
riilnya.
2. Bagian imajiner ( ) adalah penyelesaian persamaan diferensial dengan ( ) digantikan oleh
bagian imajinernya.

Penggunana Variasi Parameter

Bentuk umum persamaan diferensial orde kedua tak homogen

+ + = ( )
Untuk kasus ( ) = tan , fungsi ini mempunyai turunan bebas linier sejumlah tak hingga banyaknya
sehingga metode koefisien tak tentu tidak bisa diterapkan. Asumsikan fungsi ( ) kontinu pada interval
dan tidak ekuivalen dengan nol pada interval ini. Anggaplah dan adalah dua penyelesaian bebas
linier persamaan homogen + + = 0.

Misalkan fungsi ( )= + dengan dan fungsi-fungsi tak diketahui. Dengan substitusi


( ) ke persamaan diperoleh

( + )+ ( ′ ′ + ′ ′) + + + ( ′+ ′)
+ ( ′ + ′ )+ ( + )= ( )

Anda mungkin juga menyukai