Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU LOGAM

Nama

: DIMAS FAISAL LUTFIANTO

NIM

: 2012-72-017

Kelompok

:1

LABORATORIUM ILMU LOGAM


TEKNIK MESIN
STT-PLN JAKARTA
2014
BAB I
TEORI DASAR

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

1.1

TEORI DASAR PENGUJIAN METALOGRAFI


Metalografi

merupakan

disiplin

ilmu

yang

mempelajari

hubungan antara struktur mikro dan sifat sifat logam serta paduan
dengan potongan alat seperti : mikroskop optic, mikroskop electron
dan fraksi sinar X, untuk mempelajari struktuk mikro logam tersebut
haruslah dilakukan persiapan sample yang baik dan benar. Pada
pratikum Metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan
metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pengamatan Makro
Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 100
kali.
2. Pengamatan Mikro
Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100
kali.
Sebelum

dilakukan

mikroskop maka

pengamatan

mikrostruktur

dengan

diperlukan persiapan sample. Tahapan Kerja

Preparasi Sample :
1) Penentuan Wilayah Kerja Sample
Dalam pemotongan dan

pengambilan

sample,

perlu

diperhatikan wilayah kerja sample yang akan diamati yang


biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar :
Bidang Transversal
: Tegak lurus terhadap arah sumbu

deformasi panas.
Bidang Planar

: Sejajar dengan sumbu pengerjaan

dan memiliki luas permukaan yang paling bersinggungan

dengan nol.
Bidang Longitudinal : Tegak lurus dengan bidang planar
dan sejajar dengan arah pengerjaanya.

2) Pemotongan Sample
Teknik pemotongan sample dapat dilakukan dengan :
Pematahan
: Untuk bahan getas dan keras
1
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Penggutingan : Untuk baja karbon rendah yang tipis dan

lunak
Penggergajian : Untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
Pemotongan abrasi
Bidang longitudinal : Tegak lurus terhadap bidang planar da
sejajar dengan arah pengerjaan.

3) Pemasangan Sample (Mounting)


Prosedur Mounting dilakukan apabila sample terlalu kecil,
bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecahdan berongga.
4) Pengamplasan
Pengamplasan bertujuan meratakan dan mengahaluskan
permukaan

sample

yang

akan

diamati.

Pengamplasan

ini

dilakukan secara berurutan yaitu memakai amplas kasar hingga


amplas halus (no # tinggi).
5) Pemolesan
Pemolesan bertujuan untuk lebih mengahaluskan dan
melincinkan permukaan sample yang akan diamati setelah
pengamplasan.
6) Etsa/Ecthing
Dilakukan untuk mengikis daerah batas butir sehingga
struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan
mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sample secara kimia
pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, ke
dalam butir dan komposisi dari sample. Selama etsa, permukaan
sample diusahakan harus selalu terendamdalam zat etsa.
7) Mikroskop Optik

2
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Mikroskop yang umumnya dipakai dalam pengamatan


metalografi adalah mikroskop optik, Mikroskop optik terdiri dari
tiga lensa, yaitu :
l. Lensa Okuler (lensa mata, eye piece)
ll. Lensa pemantul
lll. Lensa Obyektif

BAB II
3
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN


DATA PENGAMATAN
2.1. PENGUJIAN METALOGRAFI
I.
Pelaksanaan Praktikum
Alat dan Perlengkapan:
1. Benda Uji
2. Amplas dengan bermacam-macam kekerasan
3.
4.
5.
6.
7.
II.

(grit) Kain

poles (Wool, Bludru)


Mesin Poles
Batu Langsol
Pasta Alumina untuk polis
Larutan Etsa (HNO3 dan Alkohol)
Mikroskop + Kamera

Langkah Percobaan
1. Tahapan Pemotongan
Dipotong ( tanpa deformasi dan perubahan struktur)

atau tidak dipotong.


Bebas dari goresan akibat preparasi (Grinding dan

Polishing)
Permukaan halus dan rata (dari pinggir sampai ketengah

specimen)
2. Mounting
Bentuk sandwich terdiri dari specimen lembaran tipis
Compression (Hot Mounting) memanfaatkan temperatur
dan tekanan. Material yang umum jenis thermosetting
resin misalnya phenoic (Bakalite) atau termoplastik resin

misalnya methyl methacrylate.


Cold Mounting, tanpa panas dan tekanan. Material yang
umum dimanfaatkan jenis epoxy resin, polyster dan

ecrylics.
3. Grinding
Tahapan

kasar

grit

size

280,

untuk

meratakan

permukaan menghilangkan kerak (scale) dan lapisan lain


dipermukaan logam.

4
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Tahapan halus (grit bertahap 400, 600, 1200, 1500 dan


2000) dengan kertas amplas silicon carbide 9SiC0
alumunium Oxide (AL2O3) atau emery (AL2O3 Fe3O4),
Composite ceramic atau diamond, diperlukan media
pendingin untuk menghindari terjadinya deformasi dan
kenaikan temperatur pada specimen.

Ampelas 200

Ampelas 400

Ampelas 600

Ampelas 800

Ampelas 1000

Ampelas 1500

Ampelas 2000

5
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

4. Mechanical Polishing
Specimen dipegang dengan tangan (hand polishing) atau
secara

mekanis

dipolishing

(automatic

pada

polishing)

permukaan

kemudian

rotating

sampai

mendapatkan permukaan yang rata dan halus dengan


dipoles poles dengan kain

Etsa

(etching),

proses

interaksi

antara

permukaan

specimen logam dengan cairan kimia tertentu, sehingga


tampak keadaan mikrostruktur specimen logam dibawah
mikroskop

( Gambar Larutan ETSA )

( Gambar Mikroskop Optik )

MULAI

( Gambar Pasta Alumina )

( Gambar Benda Uji )

Bersihkan sample dengan air, lakukan


poles kasar dan nyalakan mesin poles, atur
kecepatan putarmeja poles pada putaran
6 sedang, buka keran air dengan debit kecil,
LABORATORIUM
tekankan sample
keatas meja yangILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA
berputar.

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Pengamplasan Sample
dengan amplas kasar dan
gerakan amplas hanya satu
arah, yaitu maju.
Pengamplasan halus. Yang
sebelumnya dibersihkan dulu
dengan air.
Bersihkan sample dengan air,
perhatikan permukaan
sample tsb. Bila masih
terlihat garis amplas ulangi
pengamplasan halus.

Lakukan poles halus dengan autosol.

Bersihkan permukaan sample dengan air an


alcohol, lalu celupkan sample ke dalam
larutan etsa selama dua detik, lalu angkat
dan bersihkan dengan alcohol dan
keringkan dengan blower.

Letakkan sample pada preparat, yang


sebelumnya bagian sample ditempel lilin.

Nyalakan lampu mikroskop,


tentukan perbesaran lensa
obyektif.

Pengidentifikasian dan memfoto


mikrostruktur.

Atur focus, amati


mikrostruktur dan
gambarkan apa adanya.

Letakkan sample di atas meja obyektif


micros.

Ambil sample dari meja


objektif dan matikan lampu
mikroskop.

Letakkan sample di atas meja


obyektif mikroskop optik.

SELESAI

BAB III
ANALISA

7
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

3.1. ANALISA PENGUJIAN METALOGRAFI


A. Analisa Teori
Untuk

melakukan

uji

metalografi

yang

berguna

untuk

mempelajari struktur mikro logam haruslah disiapkan sample baik


dan benar. Metalografi pada dasarnya suatu teknik atau metode
persiapan material untuk mengukur, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam material yang
dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia, orientasi butir,
jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya. Adapun secara garis
besar langkah-langkah yang dilakukan pada metalografi adalah:
1. Pemotongan spesimen (sectioning)
2. Pembikaian (mounting)
3. Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding, abrasion and
polishing)
4. Pengetsaan (etching)
5. Observasi pada mikroskop optik
Pada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua
hal

yaitu

macrostructure

(stuktur

makro)

dan

microstructure

(struktur mikro). Struktur makro adalah struktur dari logam yang


terlihat secara makro pada permukaan yang dietsa dari spesimen
yang telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah struktur dari
sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara khusus yang
terlihat dengan menggunakan perbesaran minimum 25x.

Dalam praktikum melografi yang bertujuan untuk mempelajari


dan mengidentifikasi struktur logam dengan bantuan optik. Alat
yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari :

8
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

1. Benda Uji
2. Amplas
3.
4.
5.
6.
7.

dengan

bermacam-macam

kekerasan

(hardeness) kain poles (wool,blundru)


Mesin poles
Batu langsol
Pasta Alumina untuk polis
Larutan ETSA ( HNO3 dan Alkohol)
Mikroskop dan Kamera

Dari ketujuh alat tersebut semuanya dalam keadaan yang baik


sehingga tidak memberikan pengaruh yang besar saat praktikum.
Untuk benda uji (bahan) yang digunakan sebelumnya dipotong
menggunakan gerinda untuk menyesuaikan ukurannya agar nanti
dapat diletakkan dibawah mikroskop dan untuk menentukan daerah
yang akan diamplas. Sedangkan untuk amplas (alat) praktikan
menggunakan amplas 280,400,800,1500,dan 2000. Pasta Alumina
yang digunakan ada 2 jenis sesuai dengan grade yang telah
ditentukan sebelumnya. Dan untuk mikroskop yang digunakan
adalah mikroskop elektron yang memiliki ketelitian lebih baik dari
mikroskop pada umumnya.
Penggunaan kamera pada praktikum melografi ini ditujukan
untuk memfoto specimen yang diletakkan dibawah mikroskop yang
sebelumnya

sudah

selesai

melalui

proses

praktikum.Sehingga

kamera sudah dipersiapkan dalam keadaan baik dan terpasang


dengan mikroskop.
Kemudian untuk larutan ETSA yang telah disediakan oleh
asisten.

Larutan

itu

sendiri

harus

digunakan

secara

hati-

hati,sehemat mungkin,dan juga dengan pengawasan asisten karena


larutan tersebut memiliki dampak yang buruk bagi praktikan jikak
digunakan dengan baikdan benar. Pada praktikum melaografi ini
menggunakan pasta alumina 2 jenis yang memiliki grade berbeda
satu sama lainnya. Pasta ini disediakan yang bertujuan untuk proses
polishing.

9
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Itulah beberapa analisa alat dan bahan yang dapat praktikan


jelaskan.
B.

Analisa Percobaan
Pada uji metralografi kali ini praktikan akan mempelajari dan
mengidentifikasi struktur mikro logam dengan bantuan mikroskop
optic. Praktikan diberi benda uji berupa batang besi berbentuk bulat.
Pada langkah ini, tahap 1 3 yang terdapat pada modul tidak
dilakukan karena benda uji yang diberi sudah mengalami langkah 1
3 sebelumnya. Setelah benda uji diamplas dengan tingkat
kekasaran amplas dimulai dari amplas kasar 220, 400, 600 dan 800
kemudian amplas halus 1000, 1500 dan 2000 secara bertahap untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan sample. Kemudian masuk
ke tahapan pemolesan, benda uji dipoles dengan menggunakan
mesin poles yang berputar dengan dibarengi pemberian cairan yang
merupakan campuran air + batu langsol. Tetapi pada kesempatan
kali ini mesin poles tidak dapat digunakan sehingga pemolesan
dilakukan dengan manual dengan menggunakan lap bersih dengan
gaya berputar pada sampel. Pemolesan ini bertujuan untuk lebih
memperhalus permukaan benda uji. Pada proses pemolesan ini
diberikan juga pasta alumina untuk mengkilapkan benda uji. Setelah
dipoles, sampel dicuci bersih kemudian dikeringkan.
Setelah dikeringkan, benda uji diamati struktur kristalnya
melalui mikroskop optic dengan perbesaran yang bervariasi guna
mendapatkan gambaran sejelas-jelasnya mengenai struktur Kristal
benda uji tersebut. Tak lupa diambil juga foto dari struktur Kristal
yang berhasil diamati dengan variasi pembesaran.
Setelah diamati, benda uji diberikan larutan etsa yang
merupakan campuran dari larutan asam klorida (HCl) dan

asam

peroksida (H2O2) yang menimbulkan efek terbakar jika terkena


permukaan logam. Setelah diberi larutan ETSA, kemudian benda uji
diamati lagi dengan mikroskop optic dengan berbagai macam variasi
pembesaran dan tidak lupa juga diambil foto struktur kristalnya.
Faktor yang menentukan pada prinsipnya adalah keterampilan

10
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

praktikan dalam preparasi sample mulai dari penentuan wilayah


kerja sampai pemolesan. Selanjutnya, pada saat pengetsaan maka
faktor yang menentukan keberhasilan adalah pengetahuan dalam
memilih larutan ETSA berikut metode yang tepat. Faktor lain yang
juga cukup penting adalah kemampuan dalam mengaplikasikan
mikroskop terutama teknik pengaturan cahaya serta fokus gambar
batas antar butir logam.
C.

Analisa Foto

Poto benda uji sebelum diberi ETSA

11
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Foto benda uji sesudah di beri ETSA


Dari foto-foto di atas terlihat bahwa pada permukaan benda uji
terdapat garis-garis hal itu dikarenakan pada tahapan grinding
praktikan terlalu cepat dalam pergantian amplasnya. Sehingga
dalam pengamplasan menyebabkan tidak meratanya permukaan
benda uji. Akan tetapi garis-garis tersebut terlihat lurus satu arah
tidak berantakan sehingga dapat disimpulkan bahwa praktikan
melakukan pengamplasan dalam satu arah tidak bolak balik.
Selain hal tersebut terlihat pada foto tersebut perbedaan
antara benda uji yang belum diberikan larutan etsa dengan benda
uji yang sudah diberikan larutan etsa. Dimana tampak pada foto
setelah dilakukan Etsa

terlihat terbakar. Itu disebabkan karena

praktikan terlalu lama dan tidak sesuai takaran dalam melakukan


proses Etsa yang menyebabkan permukaan benda uji tersebut
tampak terbakar. Dilihat pada foto struktur kristalnya padat dan
tersusun menyebar serta majemuk.
Pengaruh Etsa terhadap permukaan benda uji ialah seluruh
permukaan akan nampak seperti garis- garis tidak teratur yang
menunjukkan munculnya atau adanya batas- batas antara butir-butir
kristal logam tersebut.

12
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

BAB IV
KESIMPULAN
4.1. KESIMPULAN UJI METALOGRAFI

Uji metalografi dapat digunakan untuk mempelajari dan

mengidentifikasi struktur mikro logam.


Bentuk dan susunan kristal mempengaruhi kekuatan logam.
Perubahan bentuk suatu struktur logam dipengaruhi oleh berbagai
hal seperti suhu,bahan kimia dan udara sehingga struktur setiap

logam berbeda satu sama lainnya.


Dengan melaksanakan praktikum ini kita dapat mengetahui sifatsifat mekanis dan fisik material, kekerasan dan keuletan melalui
struktur butirnya, fasa-fasa yang terjadi pada saat pendinginan
melalui struktur butir juga, dan reaksi-reaksi pada pembentukan

suatu struktur.
Dalam praktikum melografi sangat diperlukan ketelitian yang tinggi
dan kesabaran dalam setiap proses tahapannya.

13
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

BAB I
TEORI DASAR
1.1. TEORI DASAR PENGUJIAN IMPAK
UJI

IMPAK

adalah

pengujian

dengan

menggunakan

pembebanan yang cepat (rapid loading). Pada uji impak terjadi


proses penyerapan energi yang besar ketika beban menumbuk
spesimen. Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial.
FRACTURE adalah pemisahan atau fragmentasi dari suatu
material padat menjadi dua lebih akibat adanya suatu beban. Ada
tiga proses fracture yaitu permulaan retak (crack initation ),
perambatan retak ( crack propagation ) , dan patah ( retak akhir ).
Ada dua jenis fracture, yaitu ductile fracture dan brittle fracture.
Ductile fracture ditandai oleh adanya deformasi plastis sebelum atau
sewaktu terjadinya perambatan retak. Pada permukaan patahan
ductile fracture ditunjukkan oleh sejumlah bentuk gross deformation.
Brittle fracture ditandai oleh adanya perambatan retak dalam
kecepatan tinggi, dengan sedikit menimbulkan deformasi micro dan
tidak adanya gross deformation. Ada tiga faktor yang dapat

14
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

mempengaruhi kecenderungan logam mengalami brittle fracture,


yaitu :
1. Laju deformasi yang tinggi, seperti diakibatkan oleh beban
tumbukkan / impact.
2. Adanya tegangan terpusat

yang

dapat

menimbulkan

tegangan Triaxial, seperti pada bagian-bagian logam yang


mempunyai takikan ( notch ).
3. Suhu yang rendah.
Timbulnya

Brittle

fracture

pada

suatu

konstruksi

harus

dihindari dalam keadaan apapun, karena kerusakan yang terjadi


dapat dalam waktu yang singkat tanpa adanya suatu peringatan.
Umumnya Brittle fracture terjadi pada logam yang memiliki bentuk
Kristal b.c.c dan h.c.p, akan tetapi tidak terjadi pada material yang
mempunyai

bentuk

Kristal

f.c.c

kecuali

material

tersebut

mengalami grain boundary embrittlement (penggetaran pada batas


butiran).

Untuk mengetahui sifat brittle fracture dari suatu material,


perlu dilakukanlah uji impact. Ada dua jenis pengujian impact, yaitu
dengan cara Charpy dan Izod. Pengujian yang paling umum
digunakan

adalah dengan

metode Charpy karena Perbedaan

charpy dengan izod adalah peletakan spesimen. Pengujian dengan


menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod, pemegang
spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur
bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya.

Charpy

Izod

15
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Metode Izod : batang uji ditunjang/dijepit pada salah satu


ujungnya, diletakkan vertikal dan arah pukulan berlawanan
dengan takikan.

Metode Charpy : Batang uji ditumpukan pada kedua


ujungnya, diletakkan horizontal dan arah pukulan searah
dengan takikan.

Proses terjadinya impact test tersebut adalah sebagai berikut :


Takikan (notch) pada tengah-tengah salah satu permukaan benda uji
akan

mengalami

tensile

stress

ketika

benda

uji

tersebut

dibengkokkan oleh pendulum yang memukulnya. Reaksi material


terhadap beban impact diukur dari energy yang diserap sewaktu
mematahkan benda uji. Satuan yang umum dipakai adalah Nm dan
nilainya dapat dibaca langsung seperti ditunjukkan oleh jarum dial
yang terdapat pada mesin uji impact tersebut. Untuk menambah
informasi sifat material yang telah mengalami pengujian impact
perlu pula dipelajari jenis patahan yang terjadi, yaitu intergranular
atau transganular. Khusus untuk mengetahui jenis patahn ini perlu
dibantu dengan uji metalografi. Selain itu, perlu pula diselidiki
bentuk permukaan patahannya yaitu fibrous atau granular.
Dalam

pengujian impact ada beberapa efek (factor ) yang

dapat dipelajari, seperti :


Mempelajari efek dari notch.
Dalam pengujian ini jenis

material

adalah

sama.

Perbedaan antara satu benda uji dengan yang lainya ialah


bentuk notchnya.
Mempelajari efek dari temperatur.
Dalam pengujian ini jenis material dan bentuk notchnya
adalah sama. Perbedaan antara satu benda uji dengan
benda uji lainnya adalah temeratur.
Mempelajari sifat material yang

memiliki

perbedaan

komposisi atau perbedaan sifat mekanis akibat telah

16
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

mengalami suatu proses mekanis (hot working atau cold


working). Pada percobaan ini bentuk notch dan kondisi
temperature dari benda uji tersebut adalah sama,

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN
DATA PENGAMATAN
II.1. PENGUJIAN IMPAK
A. Alat dan perlengkapan
1. Benda Uji
2. Mesin uji impak
3. Jangka sorong
B. Langkah percobaan cara Charpy
1. Setiap benda uji (specimen) yang akan diuji dengan memberikan
tanda
masing-masing dengan tinta/spidol.
2. Rendam benda uji ke dalam es batu dalam termos 10 menit.
3. Selama menunggu proses perendaman, anda dapat melakukan
uji coba
pendahuluan yaitu dengan mengangkat pendulum setinggi
mungkin ke arah kanan h o (lihat gambar bawah) dan kemudian
lepaskan, maka pendulum mengayun beban ke kiri dan

17
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

berhenti. Saat pendulum mengayun ke kiri sambil memuitar


jarum busur, ukur dan catat penggeseran jarum busur, berapa
derajat pergeserannya dan ukur tinggi h 1 nya. Kemudian
pendulum kembali mengayun ke kanan lagi.
4. Setelah proses pendinginan benda uji dalam es selesai,
masukkan benda uji ke dalam lubang slot dan kencangkan dua
buah baut pengikatnya kuat-kuat.
5. Angkat kembali pendulum setinggi h0 , seperti yang dilakukan
pada no.3 dan kemudian lepaskan maka akan mengayun ke
kiri sampai berhenti. Ukur pergeseran jarum busur dan ukur h 2
nya
6. Cara menghitung ketinggian h0, h1 dan h2. Ukur terlebih dahulu t,
yaitu posisi sumbu putar terhadap posisi benda uji saat berhenti
tidak mengayun.
Y = R cos
h=t-y

a
y

de
h0
7. Jadi ketentuan ukuran ketinggian di sini adalah :
h0 : ketinggian pendulum saat diangkat ke arah kiri, baik
sebelum pengujian ataupun saat penguhian dilakukan.
h1 : ketinggian pendulum arah balik kanan saat awal sebelum
benda uji dipasng.
h2 : ketinggian pendulum arah balik kanan saat setelah benda
uji dipasang.
8. Hitung penyerapan energy Potensial (Ep).
Ep1 = m. g. h1 (sebelum benda uji dipasang)
Ep2 = m. g. h2 (sesudah benda uji dipasang)
Ep2 = Ep1 Ep2
= m. g. h1 - m. g. h2
= m . g . (h1 h2 )
= W . (h1 h2 ) = [kgf.mm]
Dimana,
m = massa pendulum [kgm]
g = gravitasi bumi [ 9.81 m/s2 ]
18
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

W = berat pendulum [Kgf]


Hitung ukuran luas penampang (A) takikan benda uji satuan
[mm2], maka energy yang terserap persatuan luasan :
E=

Ep
A

kgf . mm
mm

]=[

kgf . m
mm

Atau:
E=[

I
m2

9. Hitung perhitungan anda di no. 8 , konversikan satuan


[kgf.mm] ke dalam satuan Standarisasi Internasional (SI), yaitu
ke dalam [Joule] dan dalam [Nm].
10.
Perhatikan dan amatilah pada daerah patahan, apakah
benda uji termasuk logam ulet atau getas. Berikan uraian
jawaban anda.
Catatan:
1

kg f

= g. N
= 9, 807 N
1 Joule = 1 Nm

C. Data percobaan
Diketahui :

19
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

x
y
z
ho
h1
h2

:
:
:
:
:
:

0=80
1=50

9,68 cm
4,97 cm
6,065 cm
62,5 cm
60,74 cm
56,01 cm

rpendulum
rbahan uji

: 10,1 cm
: 0,49 cm

BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1. TUGAS AKHIR PENGUJIAN IMPAK
1. Buatlah sketsa dan kedudukan pendulum sebelum dilepas.
2.

h1
20
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

h0

3. Buat sketsa dari kedudukan pendulum pada kedudukan tinggi


maksimal sesudah mematahkan specimen.

80o

60,74 cm
62,5 cm

4. Gambar setiap specimen baik sebelum maupun sesudah pengujian


(bentuk dan jenis patahan setiap specimen pada setiap suhu
pengujian).

21
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

(Gambar specimen sebelum pengujian)

(Gambar specimen sesudah

pengujian)

5. Hitung berat pendulum berdasarkan dari hasil percobaan saudara.

Menghitung massa pendulum terlebih dahulu :


m = V . berat jenis
dimana :
V=(

= (

d2 . t ) ( x . y . t )
4

60,65mm )-

(202 mm)2
1
2

= 1937904,999

1
2

y2

.t)

. 60,65mm ) (96,8mm .49,7mm .

(49,7 mm)2

mm3

. 60,65mm)

291784,724

mm3

58830,62583

mm3
= 1587289,649 mm3

= 1,5872

dm

m = V . berat jenis
= 1,5872

dm 3 . 7,8

kg
3
dm

= 12,3803 kg

22
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Menghitung W (berat pendulum) ;


W=m.g
m
s2

= 12,3803 kg. 9,81


= 121,4507

kg m
2
s

= 121,4507 kgf
Hitung penyerapan Energi Potensial (Ep).
h1

ho

cos 0

-R

cos 80 o )

= 625 mm (101 mm

= 625 mm 17,54 mm = 607,46 mm


h2

ho

cos 1

-R

= 625 mm (101 mm

cos 50

= 625 mm 64,92 mm = 560,08 mm

Menghitung Luas takikan :


A takikan

1
8

=
1
8

r2

(4,9 mm)2

= 9,43

mm2

Menghitung Ep :
Ep = W (

h1

h2

= 121,4507

kg f

(607,4 mm 560,08 mm )

= 121,4507

kg f

( 47,32 mm )

= 5747,047124
Etotal

Ep
A takikan

kg f

mm

5747,047124 mm
9,43 mm2

= 609,4429612

kg f
mm

23
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

6. sumber sumber kesalahan terutama pada nilai energy yang


digunakan untuk merusak specimen dan sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian
impak adalah
Notch
Notch
pada

material

akan

menyebabkan

terjadinya

konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material


lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan
triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak
akan terjadi

deformasi

plastis

dan menyebabkan material

menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material


akan

mengalami

kegagalan.Pemasangan

notch

juga

berpengaruh, yakni takikan atau notch tersebut harus benarbenar bagian tengahnya yang terkena pendulum.
7. Kesimpulan praktikum mengenai seluruh hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan pengujian pukul takik yang telah dilakukan
berikut saran saran.
Kesimpulan mengenai praktikum ini akan dibahas pada bagian
kesimpulan pada akhir laporan.
Saran : Pada praktikum uji impac ini sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan
yang

benda uji yang saat pelaksanaannya dengan suhu

berbeda.Karena

dengan

begitu

kita

akan

dapat

memperbandingkan hasil uji impac dari kedua suhu yang berbeda


pada benda uji tersebut dan juga dapat mengetahui apakah
perbedaan

suhu

berpengaruh

dalam

ketahanan

suatu

logam

terhadap beban kejut.

24
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

BAB IV
ANALISA
4.1. ANALISA PENGUJIAN IMPAK
A. Analisa Alat dan Perlengkapan
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam praktikum ilmu logam
modul 2 yaitu Uji impact semuanya dalam keadaan baik sehingga
tidak memberikan pengaruh saat praktikum berlangsung. Alat serta
perlengkapan yang digunakan yaitu :
1. Benda Uji
Benda Uji yang digunakan pada praktikum ini terbuat dari
Aluminium dan berbentuk dilinder dengan panjang yang telah
ditentukan sebelumnya. Akan tetapi kami praktikan tidak
mengetahui secara terperinci tentang materiall apa saja yang
terkandung dalam benda uji tersebut. Hal ini sebenarnya harus
diketahui karena akan memberikan pengaruh dalam pengujian
impact itu sendiri dan analisa dari praktikan.
2. Mesin uji impact
Mesin uji impact yang tersedia dalam laboratorium Ilmu logam
dalam keadaan baik dan masih dapat digunakan dalam
praktikum sehingga praktikan dapat dengan mudah dalam
pengambilan data selama praktikm berlangsung.
3. Jangka sorong
Dalam praktikum Uji impact ini jangka sorong digunakan untuk
mengukur diameter pada benda uji. Jangka sorong yang
tersedia dalam kondisi baik sehingga masih dapat digunakan.
Walaupun begitu sebagai praktikan dalam menggunakan
jangka

sorong

harus

benar-benar

teliti

karena

hasil

pengukuran dengan jangka sorong merupakan salah satu data

25
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

yang harus didapatkan untuk perhitungan-perhitungan dalam


rumus.
Itulah tadi beberapa analisa untuk alat dan perlengkapan.
B. Analisa teori
Pada percobaan uji impact ini, benda akan diuji kekuatannya
terhadap beban kejut. Pemberian beban kejut akan membuat
bahan mengalami fracture, dari hasil percobaan kita dapat
menentukan jenis fracture yang dialami oleh bahan. Apakah
terjadi ductile fracture atau brittle fracture. Penentuan jenis
fracture mana dapat ditentukan dengan melihat patahan dari
bahan uji. Beberapa factor yang mempengaruhi bentuk patahan
tersebut adalah:
1. Temperatur

Pada temperature yang sangat rendah, specimen dapat bersifat


getas. Hal tersebut disebabkan butiran-butiran atom specimen
berotasi lebih cepat dan bervibrasi sehingga lebih leluasa untuk
melakukan slip system.
2. Jenis material

Jenis material yang atom-atomnya membentuk struktur FCC


cenderung lebih ulet dibandingkan yang membentuk struktur
BCC. Hal tersebut terjadi karena atom-atom pada struktur FCC
lebih banyak melakukan slip system sehingga banyak menyerap
energy ketika dilakukan uji impak.
3. Arah butiran specimen

Arah

butiran

specimen

yang

tegak

lurus

dengan

arah

pembebanan menyebabkan harga impak suatu specimen lebih


tinggi daripada arah spesimen yang sejajar dengan
pembebanan.
memerlukan

Hal
energy

tersebut
lebih

terjadi

untuk

karena

memecah

arah

pembebanan
butiran-butiran

specimen tersebut.
4. Kecepatan pembebanan

26
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Pembebanan

yang

terlalu

cepat

menyebabkan

specimen

mempunyai lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk menyerap


energy sehingga hal tersebut mempunyai pengaruh harga impak
yang berbeda pada kecepatan yang berbeda.

5. Tegangan triaxial

Tegangan triaxial adalah tegangan tiga arah yang hanya terjadi


di takikan(notch). Tegangan pada specimen akan berpusat pada
takikan tersebut sehingga bentuk takikan akan mempengaruhi
nilai harga impak yang didapat.
Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri ciri
antara lain: berserat, permukaanya kasar, gelap, dan terlihat
sempat terjadi deformasi plastis. Hal tersebut terjadi disebabkan
oleh kekuatan butir yang lebih kuat dari kekuatan batas butir
sehingga jalur patahan terletak pada batas butir. Patah getas
disebabkan oleh tegangan normal dengan cirri-ciri antara lain:
tidak berserat, permukaannya halus, mengkilap, dan tidak
terlihat adanya deformasi plastis. Hal tersebut disebakan oleh
kekuatan batas butir yang lebih kuat dari kekuatan butir
sehingga jalur patahan membelah butir-butir pada specimen
tersebut.
C. Analisa Percobaan
Pada uji impact kali ini akan menguji ketahanan suatu
logam/bahan terhadap beban kejut. Beban kejut adalah beban yang
diberikan secara tiba tiba yang membuat specimen mengalami
pembebanan secara tiba-tiba dan bisa mengalami fracture. Pada
pengujian kali ini digunakan cara charpy. Pada metode ini spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu
landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah

27
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di


Amerika

dan

banyak

negara

yang

lain

termasuk

Indonesia.

Sebenarnya perbedaan antara metode izod dan charpy hanya


terletak pada peletakan specimen. Pengujian dengan menggunkan
charpy lebih akurat karena pada izod, pemegang spesimen juga
turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah
energi yang mampu di serap material seutuhnya.

Pada saat percobaan uji impact berlangsung ada beberapa hal


yag perlu dianalisa oleh praktikan yang diantaranya yaitu :

Pengukuran
Dalam

praktikum

berlangsung

ada

beberapa

pengambilan data yang dilakukan dengan cara mengukurnya.


Alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong.Data yang
didapat dalam pengukuran sendiri antara lain :
1. Diameter benda uji
2. Ketinggian pendulum saat diangkat
kiri,baik

sebelum

pengujian

ke

ataupun

arah
saat

pengujian dilakukan. ( h0 )
3. Ketinggian pendulum arah balik kanan saat awal
sebelum benda uji dipasang. ( h1 )
4. Ketinggian pendulum arah balik kanan saat setelah
benda uji dipasang. ( h2 )
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran
sendiri adalah kurangnya teliti praktikan dalam pengukuran.
Oleh karena itu dalam setiap pengukuran praktikan harus teliti
agar dapat hasil yang akurat dan nantinya kemungkinan
kesalahan dalam perhitungan kecil.

Temperatur/Suhu
Di dalam dasar teori terdapat 2 efek (faktor) dalam
pengujian

impact

temperatur.Temperatur

yang
disini

salah

satunya

adalah

sendiri

maksdnya

adalah

28
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

tempratur benda uji yang akan diujikan.Pada saat praktikum


berlangsung temperatur benda uji disamakan dengan suhu
ruangan. Dan juga dalam praktikum sendiri hanya digunakan
benda uji yang temperaturnya dalam keadaan normal (suhu
kamar) saja. Seharusnya dengan 2 keadaan temperatur yang
berbeda yaitu temperatur normal dan rendah . Sehingga bila
itu terlaksana hal tersebut menjadi perbandingan antara
benda uji yang memiliki temperatur berbeda dalam pengujian
impact. Karena temperatur sendiri merupakan efek (faktor)
dalam pengujian impact. Tidak terlaksananya hal tersebut
mungkin dikarenakan waktu praktikum yang sudah padat oleh
kegiatan kuliah.

Sudut bandul pendulum yang digunakan pada alat Uji Impact


Besarnya sudut yang digunakan dalam uji impact ini
adalah 85 derajat. Sudut tersebut sudah ditentukan terlebih
dahulu oleh asisten laboratorium.Besar kecilnya sudut yang
digunakan

dalam

kelangsungan

uji

praktikum
impact.

sendiri

Semakin

juga

mempengaruhi

kecilnya

sudut

yang

digunakan maka pendulum yang nantinya akan dilepaskan


memiliki laju landai yang kecil sedangkan apabila dengan
sudut yang besar pendulum akan memiliki laju landai yang
besar ketika dilepaskan. Selain itu semakin besar sudutnya

maka semakin tinggi h1 yang didapat.


Benda Uji
Benda uji yang digunakan terbuat dari almunium dan
diberikan notch berbentuk segitiga di letakkan dengan jarak
yang sudah ditentukan dari salah satu ujung benda uji.Bentuk
benda uji sendiri adalah silinder panjang dengan diameter
9,95 mm.Benda uji sendiri dalam kondisi yang baik sehingga
dapat digunakan dalam praktikum.Selain

itu

seharusnya

praktikan dapat mengetahui lebih detail kandungan material


dalam benda uji khususnya kandungan carbonnya. Karena

29
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

besar kecilnya kandungan carbon yang terkandung dalam

suatu specimen dapat mempengaruhi ketahanannya.


Penempatan benda uji pada alat uji impact
Penempatan benda uji dalam mesin uji impact yaitu
dengan cara charpy. Praktikan menggunakan cara charpy
karena disesuaikan dengan jenis mesin uji impactnya itu
sendiri. Apabila terdapat mesin uji impact yang untuk cara
izod

tidak

menutup

membandingkan

hasil

kemungkinan
praktikum

uji

pratikan

dapat

impact.Pada

saat

praktikum berlangsung benda uji yang dipasang dengan cara


charpy

putus

setelah

pendulum

menghantamnya.

Ini

membuktikan praktikum berjalan dengan baik. Semua itu


terjadi karena penempatan benda uji terhadap mesin uji impac
dengan benar. Karena dalam praktikum uji impac sendiri
ternyata ada kelompok lain yang tidak patah benda ujinya. Hal
itu terjadi karena penempatan benda uji yang salah terhadap
mesin uji impact (pada peletakan benda ujinya kedudukan
takikan yang dipukul oleh bandul terbalik).Jadi ketelitian

praktikan harus tinggi.


Sifat patahan benda uji
Setelah praktikum selesai benda uji patah dan memiliki struktur
patahan yang permukaan patahannya mengkilap, halus, dan

tidak berserabut.
D. Analisa perhitungan
Etotal

Ep
A takikan

5747,047124 mm
2
9,43 mm

= 609,4429612

kg f
mm

Dari perhitungan di dapat E total sebesar 609,4429612

kg f
mm

.Dimana benda uji dengan temperatur normal (suhu kamar).


Praktikum

uji

impact

ini

dilakukan

pada

benda

uji

yang

temperaturnya dalam keadaan normal saja tapi tidak menggunakan


dengan temperatur benda uji yang dibuat rendah. Seharusnya
dilakukan

dengan

keduanya

yaitu

benda

uji

dalam

keadaan

temperatur normal dan temperatur rendah (di bawah temperatur


30
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

normal) sehingga praktikan dapat membandingkannya dalam hasil


perhitungan.

BAB V
KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN UJI IMPAK

Spesimen dengan suhu es lebih getas dibandingkan dengan


specimen dengan suhu kamar. Bisa dilihat dari hasil percobaan dan
perhitungan dimana nilai E dan EP pada specimen suhu es lebih
kecil dibanding suhu kamar. Ini berarti penyerapan energy lebih

besar terjadi pada specimen bersuhu kamar.


Hasil patahan bisa menjadi penunjuk apakah bahan tersebut masuk

kategori ductile fracture atau brittle fracture.


Suhu mempengaruhi ketahanan suatu logam terhadap benda.
Dengan percobaan ini kita dapat mengetahui sifat perpatahan suatu

bahan.
Patahan ulet ditunjukan dengan permukaan patahan yang kasar,
gelap dan berserabut. Sedangkan patahan getas

ditunjukkan

dengan permukaan patahan yang mengkilap, halus dan tidak


berserabut. Hal itu bedasarkan ciri-ciri patahan pada specimen yang
telah diamati baik pada specimen suhu es maupun suhu kamar.
31
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Pada patahan ulet, jalur patahan terletak pada batas butir.

Sedangkan patahan getas, jalur patahan menembus batas butir.


Uji impact penting dilakukan jika ingin mengetahui ketahan material
dalam hal ini logam terhadap beban kejut. Dengan pengujian ini bisa
juga menjadi bahan pertimbangan untuk dalam proses pemilihan
bahan.

Uji Impact adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji


ketangguhan suatu specimen terhadap pemberian beban secara

tiba-tiba melalui tumbukan.


Ada 2 metode yang digunakan pada uji impact ,yaitu :
- Metode Charpy
- Metode Izood
Praktikan menyimpulkan bahwa almunium memiliki sifat patahan
getas itu ditunjukkan dengan tidak adanya serabut dan permukaan
patahan yang mengkilap serta halus setelah patah dihantam oleh
pendulum.

Saran :
Pada percobaan ini tidak ada aktivitas pengukuran suhu, baik
pengukuran suhu kamar dan suhu es. Menimbulkan kerancuan yaitu
berapa suhu pasti specimen pada percobaan ini. Karena salah satu
parameter ujian ini adalah mengamati factor suhu terhadap specimen
yang diberikan beban kejut.

32
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

LAMPIRAN
Foto-foto saat praktikum berlangsung

33
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

BAB I
TEORI DASAR
1.1.

TEORI DASAR UJI TARIK


Nilai kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui dari hasil uji
tarik

atau

dapat

dilihat

melalui

table

berdasarkan

nilai

kekerasannya.
Sample atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu.
Penampangnya specimen dapat berbentuk plat tipis maupun bulat
seperti pada gambar.
Specimen tersebut ditarik dengan beban kontinyu sambil diukur
pertambahan panjangnya.

Data yang didapat berupa perubahan panjang dan perubahan beban


yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan
regangan, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar.

34
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Keterangan Gambar :
O = titik Awal penarikan
A = batas elastis ( batas propotional )
OA = daerah elastis
AA = daerah plastis
B = batas maksimum
C = batas patah
Sumbu Y adalah sumbu tegangan dimana nilainya adalah :

Sumbu X adalah sumbu regangan dimana nilainya adalah :

Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :


a. Batas proposionalitas (Propotionality atau batas elastis)
Merupakan daerah batas dimana tegangan (stress) dan
regangan (strain) mempunyai hubungan proposionalitas satu
dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti
dengan

penambahan

regangan

secara

proposional

dalam

hubungan linier =E, (E adalah modulus elastisitas dari bahan


dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekuatan).
b. Batas elastis (Elastic Limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali
kepada panjang semula bila regangan luar dihilangkan. Daerah
proposionalitas

merupakan

bagian

dari

batas

elastik

ini.

35
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Selanjutnya bila bahan terus diberikan tagangan (deformasi) dari


luar maka batas elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga
bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata
lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik
dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya
deformasi

permanen

(plastis)

pertama

kalinya.

Kebanyakan

material teknik memiliki batas elastis yang hampir berimpitan


dengan batas proposionalitas
c. Titik luluh (Yield Point) dan kekuatan luluh (Yield Strenght)
Titik luluh merupakan suatu batas dimana material akan terus
mengalami
Tegangan

deformasi
(stress)

tanpa

yang

adanya

mengakibatkan

penambahan
bahan

beban.

menunjukan

mekanisme luluh disebut tegangan luluh (yield stress). Kekuatan


luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi

permanent

bila

digunakan

dalam

penggunaan

structural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik,


tekan bending atau puntiran.
d. Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strenght)
Merupakan tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh
material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan
tarik maksimum dapat ditentukan dari bahan maksimum F maks
dibagi luas penampang

UTS=

Fmaks
Ao

e. Kekuatan Putus (Breaking Strenght)


Kekuatan putus ditentukan dengan mambagi beban pada saat
benda uji putus (Fbreaks) dengan luas penampang awal A0. Pada
bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan

36
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus adalah


sama dengan kekuatan maksimumnya.

f. Keuletan (ductility)
Keuletan

merupakan

kemampuan

logam

suatu

menahan

sifat

yang

deformasi

menggambarkan

hingga

terjadinya

perpatahan. Pengujian tarik memberikan 2 metode pengukuran


bahan yaitu :

Persentase perpanjangan (elongation)


Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan
=

l f l o
lo

Terhadap panjang awalnya.

Dimana If adalah panjang akhir dan lo adalah panjang awal


dari benda uji.

Persentase pengukuran/reduksi penampang


Diukur

sebagai

pengurangan

luas

penampang

setelah

perpatahan terhadap luas penampang awalnya.


R( )=

A 0 A f
x 100
Ao

Dimana

Afadalah

luas

penampang

akhir

dan

Ao

luas

penampang awal.
g. Modulus Elastisitas (E)
Modulus elastisitas atau modulus young merupakan ukuran
kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini
semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat
pembebanan tertentu.

37
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

E=

atau E=tan

Dimana adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva


tegangan

regangan.

Modulus

elastisitas

suatu

material

ditentukan oleh energi ikat antara atom atom, sehingga


besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses
tanpa merubah struktur bahan.

BAB II
PELAKSANAAN PRATIKUM & DATA PENGAMATAN
2.1. PELAKSANAAN PRATIKUM
Alat dan Perlengkapan:
1. Benda Uji
2. Mesin uji tarik
3. Jangka Sorong
Langkah Percobaan Uji Tarik:
1) Persiapan uji sampel
Ukur dengan seksama diameter (untuk benda uji bulat) atau

tebal dan lebar pada daerah takikan.


Tentukan ukuran panjang awal ( Lo ) sebelum sampel diuji

dengan membuat dua titik pada sisi takikan.


Rendam sampel uji dalam es batu selama > 1 jam.
2) Pasang Sampel uji pada gripnya dan kencangkan

tuas

penguncinya supaya kuat sehingga sampel uji tetap teguh pada


gripnya dan tidak selip / tergelincir lepas.
3) Pilih menu utama pada layar monitor komputer pada posisi tensil
test dan perhatikan
Kotak paling atas kiri menunjukan indikasi beban gaya dalam

satuan Newton harus Nol.


Kotak tengah atas yang menunjukan indikasi pemuluran

(elongation) bertanda positif (+).


Kotak kanan atas yang menunjukan indikasi pemendekan
(shurtenation) bertanda negatif (-).

38
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Catatan: karena anda sedang melakukan uji tarik maka yang


diperhatikan butir 2b.
4) Perhatikan kotak tengah yang menunjukan indikasi kecepatan
penarikan uji tarik, pilih sesuai yang anda inginkan, misalnya 5
mm/s klik di sisi angka 5.
5) Perhatikan tombol star, tekan bila anda sudah siap melakukan
pengujian.
6) Perhatikan kembali kotak atas kiri untuk indikasi beban, tekan
tombol stop, catat berapa besar beban saat ini, misalnya 700 N,
dan catat pula berapa besarnya pemuluran (pada kotak tengah
atas), misalnyua +0,002 mm, maka hitung:
a. Tegangan Tarik
=

F
A

b. Regangan
=

L
lo

c. Modulus Elastisitas

E=

7) Lanjutkan kembali pengujian anda dengan mengklik tombol start,


perhatikan kotak kiri atas dan kotak tengah atas pada harga
tertentu silahkan klik tombol stop. Catat
harga gaya bebannya, misalnya F=1000N dan pemuluran
+0,005mm. Lakukan perhitungan pada langkah 6a, 6b, dan 6c.
8) Lanjutkan lagi pengujian anda, dengan cara yang sama seperti
pada langkah 6 sampai pada akhirnya pada indikator beban di
komputer bebannya tidak naik lagi walaupun pengujian sedang
berlangsung. Ini artinya pengujian tarik anda sudah sampai batas
atau daerah plastis.
9) Saat harga atau indikator beban uji tarik mulai lagi lakukan
langkah yang sama seperti langkah 6, lakukan berulang ulang
sampai putus.
10) Dari langkah 6 yang telah anda lakukan berulang-ulang,
sekarang anda membuat plot (diagram

terhadap

39
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

11)

Print out hasil uji anda dari monitor komputer dan bandingkan

hasilnya dengan diagram yang anda buat.


12) Buat laporan uraian detail komputer anda terutama harga
Modulus elastisitasnya (E).

BAB III
ANALISA DARI VIDEO UJI TARIK
Tujuan dari percobaan uji tarik sendiri yaitu untuk mengetahui sifat
mekanis dari suatu logam dengan mendapatkan nilai-nilai dari uji tarik
yang berupa kekuatan luluh (yield point), Kekeuatan maksimum (ultimate
strength),

kekuatan

patah

(breaking

strength)

dan

ketangguhan

(taoughness). Secara umum tujuan uji tarik dapat dikatakan sebagai


pengujian untuk mengetahui sifat-sifat mekanis terhadap beban tarik
searah (unaksial).
Dengan melihat video yang telah diputar terdapat alat-alat yang
digunakan yaitu terdiri dari alat uji tarik,benda uji (specimen),jangka
sorong,dan tipe x (sebagai penanda).Benda uji yang digunakan dalam
video tersebut terlihat oleh praktikan terbuat dari almunium yang
berbentuk silinder panjang.Dimana sebelum dipasangkan pada alat uji
tarik benda uji tersebut diukur panjangnya dan diameter yang berada
ditengah menggunakan jangka sorong.Dapat kita lihat benda uji memiliki
diameter yang berbeda antara kedua ujungnya dengan berada yang
ditengah.

Itu

dikarenakan

benda

uji

tersebut

sudah

dibentukan

takikannya.Dari hasil pengukuran di dapat diameter yang berada ditengah


antara batas panjang takikan (measuring diameter) adalah 9 mm. Dan
panjang ASTM Standard 5 cm.
Untuk benda uji yang digunakan sendiri hanya menggunakan 1 jenis
dan juga menggunakan suhu normal benda. Seharusnya agar dapat
membandingkan hasil data dari percobaan tersebut menggunakan benda
uji yang memiliki suhu yang berbeda dan material yang berbeda pula.
Misalkan benda uji yang menggunakan suhu es.

40
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

Setelah selesai melakukan pengukuran benda uji tersebut langsung


dipasangkan dalam alat uji tarik dimana kedua ujung benda dipasang
pada grip dalam keadaan yang kuat.Kemudian percobaan uji tarikpun
dimulai secara otomatis yang dioperasikan dengan komputer. Dimana
sebelumnya data-data hasil pengukuran di masukkan dalam komputer
terlebih dahulu.
Percobaan dikatakan selesai pada saat benda uji tersebut putus
menjadi 2 bagian. Dimana bagian yang terputus itu dapat kita ketahui
bahwa di daerah tersebut memiliki kandungan carbon yang rendah.
Setelah putus benda uji yang berada di video tersebut komputer langsung
mengeluarkan data-data perhitungan terhadap uji benda beserta grafik
tegangan dan regangan dari benda uji tersebut. Dengan begitu kita dapat
mengetahui nilai-nlai yang terkandung didalamnya

Grafik Tegangan - Regangan

41
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

BAB IV
KESIMPULAN

Sebelum specimen mengalami fracture, specimen akan mengalami

proses necking
Dilihat dari grafik, spesimen melawati 3 tahap sebelum patah yaitu

tahap deformasi elastis, tahap deformasi plastis dan tahap necking


Jika benda uji masih dalam taha deformasi elastis, maka benda tsb
akan kembali ke bentuk semua tetapi jika sudah masuk tahap
deformasi plastis, maka benda tersebut tidak akan kembali ke
bentuk semula.
Dalam percobaan uji tarik kita suatu material memiliki sifat yang

terdiri dari
Tegangan,regangan,UTS,Elongasi dan modulus elastisitas
Benda uji yang sedang dalam percobaan uji tarik, dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu bahan benda, dan suhu untuk benda
yang ingin di uji sehingga di dapat kurva atau grafik yang
berbeda.Perbedaan teori, faktor lingkungan, suhu,kesalahan dasar
praktikan yang dapat mempengaruhi dan perbedaan hasil, dari

perhitungan sebenar nya dalam percobaan uji tarik.


Pada saat percobaan berlangsung benda uji mengalami 2 tahapan
sebelum patah yaitu tahap deformasi elastis dan tahap deformasi
plastis

42
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

LAMPIRAN
Selingan video dari percobaan uji tarik

43
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com.Materi tentang pengujian metoligrafi, impact

dan uji tarik.


Laboratorium Ilmu Logam Teknik Mesin STT-PLN Jakarta,2014. Buku

Panduan Praktikum Ilmu Logam. Sekolah tinggi Teknik-PLN,Jakarta


Buku Panduan Praktikum Ilmu Logam Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT
PLN Jakarta

44
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

DIMAS FAISAL LUTFIANTO


2012-72-017

45
LABORATORIUM ILMU LOGAM
STT-PLN JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai