Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

ANALISIS STRUKTUR MIKRO

Oleh:
Akbar Khoir Darmawan Kesuma
122170007

Asisten Praktikum:
Rizki Ferdiansah
121170025

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Metalografi merupakan salah satu pengujian yang banyak dilakukan dalam
proses fabrikasi logam. Dengan metode grafik, dapat diperoleh informasi
terkait mikrostruktur logam yang bertujuan untuk mempelajari dan
menentukan hubungan antara struktur dengan sifat atau karakter yang
pernah dialami oleh sampel dan paduannya dan untuk menjelaskan berbagai
karakteristik logam. Prinsip dasar metalografi pertama kali disusun oleh
Henry alifton sorbi pada tahun (1826-1908). Penerapan praktis dari
metalografi adalah untuk mengetahui ukuran butir distribusi fasa dan
keberadaan kotoran dalam suatu logam metalografi merupakan perpaduan
ilmu dengan observasi serta analisis dari suatu struktur dan komponen fisis
suatu logam atau paduan yang dapat dilihat secara langsung atau visual
maupun dengan bantuan peralatan seperti mikroskop optik, mikroskop
elektron, dan difraksi sinar X. yang meliputi pengamatan dan pemeriksaan
pada suatu material logam.

Metalografi sendiri terdiri atas dua jenis yaitu, makrografi dan mikrografi
adapun pengertian dari dua jenis metalografi ialah, Makrografi atau
pemeriksaan bahan atau sampel merupakan pemeriksaan secara langsung
dengan mata atau dengan kaca pembesar dengan pembesaran rendah.
pemeriksaan makro berguna untuk melihat dan memeriksa permukaan
berupa celah-celah, lubang-lubang pada struktur sampel logam, bentuk-
bentuk patahan benda uji bekas lalu kemudian dibandingkan dengan
beberapa logam yang sesuai menurut bentuk dan strukturnya antara satu
dengan yang lain sesuai kebutuhan . angka pembesaran pemeriksaan makro
antara 0,5 kali sampai 50 kali. Selanjutnya mikrografi atau pemeriksaan
mikro ialah pemeriksaan sampel logam yang di mana bentuk permukaannya
yang tergolong halus dengan adanya pemeriksaan mikrografi sampel logam
pada permukaannya akan terlihat butiran dan kristal-kristal logam oleh
sebab itu dibutuhkan alat mikroskop dengan angka pembesaran lensa 50 kali
sampai 3000 kali atau lebih dengan menggunakan mikroskop dan difraksi
sinar X.

Dengan memahami hubungan antara struktur mikro dan sifat mikroskopik


yang berperan penting dalam penyambungan material merupakan tujuan
utama metalografi dan dengan memeriksa dan mengamati struktur mikro
atau bahan maka kinerja bahan tersebut dapat diamati. Oleh karena itu
teknik metalografi digunakan pada semua tahap produksi bahan-bahan
tersebut, mulai dari pengembangan produksi, pengendalian proses produksi,
dan bahkan analisis cacat logam. Pengukuran logam biasanya dilakukan
dengan menggunakan mikroskop optik. Biasanya logam yang diuji hanya
bagian potongan tertentu saja yang disebabkan oleh pembawaan heterogen
dalam logam, maka tidak dapat dihindari bahwa pengujian metalografi
sangat berperan bagi dunia industri maupun otomotif oleh karena itu kita
harus berusaha mencari material yang memiliki sifat dan karakteristik yang
baik melalui cara metalografi pada logam sebelum melakukan pekerjaan
industri.(Deivandra et al., 2013)

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum modul analisis struktur mikro ini adalah sebagai
berikut :
a. mampu memahami dan mengetahui struktur mikro pada spesimen uji
yang terbentuk.
b. mampu menggunakan alat praktikum analisis struktur mikro.
c. mampu melakukan perhitungan pada analisis struktur mikro.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Struktur Mikro


Dalam bidang sains dan teknik, studi tentang struktur mikro, telah
merevolusi pemahaman kita tentang material dan sifat-sifatnya. Struktur
mikro mengacu pada susunan dan karakteristik atom, kristal, butiran, dan
unsur mikroskopis lainnya dalam suatu bahan. Dengan memeriksa detail-
detail kecil ini, para ilmuwan telah mampu membuka banyak pengetahuan
tentang bagaimana material berperilaku dalam berbagai kondisi. Salah satu
aplikasi utama mempelajari struktur mikro ialah dalam ilmu metalurgi dan
metalografi. Dengan menganalisis susunan atom dalam suatu logam,
peneliti dapat menentukan sifat mekaniknya seperti kekuatan, keuletan, dan
kekerasan. Informasi ini sangat penting untuk merancang paduan dengan
sifat spesifik yang diinginkan untuk berbagai aplikasi. Selain itu,
pemahaman struktur mikro juga telah menghasilkan terobosan di bidang
nanoteknologi dan biomaterial. (Adipura, 2022)

Struktur Mikro memainkan peran penting dalam pemahaman kita tentang


material dan perilakunya. Dari metalurgi hingga nanoteknologi dan
seterusnya, bidang ini telah membuka jalan bagi berbagai kemajuan
teknologi yang telah mengubah berbagai industri. Saat kita terus menggali
lebih dalam dunia struktur mikro, kita dapat mengharapkan lebih banyak
penemuan luar biasa yang akan membentuk masa depan kita. Struktur mikro
merupakan hasil pengamatan yang dilakukan dengan metode metalografi,
yang di mana struktur ini dapat menggambarkan suatu struktur mikro dari
logam.
Mikrostruktur merupakan penggambaran kumpulan fase-fase dan struktur
yang ada di logam. Struktur mikro tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
tetapi harus dilihat dengan menggunakan alat mikroskop optik, dan juga
ada beberapa alat lainnya yaitu mikroskop cahaya, mikroskop elektron
mikroskop film emission, dan mikroskop sinar X. Struktur mikro adalah
susunan terkecil yang menyusun dan terdapat pada suatu material dalam
proses pengamatan. Pada struktur mikro dibutuhkan alat optik yang
pembesaran tinggi alat tersebut ialah mikroskop adapun macam-macam
mikroskop yang digunakan untuk pengamatan struktur mikro ialah :
a. Mikroskop Optic
Mikroskop optik juga dikenal sebagai mikroskop cahaya, ialah alat
optik yang digunakan untuk memperbesar objek yang sangat kecil
sehingga dapat diamati dengan detail yang tinggi. Mikroskop ini
merupakan alat yang penting dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk
ilmu material. Mikroskop optik terdiri dari komponen-komponen utama
yaitu diafragma, lensa objektif, lensa okuler, reflektor dan kondensor.
Adapun cara kerja dari mikroskop optik adalah dari cahaya pada lampu
yang dibiaskan oleh lensa kondensor, lalu setelah melewati lensa
kondensor sinar mengenai spesimen dan diteruskan oleh lensa objektif,
lensa objektif ini merupakan bagian yang paling penting dari mikroskop
karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran yang dilakukan
mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa yang objektif lalu
ditangkap oleh lensa okuler dan diteruskan pada mata atau kamera pada
mikroskop ini mempunyai batasan perbesaran yaitu dari 400 kali
sampai 1400 kali.

b. Mikroskop Scanner Elektron


Scanning electron microskope (SEM) merupakan jenis mikroskop
elektron yang menghasilkan gambar sampel dengan memindai
permukaan dengan sinar elektron, yang terfokus dengan perbesaran
hingga skala tertentu. Elektron berinteraksi dengan atom dalam sampel
yang diamati sehingga menghasilkan berbagai sinyal yang berisi
informasi tentang topografi permukaan dan komposisi sampel. Cara
kerja dari Scanning electron microskope adalah sinar dari lampu lalu
dipancarkan pada lensa kondensor, sebelum masuk pada lensa
kondensor ada pengatur dari pancaran sinar elektron yang ditembakkan.
sinar yang melewati lensa kondensor diteruskan menuju lensa objektif
yang diatur maju mundurnya. Sinar yang melewati lensa objektif
diteruskan pada spesimen yang diatur miring pada pencengkramnya,
spesimen ini disinari oleh deteksi x-ray yang menghasilkan sebuah
gambar yang diteruskan pada layar monitor.

c. Mikroskop Transmission Elektron


Skema dari mikroskop transmission elektron ialah elektron
ditembakkan dari elektron gun yang kemudian melewati dua lensa
kondensor yang berguna menguatkan dari elektron yang ditembuskan
yang ditembakkan. setelah melewati dua lensa kondensor elektron, lalu
diterima oleh spesimen yang tipis dan berinteraksi. Karena spesimen
tipis maka elektron yang berinteraksi dengan spesimen diteruskan pada
tiga lensa yaitu, lensa objektif, lensa intermediate dan juga lensa
proyektor. Lensa objektif merupakan lensa utama dari mikroskop
transmission elektron karena batas penyimpangannya membatasi dari
resolusi mikroskop, lensa intermediate sebagai penguat dari lensa
proyektor gunanya untuk menggambarkan pada layar lurus yang
ditangkap oleh fotografi atau kamera CCD.

Struktur Mikro memainkan peran penting dalam pemahaman kita tentang


material dan perilakunya. Dari metalurgi hingga nanoteknologi dan
seterusnya, bidang ini telah membuka jalan bagi berbagai kemajuan
teknologi yang telah mengubah berbagai industri. Saat kita terus menggali
lebih dalam dunia struktur mikro, kita dapat mengharapkan lebih banyak
penemuan luar biasa yang akan membentuk masa depan kita.
2.2 Metalografi
Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik
mikrostruktur dan Struktur makrostuktur logam, paduan logam dan bahan
lainnya. Hal tersebut terkait dengan karakteristik bahan atau biasa juga
disebut dengan proses pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Proses
Metalografi bertujuan untuk melihat struktur mikro suatu bahan, untuk itu
ada beberapa tahapan yang harus dilakukan salah satunya proses grinding
dan polishing merupakan proses yang sangat penting untuk membuat
permukaan sampel bahan menjadi benar-benar halus sehingga dapat
dilakukan observasi.

Kebanyakan sifat makroskopik dari material berhubungan dengan


mikrotruktur. Sifat mekanik material seperti tensile strengh, sifat terhadap
panas dan juga sifat kelistrikan berhubungan langsung dengan
mikrostruktur. Pemahaman dari hubungan antara mikrostruktur dan sifat
makroskopik yang mempunyai peran penting dalam pengembangan material
merupakan tujuan utama dari metalografi. Dengan menguji dan mengamati
mikrostruktur suatu material, maka performa material tersebut dapat dilihat.
Oleh karena itu metalografi digunakan di semua tahapan selama pembuatan
material tersebut dari mulai pengembangan, produksi, manufacturing
process control, dan bahkan analisis kegagalan logam. Metalografi biasanya
dilakukan dengan alat mikroskop optik. Untuk saat ini mikroskop yang
digunakan sudah dihubungkan dengan komputer yang dilengkapi
dengan sistem analisis gambar yang akurat. Dari hasil pengamatan
mikroskop tersebut dapat dihitung ukuran ,bentuk dan distribusi fasa dan
juga didapat matriks mikrostruktur. Selain itu jika data mikrostruktur sudah
didapat, dengan data tesebut kita dapat memprediksi sifat sifat mekanik
seperti deformasi plastis dan kekuatan tarik.

2.3 Konsep Fasa


Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat-sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Perubahan spontan yang terjadi pada temperatur tertentu untuk suatu
tekanan tertentu pada material atau lainnya disebut kesetimbangan fasa.
konsep fasa pada struktur mikro ini merupakan daerah tertentu yang terdiri
dari beberapa atom dan permukaan yang mengikatnya yang digambarkan
dengan diagram-diagram yang dikenal diagram fasa. Istilah konsep fasa bisa
diterapkan pada material kristalin maupun pada material non kristalin, dan
konsep ini merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan struktur
dari suatu materi. Untuk menjelaskan konsep fasa pada struktur mikro ialah
dengan diagram. Diagram fasa sangat berguna untuk menjelaskan dengan
cara menggambarkan metalis kromik dan yang paling utama untuk
mengidentifikasi fasa yang ada, serta menyajikan data komposisi. Akan
tetapi dalam diagram fasa ini juga memiliki keterbatasan, dan yang paling
utama adalah diagram fasa tidak memberikan informasi mengenai bentuk
struktur dan distribusi dari fasa itu sendiri. Karena dari dua hal tersebut
berperan penting dalam menentukan perilaku mekanik dari material, maka
pada pengamatan struktur mikro yang kita lakukan ini kita menggunakan
diagram fasa Fe-Fe3c.(Deivandra et al., 2013).

Gambar : Diagram Fe-Fe3C


Sumber : Modul analisis struktur Mikro

Diagram fasa adalah diagram yang berguna untuk menampilkan suatu


hubungan antara temperatur yang di mana terjadinya perubahan fasa selama
proses pemanasan dan pendinginan yang lambat pada logam dan dengan
karbon. Diagram fasa fe-fe3c ini akan selalu dijadikan dasar pemahaman
struktur mikro untuk pengoperasian perlakuan panas. Fungsi dari diagram
fasa ialah agar memudahkan pemilihan temperatur untuk pemanasan yang
sesuai pada setiap proses perlakuan panas, baik itu pada proses anneling,
normalizing maupun proses pengerasan. adapun beberapa fasa adalah
sebagai berikut :
a. Ferrite, Merupakan larutan padat yang memiliki struktur BCC (body
centreade cubic) ferrit dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada
temperatur ruang, yaitu alpha-ferrit atau pada temperatur tinggi yaitu
delta-ferrite. Secara umum fase ini bersifat lunak ulet dan magnetik
hingga temperatur tertentu dan memiliki kekerasan sekitar 70 - 100
BHN. Ferite adalah salah satu fase paduan besi yang memiliki struktur
kristal BCC ( body centered cubic, ) yang berarti atom-atom besi dalam
ferit terletak di sudut dan di tengah-tengah kubus. Ferite ialah fasa
dimana besi murni berada pada temperatur mencapai 9100°C. Selain itu
besi murni juga berada dalam bentuk pada temperatur tinggi antara
13920°C dan titik cair 15360°C. Ferite yang terbentuk pada temperatur
lebih rendah adalah yaitu alpha-ferrite sedangkan pada temperatur yang
lebih tinggi terbentuk ialah delta ferite. Bentuk keduanya identik,
dimana sifat ferite ialah lunak dan ulet pada keadaan murni. Alfa ferite
yang dapat terlarut hanya 0,02%C, akan tetapi mempunyai kualitas
yang baik terhadap elemen pemadunya. Besi delta adalah fase paduan
besi yang memiliki struktur kristal BCC seperti ferite, akan tetapi pada
suhu yang lebih tinggi daripada ferite. Besi delta sering ditemukan
dalam paduan besi yang memiliki kadar karbon yang tinggi dan suhu
tinggi.

b. Austenit, Fasa ini memiliki struktur logam atom FCC (face centeraad
cubic) dalam keadaan setimbang fasa austenit ditemukan pada
temperatur tinggi. fasa ini bersifat nonmagnetik dan ulet dalam keadaan
temperatur tinggi dan memiliki kekerasan sekitar 200 BHN. Austenit
ialah bentuk kristal padat dari besi yang memiiki. Besi gamma adalah
istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan fase austenite
dalam paduan besi. Besi gamma ialah fase yang lebih stabil pada suhu
yang lebih tinggi, sementara besin alpha adalah fase yang lebih stabil
pada suhu lebih rendah. Ketika suhu paduan besi meningkat, fase besi
alpha akan berubah menjadi besi gamma (austenit) pada suhu tertentu.
Temperatur antara 910-13920°C besi murni berada dalam bentuk fasa
tunggal austenit, yang punya struktur kristal face-centre-cubic.
Austenite dapat melarutkan karbon lebih baik jika dibandingkan ferite,
mencapai 2%C pada suhu 11460°C, pemanasan baja karbon atau baja
paduan rendah ke temperatur dimana seluruh austenite dapat
melarutkan seluruh karbon diatas transformasi eutektoid, iniliah yang
menjadi dasar dari pengetahuan tentang perlakuan panas pada baja.
austenite juga memiliki sifat lunak dan ulet.

c. Cementit, merupakan suatu senyawa yang terdiri dari unsur fe dan C


dengan perbandingan tertentu lewat rumus empirisnya dan struktur
kristalnya ortomobic. sering disebut dengan fasa meta stabil dan sifat-
sifatnya adalah sangat keras dan bersifat getas. Besi karbida atau
cementit memiliki struktur yang khas dan mengandung 6 atom besi dan
1 atom karbon dalam setiap unit sel kristalnya. Cementit ialah fasa
paduan besi karbon yang memiliki rumus kimia Fe3C, ini merupakan
fase yang keras, rapuh, dan memiliki struktur kristal ortomobik.
Cementit biasanya ditemukan dalam paduan besi yang mengandung
tingkat karbon yang tinggi, Cementit sering dianggap sebagai fasa yang
tidak diinginkan dalam logam besi, karena kekerasan yang tinggi dan
ketidakeelastisannya membuatnya rapuh dan tidak cocok untuk
sebagian besar aplikasi teknik. cementit adalah campuran dari besi yang
dapat membentuk fasa stabil pada paduan besi dan baja. cementit
mengandung satu atom karbon dengan tiga atom besi dan mempunyai
kandungan karbon 6,67%. Dalam bentuk fasa murni, cementite bersifat
sangat keras (diatas 600 HB) dan getas. Lediburite, adalah campuran
eutectic antara besi gamma dengan cementit yang dibentuk pada
temperatur 1130 derajat Celcius dengan kandungan karbon 4,3%.
d. Pearlite, adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementit yang
dibentuk pada temperatur 723°C, mengandung 0,8% karbon.
Lamellea adalah syruktur mikroskopis dalam perlit yang terdiri dari
lapisan-lapisan bergantian dari fasa delta ferit, dan besi karbida. Dalam
lamellae perlite, lapisan ferit dan lapisan karbida saling berselingan, ini
menciptakan tampilan khas dari perlit yang terlihat seperti “laminasi”
mikroskopis dalam material tersebut. Perlite adalah dua fasa campuran
antara ferite dan cementite tersusun sebagai pelat sejajar bolak-balik.
Perlite selalu mengandung jumlah karbon tetap 0,83% pada baja karbon
danterbentuk karena reaksi eutectoid saat austenite didinginkan.
Struktur lamellae pada perlite sangat halus dan biasanya tidak dapat
diresolusi dengan jelas pada mikroskop, bahan dengan perbesaran yang
cukup tinggi. Perlite memiliki sifat keras dan kuat, meskipun tidak ulet
seperti ferite atau austenite murni tetapi tidak sekuat martensite. Perlite
ada pada baja dan memberikan nilai kekuatan pada baja.

e. Martensite adalah fasa metastabil yang terbentuk saat austenit


didinginkan sangat cepat, dimana pengendapan karbida ditekan. Hal ini
terjadi saat baja karbon ataupun baja paduan rendah yang didinginkan
dengan cepat (Rapid cooling). Pendinginan cepat dilakukan dengan
jalan mencelupkan baja didalam media pendingin yang mempunyai laju
kecepatan pendinginan tinggi misalnya dicelup di air. Laju pendinginan
bergantung pada media pendingin (, air, minyak, udara) dan ketebalan
dari material. Laju pendinginan minimum untuk bertransformasi
menjadi martensite sangat bergantung pada kandungan paduan pada
baja. Keuletan dan ketangguhan martensit dapat ditingkatkan melalui
proses penemperan yaitu pemenasan pada daerah temperatur 150-
7000C, yang akan mengizinkan sejumlah relief tegangan (stress
releaving) dan pengendapan karbida. Temperatur penemperan yang
lebih tinggi akan menghasilkan keuletan yang lebih baik dengan
mengorbankan sedikit angka kekerasan.
f. Bainite adalah struktur dua fasa yang dapat terbentuk pada baja karbon
melalui pendinginan cepat austenite pada suhu antara 4000C dan 5500C,
diikuti waktu penahanan pada temperatur ini sampai melewati batas
kurva transformasi Martensite finish untuk terbentuknya formasi
bainite. Pembentukan formasi bainit pada baja karbon umumnya
dilakukan pada tungku penemperan dengan media pendingin timah cair
atau Pb dan penahan isotermal baja pada bath ini. Transformasi bainite
terjadi karena pengendapan karbida dalam konfigurasi lebih halus.
Seperti halnya perlite, bainite adalah campuran ferite dan cementite.
Beberapa baja paduan dapat bertansformasi menjadi bainite pada
pendinginan lanjut. Seperti halnya pada martensit ferite pada bainite
dapat terbentuk lath atau plate berisi dislokasi struktur. Sifat pada
bainite mirip dengan penemperan martensite. Bainite terbagi menjadi
dua morfologi yaitu bainit atas dan bainit bawah. Bainite bawah yang
terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi strukturnya lebih kasar dan
tidak begitu keras atau ulet. Seperti halnya pada bainite bawah. Matriks
adalah ferite pada baja yang bertransformasi secara isotermal, tapi bisa
berubah martensite pada baja paduan dengan pendinginan lanjut.

2.4 Baja AISI 1045


Baja adalah paduan besi (Fe) dengan unsur pemadu utama karbon (C),
silikon (Si), mangan (Mn), khrom (Cr), dan unsur lain untuk keperluan
khusus. Baja dan paduannya secara luas dengan kemajuan industri di zaman
sekarang biasa digunakan mulai dari peralatan perkakas, peralatan rumah
tangga, komponen otomotif, konstruksi gedung, dan lain sebagainya hingga
bahan struktur reaktor nuklir. Baja AISI 1045 adalah baja karbon yang
memiliki komposisi kandungan 0,42-0,50% C, 0,50-0,80% Mn, 0,035%
S,0,17-0,37% Si, 0,25% Ni, 0,25% Cr, 0,035% P dan termasuk golongan
baja karbon menengah (medium carbon steel). Baja karbon menengah jenis
ini banyak digunakan sebagai komponen otomotif misalnya untuk
pembuatan roda gigi, poros, dan bantalan pada kendaraan bermotor.
Pada penerapannya, baja harus memiliki sifat ketahanan aus yang baik,
dikarenakan sesuai dengan fungsinya harus mampu menahan keausan akibat
dari gesekan dan beban tekanan. Ketahanan aus dapat didefinisikan sebagai
ketahanan suatu material terhadap pengurangan dimensi akibat dari suatu
gesekan antara permukaan tertentu. Salah satu usaha agar umur baja lebih
tahan lama terhadap gesekan atau tekanan adalah melalui proses perlakuan
panas (heat treatment). Baja AISI 1045 sering disebut sebagai baja karbon
dikarenakan sesuai dengan pengkodean internasional, yaitu seri 10xx
berdasarkan nomenklatur yang dikeluarkan oleh AISI dan SAE (Society of
Automotive Engineers) pada angka 10 pertama merupakan kode yang
menunjukan plain carbon, selanjutnya pada kode xx setelah angka 10
menunjukan komposisi kadar karbon pada baja AISI 1045.

Dalam hal ini baja merupakan sampel pengamatan pada praktikum analisis
struktur mikro. Baja merupakan logam paduan unsur dasarnya ialah besi
dengan karbon sebagai unsur paduannya fungsi suatu unsur karbon di dalam
besi adalah sebagai unsur pengeras dengan cara mencegah dislokasi
bergeser pada kisi-kisi kristal atom besi baja karbon ini dikenal dengan baja
Hitam karena berwarna hitam kandungan unsur karbon dalam baja ini
berkisar diantara 0,2% hingga 2% dan memiliki berat sesuai dengan
tingkatannya.

2.5 Sifat Mekanik Material


Sifat mekanik material merupakan sifat yang menunjukkan karakteristik
tertentu terhadap suatu pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya
torsi,gaya tekan. gaya tarik atau gaya dan energi lainnya yang menyatakan
kemampuan suatu material untuk menerima energi, gaya serta beban tanpa
menimbulkan kerusakan pada material tersebut. Adapun sifat mekanik pada
suatu material diantaranya adalah :
a. Kekuatan, ialah kemampuan suatu material untuk menerima tegangan
tanpa menyebabkan material menjadi patah. ada beberapa jenis kekuatan
dan berdasarkan beban yang bekerja yaitu kekuatan tarik,geser dan tekan.
b. Kekerasan, adalah ketahanan material terhadap penekanan atau indentasi
serta penetrasi, sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance)
yaitu ketahanan material terhadap penggoresan atau pengikisan material,
yang berhubungan pada kuatnya susunan atom suatu material.

c. Kekakuan, merupakan sebuah kemampuan suatu material untuk


menerima tegangan atau beban tanpa mengakibatkan terjadinya
deformasi atau difleksi.

d. Ketangguhan, merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah


energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan pada material.
Ketangguhan material dapat di uji dengan memberikan beban energi
melebihi kekerasannya.

e. Keuletan, adalah suatu sifat yang berkaitan dengan aplikasi kekuatan


tarik, keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu persentase
uji keregangan sifat ini biasanya digunakan dalam bidang perteknikan.
Keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu, persentase
keregangan.

f. Kegetasan, ialah satu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan


dengan keuletan kegetasan merupakan suatu sifat pecah dari suatu logam
atau material dengan sedikit pergeseran permanen. Contoh bahan yang
memiliki sifat kegetasan ini yaitu besi cor.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum analisis struktur mikro ini adalah
sebagai berikut :
a. Trinocular Metalurgical Microscope

Gambar 3.1 Trinocular Metalurgical Microscope


Sumber : Modul praktikum analisis struktur mikro

b. Tang Crusible

Gambar 3.1 Tang Crusible


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA
a. Sarung Tangan Latex

Gambar 3.2 Sarung Tangan Latex


Sumber: Data Pribadi

Gambar 3.7 Kain Lap


Sumber : Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA

3.1 Bahan
b. Baja Carbon Steel Medium (AISI 1045)

Gambar 3.2 Baja Carbon Steel Medium (AISI 1045)


Sumber : Modul praktikum analisis struktur mikro
c. Larutan Etsa

Gambar 3.3 Alkohol 70%, dan asam nital


Sumber : Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA

d. Autosol

Gambar 3.4 Autosol


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA

3.3 Skema praktikum


Adapun skema pada kegiatan praktikum Analis struktur mikro kali ini
adalah sebagai berikut:
a. Diagram Alir
b. Penjelasan Diagran alir
Berikut ini adalah penjelasan diagram alir pada gambar praktikum
modul Analis struktur mikro:
1. Mulai
Pada tahap ini praktikan mempersiapkan diri untuk memulai
praktikum
Sebelum dimulainya untuk praktikum praktikan terlebih dahulu
berdoa

2. Pretest
Pada tahap ini praktikan diberikan beberapa pertanyaan soal berkaitan
dengan modul, untuk mengetahui seberapa jauh praktikan memahami
modul praktikum dan untuk mendapatkan sebuah nilai

3. Penjelasan modul
Pada tahap ini praktikan diberikan penjelasan singkat terkait modul
sebelum nantinya praktikan menggunakan alat-alat pada praktikum

4. Praktik Penggunaan Alat


Pada tahap ini praktikan melakukan praktikum penggunaan alat sesuai
dengan penjelasan dari modul dan pemahaman praktikan terhadap
modul yang sudah dibaca. Dan praktikum menggunakan alat
pelindung diri supaya agar lebih aman saat berjalannya praktikum

5. Akhir
Pada tahap ini praktikan merapihkan kembali alat-alat yang digunakan
untuk memastikan semua berjalan dengan noramal, serta memastikan
semua alat sudah dalam posisi off

3.4 Prosedur Praktikum


Adapun Prosedur kerja praktikum Analisis Struktur Mikro yaitu prosedur
kerja Trinocular metalurgial microscope ini adalah sebagai berikut:
a. Menghidupkan alat dan menekan tombol ON.
b. Meletakkan spesimen di stage spesimen.
c. Memfokuskan gambar menggunakan lensa objektif perbesaran terkecil
d. Mengatur posisi lampu kondensor dan mengatur lampu illuminasi dengan
benar.
e. Mengatur intensitas cahaya lampu seperlunya.
f. Memfokuskan posisi spesimen dengan lensa objektif secara tepat dan
memutar fine adjusting handle.
g. Menekan ke dalam light-Path changeover lever, lalu untuk memotret
menariknya keluar.
h. Memastikan tidak ada getaran saat memotret.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan data


Adapun ini adalah pengumpulan-pengumpulan data pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
a. Quenching
Tabel 4. 1 Data heat treatment (quenching)
Kelompok : 2 (dua)
Nama Material : Baja Karbon AISI 1045
Nama Mikroskop : Trinocular Metallurgical Microscope
Heat treatment : Queenching Temperatur :
Media Pendingin : Air Holding Time : 70 menit

Tabel 4. 2 Data analisis struktur mikro dengn metode quenching


No Pendingi Struktur Mikro Pembesa Analisis Fasa
nan H/T ran
1 Air 20μm Pada proses
pendinginan
quenching
terlihat yang
mendominasi
adalah
martensit dan
martensit
terlihat sedikit
gelap
b. Annealing
Tabel 4. 3 Data heat treatment (annealing)
Kelompok : 2 (dua)
Nama Material : Baja Karbon AISI 1045
Nama Mikroskop : Trinocular Metallurgical Microscope
Heat treatment : Annealing Temperatur :
Media Pendingin : Dalam tungku Holding Time : 70 menit

Tabel 4. 4 Data analisis struktur mikro dengan metode annealing


No Pendingi Struktur Mikro Pembesa Analisis Fasa
nan H/T ran
2 Oli 20μm Pada proses
pendinginan
annealing
terlihat yang
mendominasi
adalah perlite
dan perlite
terlihat gelap

c. Normalizing
Tabel 4. 5 data heat treatment (normalizing) spesimen
Kelompok : 2 (dua)
Nama Material : Baja Karbon AISI 1045
Nama Mikroskop : Trinocular Metallurgical Microscope
Heat treatment : Normalizing Temperatur :
Media Pendingin : Udara Holding Time : 70 menit
Tabel 4. 6 Data analisis struktur mikro dengan metode normalizing
No Pendingi Struktur Mikro Pembesa Analisis
nan H/T ran Fasa
3 Udara 20μm Pada proses
pendinginan
normalizing
terlihat yang
mendominasi
adalah
austenite
dengan kadar
karbon
0,83% dan
austenite
terlihat
gelap.

4.1 Pengolahan Data


Adapun pengolahan data dalam praktikum analisis struktur mikro kali ini
adalah sebagai berikut:

....................................................................................................(1)

Keterangan:
L : panjang garis potong (mm)
n : jumlah fasa terpotong (mm)
V : pembesaran lensa (mm)
a. Quenching (air)
Gambar 4. 1 Fasa quenching yang dihitung
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA

mm

b. Annealing (dalam tungku)

Gambar 4. 2 Fasa annealing yang dihitung


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA

mm
d. Normalizing (Udara)

Gambar 4. 3 Fasa normalizing yang dihitung


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material Teknik ITERA
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis
Adapun analisis dan pembahasan yang didapatkan tentang pratikum kali ini
adalah sebagai berikut :
a. Diagram fasa Fe-Fe3C

gambar 5.1 Diagram fasa Fe-Fe3C


Sumber : Data Pribadi

Diagram ini dikenal sebagai "Diagram Fasa Besi-Karbon" atau “Diagram


fasa Fe3C” merupaka suatu representasi grafis dari sistem besi (Fe) dan
karbon (C) yang menggambarkan transformasi fasa dari besi dan karbon
pada berbagai komposisi dan suhu. Diagram ini sangat penting dalam ilmu
rekayasa material karena dapat membantu memahami bagaimana struktur
besi dan baja (baja adalah paduan besi-karbon) berubah dengan
suhu dan komposisi. Diagram fasa Fe3C mengilustrasikan perubahan fase
besi dari ferite (α) ke austenite (γ) pada suhu tinggi dan dari austenite (γ) ke
cementit (Fe3C) pada suhu yang lebih rendah dengan meningkatnya kadar
karbon.
Diagram ini memberikan wawasan tentang sifat-sifat material dan aplikasi
dalam dunia nyata, terutama dalam pemrosesan dan perlakuan panas untuk
baja Selain tiga fase utama yang ada pada penjelasan di atas, diagram fasa
Fe3C juga mencakup kurva transformasi dan daerah yang menunjukkan
variasi sifat seperti kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan pada berbagai
kondisi termal. Diagram ini sangat penting dalam rekayasa material dan
pemrosesan baja untuk memastikan sifat material yang sesuai dengan
kebutuhan pengaplikasiannya.

b. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi. Struktur Mikro


Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat
diamati melalui teknik metalografi. Struktur mikro suatu logam dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop.
1. Austenite

gambar 5.2 Austenite Microstructure


Sumber : Data Pribadi

Fase padat yang memiliki struktur kristal wajah pusat ialah Austenite .
Istilah ini umumnya terkait dengan logam ferrous, terutama baja.
Austenite terbentuk pada suhu tinggi dan merupakan fase struktural
yang stabil dari besi pada suhu di atas 912 derajat Celsius.Austenite
juga merupakan konsep penting dalam metalurgi, terutama dalam
pembuatan baja. Komposisi austenite yang tepat dan perlakuan termal
yang sesuai dapat memberikan sifat-sifat yang diinginkan dalam baja,
seperti kekuatan, ketahanan terhadap korosi, dan ketangguhan. Baja
yang mengandung austenite dapat dihasilkan dengan mengubah
struktur mikro pada suhu tinggi dan kemudian mendinginkannya
dengan cepat, seperti dalam proses pengerasan atau perlakuan panas
lainnya.
2. Martensite

gambar 5.3 Martensite Microstructure


Sumber : Data Pribadi

Martensite memiliki struktur kristal tetragonal yang terdistorsi, yang


menghasilkan sifat-sifat yang berbeda dari austenite. Sifat-sifatnya
termasuk kekerasan yang tinggi dan kekuatan yang baik, namun dapat
memiliki kerapuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur
lainnya Martensite adalah salah satu jenis struktur mikro yang
terbentuk pada logam setelah perlakuan termal tertentu, terutama pada
baja. Martensite terbentuk ketika austenite (struktur kristal wajah
pusat yang terbentuk pada suhu tinggi) dikembalikan menjadi bentuk
padat tetapi dengan proses pendinginan yang sangat cepat, sehingga
tidak memungkinkan untuk terjadinya transformasi austenite yang
normal. Martensite sering diinginkan dalam beberapa aplikasi industri
di mana kekerasan dan ketangguhan yang tinggi dibutuhkan, seperti
dalam pembuatan pisau, pegas, atau alat-alat tajam lainnya. Proses
pembentukan martensite dan pengendalian sifat-sifatnya merupakan
bagian penting dari pengolahan termal logam.
3. Ferrite
Ferrite memiliki sifat magnetik, dan sering digunakan dalam
pembuatan magnet dan material magnetik lainnya. Selain itu, ferrite
juga ditemukan dalam beberapa baja tahan karat sebagai salah satu
fase struktural yang membentuk sifat-sifat khusus dari material
tersebut. Ferrite adalah salah satu jenis struktur kristal dari besi atau
paduan besi. Secara khusus, ferrite mengacu pada fase struktural yang
memiliki struktur kristal kubik terpusat pada badan. Ferrite sering
ditemukan dalam baja dengan kandungan karbon rendah. Pada
umumnya, ferrite adalah fase yang relatif lunak dan memiliki
ketahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan martensite atau
austenite.

gambar 5.4 Ferrite Microstrcture


Sumber : Data Pribadi

Dalam pengolahan logam, transformasi antara ferrite, austenite, dan


martensite sering diatur dengan menggunakan perlakuan termal yang
tepat untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan dari material logam.
Ferrit, atau α-ferrit (α-Fe) atau besi alfa, istilah ilmu material untuk
besi murni dengan struktur kristal body-centered cubic (B.C.C).
Struktur kristalin ini memberikan sifat magnetik baja baja dan besi
tuang, dan merupakan contoh sederhana dari bahan ferromagnetik.
4. Cementite
Dalam konteks aplikasi teknik, pemahaman tentang sifat-sifat
cementite dan cara mengontrolnya sangat penting dalam proses
pembuatan baja untuk memastikan bahwa material yang dihasilkan
memiliki sifat-sifat yang dinginkan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Cementite adalah senyawa kimia yang terdiri
dari besi dan karbon, dengan rumus kimia Fe3C. Ini adalah salah satu
dari beberapa senyawa yang terbentuk dalam baja dan besi tuang yang
mengandung karbon. Cementite memiliki struktur kristal ortorombik
dan merupakan salah satu komponen utama dalam baja karbon tinggi.

gambar 5.5 Cementite Microstructure


Sumber : Data Pribadi

Cementite sering ditemukan dalam struktur perlite, yang terbentuk


dari campuran lamellar antara ferrite dan cementite. Kehadiran
cementite dalam baja dapat memengaruhi sifat-sifatnya, seperti
kekerasan dan ketangguhan. Komposisi dan distribusi cementite dalam
struktur mikro baja dapat diatur dengan perlakuan panas dan
pendinginan yang sesuai, yang akan memengaruhi sifat-sifat akhir dari
baja tersebut.

5. Pearlite
Pearlite sering kali dihasilkan dalam proses perlakuan termal yang
dikendalikan dengan baik pada baja karbon sedang. Struktur perlite
memberikan kombinasi kekuatan dan keuletan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur baja lainnya, seperti ferrite atau
Cementite. Pearlite merupakan sebuah campuran mikrostruktur yang
terdiri dari dua fase, yaitu lapisan-lapisan tipis dari ferit dan cementite
yang terbentuk saat baja mengalami pendinginan perlahan dari suhu
austenitik. Ferit adalah fasa besi yang relatif lunak, sementara
cementite adalah senyawa karbon-besi yang keras dan rapuh. Kedua
komponen ini disusun secara bergantian dalam bentuk lapisan, yang
memberikan penampilan seperti pola garis atau garis-garis yang
terlihat di bawah mikroskop.

gambar 5.6 Pearlite Microstructure


Sumber : Data Pribadi

Kekuatan dan keuletan pearlite dapat disesuaikan melalui kontrol


perlakuan termal yang tepat, yang penting dalam pembuatan baja
untuk aplikasi yang membutuhkan keseimbangan antara
kekuatan dan keuletan. Pearlite yang terbentuk sedikit di bawah
temperatur eutektoid memiliki kekerasan yang lebih rendah dan
memerlukan waktu inkubasi yang lebih banyak.
6. Bainite

gambar 5.7 Bainite Microstructure


Sumber : Data Pribadi
Bainite sering diinginkan dalam beberapa aplikasi teknik karena
memiliki kombinasi kekuatan yang tinggi dan ketangguhan yang baik,
serta kecenderungan yang lebih rendah untuk terbentuknya distorsi
atau retakan dibandingkan dengan martensite. Sifat-sifat ini
membuatnya berguna dalam pembuatan komponen-komponen yang
membutuhkan kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap kejut, seperti
gigi roda gigi, poros, dan berbagai komponen mesin lainnya. Proses
pembentukan bainite dapat dikendalikan secara hati-hati melalui
perlakuan termal yang disesuaikan untuk menghasilkan sifat-sifat
yang diinginkan dari material logam.

Bainite ialah salah satu struktur mikro pada baja yang terbentuk
sebagai hasil dari perlakuan termal tertentu yang dilakukan pada suhu
antara titik bayu atas dan titik martensit. Struktur bainite terdiri dari
ferrite dan cementite, mirip dengan perlite, tetapi dengan pola yang
lebih kompleks dan tersusun secara acak. Sifat-sifatnya dapat
disesuaikan dengan mengontrol suhu dan waktu pendinginan selama
proses perlakuan termal.

c. Adapun penjelasan unsur unsur pada media pendingin air,oli dan udara
yaitu sebagai berikut ini :
1. Fasa yang terbentuk dari proses quenching dengan media pendingin
air adalah martensite. Struktur martensite terbentuk karena proses
pendinginan secara langsung dengan air. Air memiliki massa jenis
yang besar tetapi viskositas yang rendah, maka dari itu air
memberikan laju pendinginan yang cepat dan mempercepat dalam
menurunkan temperatur.

2. Pada proses pendinginan menggunakan udara, fasa yang terbentuk


dari proses normalizing ialah austenite. Terbentuknya fasa ini yaitu
dengan cara memanaskan material pada temperatur 55 sampai 85°C
diatas temperatur kritis. Kemudian ditahan untuk beberapa lama
hingga fasa secara penuh bertransformasi ke fasa austenite.
Selanjutnya material didinginkan pada udara terbuka pada mencapai
suhu ruang/kamar.

3. Proses pendinginan dalam tungku memiliki fasa yang terbentuk dari


proses annealing yaitu pearlite. Proses ini dilakukan dengan cara
memanaskan material baja pada temperatur 15 hingga 40°C di atas
temparatur A3 atau A1 tergantung kadar karbonnya. Pada temperatur
tersebut pemanasan ditahan untuk beberapa lama hingga mencapai
kesetimbangan.

d. Adapun jenis-jenis heat treatment dan faktor yang membedakan


perubahan struktur mikro dengan perlakuan panas yaitu:
Jenis-jenis Heat Treatment yaitu Normalizing, Hardening, Tempering,
Anealing, Quenching, dan Holding Time. Faktor yang mempengaruhi
perubahan struktur mikro dengan perlakuan panas ini dengan deformasi
plastis ialah karena lamanya suatu proses pada pendinginan suatu
material yang menyebabkan perbedaan pada setiap struktur dari setiap
perlakuan yang memiliki tingkat kekerasan yang berbeda.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada praktikum analisis struktur
mikro ini adalah sebagai berikut :
a. Adapun penjelasan unsur unsur pada media pendingin air,oli dan
udara yaitu sebagai berikut ini yaitu. Fasa yang terbentuk dari proses
quenching dengan media pendingin air adalah martensite. Struktur
martensite terbentuk karena proses pendinginan secara langsung
dengan air. Air memiliki massa jenis yang besar tetapi viskositas yang
rendah, maka dari itu air memberikan laju pendinginan yang cepat dan
mempercepat dalam menurunkan temperatur. Pada proses pendinginan
menggunakan udara, fasa yang terbentuk dari proses normalizing ialah
austenite. Terbentuknya fasa ini yaitu dengan cara memanaskan
material pada temperatur 55 sampai 85°C diatas temperatur kritis.
Kemudian ditahan untuk beberapa lama hingga fasa secara penuh
bertransformasi ke fasa austenite. Selanjutnya material didinginkan
pada udara terbuka pada mencapai suhu ruang/kamar. Proses
pendinginan dalam tungku memiliki fasa yang terbentuk dari proses
annealing yaitu pearlite. Proses ini dilakukan dengan cara
memanaskan material baja pada temperatur 15 hingga 40°C di atas
temparatur A3 atau A1 tergantung kadar karbonnya. Adapun jenis-
jenis heat treatment dan faktor yang membedakan perubahan struktur
mikro dengan perlakuan panas yaitu: Jenis-jenis Normalizing,
Hardening, Tempering, Anealing, Quenching, dan Holding Time.
Faktor yang mempengaruhi perubahan struktur mikro dengan
perlakuan panas ini dengan deformasi plastis ialah karena lamanya
suatu proses pada pendinginan suatu material yang menyebabkan
perbedaan pada setiap struktur dari setiap perlakuan yang memiliki
tingkat kekerasan yang berbeda.
b. Alat yang digunakan pada praktikum analisis struktur mikro ini
adalah mikroskop optik yaitu Trinocular Metalurgical Microscope
untuk melakukan pengamatan mikro struktur pada specimen. Alat ini
memiliki kecanggihan yang dimana untuk melihat hasilnya bisa
menggunakan komputer dengan sambungan kamera dan bisa di potret
untuk menyimpan hasil pengamatan. Penggunaan alat ini dengan cara
menghidupkan Trinocular Metalurgical Microscope yang sudah
tersambung dengan aliran listrik, kemudian menghidupkan komputer,
setelah itu menaruh specimen ke stag specimen, lalu mengatur fokus
lensa objektif ke perbesaran terkecil dan mengatur specimen agar
mengenai lampu cahaya iluminasi dengan menggunakan fine
adjusting handle dengan cara diputar. Setelah itu membuka aplikasi
terkait, lalu setelah terlihat gambar pada komputer akan terlihat dan
setelah itu potret gambar menggunakan tols yang ada di aplikasi dan
kemudian disimpan.
c. Berikut hasil perhitungan dalam praktikum analisis struktur mikro kali
ini adalah sebagai berikut yaitu Pada perhitungan quenching
didapatkan hasil perhitungan panjang garis potong yaitu 0,027 mm.
Dan pada metode annealing didapatkan 0,026 mm. Sedangkan pada
metode normalizing mendapatkan 0,035 mm.

6.1 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum analisis struktur
mikro ini adalah sebagai berikut :
a. Sekiranya praktikan bisa lebih berhati-hati saat menggunakan alat
praktikum.
b. Disarankan untuk memeriksa alat praktikum sebelum melakukan
penggunaan alat.
c. Diharapkan praktikan dapat mempersiapkan diri sebelum praktikum
heat treatment seperti menonton video di youtube.
d. Sekiranya spesimen bisa diberikan tempat sendiri sendiri secara satuab
dengan wadah yang layak.
e. sekiranya praktikan lebih teliti dalam melakukan prosedur praktikum
dan penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA

Adipura, A. &. (2022). Analisa Pengaruh Heat Treatment Tempering Dengan


Variasi Waktu Tahan Dan Media Pendingin Terhadap Sifat Mekanik Baja
Karbon Rendah, 203-212.
Choliq, A. N. (2021). Metalurgi Fisik.
Robbina, M. A. (2012). Perbandingan Nilai Kekerasan dan Struktur Mikro Akibat
Variasi Katalis pada Proses Carburizing Baja S45C.
Santoso, T. B. (2016 ). Jurnal Teknik Mesin 23.1. Pengaruh kuat arus listrik
pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro las SMAW dengan
elektroda E7016.
Wahhab, H. d. (2014). Analisis Struktur Mikro Dan Kekerasan Permukaan Baja
St 37 Carburized Melalui Proses Dekarburasi Oleh Air, 1-8.
Deivandra, *, Bhakti, G., Dwi Haryadi, G., & Umardani, Y. (2013). Analisis
Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis Hasil Las Titik Dan Brazing Untuk
Industri Rumahan. Jurnal Teknik Mesin S-1, 1(2), 1–8.
{Bibliography
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai