Anda di halaman 1dari 29

BAB II

STRUKTUR MIKRO

2.1 Tujuan Pengujian

pengujian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati:

a. Struktur mikro suatu logam

b. Prinsip kerja dari mikroskop.

2.2 Teori Dasar

2.2.1 Pengertian Struktur Mikro

Struktur mikro merupakan struktur yang terkandung didalam

material atau logam yang diteliti dengan menggunakan mikroskop.

Mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan logam dan

material lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material, atau

biasa juga disebut suatu proses untuk mengukur suatu material baik

secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan informasi-informasi

yang didapatkan dari material yang diamati. Dalam ilmu metalurgi

struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari.

Struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat fisik dan mekanik suatu

logam. Jika struktur mikro logam berbeda maka sifat logam akan

berbeda pula. Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan

logam akan meningkat, sebaliknya, struktur mikro yang besar akan

membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya menurun. Struktur

mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam atau
material tersebut serta proses yang dialaminya. Metalografi bertujuan

untuk mendapatkan struktur makro dan mikro suatu logam sehingga

dapat dianalisa sifat mekanik dari suatu logam. Pengamatan

metalografi dibagi menjadi dua,yaitu:

1. Metalografi makro, yaitu penelitian struktur logam dengan

pembesaran 100 kali.

2. Metalografi mikro, yaitu penelitian struktur logam dengan

pembesaran 1000 kali.

2.2.2 Jenis- Jenis Mikroskop

1. Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali.

Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama "Compound light

microscope" adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya

lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana yang

digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop

konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang

dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat

dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar

kedalam kondensor. Pada mikroskop ini, kita dapat melihat bayangan

benda dalam tiga dimensi lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler dan

lensa kondensor. Lensa obyektif berfungsi pada pembentukan

bayangan pertama dan menentukan struktur serta bagian renik yang

akan terlihat pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk


memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai

"apertura" yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang

akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan

struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah. Lensa

okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas

tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk

memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Di bawah

ini adalah gambar dari mikroskop cahaya.

Gambar 2.1 Mikroskop Cahaya


(Sumber : andreas. Louk, 2017)

2. Mikroskop Sederhana

Mikroskop sederhana merupakan mikroskop konvensional yang

menggunakan cahaya matahari sebagai media untuk pencahayaan

dalam meneliti. Pada mikroskop ini sinar matahari dipantulkan dari

suatu cermin datar atau cekung yang terdapat dibawah kondensor. Jika

pada mikroskop ini tidak mendapatkan pantulan sinar cahaya matahari

maka mikroskop ini tidak dapat digunakan untuk melihat atau meneliti
benda kerja yang akan diteliti.

Gambar 2.2 Mikroskop Sederhana


(Sumber : andreas. Louk, 2017)

3. Mikroskop Elektron

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk

melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan

elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan

tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta

resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop

elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi

elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan dengan mikroskop

cahaya.

Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam

tersebut biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji

diamati, benda uji tersebut harus melewati tahap-tahap preparasi.


Gambar 2.3 Mikroskop Elektron
(Sumber : khairiza lubis, 2015)

2.2.3 Prinsip Kerja Mikroskop Dalam Meneliti Logam

Mikroskop cahaya sangat besar manfaatnya dalam bidang

metalurgi fisik. Mikroskop cahaya sangat sederhana dan terdiri dari

tiga bagian utama, yaitu:

a. Illuminator (lensa pemantul), fungsinya memantulkan permukaan

logam.

b. Lensa objektif, berfungsi untuk memperjelas gambar dari struktur

yang ada di dalam logam.

c. Eyepiece (lensa mata), berfungsi memperbesar bayangan yang

terbentuk oleh lensa obyektif.

Gambar 2.4 Bagian bagian mikroskop


(Sumber : Campbell et at.1999)

Pengujian mikroskopik dari suatu benda uji dilakukan setelah

pemolesan dan kemudian dietsa dengan larutan kimia yang sesuai dan

dapat =================================== memberikan

gambaran seperti keteraturan dan ukuran butir, distribusi fase, hasil


deformasi plastik dan eksistensi dari pengotor dan cacat-cacat. Proses

kimia atau etsa permukaan, mula-mula memperlihatkan batas butir,

dan selanjutnya memperlihatkan bayangan yang berbeda antara satu

butir dengan butir yang lain, hal ini menunjukkan bahwa larutan etsa

tidak mengikis permukaan logam seluruhnya, melainkan sepanjang

bidang-bidang kristalografi tertentu. Bagian yang memiliki orientasi

yang sama kemudian terdapat dalam satu butir, dan pada setiap butir

memiliki orientasi yang berbeda dari butir-butir disekitarnya, setiap

butir akan memantulkan sinar ke lensa obyektif pada mikroskop dan

hasilnya akan timbul sinar, sementara butir-butir di sekitarnya

memantulkan semua sinar ke lain arah tampak

lebih gelap.

Gambar 2.5 Struktur logam yang diteliti menggunakan mikroskop


(Sumber : Campbell et at.1999 )

2.2.4 Pengetsaan
Etsa merupakan proses pengikisan batas butir secara selektif. Yaitu

benda diberikan/dicelupkan pada larutan asam atau larutan yang

bersifat korosif dalam jangka waktu tertentu. Akibat adanya medium

korosif tersebut permukaan logam menjadi terkorosi secara selektif

karana laju korosi di setiap titik tidak sama. Larutan etsa yang

digunakan tergantung dari jenis logam.Untuk logam besi biasanya

digunakan larutan Nital 5% (5%HNO3).

a) Etsa kimia

1. Memunculkan mikro struktur bahan kristalin berdasarkan reaksi

kimia diferensial.

2. Laju reaksi kimia bagian butir berbeda dengan bagian batas

butir. batas butir dibawah mikroskop optik tampak sebagai garis

gelap.

3. Pertimbangan pemilihan zat kimia, dipertimbangkan faktor untuk

tidak memperbesar cavity, menimbulkan pit, menghasilkan

segregasi dan lain-lain.

4. Penentuan hal tersebut tak hanya dari teori, melainkan juga

berdasarkan trial yang dilakukan.

b) Etsa elektronik

1. Untuk megetsa logam yang sulit dietsa dengan metode kimia.

2. Untuk memunculkan fasa-fasa tertentu.

3. Reaksi reduksi dan oksidasi.


4. Diperlukan potensial kimia yang lebih rendah dari pada poles

elektrolitik.

5. Kecenderungan tergantung afinitas deret volta, dengan hidrogen

votage dianggap nol.

6. Prinsip adalah korosi dengan masing-masing elemen struktur

mikro mempunyai laju korosi berbeda.

2.2.5 Struktur Kristal Logam

Analisis difraksi sinar X memperlihatkan bahwa atom dalam kristal

logam tersusun dalam pola ulang tiga dimensi secara teratur.

Penggambaran sederhana berbentuk kisis kristal, dengan

membayangkan atom-atom sebagai bola kertas dilokasi khusus pada

suatu susunan geometrik.

Struktur logam utama adalah :

1. Struktur kubik sederhana.

Struktur ini paling dasar, dengan jenis sel dasar atau atom

tunggal yang ditemui untuk kristal ionik, atom ini ini tidak di

kelilingi oleh atom lain.

Gambar 2.6 Struktur kubik sederhana.


(Sumber : herry z. 2011)

2. Struktur kubik pusat ruang BCC (Body Centered Cubic).


Struktur ini terdiri atas sebuah atom pada tiap sudut dan pusat

ruang kubus. Setiap atom dikelilingi oleh delapan atom yang

berbatasan.

Gambar 2.7 Struktur kubik pusat ruang BCC


(Sumber : ardra. biz)

3. Struktur kubik pusat sisi FCC (Face Centered Cubic).

Terdapat sebuah atom disetiap sudut dan sebuah atom di titik

pusat setiap bidang kubik. Struktur ini disebut juga struktur kubik

pusat bidang.

Gambar 2.8 Struktur kubik pusat sisi FCC


(Sumber : herry z. 2011)

4. Struktur Heksagonal (Hexagonal Closed Packed).

Tiap atom pada lapisan tertentu terletak tepat di atas atau di

bawah sela antara 3 atom lainnya pada lapisan berikutnya. Tiap

atom menyinggung 3 atom lainnya pada lapisan di bawahnya, 6

atom di bidangnya sendiri, dan 3 atom di lapisan atasnya.


Perubahan struktur terjadi jika besi murni didinginkan dari

temperatur lelehnya, dalam kondisi lebur didinginkan pada suhu

1539 o
C membentuk kristal dengan tata ruang besi δ. Jika

pendinginan dilanjutkan hingga suhu 1400 oC terjadi perubahan

bentuk kristal dari besi δ menjadi besi γ pada struktur FCC.

Perubahan besi γ menjadi α dengan struktur BCC terjadi jika

pendinginan dilanjutkan hingga suhu 910oC. Struktur BCC paling

stabil karena atomnya terikat dengan atom yang berada di tengah

ruang. Sedangkan struktur FCC atomnya terikat oleh atom di tengah

sisinya.

Gambar 2.9 Struktur Heksagonal


(Sumber : vincesius cahya dwinanda. 2011)

2.2.6 Pembentukan butir

Butir terbentuk pada saat logam cair membeku dan atom-atom

mengatur diri sesuai pola geometris. Pembentukan awal inti yang

stabil pada logam yang sedang membeku dan tumbuh menjadi kristal

yang teratur dan setiap pembekuan kristal atom terbentuk dengan pola

yang teratur. Selanjutnya penggabungan kristal membentuk batas

kristal, logam yang telah membeku disebut butir dan persinggungan

kristal disebut batas butir.


Gambar 2.10 Pembentukan butir
(Sumber : vincesius cahya dwinanda. 2011)

2.2.7 Besar Butir dan Pengaruhnya pada Sifat Logam

Besar butir dipengaruhi oleh laju pendinginan dan proses

pengerjaan (panas atau dingin) pada pembentukan. Butir yang halus

memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih baik dibanding butir kasar,

karena pada proses deformasi logam, logam berbutir halus mempunyai

hambatan slip yang lebih besar. Butir kasar mudah permesinannya,

lebih mudah dikeraskan dengan perlakuan panas, daya hantar panas

dan listrik lebih baik.logam butir halus tidak mudah retak pada

pendinginan tiba-tiba (pencelupan).

Gambar 2.11 Besar butir dan pengaruh pada sifat logam


(Sumber : vincesius cahya dwinanda. 2011)

2.2.8 Deformasi plastis kristal tunggal

Pada kenyataannya kristal mempunyai berbagai macam

ketidaksempurnaan (inperfection) dan memiliki cacat (defect), hal ini

berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisik.

Berdasarkan geometri, ketidaksempurnaan kisi kristal

diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :


1. Cacat titik.

Penyimpangan susunan periodik atom pada logam terbatas

disekitar atom, yang terdiri dari :

a. Kekosongan (vacancy), sebuah atom lepas dari posisi kisi normal

karena gangguan lokal pada proses pertumbuhan kristal.

b. Sisipan (intertisi), sebuah atom tertahan dalam kristal dititik

pertengahan posisi kisi normal.

Gambar 2.12 Cacat titik


(Sumber : vincesius cahya dwinanda. 2011)

2. Cacat garis.

Cacat garis merupakan gabungan dari cacat titik yang terdiri

dar kekosongan dan sisipan

Gambar 2.13 Cacat garis


(Sumber : vincesius cahya dwinanda. 2011)

3. Cacat dua dimensi.

a. Cacat permukaan luar.


Permukaan adalah batas akhir butir struktur kristal,

sehingga atom pada permukaan koordinasinya tidak sama

dengan atom dalam kristal. Atom permukaan memiliki energi

yang lebih besar dan ikatannya kurang kuat karena tetangganya

hanya pada satu sisi.

b. Planar defect.

Batas butir yang berdekatan terdapat daerah transisi

tidaksearah dengan pola pada kedua butiran.

Gambar 2.14 Cacat dua dimensi


(Sumber: physis. 2011)

2.2.9 Dislokasi.

Ketidaksempurnaan susunan periodik atom dalam kristal

membentuk jalur tertentu disebut dislokasi. Dislokasi merupakan

gabungan beberapa cacat titik yang menyebabkan gejala slip maupun

penyebab sebagian besar logam berubah bentuk secara plastik. Macam

dislokasi adalah :

1. Dislokasi sisi yaitu susunan periodik atom dalam kristal yang

membentuk jalur di bagian sisi (pinggir).

2. Dislokasi ulir yaitu susunan periodik atom dalam kristal yang

Membentuk jalur di bagian ulir (tengah).


3. Dislokasi gabungan susunan periodik atom dalam kristal yang

membentuk jalur baik itu di bagian sisi maupun dibagian ulir.

Gambar 2.15 Dislokasi


(Sumber : physis. 2011)

2.2.10 Diagram Fasa.

Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi

tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu material pada variasi

temperatur, tekanan dan komposisi. Diagram ini merupakan dasar

pemahaman untuk semua operasi – operasi perlakuan panas.

Diagram fasa dapat digunakan untuk memudahkan memilih

temperatur pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan panas

baik proses anil, normalizing maupun proses pengerasan. Informasi

penting yang dapat diperoleh dari diagram fasa adalah:

1) Memperlihatkan fasa-fasa yang terjadi pada perbedaan komposisi

dan temperatur dibawah kondisi pendinginan yang sangat lambat.

2) Mengindikasikan kesetimbangan kelarutan padat satu unsur atau

senyawa pada unsur lain.


3) Mengindikasikan pengaruh temperatur dimana suatu paduan

dibawah kondisi kesetimbangan mulai membeku dan pada

rentang temperatur tertentu pembekuan terjadi.

4) Mengindikasikan temperatur dimana perbedaan fasa-fasa mulai

mencair.

Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk

memahami struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon, suatu jenis

logam paduan besi (Fe) dan karbon (C). Karbon larut di dalam besi

dalam bentuk larutan padat (solid solution) hingga 0,05% berat pada

temperatur ruang. Baja dengan atom karbon terlarut hingga jumlah

tersebut memiliki alpha Ferrite pada temperatur ruang. Pada kadar

karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk

hard intermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal

sebagai Cementite atau karbida. Selain larutan padat alpha Ferrite

yang dalam kesetimbangan dapat ditemukan pada temperatur ruang

terdapat fase-fase penting lainnya, yaitu delta Ferrite dan gamma-

Austenite. Logam Fe bersifat polymorphism yaitu memiliki struktur

kristal berbeda pada temperatur berbeda. Pada Fe murni, misalnya,

alpha Ferrite akan berubah menjadi gamma Austenite saat dipanaskan

melewati temperature 910oC. Pada temperatur yang lebih tinggi,

mendekati 1400oC gamma-Austenite akan kembali berubah menjadi

delta-Ferrite. (Alpha dan Delta) Ferrite dalam hal ini memiliki

struktur kristal BCC sedangkan (Gamma) Austenite memiliki struktur


kristal FCC. Untuk ferrit dengan struktur kristal BCC, dapat

melarutkan C maks. 0,022% pada temperatur 727 °C, sedangkan

Austenite dengan struktur kristal FCC, dapat melarutkan C hingga

2,11% pada temperatur 1148°C, untuk Cementite, dengan struktur

kristal BCT, dapat melarutkan C hingga 6,7%

Gambar 2.16 Diagram Fasa


(Sumber: halim rusjidi. 2016)

1. Ferrite atau besi alpha (α)

Ferrite merupakan modifikasi struktur besi murni pada

suhu ruang, dimana Ferrite menjadi lunak dan ulet karena Ferrite

memiliki struktur BCC, maka ruang antara atom- atomnya adalah

kecil dan padat sehingga atom karbon yang tertampung hanya

sedikit.

Gambar 2.17 Fase Ferrite


(Sumber : gabrial sianturi)
2.  Austenite atau besi gamma (γ)

Austenite merupakan modifikasi dari besi murni dengan

struktur FCC yang memiliki jarak atom lebih besar dibandingkan

dengan Ferrite. Meski demikian rongga-rongga pada struktur FCC

hampir tidak dapat menampung atom karbon dan penyisipan atom

karbon akan mengakibatkan tegangan dalam struktur sehingga

tidak semua rongga dapat terisi, dengan kata lain daya larutnya jadi

terbatas.

Gambar 2.18 Fase Austenite


(Sumber:Danar sulistyo ardi. 2015)

3.  Cementite atau Karbida Besi

Cementite adalah paduan besi karbon, dimana pada kondisi

ini karbon melebihi batas larutan sehingga membentuk fasa kedua

atau karbida besi yang memiliki komposisi Fe3C. Hal ini tidak

berarti bila karbida besi membentuk molekul Fe3C, akan tetapi kisi

kristal yang membentuk atom besi dan karbon mempunyai

perbandingan 3 : 1. Karbida pada Ferrite akan meningkatkan

kekerasan pada baja. Sifat dasar sementit adalah sangat keras.


Gambar 2.19 Fase Cementite
(Sumber: Danar sulistyo ardi. 2015)

4.  Perlite

Perlite merupakan campuran khusus yang terjadi atas dua

fasa yang terbentuk austenisasi, dengan komposisi eutektoid

bertransformasi menjadi Ferrite dan karbida. Ini dikarenakan

Ferrite dan karbida terbentuk secara bersamaan dan  keluarnya

saling bercampur. Apabila laju pendinginan dilakukan

secara perlahan-lahan maka atom karbon dapat berfungsi lebih

lama dan dapat menempuh jarak lebih jauh, sehingga di peroleh

bentuk perlit besar. Dan apabila laju pendinginan lebih di percepat

lagi maka difusi akan terbatas pada jarak yang dekat sehingga

akhirnya menghasilkan lapisan tipis lebih banyak.

Gambar 2.20 Fase Perlite


(Sumber: Danar sulistyo ardi. 2015)

5. Martensite

Martensite adalah suatu fasa yang terjadi karena

pendinginan yang sangat cepat sekali, dan terjadi pada suhu

dibawah eutektoid tetapi masih diatas suhu kamar. Karena struktur

Austenite tidak stabil maka akan berubah menjadi struktur secara


serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi

pengerasan (dislokasi).

Gambar 2.21 Fase Martensite


(Sumber: Danar sulistyo ardi. 2015)

6. Bainite

Bainite merupakan fasa yang terjadi akibat transformasi

pendinginan yang sangat cepat dimana semua unsur paduan masih

larut dalam keadaan padat dan atom karbon tidak sempat berdifusi

keluar. Pada proses pembentukan bainit, Austenite dibiarkan

bertransformasi secara isothermal menjadi Ferrite dan karbida

diatas temperatur MS (temperatur permulaan reaksi Martensite).

Untuk ini diperlukan celup pada air garam untuk mencegah

terbentuknya Perlite pada temperatur yang tinggi.

Gambar 2.22 Fase Bainite


(Sumber: Danar sulistyo ardi. 2015)

7. Astenite

Astenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas

maksimum kelarutan karbon 2% C.


Gambar 2.23 Fase Astenite
(Sumber: Danar sulistyo ardi. 2015)

2.2.11 Klasifikasi Baja

a. Baja Karbon (Carbon Steel)

Baja karbon atau yang di sebut carbon Steel yaitu baja yang

tersusun dari elemen-elemen yang persentas maksimum selain

bajanya sebagai berikut :

1) 1.65 % Manganese

2) 0.60 % Copper

3) 1.70 % Carbon

4) 0.60 % Silicon

Karbon adalah bahan untuk menaikkan tegangan (strength)

dari baja murni. Baja di kategorikan berdasar material, yaitu dari

ingot iron (baja bongkah) tanpa carbon sama sekali, sampai cost

iron (baja tuang) yang memiliki carbon sekurang-kurangnya

adalah 1.70 %. (Oentoeng, Konstruksi Baja, 1999).

b. Jenis-jenis Baja

1) Baja karbon rendah

Baja karbon rendah memiliki kandungan karbon 0,10% s/d

0,30%. Baja karbon rendah ini diaplikasikan dalam pembuatan

baja strip, baja batangan atau profil dan plat baja.

2) Baja karbon menengah

Baja karbon menengah mengandung carbon antara 0,30 %

s/d 0,60 %. Baja karbon ini di gunakan sebagai keperluan alat


perkakas bagian mesin. Berdasarkan total karbon yang terdapat

dalam baja ini maka baja karbon dapat di gunakan sebagai

keperluan- keperluan industry.

3) Baja karbon tinggi

Baja karbon tinggi mengandung kadar karbon antara lain

0,60 % s/d 1,7 % C dan setiap satu ton baja karbon tinggi

memiliki karbon sebesar 70 – 130 kg. Baja ini memiliki

tegangan Tarik tinggi dan banyak digunakan untuk material

peralatan. Contoh aplikasi dari baja ini dalam pembuatan kabel

baja dan kawat.

4) Baja paduan rendah

Baja paduan rendah diklasifikasi dan dibedakan jenis

paduannya. Baja paduan rendah diklasifikasi sebagai baja

karbon yang memiliki unsur paduan seperti nikel, ehromium,

dan molybdenum. Jumlah total unsur yang terdapat pada

paduannya mencapai 2,07 % - 2,5 %.

5) Baja paduan tinggi

Baja paduan tinggi adalah baja yang memiliki kandungan

elemen paduan sebanyak lebih dari 8%. Yang termasuk dalam

baja paduan tinggi contohnya adalah stainless steel, baja tahan

aus, baja tahan panas, tool steel, dan baja berkualitas tinggi.

2.2.12 Baja ST 37

Baja karbon rendah (low carbon steel) mempunyai karbon


kurang dari 0,30% sehingga memiliki sifat lunak dan juga memilki

kekuatan yang lemah dibandingkan dengan baja karbon menengah

dan baja karbon tinggi akan tetapi baja karbon rendah memiliki sifat

ulet dan tangguh yang sangat baik. Baja karbon rendah memiliki

kandungan karbon yaitu kurang dari 0,30% perlu perlakuan tambahan

jika ingin melakukan modifikasi material atau ingin dilakukan

pengerasan material. Pada umumnya baja dengan kandungan karbon

diatas 0,30% bisa langsung dikeraskan, namun untuk kandungan

sebuah karbon dibawah 0,30% melalui proses penambahan karbon

terlebih dahulu. Dengan sifat-sifat yang dimiliki baja karbon rendah,

maka baja karbon rendah dapat dipergunakan sebagai baja-baja plat

atau sirip, untuk bahan body kendaraan, untuk konstruksi bangunan

jembatan, untuk dibuat sebagai baut, untuk bahan pipa.

Jenis baja ST 37 merupakan standard penamaan DIN yang

berarti baja dengan kekuatan tarik 37 kg/mm2, memiliki komposisi

0,17% C, 0,30% Si, 0,2 - 0,5% Mn, 0,05% P, 0,05% S. ST 37

memiliki kekuatan tarik sampai dengan 123,82 HV termasuk kedalam

golongan baja hypoeutectic yang memiliki kandungan struktur mikro

ferrite dan pearlite. Baja ST 37 termasuk kedalam golongan baja

karbon rendah dikarenakan kandungan karbonnya yang hanya 0,17%.

Adapun pengaplikasian baja ST 37 antara lain sebagai beriku :

a. Diaplikasikan sebagai wire wash, kawat, alat-alat otomotif, paku,

dan untuk bahan welded abriccation.


b. Penggunaan pengaplikasian khusus seperti kawat elektroda

berlapis untuk keperluan pengelasan.

c. Sebagai bahan konstruksi bangunan-bangunan.

2.3 Pelaksanaan Pengujian

2.3.1 Alat dan bahan yang digunakan

1. Alat yang digunakan

a. Satu set alat uji metalografi (Mikroskop cahaya)

b. Kertas gosok

c. Kamera digital

d. Gunting

2. Bahan uji

a. Baja karbon ST 37

b. Larutan etsa (HCL)

6 mm

25,4 mm

2.3.2 Prosedur pengujian

1. Mempersiapkan spesimen yang akan diuji.

2. Menggosok spesimen hingga permukaannya halus dengan kertas

amplas (licin dan tidak ada goresan pada permukaan).

3. Membersihkan permukaan spesimen dengan kertas tissue kemudian

beri larutan etsa (HCL).

4. Diamkan selama 5 menit sampai terjadi reaksi pada specimen.


5. Menempatkan spesimen pada meja mikroskop, pastikan dalam

kondisi rata.

6. Mengatur posisi lensa mikroskop hingga gambar tampak bersih dan

fokus.

7. Setelah gambar fokus, menyiapkan kamera untuk mengambil

gambarnya.

8. Ambil beberapa gambar untuk dijadikan sampel pada tahap

selanjutnya.

9. Melepaskan spesimen dari meja mikroskop.

2.4 Analisa pengujian

Dari hasil foto mikrostruktur tersebut diambil sepuluh sampel untuk

dihitung presentase fasa Pearlite dan fasa Ferritenya.

2
1
3
4

5 6

7 8
8

9 10

Dari sepuluh sampel tersebut dapat diperoleh data sebagai berikut :


Tabel 2.1 Persentase struktur mikro
No
. Fasa Pearlite % (p) Fasa Ferrite % (q)

1 46,92 63,08
2 50,68 50,68
3 42,12 57,88
4 47,12 52,88
5 24,44 75,56
6 29,04 70,96
7 30,08 69,92
8 33,0 67
9 35,16 64,84
10 32,96 67,4
∑ 361,52 638,48

∑ 361,52 638,48
p1 = = 36,151 q1 = = 63,848
10 10
2.5 Analisa Pembahasan

90

80

70
peresentase struktur mikro

60

50

40

30

20

10

Gambar grafik 2.1 Persentase struktur mikro

Dari pengujian ini, struktur mikro yang dipilih sebanyak 10 buah foto

sampel dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari diagram di atas dapat

dilihat persentase luasan dari Ferrite dan Pearlite yang terdapat pada masing-

masing foto sampel tersebut. Dari ke-sepuluh gambar tersebut, fasa Pearlite

dengan nilai persentase rata-rata sebesar 36,151 % sementara fasa Ferrite

dengan nilai persentase rata-rata sebesar 63,848 %. Hal tersebut menunjukkan

bahwa Ferrite lebih banyak dibandingkan Pearlite pada material tersebut.

Dimana, Pearlite yang merupakan struktur yang keras dimana tingkat

kekerasannya sekitar 180 – 250 HVN. Dan Ferrite yang merupakan struktur

yang lunak, memiliki ciri-ciri lunak dan ulet dimana tingkat kekerasannya

sekitar 140 – 180 HVN. Dimana Pearlite ditunjukkan dengan ciri lapisan

gelap dan Ferrite ditunjukkan dengan ciri lapisan terang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa baja ST 37 merupakan jenis baja karbon rendah dimana

fasa penyusunnya hanya terdapat Pearlite dan Ferrite saja.

2.6 Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari pengujian yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan

bahwa dari spesimen yang telah diberi cairan etsa (HCL) dan diteliti

dengan menggunakan alat mikroskop, dapat diketahui susunan struktur

mikro yang terkandung di dalam logam tersebut, dimana dari hasil

pemotretan dan pengolahan data diketahui yang lebih banyak yaitu

(ferrite) dengan persentase 63,848% dibanding dengan (pearlite) dengan

persentase 36,151% .

B. Saran

Sebaiknya kamera digital dapat segera diperbaiki atau diganti agar

dapat pada saat pengambilan gambar spesimen, menghasilkan gambar

struktur mikro yang lebih baik pada spesimen yang diuji.

C. Ayat yang berhubungan

Surat Al-Kahfi ayat 96

Artinya:
“ Berilah aku potongan-potongan besi. Hingga apabila besi itu telah

sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain.

Tiuplah (api itu). Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti)

api, diapun berkata. Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku

tuangkan ke atas besi panas itu.”

Anda mungkin juga menyukai