Abstrak
Incense merupakan bahan material yang mengeluarkan asap wangi apabila dibakar. Incense
merupakan komoditas yang sering diperjual belikan untuk ritual keagamaan. Bahan dasar
incense berasal dari resin ataupun minyak esensial yang dihasilkan dari suatu tumbuhan.
Styrax benzoin (Kemenyan), Boswellia sacra (Frankincense), Santalum album (Sandalwood),
Commiphora myrrha (Myrrh) merupakan tumbuhan penghasil bahan dasar incense yang
umum digunakan.
Kata kunci: Incense, Kemenyan, Frankincense, Sandalwood, Myrrh
PENDAHULUAN
Incense berasal dari bahasa Latin
Incendere yang berarti dibakar. Incense
(dupa) adalah bahan material yang
mengeluarkan asap wangi ketika dibakar.
Kata inicense ini mengacu pada bahan itu
sendiri, bukan aroma yang dihasilkan.
Incense biasa digunakan dalam berbagai
kegiatan termasuk ritual keagamaan,
pengharum ruangan, mengusir serangga,
aromaterapi,
meditasi
dan
untuk
kesenangan pribadi. Incense terdiri dari
bahan tanaman aromatik, sering juga
dikombinasikan dengan minyak esensial.
Sejarah Penggunaan Incense
Incense diperkirakan pertama
kali
digunakan pada dinasti ke-5 di Mesir.
Orang Mesir kuno menggunakan incense
untuk ritual pengusiran roh-roh jahat.
Artefak seperti Kristal resin banyak
ditemukan dalam makam-makam Mesir
Pengelompokan Incense
A. Indirect Burning Incense
Indirect burning incense merupakan
jenis incense yang tidak bisa dibakar
secara langsung untuk mengeluarkan
asapnya
yang
wangi.
Untuk
menghasilkan asap yang wangi, incense
jenis ini harus ditaruh di atas sumber
panas. Sumber panas yang digunakan
masih menggunakan cara tradisional
seperti bara ataupun batu panas.
Indirect burning incense biasanya
berbentuk kristal ataupun serbuk.
Bentuk serbuk akan lebih cepat
terbakar, akan tetapi bentuk kristal
kasar akan lebih lama terbakar. Bahan
material incense yang terkenal seperti
frankincense dan myrrh termasuk dalam
jenis indirect incense. Terdapat berbagai
bentuk yang termasuk indirect incense:
1. Whole: Bahan material incense
yang masih mentah yang berbentuk
kristal
seperti
kemenyan,
frankincense,
atau
myrrh
diletakkan langsung diatas bara.
2. Powder atau Granula: Material
incense yang berbentuk kristal
dihancurkan
hingga
menjadi
2. Cone.
Pengolahan:
3. Cored Stick
4. Solid Stick.
5. Paper
6. Rope.
o Hasil
sadapan
dibiarkan
selama
3-5bulan
agar
mengeras lalu dipanen.
Nilai ekonomi:
Deskripsi:
o Pohon ukuran sedang-besar,
20-30m.
biji
Distribusi:
Native
Sumatra,
tersebar hingga pulau Jawa dan
Australia
Fungsi
lain:
Perfume, Soap.
Essential
oil,
Deskripsi:
o Pohon kecil dengan ukuran 28m.
kayu
mudah
Deskripsi:
o Semiparasit
Pengolahan:
Pengolahan:
Nilai Ekonomi
o Eksportir: Oman & Somalia
o Importir: Negara Eropa
Kandungan:
Santalol,
acetate, Santalene
Nilai ekonomi:
o Kristal
myrrh
kekuningan.
Santyl
Nilai ekonomi
o Harga jual: $10/500gr
Deskripsi:
o Pohon dengan tinggi hingga
4m.
o Terdapat duri diseluruh batang.
o Daun kecil, bentuk bulat telur.
Distribusi:
native
Arabian
peninsula
(Oman,
Yemen).
Tersebar hingga Africa (Djibouti,
Ethiopia,
Somalia,
Northeast
Kenya).
Pengolahan:
o Myrrh incense didapat dari
resin batang C. myrrha.
o Penyadapan diakukan dengan
melukai batang C. myrrha
hingga bagian sapwood.
bewarna
tradisional,
KESIMPULAN
Tumbuhan memiliki berbagai manfaat bagi
kehidupan manusia. Produk metabolit
sekunder seperti resin dan essential oil
pada
tumbuhan
ini
sering
kali
dimanfaatkan untuk pembuatan incense.
Incense merupakan komoditas yang
banyak digunakan dalam ritual keagamaan
di dunia. Kemenyan, frankincense,
sandalwood, dan myrrh merupakan bahan
dasar pembuat incense yang terkenal di
dunia. Styrax benzoin, Boswellia sacra,
dan Commiphora myrrha termasuk dalam
indirect-burning incense. Santalum album
termasuk dalam direct-burning incense.
Selain dimanfaatkan sebagai incense, 4
spesies ini juga sering dimanfaatkan
sebagai minyak esensial.
DAFTAR PUSTAKA
C, Mutua A , Kindt R ,
Jamnadass R, Simons A. 2009.
Agroforestree
Database:a
tree
reference and selection guide version
4.0.
Prohati.___.
Detail
Data
spesies.
http://www.proseanet.org. 5 Maret
2014.
H. Sangat-Roemantyo. 1990. Ethnobotany
of the Javanese incense. Economic
Botany 1990 Vol. 44 No. 3 pp. 413416