DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 2
TUJUAN............................................................................................................................................. 4
BAB I : PERAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI INDUSTRI PEMBANGKIT LISTRIK ........................... 5
1.1
PENGERTIAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ...................................................................... 5
1.2
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 6
1.3
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SECARA UMUM .................................................................. 6
1.4
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI INDUSTRI LISTRIK ............................................................ 8
1.5
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PEMBANGKITAN LISTRIK ................................................. 9
BAB II : MANAJEMEN MATERIAL PEMBANGKIT .............................................................................. 13
2.1
LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 13
2.2
DEFINISI MANAJEMEN MATERIAL ............................................................................................ 13
2.3
KLASIFIKASI MATERIAL........................................................................................................... 13
2.3.1
Identifikasi berdasarkan fisik material ...................................................................... 14
2.3.2
Identifikasi berdasarkan fungsi material ................................................................... 14
2.3.3
Identifikasi berdasarkan originalitas material ........................................................... 14
2.3.4
Identifikasi berdasarkan metode penyimpanan material........................................... 15
2.4
SERTIFIKASI MATERIAL........................................................................................................... 15
2.4.1
Definisi ..................................................................................................................... 15
2.4.2
Fungsi dan manfaat sertifikat material ..................................................................... 16
2.4.3
Jenis sertifikat material............................................................................................. 16
2.5
PERAN MATERIAL TERHADAP KINERJA PEMBANGKIT ...................................................................... 16
2.6
PROSES BISNIS MANAJEMEN MATERIAL...................................................................................... 22
2.6.1
Alur Proses Manajemen Material.............................................................................. 22
2.6.2
Perencanaan dan penetapan kebutuhan................................................................... 24
BAB III : SUB-SUB PROSES MANAJEMEN MATERIAL........................................................................ 28
3.1
LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 28
3.2
MANAJEMEN KATALOG ......................................................................................................... 28
3.3
MANAJEMEN KEBUTUHAN ..................................................................................................... 29
3.4
MANAJEMEN PERSEDIAAN ..................................................................................................... 31
3.4.1
ABC Analisys ............................................................................................................. 31
3.4.2
Setting ROP/ROQ ...................................................................................................... 33
3.5
MANAJEMEN PENGADAAN............................................................................................... 36
3.5.1
TATA CARA & KEWENANGAN ................................................................................... 36
3.5.2
PERAN & TUGAS ....................................................................................................... 37
3.5.3
PRINSIP UMUM ........................................................................................................ 37
3.5.4
FUNGSI HPS & PENERAPANNYA ................................................................................ 38
3.5.5
TAHAPAN DALAM PROSES PENGADAAN ................................................................... 39
3.5.6
PROSES INTERNAL PENGADAAN ............................................................................... 40
3.5.7
KOORDINASI DAN ETIKA DALAM PENGADAAN .......................................................... 43
3.6
MANAJEMEN PERGUDANGAN .......................................................................................... 45
Daftar Isi
HP I - 2 /135
Daftar Isi
HP I - 3 /135
Tujuan
Tujuan
HP I - 4 /135
BAB I :
PERAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
DI INDUSTRI PEMBANGKIT LISTRIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan Peran Supply Chain Management di Industri Pembangkit Listrik
1.1
Network global yang digunakan untuk men-deliver barang dan jasa dari bahan baku hingga
konsumen (end customer) melalui aliran informasi, distribusi fisik dan aliran uang yang
direncanakan (APICS Dictionary).
Keseluruhan aktivitas yang terkait dengan aliran dan transformasi barang dari bahan baku
hingga konsumen (end user) termasuk di dalamnya aliran informasi (Introduction to Supply
Chain Management).
Sedangkan beberapa pengertian mengenai Supply Chain Management (SCM) adalah sebagai berikut
chain dengan
tujuan untuk menciptakan value rantai pasok, membangun infrastruktur yang kompetitif,
peningkatan logistik global, menyelaraskan supply dan demand, serta mengukur performa
secara global (APICS Dictionary).
Manajemen dari keseluruhan kegiatan bisnis proses mulai dari produksi sampai dengan
delivery produk / jasa pada konsumen.
Mengelola dan memelihara proses aliran material produksi sedemikian rupa mulai dari
pemasok (raw material), proses produksi, penyimpanan dan distribusi ke konsumen
(material jadi).
HP I - 5 /135
LATAR BELAKANG
Setiap pengelola aset fisik membutuhka n aktivitas operasi dan pemeliharaan yang efektif dan
efisien untuk memperoleh kinerja yang baik. Terdapat beberapa faktor penting yang berpengaruh
dalam keberhasilan aktivitas operasi dan pemeliharaan diantaranya faktor manusia (skill), standar
operasional, material / spare part. Topik yang akan diperdalam kali ini adalah material (sparepart)
sebagai bahasan umum sehari-hari dalam pengelolaan aset fisik. Beberapa alasan yang menjadikan
faktor material (sparepart) penting diantaranya adalah menyerap anggaran yang besar, dan tidak
tersedianya material (spare part) dapat menyebabkan terhentinya proses produksi (operasi) serta
mengakibatkan hilangnya pendapatan perusahaan.
1.3
kualitas, jumlah dan skala produksi, lengkap dengan persaingan para pelaku produksinya yang makin
ketat dari waktu ke waktu. Setiap produk baik berupa barang / jasa yang dihasilkan pada dasarnya
membutuhkan barang serta jasa yang disediakan oleh pihak lain. Tidak ada proses produksi yang
berjalan solitaire.
Sebagai konsekuensinya, keberhasilan setiap perusahaan juga ikut ditentukan oleh pihakpihak yang menyediakan barang serta jasa yang digunakan dalam proses pembuatan dan penjualan.
Kegagalan pihak lain tersebut dalam menyediakan produk yang dibutuhkan dalam produksi barang /
jasa akan ikut mempengaruhi perusahaan secara negatif, dan demikian pula sebaliknya. Perusahaan
yang ingin meraih profit dan terus tumbuh mau tidak mau harus mengelola keseluruhan pihak dan
barang / jasa tersebut. Ilustrasi penjelasan di atas dapat ditampilkan dalam gambar di bawah ini.
HP I - 6 /135
Upaya pengelolaan diantara mata rantai dalam keseluruhan Rantai Pasokan inilah yang
disebut sebagai Supply Chain Management (SCM) atau Pengelolaan Rantai Pasokan. Tingkat integrasi
mata rantai yang dilibatkan dalam suatu pengelolaan SCM mencerminkan tingkat kematangan suatu
perusahaan dalam bidang SCM. Semakin panjang mata rantai yang dapat dikelola, maka
kematangannya semakin tinggi.
Pengelolaan rantai pasokan terdiri atas beberapa aktivitas kunci, yaitu desain, perencanaan,
kontrol, monitoring, serta pengukuran performa kontribusi aktivitas rantai pasokan terhadap
perusahaan dan keseluruhan rantai pasokan (konsumen). Dalam melaksanakan pengelolaan
tersebut, setiap perusahaan memerlukan pengetahuan yang lengkap dan mendalam mengenai
industri yang diterjuninya. Pengetahuan tersebut meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Produk (kualitas kuncinya, produk pesaing, dsb),
2. Proses produksi (teknologi, bahan baku, ketersediaan),
3. Customer (jumlah kebutuhan, pertumbuhan pasar, pemasaran)
4. Arus informasi (internal, pemasok, distributor).
Dengan melaksanakan tahapan pengelolaan rantai pasokan yang menyeluruh dan didukung
pengetahuan yang dibutuhkan, maka tujuan umum SCM dapat tercapai. Tujuan SCM dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan nilai produk,
2. Meningkatkan kepuasan konsumen,
3. Menurunkan biaya produksi,
4. Menurunkan nilai persediaan.
HP I - 7 /135
1.4
institusi pendidikan, consumer goods, transportasi, termasuk industri listrik. Pada industri listrik,
produk yang dihasilkan adalah energi listrik. Konsumen akhirnya adalah rumah tangga atau industri
yang berlangganan energi listrik. Ada 3 bagian proses produksi energi listrik hingga produk (energi
listrik) dinikmati oleh konsumen, yaitu Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi.
Ketiga bagian proses di atas terhubung secara serial. Baik buruknya kinerja salah satu bagian
proses akan memberikan pengaruh pada kinerja keseluruhan bagian, termasuk pada pemasok di sisi
hulu maupun konsumen di sisi hilir (end customer). Sebagai contoh, kesiapan energi listrik di sisi
pembangkitan tidak akan menghasilkan pendapatan yang maksimal apabila bagian distribusi tidak
dapat menyalurkan energi listrik karena kerusakan peralatan.
Contoh pada sisi hilir misalnya adalah faktor pertumbuhan penduduk di Indonesia yang tinggi
dan gap rasio elektrifikasi yang masih besar akan menyebabkan peningkatan permintaan sambungan
dan penambahan daya baru yang mempengaruhi keseluruhan bagian untuk melakukan penambahan
HP I - 8 /135
1.5
Aktivitas utama pengelolaan aset fisik pembangkit listrik adalah produksi (operasi) tenaga
listrik serta pemeliharaan peralatan pembangkitan sebagai alat utama produksi. Keterkaitan aktivitas
operasi dan pemeliharaan (O&M) terhadap pengelolaan rantai pasokan dapat dijelaskan pada
gambar di atas. Aktivitas O&M membutuhkan bahan bakar, spare part (dan jasa) yang idealnya
diperoleh melalui persediaan di gudang pembangkit. Khusus untuk bahan bakar dalam praktik di
pembangkitan listrik, pengelolaannya berada dalam lingkup pembahasan Operation Management.
Kebutuhan aktivitas O&M terhadap barang / jasa dituangkan dalam Work Order (WO).
HP I - 9 /135
HP I - 10 /135
Secara umum
Industri Listrik
Pembangkit Listrik
Contoh perusahaan
Produk
Barang / jasa yang
dibutuhkan untuk
proses produksi
Pihak
terkait
dalam
rantai pasokan
Pengetahuan yang
dibutuhkan
Kontribusi SCM untuk
perusahaan
Pemahaman konsep dan peran Supply Chain Management (SCM) dalam konteks industri
pembangkit listrik merupakan hal yang sangat penting bagi peserta pelatihan di PLN Power Plant
Academy. Pada kenyataannya proses operasi dan pemeliharaan sebuah power plant (pembangkit
listrik) tidak pernah dapat dilepaskan dari penerapan Supply Chain Management yang mengatur.
Bertujuan untuk menjamin tidak terjadinya kegagalan pada seluruh peralatan saat dioperasikan,
tidak mengalami derating, dengan biaya optimum, dengan meminimalkan atau menghilangkan
kegagalan dan penyebabnya, serta melakukan optimasi.
HP I - 11 /135
Secara umum
Contoh perusahaan
Industri Listrik
PT PLN
Pembangkit Listrik
PT PJB
Produk
Barang / jasa yang
dibutuhkan untuk proses
produksi
Pihak terkait dalam rantai
pasokan
Pengetahuan yang
dibutuhkan
Kontribusi
SCM
untuk
perusahaan
HP I - 12 /135
2 BAB II :
MANAJEMEN MATERIAL PEMBANGKIT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan definisi serta hal-hal yang terkait dengan manajemen material
pembangkit.
Mampu menjelaskan peran material terhadap kinerja pembangkit
Mampu menjelaskan proes bisnis material manajemen.
2.1
LATAR BELAKANG
Setiap pengelola aset fisik membutuhkan aktivitas operasi dan pemeliharaan yang efektif dan
efisien untuk memperoleh kinerja yang baik. Terdapat beberapa faktor penting yang berpengaruh
dalam keberhasilan aktivitas operasi dan pemeliharaan diantaranya faktor manusia (skill), standar
operasional, material/spare part. Topik yang akan diperdalam kali ini adalah material (spare part)
sebagai bahasan umum sehari-hari dalam pengelolaan aset fisik. Beberapa alasan yang menjadikan
faktor material (spare part) penting diantaranya adalah menyerap anggaran yang besar, dan tidak
tersedianya material (spare part) dapat menyebabkan terhentinya proses produksi (operasi) serta
mengakibatkan hilangnya pendapatan perusahaan.
2.2
2.3
Klasifikasi Material
Secara garis besar material diidentifikasi berdasarkan : fisik (material bahan baku, material
setengah jadi, material jadi dan material suku cadang); fungsi (material operasi dan material
pemeliharaan); originalitas (material asli, material tidak asli dan material lokal);
metode
HP II - 13 /135
2.3.2
2.3.3
HP II - 14 /135
2.3.4
2.4
2.4.1
Sertifikasi Material
Definisi
Sertifikat material adalah suatu keterangan atau pernyataan berupa surat, yang
menerangkan tentang hal-hal terkait suatu material atau spare part didalam proses jual-beli,
yang dikeluarkan oleh pabrikan, vendor atau lembaga terkait (contoh Kadin)
HP II - 15 /135
2.4.3
2.5
Dalam tata kelola unit pembangkit, availability dan reability unit menjadi fokus utama yaitu sebagai
core business sehingga aktivitas pemeliharaan asset menjadi sangat penting.
HP II - 16 /135
Gambar di atas memperlihatkan key performance area untuk masing-masing bidang di internal PJB.
Hasil review menunjukkan bahwa manajemen material mempunyai gap dengan indeks 4 (nilai
terbesar dalam skala yang dibuat). Ini menunjukkan bahwa material pemeliharaan sering kali tidak
ada saat akan dilakukan pemeliharaan yang disebabkan oleh perencanaan material yang kurang
optimal.
Ketersediaan material bagi industri pembangkit listrik mempunyai peran yang sangat penting. Tidak
adanya material saat dibutuhkan, akan menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk
menjual energi listrik lebih banyak.
HP II - 17 /135
Jika unit pembangkit tidak beroperasi yang disebabkan karena tidak adanya persediaan di
gudang bernama Module DRS VE diperlukan proses sebagai berikut
-
Proses pembelian Modul DRS VE memerlukan waktu 10 hari atau 240 jam
x Capacity
HP II - 18 /135
Unnecessary
Inventory
is waste
Unavoidable
Persediaan suku cadang yang terlalu banyak akan membebani keuangan perusahaan, sedangkan
persediaan suku cadang yang tidak memadai akan menggangu keandalan operasi mesin pembangkit.
Mengendalikan persediaan pada tingkat yang optimal adalah tantangan pertama dan utama bagi
para pengendali persediaan.
Kami harap anda sudah bisa mulai merasakan tantangannya. Pada bab berikutnya anda akan
semakin merasakan tantangan yang dihadapi oleh para pengendali persediaan.
HP II - 19 /135
Persentase (%)
Penjualan
Rp. 1.000.000,-
100%
Biaya Material
Rp. 500.000,-
50%
Rp. 200.000,-
20%
Biaya oeverhead
Rp. 200.000,-
20%
Total Biaya
Rp. 900.000,-
90%
Keuntungan
Rp. 100.000,-
10%
Sementara itu perusahaan kelas dunia lainnya memiliki data sebagai berikut:
Perusahaan
Nilai
Persentase
Kedua
(dalam Juta)
(%)
Penjualan
Rp. 1.000.000,-
100%
Biaya Material
Rp. 450.000,-
45%
Rp. 190.000,-
19%
Biaya oeverhead
Rp. 200.000,-
20%
Total Biaya
Rp. 840.000,-
84%
Keuntungan
Rp. 160.000,-
16%
Penjualan
Rp. 1.200.000,-
100%
Biaya Material
Rp. 600.000,-
50%
Rp. 240.000,-
20%
Biaya oeverhead
Rp. 200.000,-
17%
Total Biaya
Rp. 840.000,-
87%
Keuntungan
Rp. 160.000,-
13%
Persentase (%)
HP II - 20 /135
Dari data yang dimiliki ketiga perusahaan di atas tentunya anda dapat membandingkan
perusahaan mana yang terbaik.
Perusahaan pertama adalah perusahaan yang menjalankan business as usual.
Perusahaan kedua adalah, perusahaan yang mengelola bisnisnya secara smart. Dengan
mengelola persediaannya pada tingkat optimal sehingga didapatkan biaya material
yang lebih rendah namun tetap tidak mengganggu operasi, dan pada akhirnya
meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan kedua mendapatkan
peningkatan keuntungan sebesar 60%, hanya dengan mengurangi persediaannya
sebesar 10%.
Sementara perusahaan ketiga adalah perusahaan yang suka bekerja keras. Perusahaan
tersebut
harus
mendorong
produksinya
lebih
besar
untuk
meningkatkan
Toyota Motor:
HPP
= 262,394,000.-
Inventory
= 18,222,000.
Turn over
= 14 x
HP II - 21 /135
= 181,122,000 .-
Inventory
= 22,413,000.
Turn over
= 8x
Dari data tersebut anda akan dapat melihat bahwa nilai persediaan yang optimal akan
mendorong nilai saham perusahaan menjadi lebih tinggi. Karena nilai persediaan yang
optimal akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan keuntungan perusahaan yang
semakin tinggi akan mengangkat harga saham ke posisi yang lebih tinggi.
2.6
2.6.1
Secara umum proses internal dalam jejaring pasok suku cadang pada industri pembangkit dilakukan
oleh ketiga bagian utama yang sudah disebutkan pada bagian sebelumnya. Namun pada prakteknya
ketiga bagian tersebut tidak bekerja sendiri, user turut berperan dalam memberikan data input
permintaan. Jika digambarkan dalam grafik alur, maka proses internal perncanaan dan pengendalian
suku cadang pembangkit dapat digambarkan sebagai berikut.
HP II - 22 /135
Issue
SUPPLIER
QC
MATERIAL REQUEREMENT
Service
Warehouse
OE
RO Store
INVENTORY CONTROL
PURCHASING PROSES
Proses to
RO
(Recomended Order)
UNIT
HEAD OFICE
Usulan pengadaan material berasal dari User dengan menerbitkan IR (Issued Requisition). Jika
material yang diminta ada digudang, maka petugas gudang dapat melayani IR tersebut dengan
melayani permintaan material tersebut dengan menerbitkan ISS (Issued) untuk mengeluarka
material dari gudang. Jika demikian, maka proses selesai.
Namun jika material yang diminta user tidak ada digudang maka akan muncul RO-store
(Recommended Order) dalam sistem. RO-Store juga muncul ketika setting ROP-ROQ (Reorder Point
& Reorder Quantity) telah mencapai nilai ROP-nya. Jumlah RO-Store yang muncul sama dengan nilai
ROQ-nya. RO juga dapat muncul ketika User atau Rendalhar membuat PR untuk pengadaan barang
non stock.
Semua RO yang muncul harus dilengkapi dengan RKS (Rencana Kerja & Syarat), KT ( Kajian Teknik)
dan kemudian akan diterima oleh bagian Inventory. Melalui aplikasi monitoring pengadaan (AMP)
semua RO di download, dibuat nomor usulannya kemudian di print dan diserahkan ke manajemen
untuk mendapat persetujuannya.
Jika manajemen setuju dengan RO yang diajukan maka RO tersebut akan di kembalikan ke bagian
inventory agar RO yang terbit di closed dengan merubah RO-Store menjadi RO-Buy.
HP II - 23 /135
Perencanaan kebutuhan dilakukan oleh ICC berdasarkan beberapa metode, perencanaan ini dibuat
pada pertengahan tahun sebelumnya. Misalkan rencana kebutuhan tahun 2012 sudah harus dibuat
pada bulan Juni 2011, hal ini dilakukan agar rencana tersebut bisa segera ditetapkan dalam RKAP
(Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan) 2012 yang ditetapkan pada bulan Desember 2012. Alur
proses penentuan RKAP digambarkan pada tabel di bawah ini.
HP II - 24 /135
Isi dari RKAP adalah rencana pekerjaan yang berhubungan dengan operasi dan pemeliharaan unit
pembangkit serta kebutuhan material secara global. Kondisi unit pembangkit dan rencana
pemeliharaan menjadi dasar pendukung bagi user dan rendalhar dalam menetapkan rencana kerja
perusahaan.
Setelah RKAP disetujui maka program yang sudah direncanakan akan dieksekusi sesuai jadwal yang
ditetapkan. Langkah pertama dalam proses eksekusi internal adalah pembuatan recomended order
(RO). Proses pembuatan RO dibagi menjadi dua kelompok yaitu, RO stock dan RO nonstock. Berikut
ini adalah diagram alur proses penerbitan RO stock.
HP II - 25 /135
sedangkan RO nonstock digunakan untuk menginisiasi permintaan material pendukung yang tidak
berhubungan langsung dengan mesin pembangkit dan permintaan pekerjaan jasa baik yang
berhubungan dengan mesin pembangkit ataupun tidak.
Alur proses penerbitan RO nonstok sedikit berbeda dari alur proses penerbitan RO stock. Proses
penerbitan RO nonstock dapat dilihat pada diagram alur berikut ini.
Dari penjelasan ini terlihat sedikitnya ada 24 uraian kegiatan dan melibatkan 8 bagian yang terlibat
untuk setiap proses pengadaan barang dan jasa. Tabel 2.1 menjelaskan alur proses tersebut. Proses
pengadaan yang panjang ini akan berpengaruh terhadap lamanya waktu kedatangan barang di
gudang.
HP II - 26 /135
di gudang.
HP II - 27 /135
3 BAB III :
SUB-SUB PROSES MANAJEMEN MATERIAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta mampu menjelaskan secara rinci semua sub proses dalam manajemen material.
Peserta mampu memahami semua sub proses dalam manajemen material
3.1
Latar Belakang
Untuk mendapatkan suatu output yang baik tentunya kinerja input dan prosesnya juga harus
baik. Seorang empu pembuat keris bahkan harus rela bertapa berbulan-bulan untuk mempersiapkan
diri dalam memilih bahan, menempa besi pilihan, untuk kemudian dibentuk menjadi sebuah keris,
lalu pada proses pengisian sebagai sentuhan akhir sebelum diserahkan kepada sang pemesan,
semuanya dilakukan oleh sang empu dengan baik dan penuh perhitungan, mulai perencanaan,
pelaksanaan/pembuatan sampai dengan pemeriksaan.
Demikian pula dengan kinerja manajemen material di perusahaan atau unit pembangkit, untuk
mendapatkan suatu kinerja material yang optimal, yang mampu mendukung proses operasi dan
pemeliharaan yang efektif dan efesien, maka semua tahapan demi tahapan prosesnya harus ditata
dan dikelola satu per satu dengan sangat baik pula, mulai dari katalog materialnya, perencanaan
persediaannya, perencanaan kebutuhannya, proses pembeliannya, pemasoknya sampai dengan
penyimpanannya di gudang.
Dalam bab ini akan dibahas satu per satu rangkaian tahapan/sub-sub proses manajemen
material dengan tujuan agar tingkat kematangan proses dalam manajemen material dapat dipahami
secara detail dan menyeluruh.
3.2
Manajemen Katalog
Untuk dapat menerapkan manajemen persediaan excellent, maka langkah awal yang
harus dipersiapkan adalah dengan pembenahan katalog secara menyeluruh. Kenapa harus
katalog yang didahulukan, tidak lain karena katalog yang didalamnya terdapat informasi stock
code material merupakan pintu gerbang proses manajemen material secara keseluruhan.
Semua proses mulai dari pemesanan material, order pembelian material, penerimaan material,
penyimpanan material sampai dengan pengambilan material, semua sumber inputnya dari
stock code yang ada dalam manajemen katalog. Bisa dibayangkan bila kwalitas katalog
materialnya rendah maka akibat yang ditimbulkan adalah terjadi duplikasi stock code,
pengulangan pembelian, terjadi ketidaksesuaian antara input dan output (salah pembelian)
yang pada akhirnya menyebabkan menumpuknya material (spare part) yang ada di gudang.
HPIII - 28 /135
3.3
Manajemen Kebutuhan
Untuk dapat mencapai titik optimal dalam manajemen persediaan, tentunya sangat
dipengaruhi oleh tingkat akurasi perencanaan kebutuhan, yang mempunyai indikator sebagai
berikut :
Waktu dibutuhkan ?
Alokasi kebutuhan ?
HPIII - 29 /135
Overhaul (OH)
Project
Preventive Maintenance
Predictive Maintenance
Kebutuhan
memenuhi fungsi pemeliharaan yang bersifat tidak terencana (Non Tactical maintenance)
diantaranya :
Corective Maintenance
Force Outage
Fase Kebutuhan :
HPIII - 30 /135
3.4
Manajemen Persediaan
Setelah fase perencanaan kebutuhan terlewati, maka yang perlu dikontrol adalah tingkat
persediaan material digudang, harus dicari titik optimal antara tingkat pelayanan dan nilai
persediaan. Ada dua kepentingan dalam manajemen persediaan, yaitu manajemen keuangan
dan manajemen pemeliharaan. Manajemen keuangan jelas menuntut agar jangan terlalu
banyak menyimpan persediaan di gudang, turunkan nilai persediaan karena hal itu akan
mengganggu cash flow perusahaan. Sedangkan Manajemen Pemeliharaan pasti akan menuntut
tingkatkan ketersediaan material, setiap kami (baca : manajemen pemeliharaan) butuh
material, digudang harus ada!
Untuk dapat mengakomodasi 2 kepentingan tersebut, maka perlu ditentukan titik
keseimbangan diantara keduanya. Sehingga dapat dicapai maximum service level (tingkat
pelayanan material tinggi) dengan minimum inventory (nilai persediaan yang rendah) tentunya
dengan biaya opersional yang rendah (lowest operating cost).
3.4.1
ABC Analisys
Nah, untuk mengimplementasikan hal tersebut diatas, dengan mengacu pada kebijakan
persediaan yang telah ditetapkan oleh PT PJB, maka manajemen Unit Pembangkitan Gresik
membuat kebijakan dengan menggunakan methoda ABC Analisys. Methoda ini dilakukan
dengan cara memberikan initial dengan cara mengidentifikasi semua jenis material stock
berdasarkan :
Avalaibility (lama proses pembelian), A (>90 hari); B (30~90 hari); C (<30 hari)
HPIII - 31 /135
Berdasarkan hasil indentifikasi ABC analisys yang telah dilakukan terhadap semua
material, selanjutnya akan ditentukan startegi persediaan dan strategi pengadaannya. Strategi
persediaannya menggunakan sistem setting ROP/ROQ atau manual, strategi pengadaannya
menggunakan kontrak payung atau kontrak spot. Sehingga semua material akan mempunyai
strategi persediaan dan pengadaan sendirisendiri tergantung tingkat kekritisan, lama proses
pembelian dan nilai pemakaiannya.
HPIII - 32 /135
3.4.2
Setting ROP/ROQ
Sistem persediaan setting ROP (Re-order Point : titik level minimum pembelian)/ROQ (Re-
order Quantity : jumlah yang akan dipesan kembali) material ini sangat sederhana sebetulnya,
coba kita perhatikan, pada saat kita belanja ke swalayan untuk membeli sabun atau pasta gigi,
perhatikan informasi persediaan yang ada di komputer sang kasir, persediaan sabun 10 ea, di
beli 5 ea, sisa stock 5 ea, segera order kembali 5 ea demikian seterusnya, sehingga stock
barang di swalayan tersebut dapat di kontrol dan dikendalikan dengan baik.
Demikian pula strategi persediaan setting ROP/ROQ material di Unit Pembangkitan
Gresik, semua material yang masuk dalam kategori setting ROP/ROQ akan ditentukan nilai ROP
dan nilai ROQ nya. Penentuan nilai ROQ/ROQ bisa menggunakan cara manual dengan perkiraan
berdasarkan
transaksi-transaksi
sebelumnya
dalam
satu
periode,
maupun
dengan
HPIII - 33 /135
Rumus ROP :
ROP
= PLT + SS
Rumus EOQ :
EOQ
= 2xRxS
C
R = Kebutuhan barang dalam suatu periode tertentu missal setahun
S = biaya pemesanan setiap kali pesan
P = harga beli setiap unit barang
C = Biaya penyimpanan tiap unit barang yang disimpan (dalam rupiah)
Dengan implementasi setting ROP/ROQ tersebut diatas, maka stock atau persediaan
material akan terkendali, material yang disimpan adalah material yang benar-benar dibutuhkan
HPIII - 34 /135
HPIII - 35 /135
MANAJEMEN PENGADAAN
Pengelolaan yang baik terhadap proses pengadaan (manajemen pengadaan) untuk memenuhi
kebutuhan operasi dan pemeliharaan serta administrasi unit pembangkit sangat diperlukan karena
pada tahapan inilah suatu ikatan bisnis (kontraktual) dibuat dengan pihak eksternal perusahaan
(supplier) mengenai pembelian barang / jasa atau sewa. Risiko proses pengadaan ini diantaranya
adalah memilih supplier dengan kapasitas yang tidak memadai, membeli dengan harga terlalu
mahal, barang / jasa yang dibutuhkan tidak dapat dimanfaatkan pada waktu dibutuhkan (terlambat
atau karena tidak sesuai spesifikasi), mendapatkan barang / jasa dengan kualitas yang lebih rendah
daripada yang diperlukan, dan sebagainya.
Pelaksanaan manajemen pengadaan yang baik dan terus-menerus ditingkatkan kualitasnya
akan dapat menghindarkan besarnya risiko yang mungkin muncul. Untuk memudahkan
pembahasan, Manajemen Pengadaan dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
3.5.1
pedoman pengadaan yang umumnya terdiri atas tata cara pengadaan barang / jasa serta
kewenangan procurement officer (kadang disebut sebagai pejabat pengadaan, panitia, dan
sebagainya). Pedoman ini umumnya diterbitkan oleh Direksi perusahaan.
Isi pedoman pengadaan ini sangat dipengaruhi oleh siapakah pemilik perusahaan tersebut
serta kondisi eksternal yang ada seperti perkembangan teknologi, kondisi perekonomian nasional
dan sebagainya. Pada perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah, perubahan pada peraturan
perundangan yang berlaku akan berpengaruh terhadap pedoman pengadaan di perusahaan
tersebut. Dinamika tantangan yang dihadapi oleh perusahaan juga mungkin disikapi dengan
HPIII - 36 /135
Menetapkan Harga Perkiraan Sendiri / HPS (pada lingkungan PLN selain PJB).
Memastikan kualitas barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan atau persyaratan yang
ditentukan.
HPIII - 37 /135
Barang/Jasa
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan
dan
dipertanggunggugatkan;
7. Selain hal-hal tersebut di atas, agar semua pihak yang terkait memperhatikan dengan
sungguh-sungguh prinsip kehati-hatian (azas prudensial) yaitu dengan memperhitungkan
dampak risiko yang terkecil bagi Perusahaan dan Personil Perusahaan.
Selain tujuh prinsip di atas, prinsip yang ditekankan dalam pelaksanaan pengadaan barang / jasa
pada perusahaan BUMN atau anak perusahaan BUMN atau perusahaan terafiliasi BUMN adalah :
1. Perusahaan mengutamakan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan
nasional, serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil, sepanjang kualitas, harga dan
tujuannya dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, Perusahaan dapat
memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri dengan tetap mengindahkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
HPIII - 38 /135
Adapun garis besar pelaksanaan pada proses pascakualifikasi adalah sebagai berikut :
1. Persiapan proses pengadaan
2. Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3. Penerbitan Request for Quotation (RFQ) / Permintaan Penawaran (PP) / Pengumuman
Pelelangan kepada supplier
4. Penawaran dari supplier / Quotation (sedangkan penawaran dari supplier sebelum
dilaksanakannya proyek pengadaan lazim disebut sebagai Inquiry)
HPIII - 39 /135
Aktivitas utama yang utamanya bersifat manual dalam proses pengadaan adalah sebagaimana di
bawah ini :
3.5.6.1 Monitoring dan Pengendalian Proses
Proyek pengadaan barang / jasa dapat direpresentasikan sebagai berkas pengadaan / jasa.
Berkas ini perlu dimonitor posisi (person in charge / PIC) dan progres perkembangannya
serta dihubungkan dengan kondisi kebutuhannya. Apabila ditemukan defiasi negatif dari
hasil monitoring ini, maka dilakukan pengendalian proses berupa action plan percepatan,
koordinasi dengan user, dan sebagainya. Aktivitas monitoring dan pengendalian kemudian
dicatatkan pada Sistem Informasi Terpadu yang berlaku di perusahaan (seperti Aplikasi
Monitoring Pengadaan di PT PJB) dan dapat ditunjang dengan aplikasi / file sharing yang
dapat diakses personal / bagian yang membutuhkan. Tampilan screen shot aplikasi ini adalah
sebagai berikut :
HPIII - 40 /135
Aplikasi AMP
HPIII - 41 /135
HPIII - 42 /135
User
Direksi pekerjaan
Inventory
Kepatuhan /
Auditor
Tim pemeriksa
kualitas
Supplier
Gudang
Kerjasama ini bagaimanapun akan dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi tiap personel yang terkait
terhadap attitude rekan lainnya. Meski demikian semua pihak perlu menyadari untuk kembali
menempatkan hubungan formal organisasi dan kepentingan perusahaan sebagai kerangka / alasan
utama bagi tiap personel untuk berkontribusi. Tim di unit / perusahaan yang mampu
mengembangkan kualitas kerja sama yang baik secara formal ataupun informal (personal) biasanya
akan mampu menghasilkan kinerja keseluruhan yang lebih baik.
Dalam rangka merangkai dan meningkatkan kualitas kerja sama di atas, terdapat etika formal yang
harus dijunjung tinggi oleh setiap personal dan bagian yang terkait dengan proses pengadaan barang
/ jasa sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
HPIII - 43 /135
HPIII - 44 /135
MANAJEMEN PERGUDANGAN
Pengertian Manajemen Pergudangan
perawatan,
pengamanan,
pemindahan/mutasi,
pengendalian
persediaan,
3.6.2
Pentingnya Gudang
Aktivitas supply chain management dalam industry pembangkit listrik tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas pergudangan. Kondisi ini dikarenakan tidak semua kebutuhan barang / material untuk
operasi dan pemeliharaan dapat dipenuhi langsung dari pembelian ke supplier. Hal ini dikarenakan
beberapa alasan yaitu untuk mencapai ukuran pembelian yang wajar (bagi penjual) dan untuk
persediaan strategis terhadap parts yang tidak dapat diprediksi pasti (ketidakpastian) waktu
kegagalannya. Sehingga diperlukan gudang sebagai media penyimpanan fisik sampai dengan
material / barang tersebut aktual dibutuhkan oleh aktivitas operasi dan pemeliharaan.
HPIII - 45 /135
2.
3.
4.
HPIII - 46 /135
3.6.4
1. Kantor gudang
Meliputi ruang kerja, peralatan P3K, akses kamar mandi dan WC, akses kantin.
2. Ruang penerimaan barang / import area / area material karantina
Digunakan untuk menyimpan barang yang sedang menunggu proses pemeriksaan oleh tim
pemeriksa kualitas, barang yang baru saja diperiksa dan diterima (untuk segera disimpan di
rak penyimpanan), barang yang ditolak setelah diperiksa (untuk segera dikembalikan pada
supplier), serta barang yang dititipkan oleh supplier (misalkan karena masih kurang jumlah
atau jenisnya dari ketentuan kontrak).
3. Ruang pengeluaran barang / export area
Digunakan untuk sebagai lokasi penyerahan (transaksi) pengeluaran material dari petugas
gudang kepada user (peminta barang) dan sebagai lokasi transit sementara untuk barang
yang menurut Sistem Informasi Terpadu telah dikeluarkan dari gudang (dikeluarkan secara
sistem) yang masih menunggu user untuk mengambilnya secara fisik.
4. Sistem informasi terpadu dan Komputer
Gudang yang modern tidak dapat dilepaskan dari adanya komputer dan printer yang
terhubung sistem informasi terpadu yang digunakan oleh perusahaan. Pada perusahaan
pembangkit, sistem informasi terpadu yang biasa digunakan di Indonesia adalah Ellipse,
Maximo, atau SAP. Ketersediaan ini untuk memastikan agar transaksi penerimaan ataupun
pengeluaran secara sistem dapat dilaksanakan bersamaan dengan transaksi fisiknya.
5. Rak
Umumnya rak yang digunakan berukuran 0,30/0,50 x 0,90 x 2 meter (P x L x T). Untuk
menghemat ruangan, rak dapat dibuat dengan ukuran lebih kecil dan disusun rangkap 2
HPIII - 47 /135
HPIII - 48 /135
Prosedur pergudangan :
penerimaan barang ke dalam gudang secara sistem dan fisik (penempatan di rak).
2. Penyimpanan
Sasaran pelaksanaan prosedur ini adalah terciptanya gudang yang tertib, tidak terkena
kerusakan, serta memerikan pelayanan yang tepat, mudah dan cepat kepada user (pengguna
barang).
Tahapan awal proses penyimpanan material adalah review (peninjauan) kondisi gudang dan
penempatan rak (luas, ketinggian, tiang bangunan, arah pintu, ventilasi, lebar lorong, urutan
penomoran bin location, dan sebagainya) dan pengelompokan jenis material berdasarkan
ukuran dimensi, volume, jumlah dan karakteristik khusus yang dimiliki (seperti beracun,
HPIII - 49 /135
Hal yang perlu diperhatikan pada prosedur ini setelah penataan material di gudang adalah
pencatatan identitas material secara sistem maupun manual. Pencatatan identitas secara
sistem dilakukan di dalam Sistem Informasi Terpadu yang digunakan oleh perusahaan.
Informasi cataloging yang telah disusun dilengkapi dengan lokasi gudang dan bin location.
Standar penulisan kode lokasi (bin location) yang digunakan adalah sebagai berikut :
Notasi pertama
: Nomor gudang
Notasi kedua
Notasi ketiga
Notasi keempat
Gudang I
Rak Nomor A
Lantai rak nomor 2
Baris pada rak nomor 2
Pada baris rak nomor 2 di petak nomor 2
HPIII - 50 /135
Berbagai kategori material memiliki kebutuhan penanganan yang berbeda agar material
tersebut tidak mengalami penurunan kualitas atau bahkan agar tidak menyebabkan
kecelakaan kerja. Standar dan prosedur yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
HPIII - 51 /135
No
1
Kategori
Mudah terbakar
Contoh Material
Nitrogen, Butan, Acrosal, Ethanol
Propane, Parafin, Spiritus
Acetylene, Oxygen
Premium, HSD dll.
Penanganan
Harus disimpan ditempat khusus, terpisah dari gudang barang/material
yang lain.
Ruang penyimpanan harus tetap sejuk.
Sinar matahari tidak boleh langsung jatuh ke ruang penyimpanan.
Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan tanda peringatan
berbahaya.
Apabila disimpan dalam jumlah besar, sebaiknya disimpan dalam tangki di
bawah tanah, atau dalam drum yang dilengkapi dengan atap.
Khusus untuk Ethanol harus hati-hati saat pengangkutan atau
pemindahan. Simpan Ethanol pada ruangan teduh dan berventilasi
dengan suhu ruangan 50C.
Jauhkan barang/material tersebut dari sumber nyala api dan suhu panas.
Lakukan pengukuran untuk mencegah electrostatic charging.
Tutup rapat ruang penyimpanan dengan tetap memperhatikan kebutuhan
atas ventilasi udara.
HPIII - 52 /135
Kategori
Tidak tahan lembab
Contoh Material
Penanganan
Calcium carbide, welding electrode, Barang harus ditempatkan di tempat yang udaranya kering, dengan suhu
oil seal.
Semen,
bahan
isolasi, Khusus untuk calcium carbide harus disimpan dengan tutup yang selalu
rapat.
Welding electrode harus disimpan ditempat yang dipanaskan seperti
dalam peti atau lemari yang dipasang lampu 100 Watt dan dinyalakan
terus menerus, terutama apabila pembungkusnya tidak kedap udara, atau
menggunakan piranti lain dengan memakai welding rod dryer case
(tabung/termos penyimpan 220VAC 50 Hz).
Ban kendaraan harus diolesi kapur khusus (French chalk), disimpan diatas
alas kayu dalam posisi berdiri dan tumpukannya tidak boleh melebihi 1
(satu) Meter.
Mudah berkarat
Suku cadang mesin, material yang Harus diolesi minyak atau gemuk/grease pelindung terhadap karat, atau
tidak di-impregir atau tidak dicat, dll.
HPIII - 53 /135
Kategori
Barang penghantar
Contoh Material
kawat,
barang
dari
Penanganan
aluminium, tidak boleh disimpan bersentuhan dengan besi, karena reaksi kimia
penghantar, dll.
electrolitis dapat terjadi antara besi dan aluminium. Oleh karenanya, pada
rak besi harus diberi alas dan penghalang kayu atau hardboard.
Merusak lingkungan
cairan HCl, KOH, NaOH, H2SO4, Barang/material tersebut harus disimpan di ruang penyimpanan yang
cairan acid atau bahan kimia lainnya.
HPIII - 54 /135
Kategori
Spesifik kontrol
Contoh Material
Modul, dll
Penanganan
Gudang penyimpan mempunyai suhu ruang 18 C.
Jauhkan dari sumber nyala api yang panas.
Sediakan peralatan pemadam kebakaran CO2 atau powder dan busa.
Bebas dari kotoran/debu, ruang penyimpanan harus tertutup dan ber AC
Jauhkan dari bahan kimia yang berpotensi penyebab korosi.
Simpan barang/material spesifik kontrol di ruangan yang mempunyai sinar
terang/lampu TL.
Tersusun rapi ( tidak boleh di tumpuk terlalu banyak )
Lakukan pengecekan kondisi barang/material secara rutin.
Penempatan barang/material DIAL GATE harus dalam posisi vertikal.
Kurilex
HPIII - 55 /135
Kategori
Contoh Material
Penanganan
Dilarang makan/minum atau merokok ketika sedang menggunakan
barang tersebut.
Hindari kontak langsung dengan mata dan kulit.
Hindari jangan sampai terhisap dalam pernafasan.
Wadah bekas bahan kimia tidak boleh digunakan sebagai tempat minum.
Simpan dalam wadah tertutup untuk nanti dibuang dan sisanya disemprot
dengan air.
Bersihkan bagian yang terkena tumpahan untuk mencegah kontak dengan
kulit atau mata.
Tumpahan dapat diserap oleh air atau bahan yang tidak mudah terbakar.
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan karet kedap air,
sepatu karet, kacamata, pelindung muka dan masker.
Sediakan alat angkut forklift serta alat ukur (timbangan).
HPIII - 56 /135
Petugas gudang menyiapkan material yang dibutuhkan sesuai picking slip tersebut di
Export area.
Petugas gudang melakukan pencatatan mutasi keluar ini pada kartu gantung.
Material diserahkan kepada user dan selanjutnya transaksi ini dicatatkan pada Sistem
Informasi Terpadu.
Kondisi alamiah unit pembangkit memiliki kemungkinan untuk terjadinya sebuah failure /
kerusakan / trip tiba-tiba yang memerlukan penanganan segera (terkait hilangnya potensi
pendapatan perusahaan yang bernilai finansial sangat besar). Kondisi ini menyebabkan
perlunya suatu prosedur khusus mengenai pengeluaran material dalam kondisi emergency.
Batasan / kategori / definisi emergency yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.
2.
Kebutuhan barang/material yang mendesak yang apabila tidak segera dipenuhi, akan
mengakibatkan:
a. Unit tidak dapat beroperasi.
b. Unit shutdown.
c. Unit derating 20% dari kapasitas sesuai kesepakatan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP).
HPIII - 57 /135
Kebutuhan barang/material di luar jam kerja normal atau hari libur, karena terkendala
autorisasi.
Pada kondisi demikian, proses yang melibatkan Sistem Informasi Terpadu milik perusahaan
dapat ditunda penyelesaiannya sampai dengan 2 x 24 jam sejak pengambilan secara
emergency tersebut. Proses otorisasi / approval atasan serta pencatatan oleh petugas
gudang dilaksanakan secara manual / dokumen (tidak melalui Sistem Informasi Terpadu)
terlebih dahulu.
HPIII - 58 /135
Kondisi material
Alasan dikembalikan
Penanganan
yang dikembalikan
1
Baik, telah
dikeluarkan dari
digunakan
Terpadu
Petugas gudang melakanakan pengecekan bersama tentang kualitas
material yang dikembalikan
Petugas gudang mencatatkan secara sistem maupun manual
Rusak, hasil
pembongkaran (part
dibongkar), telah
digunakan *)
Terpadu
Petugas gudang melakanakan pengecekan bersama tentang kualitas
material yang dikembalikan
Petugas gudang memberikan LABEL MERAH pada material ini
Petugas gudang mencatatkan secara sistem maupun manual
Material rusak ini dipantau volumenya dan diklasifikasikan dalam
kelompok besi tua, tembaga tua, kuningan tua, aluminium tua, non
logam, dan campuran.
Nilai buku material ini adalah nol rupiah
HPIII - 59 /135
Kondisi material
Alasan dikembalikan
Penanganan
yang dikembalikan
Siap untuk dilelang atau dijual sesuai prosedur yang berlaku
3
Layak repair
(kerusakan dapat
diperbaiki di
workshop), hasil
pembongkaran (part
lama yang telah
Terpadu
Petugas gudang melakanakan pengecekan bersama tentang kualitas
material yang dikembalikan
dibongkar), telah
digunakan *)
HPIII - 60 /135
Kondisi material
Alasan dikembalikan
Penanganan
yang dikembalikan
Nilai ekonomis untuk barang / material klasifikasi Non Kapitalisasi
setelah dilakukan repair dalam penyimpanan adalah sebesar nilai biaya
repair.
Petugas gudang mencatatkan secara sistem maupun manual
4
pembongkaran (part
dibongkar), telah
digunakan *)
pakai ini
Terpadu
Petugas gudang melakanakan pengecekan bersama tentang kualitas
material yang dikembalikan
Petugas gudang memberikan LABEL BIRU pada material ini
Nilai ekonomis barang / material dalam kasifikasi Kapitalisasi (PSAK)
dalam penyimpanannya adalah nilai perolehan yang sudah disusutkan;
nilai ekonomis barang / material dalam klasifikasi Non Kapitalisasi (PSAK)
dalam penyimpanannya adalah nol rupiah
Petugas gudang mencatatkan secara sistem maupun manual
*)
(residu atau sisa material consumable / material habis pakai tidak perlu direturn)
HPIII - 61 /135
Jenis
Stock opname
Ruang lingkup
(Scope)
masuk)
Akhir jam kerja atau awal jam kerja
Waktu pelaksanaan
hari berikutnya
Petugas gudang
Pelaksana
Pelaporan
Hasil stock opname (yang menyeluruh pada semua barang / material) kemudian
diklasifikasikan sebagaimana uraian di bawah ini serta diterbitkan Berita Acara yang memuat
hasil serta rekomendasi dari manajemen unit pembangkit. Berita Acara ini kemudian akan
diverifikasi oleh tim kantor pusat dan ditindaklanjuti sesuai uraian di bawah ini.
No
Klasifikasi
Definisi
Tindak lanjut
Berdasarkan BA Tim Stock Opname, Unit
Status Rusak
material yang
maupun
secara fisik
fungsi
sudah
mengusulkan
penarikan
aktiva
HPIII - 62 /135
Klasifikasi
Definisi
Tindak lanjut
secara fisik
secara fisik
Status Baik
material yang
secara fisik
material
untuk
pemeliharaan
dalam
cadangan/strategic spares
5
Lainnya
a. Ada
duplikasi
material
identitas
HPIII - 63 /135
Klasifikasi
Definisi
b. Ada
perbedaan
Tindak lanjut
jumlah
b. Unit
atas
persetujuan
melakukan
adjustment
kantor
pusat
(penyesuaian
perubahan
lokasi
kondisi fisik
pemindahan fisik
3.7
MANAJEMEN SUPPLIER
Pengelolaan supplier / pemasok (eksternal) atau Manajemen Supplier telah menjadi trend
bagi industry leader dunia serta tidak dapat disangkal bahwa peranannya sangat besar bagi
perusahaan dimana kita berada. Berbagai sistem manajemen level nasional (misalkan SMK3, Sistem
Manajemen Pengamanan) ataupun internasional (misalkan Malcolm Baldridge, ISO) memberikan
persyaratan mengenai bagaimana sebuah perusahaan seharusnya mengelola para pemasoknya.
3.7.1
PERAN SUPPLIER
Dalam praktik di lingkungan pembangkitan tenaga listrik, supplier memiliki beberapa peran
2.
3.
4.
5.
6.
Aktivitas interaksi antara supplier dengan perusahaan dimana kita berada dapat ditampikan
sebagai berikut :
HPIII - 64 /135
3.7.2
relatif panjang karena pihak yang akan kita kelola tidak (sepenuhnya) berada dalam jangkauan
kontrol manajemen. Para perusahaan yang terhubung tersebut perlu menemukan shared interest
(kepentingan bersama) diantara mereka yang dapat menyatukan dalam kerjasama secara jangka
panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan dalam manajemen supplier
antara perusahaan dimana kita berada dengan para supplier diantaranya sebagai berikut :
1.
2.
Kepercayaan (trust)
Dalam menjalin kerjasama bisnis, faktor kepercayaan merupakan hal utama yang akan
menentukan keberlanjutan (sustainability) dan kualitas suatu hubungan.
Beberapa event tentang trust yang terkait dengan pengelolaan supplier adalah :
HPIII - 65 /135
Sisi Supplier
3.
Sisi Perusahaan
Asal-usul barang
Komitmen delivery
Kebutuhan mendesak
Progres pengiriman
Kolaborasi
Ketika perusahaan dimana kita berada dalam suatu pelaksanaan pekerjaan yang bersifat
project seperti overhaul, retrofit, maka saat seperti inilah sebenarnya momentum yang
tepat untuk mengukur dan meningkatkan kolaborasi dengan supplier. Pada kondisi
tersebut, perusahaan kita memiliki target internal penyelesaian suatu pekerjaan dengan
standar kualitas dan waktu tertentu yang biasanya membutuhkan supply barang / jasa
dari beberapa kelompok supplier sekaligus (misalkan membutuhkan, alat kontrol, tools,
material ex workshop, pelumas dan sebagainya). Umumnya perusahaan melakukan
pengelolaan detail secara internal dan tidak melibatkan pihak supplier secara langsung
dalam rapat terkait dengan pihak internal perusahaan.
Sebenarnya pengelolaan yang telah ada tersebut dapat diimprove dengan mulai
melibatkan pihak supplier sebelum pelaksanaan suatu project untuk langsung
berkomunikasi dengan para teknisi dan project manager melalui suatu rapat resmi.
Misalkan membahas ketepatan hari (atau bahkan jam) pengiriman, ketepatan variasi
produk yang sebenarnya dibutuhkan, persyaratan dokumen yang dibutuhkan oleh
perusahaan, dan sebagainya.
Meskipun sederhana, hal semacam ini akan meningkatkan kualitas kolaborasi perusahaan
dan mitra kerjanya (supplier) untuk mendukung kinerja masing-masing pihak. Dari
perspektif perusahaan dimana kita berada, para supplier akan mengurangi beban kita
untuk mencapai tujuan keberhasilan project tersebut dengan mengambil peran di sisi
penyediaan barang / jasa secara tepat waktu, jumlah dan kualitas.
4.
Tuntutan transparansi
Perkembangan sosial masyarakat yang terjadi di seluruh dunia beberapa tahun terakhir
telah memunculkan tuntutan baru kepada para pelaku usaha untuk menunjukkan
transparansi dan fairness dalam melaksanakan bisnis. Pada perusahaan yang dimiliki /
dikuasai oleh negara, tuntutan semacam ini semakin besar.
HPIII - 66 /135
Internet
Dewasa ini internet telah menjadi sesuatu yang lazim digunakan oleh hampir semua
pelaku usaha. Kondisi ini dapat juga dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi dan
fairness dalam hubungan kemitraan dengan para supplier. Diantaranya dalam proses
sourcing (pencarian) informasi produk dan harga, e-tender, pemantauan proses
penerbitan Berita Acara, proses invoice dan sebagainya.
Pada perusahaan berskala menegah dan besar yang telah maju, internet telah digunakan
sebagai media komunikasi dasar dalam proses pengadaan barang / jasa. Misalkan
penggunaan Enterprise Resource Planning (ERP) dimana proses order (pembelian) barang
/ jasa dilakukan secara online.
3.7.3
Pengelomp
okan
Umpan
balik
Seleksi
Evaluasi
Pengendali
an
HPIII - 67 /135
3.7.4
PENGELOMPOKAN
Sebuah perusahaan seperti layaknya rumah tangga, hidup diantara berbagai pilihan barang /
jasa yang disediakan oleh berbagai penyedia (supplier). Pada praktiknya setiap rumah tangga secara
alamiah membentuk suatu sistem pengelompokan mengenai supplier yang dapat diandalkan untuk
memenuhi kebutuhannya. Misalkan toko yang menjadi andalan keluarga untuk menyediakan
kebutuhan peralatan rumah tangga mungkin saja tidak menjadi pilihan untuk membeli kebutuhan
sembako meskipun toko tersebut juga menyediakan sembako.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari ilustrasi di atas adalah bahwa setiap pelaku bisnis perlu
menyusun suatu pengelompokan supplier yang ada dalam lingkup bisnisnya dengan beberapa
indikator utama sebagai berikut :
1. Kapabilitas (berupa aktivitas riil usaha, adanya surat ijin usaha formal, dukungan alat
dan tenaga terampil di bidangnya, hubungan khusus terhadap produk yang
ditawarkan, dan sejenisnya).
2. Track record (berupa penilaian kapabilitas dan performa selama beberapa periode).
3. Data usaha (alamat, nomor telepon / pin BB / email pemesanan, katalog produk, dan
sebagainya).
Pencatatan sistem pengelompokan supplier untuk lingkungan rumah tangga barangkali cukup
dicatat di buku telepon keluarga atau di HP saja. Akan tetapi untuk lingkungan perusahaan maka
pencatatan ini perlu dilakukan secara formal dan terintegrasi. Salah satu kegunaannya bahwa
informasi pengelompokan supplier akan dikelola oleh perusahaan / sistem (tidak bergantung pada
person). Di bawah ini adalah contoh tampilan pengelompokan supplier dalam aplikasi manajemen
supplier yang digunakan oleh PT Pembangkitan Jawa-Bali (www.supplier.ptpjb.com).
HPIII - 68 /135
3.7.5
SELEKSI
Setiap perusahaan hidup di lingkungan bisnis yang dinamis dan karenanya membutuhkan
sesuatu yang terbaik dalam tiap segi aktivitas untuk membuatnya terus bertahan dan berkembang.
Tak luput pula pada aktivitas pengadaan barang / jasa. Perusahaan membutuhkan supplier dengan
kapasitas terbaik yang akan memberikan supply barang / jasa dengan harga terbaik, kualitas dan
waktu pengiriman yang tepat serta value (nilai manfaat) terbesar.
Cara suatu perusahaan dalam menentukan supplier terbaik (atau disebut pula sebagai seleksi
/ prakualifikasi) dan selanjutnya membangun hubungan kerja sama sangat dipengaruhi oleh
siapakah owner dari perusahaan tersebut. Pada perusahaan yang dimiliki oleh swasta, umumnya
seleksi tidak dilakukan untuk kebutuhan jangka pendek saja (umumnya berupa kontrak supply
barang / jasa jangka panjang) dan aspek yang dievaluasi tidak hanya dititikberatkan pada aspek
konvensional seperti harga termurah, delivery tercepat dan kualitas terbaik. Ada aspek strategis lain
(value) yang juga dijadikan pertimbangan, seperti pengalaman kemitraan jangka panjang, kebutuhan
untuk menjalin relasi dengan investor / partner / keluarga.
Pada perusahaan yang dimiliki oleh publik / pemerintah, seleksi dilaksanakan dengan
menggunakan kriteria / aspek konvensional quality, cost, dan delivery dengan aspek strategis yang
ditekankan diantaranya berupa pemberian kemudahan bagi usaha kecil, menengah dan koperasi,
keberpihakan pada produk buatan dalam negeri, pemberian kesempatan bagi pelaku usaha pemula,
serta penggunaan electronic procurement.
HPIII - 69 /135
3.7.6
PENGENDALIAN
Setiap langkah kerja yang telah ditetapkan perencanaannya dan melewati suatu tahapan
eksekusi (misalnya penandatanganan kontrak) memerlukan suatu pengendalian hingga sasaran akhir
perencanaan telah tercapai. Dalam proses yang melibatkan supplier, pengendalian ini umumnya
terkait dengan update waktu informasi penyerahan barang / penyelesaian pekerjaan, progres
kualitas termasuk penyerahan financial documents (jaminan bank, dan sebagainya) dan dokumen
penyerahan lainnya (Certificate of Manufacture, dan sebagainya).
Proses internal yang telah dilaksanakan di sisi manajemen pengadaan berupa monitoring
proses pengadaan barang / jasa yang dilaksanakan dengan baik akan sangat membantu
pengendalian kinerja supplier. Supplier yang memiliki kontrak dengan batas akhir penyerahan (due
date / levering) yang telah dekat (biasanya 7 sampai 1 hari) adalah termasuk yang memerlukan
perhatian. Procurement officer dapat melakukan komunikasi melalui telepon, email atau surat untuk
memperoleh konfirmasi kepastian pengiriman / penyelesaian pekerjaan. Untuk pekerjaan yang lebih
rumit, monitoring ini sebaiknya dilakukan sebelumnya yaitu pada masa kritis pelaksanaan kontrak
(misal saat pengiriman material impor dari luar negeri, pelaksanaan pengecoran pondasi konstruksi
sipil, dan sebagainya). Supplier dengan integritas yang baik sewajarnya akan memberikan informasi
terlebih dahulu (sebelum ditanyakan) mengenai keterlambatan / rencana penyelesaian atau
pengiriman.
Supplier yang telah terlambat waktu penyerahannya dan belum menunjukkan jadwal
penyelesaian atau pengiriman yang pasti adalah kategori yang membutuhkan perhatian lebih dari
procurement officer. Surat teguran yang diterbitkan resmi oleh manajemen perlu disampaikan
kepada supplier tersebut sesegera mungkin. Surat teguran ini dapat kembali diterbitkan atau
ditingkatkan statusnya menjadi surat peringatan pertama atau bahkan surat peringatan kedua / dan
terakhir apabila respon dari supplier tidak mencukupi (tidak konkret jadwal penyelesaiannya, tidak
ada progres fisik, melanggar revisi jadwal yang disepakati, dan sejenisnya). Pada kondisi semacam
ini, selain diberikan surat teguran / peringatan, supplier perlu diundang untuk melakukan
pembahasan bersama dengan manajemen. Hasil pembahasan (notulen) tersebut dijadikan sebagai
pedoman untuk melakukan pengendalian berikutnya.
HPIII - 70 /135
3.7.7
EVALUASI
Interaksi suatu perusahaan dengan para suppliernya perlu dievaluasi secara periodik.
Tujuannya untuk memastikan agar perusahaan terus menerus dapat menempatkan para mitra
kerjanya (supplier) untuk menunjang kinerja serta memberikan manfaat jangka panjang bagi kedua
pihak. Manakala tidak dilakukan evaluasi, maka perusahaan mungkin saja akan memperoleh supply
barang / jasa yang tidak prima (misalkan harga pembelian menjadi tidak kompetitif, keterlambatan
tidak terkendali, kualitas barang / jasa buruk, supplier yang memperoleh PO tidak kompeten). Ujung
dari kondisi tersebut dapat mengganggu aktivitas operasi dan pemeliharaan unit pembangkit.
Evaluasi yang dilaksanakan dalam manajemen supplier adalah evaluasi 2 arah, baik dari sisi
perusahaan kepada kinerja suppliernya sekaligus dari sisi supplier terhadap kinerja perusahaan
dalam berbisnis. Aspek yang menjadi bahan evaluasi tersebut beserta operasional serta outputnya
dapat dijelaskan pada tabel berikut :
dalam
proses
pengadaan
Kepastian penerbitan Berita Acara
Pemeriksaan Barang / Jasa
Profesionalisme
K3 (bobot 10%)
(tanpa
KKN,
HPIII - 71 /135
/ melalui website)
Procurement officer (pejabat /
PIC
/ melalui website)
Supplier
Rekomendasi
Rekomendasi
Meskipun sepintas dilaksanakan dalam 2 arah (kedua pihak saling menilai) dan perusahaan
cenderung akan menerima kritik, sesungguhnya perusahaan yang mau melaksanakan hal ini akan
mendapatkan keuntungan dari kiritik tersebut. Kekurangan yang perlu diimprove oleh perusahaan
akan diinformasikan oleh pihak yang berhubungan dengan perusahaan (supplier), misalkan adanya
hambatan dalam mekanisme pemeriksaan dan penyerapan anggaran, adanya personel perusahaan
yang masih memerlukan peningkatan integritas, dan sebagainya.
3.7.8
UMPAN BALIK
Komponen terakhir dari manajemen supplier adalah umpan balik (feedback) antara
perusahaan dimana kita berada dengan para suppliernya. Proses yang dilaksanakan pada komponen
evaluasi selanjutnya disampaikan kepada pihak lain pada komponen ini. Manajemen perusahaan
(melalui procurement officer / panitia / tim pengadaan) akan menerima hasil survey kepuasan
supplier terhadap kualitas perusahaan dalam berbisnis / bekerja sama berikut kritik dan sarannya
untuk dapat dijadikan materi improvement dan benchmarking. Pada sisi yang lain, supplier akan
menerima report (rapot) kinerjanya selama bekerja sama dengan perusahaan. Idealnya selain proses
menerima umpan balik, kedua pihak perlu mengadakan pertemuan rutin untuk berdiskusi, beramah
tamah, serta menyampaikan program kerja (harapan) beserta kesulitan yang dihadapi. Dalam jangka
waktu yang mencukupi serta ditunjang kesungguhan dan konsistensi dalam pelaksanaannya, maka
kepercayaan dan komunikasi diantara kedua pihak dapat ditingkatkan dan mendorong perbaikan
kinerja kedua pihak.
Dari perspektif perusahaan dimana kita berada, materi umpan balik yang disampaikan kepada
para supplier selanjutnya dijadikan update / tambahan terhadap baseline (informasi dasar) yang
HPIII - 72 /135
HPIII - 73 /135
4 BAB IV :
KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI)
MANAJEMEN MATERIAL
TUJUAN PELATIHAN
Mengetahui parameter yang digunakan untuk mengukur performa manajemen material
Mampu mengukur performance dari majemen material suatu entitas perusahaan
Mampu menganalisa nilai KPI manajemen material
4.1
4.2
Persamaan 4.2
Service Level =
HP IV - 74 /135
Untuk menghitung nilai service level, maka kita hanya perlu membandingkan jumlah
material yang terlayani tepat waktu dengan jumlah total permintaan material pada suatu periode
tertentu. Misalkan pada bulan Desember 2011 terdapat 100 permintaan, 90 diantaranya dapat
dilayani tepat waktu. Maka nilai inventory service levelnya adalah 90%. Dari nilai service level ini kita
dapat mengukur seberapa efektif perencanaan material yang sudah dibuat.
Trivia Quiz 2:
Jika pada bulan Januari 2012 terdapat 150 permintaan. 120 permintaan dapat dilayani tepat
waktu, 20 permintaan dapat dilayani tepat waktu sebagian karena material yang tersedia di
gudang tidak cukup untuk memenuhi permintaan, sementara 10 permintaan sama sekali tidak
dapat dilayani karena masih menunggun kedatangan material yang sedang dipesan. Berapakah
nilai inventory service level pada bulan tersebut?
Berbagi Pengalaman
Untuk mencapai nilai service level yang baik ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Secara
awam mungkin kita bisa mengatakan penuhi saja gudang dengan persediaan suku cadang, semua
permintaan pasti bisa dilayani. Pernyataan tersebut tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya
benar.
Menyediakan material suku cadang dalam jumlah aman di gudang, memang akan membuat
kemungkinan semua permintaan terlayani tepat waktu meningkat. Metode ini biasa disebut
dengan safety stock, tentu anda sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. Namun
penumpukan material dalam jumlah yang aman di gudang akan membebani perusahaan, karena
cashflow yang terhambat dan resiko kerusakan material suku cadang selama dalam masa
penyimpanan, disamping biaya penyimpanan dan perawatan yang tinggi tentunya.
Dua masalah di atas-yaitu cashflow terhambat, dan resiko kerusakan- yang selama ini tidak dilihat
dengan baik sebagai sebuah biaya atau resiko yang harus kita tanggung. Kita masih melihat bahwa
HP IV - 75 /135
Maka tugas pengendali persediaan dalam hal ini adalah mencari jumlah persediaan yang optimal,
sehingga berbagai biaya dan resiko yang harus ditanggung perusahaan dapat diminimalisir. Jumlah
persediaan yang optimal bukan berarti menyediakan semua material suku cadang pembangkit di
gudang, ataupun sebaliknya menyediakan material cadang dalam jumlah yang terlalu sedikit,
tetapi tepat ditengah- tengahnya. Seimbang. Menantang bukan?
4.3
Inventory turnover
Adalah indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa sering pertukaran material terjadi di
gudang. Nilai inventory turnover diukur dengan cara membandingkan nilai pemakaian total
material gudang dengan nilai saldo rata-rata gudang pada waktu tertentu.
Persamaan 4.3
Turnover =
Contoh
pada tahun 2010 total pemakaian material yang digunakan untuk program pemelihraan
mencapai Rp. 22.111.597.580 , Sedangkan nilai rata-rata saldo gudang selama tahun 2010 adalah
sebesar Rp. 6.915.177.981. maka nilai inventory turnovernya adalah:
Turnover =
=
. ...
. ...
3,20
HP IV - 76 /135
Dengan demikian tentunya bisa kita simpulkan bahwa inventory turnover dapat digunakan
sebagai indikator seberapa optimalkah persediaan yang kita simpan di gudang. Nilai turnover yang
tinggi berarti nilai pemakaian material gudang tinggi meskipun nilai gudang rendah. Hal ini
menandakan material yang tersimpan di gudang benar-benar material yang dibutuhkan, sehingga
nilai persediaan dapat diefisienkan. Dengan indikator ini kita dapat melihat seberapa efisien
perencanaan material yang sudah dibuat.
Trivia Quiz 3:
Jika selama semester 1 tahun 2011 total biaya material untuk program pemeliharaan mencapai
Rp. 2.716.351.474. Saldo rata-rata persediaan gudang pada periode tersebut sebesar Rp.
11.785.719.957, termasuk diantaranya persediaan strategis jangka panjang senilai Rp.
3.632.112.875 dserta material yang tidak memiliki nilai manfaat dengan nilai mencapai Rp.
2.772.092.948. Berapakah nilai inventory turnovernya?
HP IV - 77 /135
Peningkatan efeisiensi ini tidak hanya berdampak positif menurunkan biaya penyimpanan,
memperlancar cashflow perusahaan dan menurunkan resiko kerusakan selama penyimpanan. Tetapi
juga memiliki resiko penurunan tingkat efektifitas persediaan jika tidak direncanakan dengan akurat
dan teliti. Nilai persediaan yang terus dipaksa untuk mencapai titik terendah membuat barangbarang yang seharusnya disimpan tidak tersedia digudang, sehingga tidak siap saat dibutuhkan dan
gagal terlayani tepat waktu. Konsekuensinya adalah penurunan nilai service level. Hal ini tentu tidak
diharapkan oleh siapapun.
Keseimbangan antara efektifitas dan efisiensi adalah titik optimum nilai persediaan. Indikatornya
adalah nilai service level tetap tinggi pada saat yang bersamaan dengan meningkatnya nilai turnover.
Inilah tantangan anda berikutnya.
Trivia Info:
Menurut BAPENAS nilai rata-rata turn over di industri pembangkit listrik yaitu 1,7. Nilai ini lebih
tinggi dari target yang dicapai PT PJB UP Cirata. Untuk itu strategi pengendalian material harus tetap
dioptimalisasi agar nilai rata rata turn over industri pembangkit tercapai.
HP IV - 78 /135
Inventory Level.
Adalah indikator yang menunjukkan pertumbuhan persediaan pada periode tertentu. Inventory level
dinyatakan dalam satuan persentase (%).
Indikator ini berfungsi untuk:
Melihat kinerja atau akurasi perencanaan baik perencanaan kebutuhan maupun perencanaan
usulan pengadaan
Sebagai dasar untuk malakukan evaluasi
4.5
Purchase effectiveness.
Adalah indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa efektifkah proses pengadaan yang
sudah berjalan. Purchase efectiveness yang dinyatakan dalam persen, merupakan proporsi
banyaknya jumlah permintaan pembeliaan (recomended order/RO) yang sudah diproses hingga
terbit perintah pembeliann (purchase order/PO). Dalam rumusan sederhana nilanya didapatkan
dengan membagi jumlah PO yang terbit dengan RO yang terbit, seperti di bawah ini.
Persamaan 4.5
Purchase effectiveness =
Contoh
Selama tahun 2010, RO yang muncul dari inventory control sebanyak 1428 item. Sampai dengan
akhir desember 2010 jumlah PO yang berhasil diterbitkan sebanyak 1377 item. Berapakah nilai
purchase effectivenessnya
Purchase effectiveness = 1428
1377
= 96%
HP IV - 79 /135
Namun bukan berarti tiga indikator tersebut tidak dapat ditambah dengan indikator lain untuk
membantu mengukur keberhasilan proses. Penambahan indikator dapat dilakukan untuk
meningkatkan akurasi proses penilaian kinerja hasil, sesuai dengan kondisi aktual yang sedang
dihadapi.
HP IV - 80 /135
Salah satu kondisi ketidakefisienan persediaan yang saat ini dialami oleh PT PJB adalah
menumpuknya material deadstock. Material deadstock adalah material yang telah lama mengendap
di gudang. Sebuah material dianggap menjadi deadstock ketika material tersebut sudah lebih dari
dua tahun tersimpan di gudang dan tidak digunakan. Material seperti ini berpotensi menggangu
kelancaran cashflow perusahaan.
Sebagian besar material deadstock merupakan material mandatory yang didatangkan sebagai
material cadang bersamaan dengan proyek pembangunan pembangkit. Setelah proyek tersebut
selesai, material suku cadang yang tersisa diserahkan kepada PT PJB sebagai persediaan gudang.
Sebagian besar material mandatory peninggalan proyek ini sebagian dalam kondisi baik dan dapat
digunakan, namun karena banyak peralatan induk yang mengalami modifikasi atau bahkan sudah
diganti membuat material ini tidak dapat digunakan lagi. Material jenis ini sudah tersimpan di
gudang antara 13 hingga 23 tahun lebih, dani kemudian diistilahkan sebagai material dengan tipe T,
yaitu material dengan kondisi baik namun tidak dapat digunakan karena perubahan pada peralatan
induknya. Sebagian material mandatory yang lain masih dalam kondisi yang baik dan dapat dipakai,
tetapi karena kondisi suku cadang yang saat ini terpasang pada peralatan induk masIh baik
membuat material ini tidak terpakai hingga sekarang. Material dengan kondisi baik dan masih bisa
dimanfaatkan kemudian dimasukkan kedalam material dengan tipe B.
Sebagian material deadstock yang lain berasal dari pembelian baru yang jumlahnya melebihi
kebutuhan, hal ini disebabkan user memiliki inisiatif untuk menghitung sendiri persediaan aman
(safety stock) dan menambahkannya dalam daftar kebutuhan barang yang akan dibeli. Hal yang lain
disebabkan karena kondisi aktual yang tidak sesuai dengan perencanaan, dimana suku cadang
terpasang yang akan diganti tidak semuanya memiliki kondisi buruk sehingga tidak semua material
baru yang dibeli dipasang untuk menggantikan suku cadang terpasang. Sisa material pembelian
baru yang tidak terpasang inilah yang kemudian menjadi material deadstock. Material sisa
pembelian baru ini biasanya telah tersimpan di gudang antara 5 hingga 13 tahun.
Untuk mengatasi kondisi ini, maka PT PJB menjalankan program penyerapan material deastock,
sebagai salah satu mengoptimalkan pemanfaatan material tipe B yang berasal dari peninggalan
proyek atau sisa pembelian baru. Semua material dengan tipe B direncanakan penggunaannya dan
ditargetkan habis dimanfaatkan pada tahun 2016.
Dalam rangka memantau keberhasilan eksekusi rencana penyerapan material deadstock, dibuatlah
sebuah indikator untuk mengukurnya. Nilai pada indikator ini didapatkan dengan membandingkan
total penurunan nilai material deadstock pada akhir tahun i dengan nilai saldo material deadstock
pada awal tahun i. Penurunan nilai material deadstock didapatkan dari total pemakaian material
tipe B selama tahun i ditambah jumlah total nilai material T, P R, dan amterial cadangan strategis.
Material tipe P adalah material yang kondisinya rusak namun bibsa diperbaiki, sedangkan material R
adalah material dengan kondisi rusak dan tidak dapat diperbaiki.
Persamaan 2.3
HP IV - 81 /135
8.751.861.095
PMD = 8.739.618.335
8.751.861.095
= 98.86%
Kami yakin beberapa bab yang sudah kami paparkan sudah cukup membuat anda tertantang untuk
menjadi salah satu pengendali persediaan suku cadang pembangkit. Namun rasa tertantang saja
tidak cukup, diperlukan ilmu dan pengalaman untuk menghadapi berbagai tantangan di atas.
Ada beberapa cara untuk memperoleh ilmu dan pengalaman, pertama dengan mengadopsi ilmu dan
pengalaman orang lain yang sudah terbukti mampu menaklukan tantangan dengan labih baik atau
biasa kita kenal dengan istilah best practices.
Kedua, dengan mengembangkan metode tersendiri berdasarkan pengalaman yang ada. Metode ini
cukup beresiko karena ada proses trial and eror didalamnya.
Ketiga, mengembangkan metode best practices yang sudah ada dan menggabungkannya dengan
pengalaman yang kita punyai. Sebab pada dasarnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki
keunikan tersendiri, sehingga sistem pada organisasi atau perusahaan lain metode dari sebuah
world class yang paling teruji sekalipun dapat diadopsi mentah-mentah tanpa sebbuah
penyesuaian terlebih dahulu. Pilihan ketiga inilah yang kami pandang sebagai alternatif terbaik, dan
sedang dikembangkan di UP Cirata.
Pada bab berikutnya kami akan menjelaskan beberapa metode dan strategi beberapa perusahaan
kelas dunia yang menjadi best practices pada jamannya. Beberapa metode tersebut kami pilih untuk
digunakan dan digabungkan dengan pengalaman yang dimiliki PT PJB UP Cirata untuk diterapkan
sebagai sebuah metode pengendalian persediaan yang unggul.
HP IV - 82 /135
5 BAB V :
MATURITY LEVEL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
TUJUAN PELATIHAN
Mampu menjelaskan philosofi maturity level SCM yang terdiri kinerja proses dan kinerja
hasil
Mampu mengukur maturity level bidang SCM
5.1
untuk dicapai oleh suatu bidang. Proses pengukuran kinerja seringkali membutuhkan penggunaan
bukti statistik dan empirik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih
tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja
secara umum.
Dalam sebuah entitas bisnis perlu adanya pengukuran kinerja suatu bidang untuk :
Mengidentifikasi proses atau area yang perlu ditingkatkan
Memberikan gambaran perkembangan dari waktu ke waktu dan trend kinerja
Membandingkan tingkat kinerja suatu unit dengan unit lain
Menilai apakah proyek peningkatan yang dimulai (atau telah selesai) memang benar-benar
HP V - 83 /135
HP V - 84 /135
Prinsip
Relevant
True
Spesific
4
5
6
7
8
9
Consistent
Clear
Accessible
Economical
Timely
Actionable
10
Fool-proof
Penjelasan
Relevan dengan apa yang ingin diketahui
Indikator yang benar-benar mencerminkan apa yang ingin kita ketahui
Memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
Hasil pengukuran konsisten oleh siapapun dan dimanapun ukuran diambil
Tidak dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda
Data ukuran dapat diperoleh atau bisa diukur
Pengukuran dapat dilakukan secara ekonomis tidak terlalu mahal
Hasil pengukuran dapat diperoleh tepat waktu
Hasil pengukuran dapat ditindak-lanjuti dijadikan dasar pengambilan
keputusan
Pengukuran tidak mendorong perilaku yang tidak diinginkan (demi tercapainya
target hasil pengukuran)
Dalam pengukuran maturity level ada 2 hal yang diukur yaitu kinerja proses (leading indicator) dan
kinerja hasil (lagging indicator). Masing-masing memiliki bobot yang sama yaitu 50%. Nilai ini dapat
berubah tergantung dari kebutuhan. Untuk industri yang sudah dewasa, bobot kinerja proses lebih
tinggi dari kinerja hasil karena kinerja hasil selalu baik maka manajemen menekannkan agar proses
diperbaiki. Gambar dibawah ini menerangkan kinerja proses vs kinerja hasil.
III
IV
II
Jika hasil pengukuran kinerja berada di kuadran ke-2, ini menunjukan bahwa proses yang
dilakukan bagus namun hasilnya tidak bagus. Kemungkinan ada kendala-kendala di
manajemen berupa keputusan manajemen yang kurang cepat, birokrasi yang panjang,
HP V - 85 /135
Jika hasil pengukuran kinerja berada di kuadran ke-3, ini menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai bagus namun prosesnya tidak bagus. Kemungkinan ada orang hebat disana yang
dapat menangani masalah yang timbul atau faktor keberuntungan.
Jika hasil pengukuran kinerja berada di kuadran ke-4, ini menunjukkan baik kenerja hasil
maupun kinerja proses berjaan dengan baik. Secara ideal kinerja proses sama dengan kinerja
hasil yaitu berupa grafik linear 45 derajat.
< 85%
85-90%
90-100%
100-110%
>110%
LEVELING
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
ACTIVATING
Fire Fighting
Stabilizing
Preventing
Optimizing
Excellence
IMPLEMENTING
5.2
Menunggu dan
Bertindak
Ada usaha
memadamkan
sebatas
mencegah,
kebakaran
merespon
Melakukan
(correctif)
kejadian
perencanaan
Ada usaha
optimasi
sumberdaya
dan
improvement
Mencapai
keunggulan
dan
continuous
Kinerja Proses
Didalam bidang SCM terdapat 3 bidang yang saling terkait satu dengan lainnya. Ketiga bidang
tersebut adalah inventory control, pengadaan dan gudang. Masing-masing bidang dinilai proses
bisnisnya. Dan masing-masing proses bisnis memeiliki area-area yang disepakati untuk dinilai yang
merupakan pekerjaan sehari-hari dibidangnya.
HP V - 86 /135
AREA PENILAIAN
INVENTORY
CONTROL
&
CATALOGUER
PENGADAAN
GUDANG
Pengelolaan katalog
Pengelolaan supplier
Untuk melakukan penilaian dimasing-masing area, maka dibuat levelisasi masing-masing area yang
menggambarkan tingkat maturity (kedewasaan) suatu proses bisnis.
menggambarkan levelisasi masing-masing area yag digunakan untuk mengukur kinerja proses
manajemen material di industri pembangkit.
5.2.1
Level
1
Penjelasan
Data base catalog material baru sebatas catatan-catatan manual atau
insidentil, belum terstruktur dan belum ada klasifikasi dengan baik.
pengelolaan
barang yang
menggambarkan secara
tidak Updated.
material,
pemenuhan
terhadap
kebutuhan
75%,
HP V - 87 /135
dan klasifikasi sudah baik, menjadi acuan atau sumber informasi dalam
pengelolaan
Updated.
rapi
kebutuhan 75%,
kebutuhan 90%,
2. Manajemen
Usulan
pengadaan
Usulan pengadaan sekedar dibuat, tidak terjadwal dan tidak ada unsur
perencaan, penyerahan ke bagian pengadaan tidak tepat waktu,
usulan yagn dikembalikan (konfirmasi ulang) spesifikasi atau TOR/ KAK
proses pengadaan.
ulang) spesifikasi atau TOR/ KAK kurang lengkap >25%, rekap dan
identifikasi berdasarkan input kebutuhan belum ada, proses bisnis
usulan pengadaan manual, dokumentasi ada, monitoring dan
pengendalian belum ada.
3
HP V - 88 /135
Penerapan terhadap
pengelompokan
suatu Kebijakan
perusahaan yang
mengatur tentang
belum
dilaksanakan,
rekomendasi-rekomendasi
pengelolaan material
pengendalian persediaan
dengan
mempertimbangkan
item materilal.
Implementasi
sistem
perenca-naan
persediaan
gudang
ROQ = Jumlah
HP V - 89 /135
sudah ada, setting ROP/ ROQ 85% sesuai rekomendasi, rekap dan
ROP = Jumlah
5. Assessment
persediaan
gudang
dilaksanakan.
2
Yaitu
Suatu
proses
monitoring
kondisi
dan
pengendalian
terhadap
permintaan insindentil.
3
persediaan
secara rutin setiap 3 (tiga) bulan, data terdokumen dan tersaji dengan
secara
terprogram
periodik,
&
detail,
secara rutin setiap 1 (satu) bulan, data terdokumen dan tersaji dengan
pemakaian.
6. Laporan
manajemen
material
pengelolaan material
secara menyeluruh
HP V - 90 /135
100% , ada analisa dan evaluasi, ada tindak lanjut, hasil analisa
terintegrasi.
nakan, progres 50%, rekap data identifikasi belum ada, action plan dan
terhada
material
dilaksanakan, progres 75%, rekap data identifikasi ada, action plan dan
yang
kondisi
baik
dan
siap
kondisi perse-
efekt.
5.2.2
Area pengadaan
Area & Definisi
1.
Manajemen Supplier
Level
1
Penjelasan
Data supplier sudah ada, data base manual, klasifikasi sesuai capability
belum ada, identifikasi secara detail belum ada, evaluasi kinerja dan
Data supplier sudah ada, data base manual, klasifikasi sesuai capability
belum spesifik per jenis barang atau jasa, identifikasi secara de
pembinaan terhadap
atau jasa, identifikasi secara detail sudah ada, evaluasi kinerja dan
mendukung kinerja
pengelolaan material.
kinerja terdokumen dengan baik, tertib dan ada approval, data suplyer
dan data kinerja belum linked, fungsi pembinaan terhadap supplyer
HP V - 91 /135
Data supplier sudah ada, data base SIT, on line, klasifikasi sesuai
capability sudah spesifik per jenis barang atau jasa, identifikasi secara
detail sudah ada, evaluasi kinerja dan monitoring performance
terprogram secara periodik, data evaluasi kinerja terdokumen dengan
baik, tertib, ada approval dan terupdate ke SIT, data suplyer dan data
kinerja sudah linked, fungsi pembinaan terhadap supplyer sudah
dilaksanakan tetapi belum secara terprogram, updated.
"Data suplyer sudah ada, data base on line dan terintegrasi dalam SIT,
klasifikasi sesuai capability sudah spesifik per jenis barang atau jasa,
identifikasi secara detail sudah ada, evaluasi kinerja dan monitoring
performance terprogram secara periodik, data evaluasi kinerja
terdokumen dengan baik, tertib, ada approval terupdate secara
konsisten ke SIT, data suplyer dan data kinerja sudah linked, fungsi
pembinaan terhadap supplyer sudah dilakukan secara periodik dan
terprogram, updated, duplikasi 0%, improvement.
2. Monitoring
&
pengendalian proses
dilaksanakan
dilakukan secara
sistematis, terprogram
serta
terdokumen
dengan
tertib,
data
base
memastikan efektifitas
dokumentasi pelaksanaan
proses pengadaan
perenca-naan
pelaksanaan
dan
proses
HP V - 92 /135
dan
terkendali
dan
aturan
menjaga
tingkat
ketersediaan
yang
material
optimal
untuk
effisiensi unit.
menengah
atau
sudah
terprediksi
penggunaannya
dan
implementasi
sesuai
rekomendasi
100%,
continous
improvement.
5.2.3
Area Gudang
Area & Definisi
1. Monitoring dan
Level
1
Scheduling Kedatangan
Barang
Penjelasan
Monitoring dan scheduling rencana kedatangan barang di gudang
belum dilaksanakan
Yaitu Melakukan
monitoring, sche-duling
dan pengendalian
terhadap rencana
dengan baik dan tertib, dokumentasi sudah ada, analisa dan evaluasi
kedatangan dan
belum ada.
penerimaan barang di
HP V - 93 /135
dalam PO.
2. Pengelolaan
material
Sarana impor area dan exspor area belum ada, pemilahan dan
Sarana impor area dan exspor area sudah ada tetapi masih bersifat
fisik
sedang
proses
dan
pemisahan, daftar barang pada setiap area belum ada, kerapian dan
material
dalam
pemeriksaan
penerimaan
impor
sedang
(karantina
area),
material
dalam
Sarana impor area dan exspor area sudah ada, pemilahan dan
proses
sebelum
transaksi (in & out) sudah dilaksanakan dalam satu area dengan
user
sudah ada, kerapian dan estetika cukup baik, belum teritegrasi dengan
pengeluaran
diambil
oleh
pemisahan
dan
identifikasi status.
Sarana impor area dan exspor area sudah ada, pemilahan dan
pemisahan secara fisik terhadap material/barang sedang dalam proses
transaksi (in & out) sudah dilaksanakan dalam satu area dengan
pembatas, ada identitas pemisahan, daftar barang pada setiap area
sudah ada, kerapian dan estetika baik, teritegrasi dengan dengan area
transaksi.
Sarana impor area dan exspor area sudah ada, pemilahan dan
pemisahan secara fisik terhadap material/barang sedang dalam proses
transaksi (in & out) sudah dilaksanakan dalam satu area dengan
pembatas, ada identitas pemisahan, daftar barang pada setiap area
sudah ada, kerapian dan estetika sangat baik, teritegrasi dengan
dengan area transaksi ada continuos imprvement.
3. Manajemen Penyimpanan
Material.
penyim-panan material di
HP V - 94 /135
metode
penamaan/
identitas,
pengkodean,
ruang,
metode
penempatan,
metode
metode
dengan
prosedur pergudangan.
count)
Yaitu
Melaksanakan
pemeriksaan
harian
antara jumlah material secara fisik dan catatan/ sistem untuk material/
dan
hanya
terhadap
barang
bertransaksi
mutasi
dilakukan
atau
(masuk
yang
ada
atau
dan tertib.
4
HP V - 95 /135
pergudangan
(in
dan out)
transaksi
disiplin dan konsisten, analisa dan evaluasi belum ada, tansaksi tidak
pergudangan
yang
meliputi
penerimaan
dan
pengeluaran
material,
on schedule >10%.
3
sudah disiplin dan konsisten, analisa dan evaluasi belum ada, transaksi
terkendali
dengan
menga-cu
kepada
yang berlaku.
pergudangan
(in
dan out)
transaksi
disiplin dan konsisten, analisa dan evaluasi belum ada, tansaksi tidak
pergudangan
on schedule >10%.
3
komputerized,
sudah disiplin dan konsisten, analisa dan evaluasi belum ada, transaksi
HP V - 96 /135
Implementasinya
Yaitu
Suatu
pedoman
baku
yang
mengatur
tentang
tata
secara
menyelu-ruh
untuk
mendukung terca-painya
laksana
pergudangan
pengelolaan
material
mana
progres
implementasi-nya.
5.3
Kinerja Hasil
Kinerja hasil biasa disebut dengan KPI (Key Performance Indicator). Terdapat 4 KPI dalam bidang
SCM yaitu perputaran material, service level, purchase effectiveness dan penurunan inventory
level untuk material dead stock). Seperti halnya kinerja proses, kinerja hasil juga dilakuan
pengukuran. Dalam kinerja hasil ini, hasilnya berupa angka-angka dari hasil perhitungan.
Perputaran Material
Level
Penjelasan
Pencapaian < 25 %
Pencapaian 50 %
Pencapaian 80 %
Pencapaian 90 %
Pencapaian 100 %
HP V - 97 /135
Pencapaian < 25 %
Pencapaian 50 %
Pencapaian 80 %
Pencapaian 90 %
Pencapaian 100 %
optima-lisasi
(Purchase Effectiveness)
&
efetifitas
proses
pengadaan
perbandingan
persediaan
antara
total
gudang,
penurunan
yaitu
nilai
HP V - 98 /135
6 BAB VI :
KASUS
TUJUAN PELATIHAN
Mampu menjelaskan implementasi ABC analisi
Mampu menghitung nilai ROP-ROQ untuk setiap material
Mampu membaca dan menganalisa laporan material sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat
6.1
Contoh kasus 1 :
Sebuah Combustor Basket Gas Turbine S/C 306720, sesuai informasi diketahui bahwa lama waktu
pesannya + 12 bulan, dengan total nilai pengadaan sebesar Rp. 1.526.750.000, - per item, dengan
interval waktu penggantian + 1 kali dalam setahun.
Bagaimana perlakuan yang tepat terkait dengan strategy persediaan dan strategy pengadaan
terhadap material tersebut?
Penyelesaian :
Kasus
HP VI - 99 /135
Unit Pembangkitan Gresik membutuhkan bahan kimia ferrous sulfat sebanyak 6.400
Kg/tahun (asumsi 1 tahun = 320 hari) dengan harga Rp. 50,- setiap Kg, dalam rangka
pembelian bahan kimia operasi tersebut dibutuhkan biaya-biaya sebagai berikut :
a. Biaya pengiriman pesanan = Rp. 10/1 kali pesan
b. Biaya administrasi = Rp. 20/1 kali pesan
c. Biaya penyelesaian pemesanan = Rp. 20/1 kali pesan
d. Biaya penyimpanan di gudang = Rp. 1/unit/tahun
Pertanyaan :
1. Tentukan nilai EOQ ?
2. Hitunglah nilai ROP jika Procurement Lead Time (PLT), ditentukan selama 6 hari ?
Penyelesaian :
Kasus
HP VI - 100 /135
Kasus
HP VI - 101 /135
Kasus
HP VI - 102 /135
Grafik Service Level, Turn Over dan Inventory Level periode S/d Aggustus 20XX (satuan %)
Keterangan:
1. Garis biru = Service Level
2. Garis merah jambu = Turn Over
3. Garis kuning = Inventory Level
Analisa Service Level (SL):
Grafik SL dari bulan januari sampai agustus trennya cenderung turun. Jika dirata-rata SL = 85%.
Nilai ini dapat langsung dibandingkan dengan target yang harus dicapai. Jika target yang dicapai 95% berati
kinerja materialnya masih kurang.
Dalam menganalisa tidak sampai disini, dikembangkan dengan pertanyaan lain.
1. Mengapa terjadi penurunan service level?
- Apakah karena memang material tidak ada digudang?
- Apakah materrial datang terlambat?
- Apakah staf gudang terlambat melayani?
- Apaah pejabat telat autorisasi? Karena tdk ada di kantor?
2. Apa langkah selanjutnya?
Jawabnya tergantung dari apa permasalahan mendasar sehingga SL turun.
Analisa Turn Over (TO):
Grafik TO dari bulan januari sampai agustus trendnya cenderung stabil. Nilai turn over biasanya dilakukan pada
akhir tahun yang dihitung secara kumulatif. Sampai dengan bulan agustus nilai kumulatif TO = 0,964X.
- Secara harfiah, nilai ini menunjukkan bahwa perputaran nilai gudang sebesar 0,96 kali. Atau dalam
baahasa sederhana antara pengeluaran dan pemasukan masih relatif seimbang.
-
Kasus
Secara manajerial Nilai ini dapat langsung dibandingkan dengan target yang harus dicapai. Didalam
industri pembangkit nilai TO berada di kisaran 1,7x. Jika ini dijadikan target, maka nilai TO masih kurang
0,736x (1.7-0.964). Atau pencapaian s/d agustus baru 57%. Masih ada sisa target sebesar 43%vdalam
waktu 4 bulan untuk memenuhi target yang ingin dicapai.
HP VI - 103 /135
Kasus
HP VI - 104 /135
Type
PM type 1
Periode
1 bulan
PM type 2
2 bulan
PdM
OH
3 bulan
6 bulan
Material
B1
C2
B1
B2
C1
C2
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C3
Volume
1
2
1
2
1
1
3
4
3
2
2
2
3
Kasus
HP VI - 105 /135
Type
PM type 1
Periode
1 bulan
PM type 2
2 bulan
PdM
OH
3 bulan
6 bulan
Stock Code
Volume
1
2
1
2
1
1
3
4
3
2
2
2
3
Petunjuk :
Isilah kolom Stock Code sesuai dengan konversi Stock Code yang telah Anda susun sebelumnya.
Kasus
HP VI - 106 /135
A2
C3
B1
C2
A1
C1
A3
B3
B2
Kasus
HP VI - 107 /135
Kasus
HP VI - 108 /135
Type
criticality A (1)
criticality A (1)
criticality A (1)
criticality A (1)
Kasus
A
A
A
B
B
B
C
C
C
Index
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Lead time
3
3
3
2
2
2
1
1
1
Harga
20
20
20
10
10
10
4
4
4
Nomor Bin
Location
I.A2.1.1
I.A2.1.2
I.A2.1.3
I.A2.2.2
I.A2.2.3
I.A2.2.4
I.A2.3.1
I.A2.3.2
I.A2.3.3
HP VI - 109 /135
Kasus
HP VI - 110 /135
criticality A (1)
No
1
Stock Code
00001
criticality A (1)
00002
criticality A (1)
criticality A (1)
Kasus
Deskripsi
Satuan
Lead time
3
Harga
20
20
I.A2.1.2
00003
20
I.A2.1.3
00004
10
I.A2.2.2
00005
10
I.A2.2.3
00006
10
I.A2.2.4
00007
I.A2.3.1
00008
I.A2.3.2
00009
I.A2.3.3
HP VI - 111 /135
Kasus
HP VI - 112 /135
A3
C3
B3
A1
C2
B1
B2
C1
A2
Kasus
HP VI - 113 /135
Usulan Pengadaan
Nomor periode
Tanggal / Periode
Dasar pengajuan
:
:
:
/610/PPA/ /20
/
Stock Code
Mengesahkan :
GM Unit PPA
(..)
Kasus
Jumlah
Satuan
Periode Diperlukan
Spv Inventory
(..)
(..)
HP VI - 114 /135
Usulan Pengadaan
Nomor periode
Tanggal / Periode
Dasar pengajuan
:
:
:
/610/PPA/ /20
/
Stock Code
Mengesahkan :
GM Unit PPA
(..)
Kasus
Jumlah
Satuan
Periode Diperlukan
Spv Inventory
(..)
(..)
HP VI - 115 /135
No
Kasus
Stock Code
:
:
:
Jumlah
.HPS/611/PPA/ /20
/
Satuan
Harga Satuan
GM Unit PPA
(..)
(..)
HP VI - 116 /135
No
Kasus
Stock Code
:
:
:
Jumlah
.HPS/611/PPA/ /20
/
Satuan
Harga Satuan
GM Unit PPA
(..)
(..)
HP VI - 117 /135
Permintaan Penawaran
Nomor
Tanggal / Periode
Batas penawaran
No
Kasus
:
:
:
Stock Code
.PP/612/PPA/ /20
/
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Supplier
(..)
(..)
HP VI - 118 /135
Permintaan Penawaran
Nomor
Tanggal / Periode
Batas penawaran
No
Kasus
:
:
:
Stock Code
.PP/612/PPA/ /20
/
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Supplier
(..)
(..)
HP VI - 119 /135
No
Kasus
:
:
:
Stock
Code
.SP/612/PPA/ /20
/
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Supplier
GM Unit PPA
(..)
(..)
HP VI - 120 /135
No
Kasus
:
:
:
Stock
Code
.SP/612/PPA/ /20
/
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Supplier
GM Unit PPA
(..)
(..)
HP VI - 121 /135
:
:
:
No
Kasus
.DO/ABJ/ /20
/
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Direktur PT ABJ
(..)
(..)
HP VI - 122 /135
:
:
:
No
Kasus
.DO/ABJ/ /20
/
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Direktur PT ABJ
(..)
(..)
HP VI - 123 /135
Kasus
:
:
:
:
:
:
Stock Code
Catatan :
.BAPB/PPA/ /20
/
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Jml
Diterima
Jml
Ditolak
Tim Pemeriksa 1
Tim Pemeriksa 2
Tim Pemeriksa 3
(..)
(..)
(..)
HP VI - 124 /135
Kasus
:
:
:
:
:
:
Stock Code
.BAPB/PPA/ /20
/
Catatan :
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Jml
Diterima
Jml
Ditolak
Tim Pemeriksa 1
Tim Pemeriksa 2
Tim Pemeriksa 3
(..)
(..)
(..)
HP VI - 125 /135
Kasus
:
:
:
:
:
:
:
Stock Code
.BPB/PPA/ /20
/
Catatan :
Gudang PPA 1
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Jml
Diterima
Jml
Ditolak
Tim Pemeriksa 1
Tim Pemeriksa 2
Tim Pemeriksa 3
(..)
(..)
(..)
HP VI - 126 /135
Kasus
:
:
:
:
:
:
:
Stock Code
.BPB/PPA/ /20
/
Catatan :
Gudang PPA 1
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Jml
Diterima
Jml
Ditolak
Tim Pemeriksa 1
Tim Pemeriksa 2
Tim Pemeriksa 3
(..)
(..)
(..)
HP VI - 127 /135
Corrective Maintenance
TYPE 1
Perlu material :
1. Minute maid, pulpy, tutup oranye, 240 mL (1 buah)
2. Fanta strawberry, 240 mL (1 buah)
Kasus
HP VI - 128 /135
Corrective Maintenance
TYPE 2
Perlu material :
1. Minute maid, pulpy, rasa anggur, tutup ungu, 240 mL (1 buah)
2. Fanta orange, 240 mL (1 buah)
Kasus
HP VI - 129 /135
Certificate of Manufacture
To :
..
Reference
No
Description
Number
Unit
Dir
Kasus
HP VI - 130 /135
Certificate of Manufacture
To :
..
Reference
No
Description
Nu
Di
Kasus
HP VI - 131 /135
No
Description
Number
Unit
Directore
(..)
Kasus
HP VI - 132 /135
No
Description
Number
Unit
Directore
(..)
Kasus
HP VI - 133 /135
Picking Slip
Nomor periode
Tanggal / Periode
Nomor WO
:
:
:
/610/PPA/ /20
/
Mengesahkan :
Manajer Pemeliharaan PPA
(..)
Kasus
Spv Mesin
Teknisi Mesin
(..)
(..)
HP VI - 134 /135
Picking Slip
Nomor periode
Tanggal / Periode
Nomor WO
:
:
:
/610/PPA/ /20
/
Mengesahkan :
Manajer Pemeliharaan PPA
(..)
Kasus
Spv Mesin
Teknisi Mesin
(..)
(..)
HP VI - 135 /135
www.ptpjb.com