Anda di halaman 1dari 44

29 Okt 2019

PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA
Part One

PENGERTIAN, SYARAT & STATUS


HUBUNGAN KERJA
HUBUNGAN KERJA

Pengusaha Pekerja
Perjanjian Kerja

Perjanjian antara pekerja/buruh dengan


pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Upah Perintah Pekerjaan


UNSUR PERJANJIAN KERJA

Imbalan dari pekerjaan yang dilakukan oleh pihak penerima kerja dapat
UPAH berbentuk uang atau bukan uang.

Penerima kerja sangat tergantung perintah/instruksi/petunjuk


PERINTAH dari pihak pemberi kerja dan ada hubungan sub-ordinasi

PEKERJAAN Prestasi yang harus dilakukan sendiri oleh pihak penerima kerja dan
tidak boleh dialihkan kepada pihak lain.
SYARAT SAH PERJANJIAN KERJA

Sepakat artinya tanpa kekhilafan, paksaan, penipuan dan penyalahgunaan


1. keadaan.

Kecakapan artinya tidak dibawah pengampuan dan sudah dewasa


2. menurut hukum

Pekerjaan artinya sebagai objek dari perjanjian kerja maka harus ada
3. pekerjaan yang diperjanjikan

Pekerjaan tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan artinya


4. pekerjaan yang diperjanjikan harus “Halal”

Dalam hal Perjanjian kerja melanggar butir A dan B maka perjanjian dapat dibatalkan

Dalam hal Perjanjian kerja melanggar butir C dan D maka perjanjian batal demi hukum
STATUS HUBUNGAN KERJA
BERDASARKAN PERJANJIAN KERJA

Karyawan tetap berdasarkan perjanjian


kerja waktu tidak tertentu/ PKWTT.

Karyawan kontrak berdasarkan


perjanjian kerja waktu tertentu/ PKWT.

Karyawan harian lepas.

Karyawan antar kerja antar daerah.


Part Two

MACAM-MACAM SEBAB
BERAKHIRNYA
HUBUNGAN KERJA / PHK
BERAKHIRNYA
HUBUNGAN KERJA / PHK

PHK demi
hukum
PHK karena
PHK sepihak
pekerja
oleh
melakukan
pengusaha
PHK karena tindak pidana
putusan
pengadilan
(inisiatif
PHK karena pekerja)
putusan PHK karena
pengadilan perjanjian
(inisiatif bersama
pengusaha)
PHK KARENA PEKERJA
MELAKUKAN TINDAK PIDANA
Menipu

Mencuri

Penggelapan dalam jabatan

Mengkonsumsi /memperdagangkan narkotika & psikotropika

Pemalsuan atau menggunakan surat palsu

Melakukan penganiayaan,dll.
PHK SEPIHAK OLEH PENGUSAHA

• Karyawan dalam Masa Percobaan.

• Karyawan Mengundurkan diri.

• Karyawan ditahan, lebih dari 6 (enam) bulan.

• Karyawan ditahan, meskipun belum 6 (enam) bulan tetapi telah dinyatakan bersalah
berdasarkan putusan pengadilan pidana.

• Karyawan mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut dan telah dipanggil secara patut.

• Karyawan mangkir selama 7 (tujuh) hari akibat melakukan mogok kerja yang tidak sah

• Karyawan telah salah atau keliru menuduh Pengusaha melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan undang-undang, tidak membayar upah 3 bulan berturut-turut, tidak
melaksanakan kewajiban, memerintahkan pekerjaan di luar yang diperjanjiakan, memberikan
pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan dan kesehatan.

Nb: PHK karena Karyawan ditahan, lebih dari 6 (enam) bulan dan mengundurkan diri diberi hak mengajukan
gugatan ke PHI maximal 1 (satu) tahun sejak tanggal PHK.
PHK DEMI HUKUM

• Berakhir jangka waktu


kontrak atau selesainya
pekerjaan

• Pensiun

• Karyawan meninggal
dunia
PHK KARENA PUTUSAN PENGADILAN
(INISIATIF PENGUSAHA)

 Melanggar Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau


Perjanjian Kerja Bersama

 Pengusaha menolak melanjutkan hubungan kerja pada saat


terjadi perubahan status, penggabungan atau peleburan.

 Perusahaan tutup, karena mengalami


kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut.

 Perusahaan tutup, tidak karena mengalami


kerugian.

 Perusahaan Pailit
PHK KARENA PUTUSAN PENGADILAN
(INISIATIF KARYAWAN)

 Karyawan menuduh Pengusaha melakukan perbuatan


yang bertentangan dengan undang-undang, tidak
membayar upah 3 bulan berturut-turut, tidak
melaksanakan kewajiban, memerintahkan pekerjaan
di luar yang diperjanjiakan, memberikan pekerjaan
yang membahayakan jiwa, keselamatan dan
kesehatan.

 Karyawan menolak melanjutkan hubungan


kerja pada saat terjadi perubahan status,
penggabungan atau peleburan.

 Karyawan medical unfit setelah 12


(duabelas) bulan.
PHK KARENA PERJANJIAN BERSAMA

• Karyawan melakukan tindak pidana.


(lihat pada slide sebelumnya)

• PHK sepihak oleh Pengusaha.


(lihat pada slide sebelumnya)

• PHK karena putusan pengadilan baik inisiatif


pengusaha maupun karyawan.
(lihat pada slide sebelumnya)
Part Three

SYARAT & KOMPENSASI


PHK
SYARAT PHK(1)
ALASAN PHK SYARAT PHK

Masa percobaan Dalam periode masa percobaan

Melakukan tindak Pidana Perbuatan diatur dalam PP/PKB

Cukup alat bukti


Proses Bipartit, Mediasi, PHI
dan/atau
Cukup alat bukti
Proses Pidana (kepolisian, kejaksaan,
pengadilan negeri)

Putusan pidana pengadilan yang berkekuatan


hukum tetap
Penahanan lebih dari 6 (enam) bulan Dibuktikan dengan surat penahanan
Penahanan melampaui batas 6 (enam) bulan
Belum 6 (enam) bulan ditahan Putusan pidana pengadilan tingkat pertama/
dinyatakan bersalah pengadilan negeri
SYARAT PHK(2)
ALASAN PHK SYARAT PHK

Melanggar Perjanjian Kerja Peraturan Surat Peringatan I , II dan III


Perusahaan/PKB, kualifikasi ringan, atau
sedang dan pengulangan Proses PHK (berdasarkan bobot pelanggaran)

Mengundurkan diri 1. Permohonan 30 hari sebelumnya


2. Tidak dalam ikatan dinas
3. Tetap bekerja sampai tanggal efektif
Karyawan menolak melanjutkan Tidak ada job security dari perusahaan atau
hubungan kerja akibat perubahan TUPE (Transfer Undertaking of Protection of
status, penggabungan atau peleburan Employee)

Menyampaikan secara tertulis penolakannya


disertai alasan pada periode yang ditetapkan
setelah diumumkanya proses perubahan
status, penggabungan atau peleburan yang
dilakukan perusahaan
SYARAT PHK(3)
ALASAN PHK SYARAT PHK
Pengusaha menolak melanjutkan hubungan Tidak ada job security dari perusahaan
kerja akibat perubahan status, atau TUPE (Transfer Undertaking of
penggabungan atau peleburan Protection of Employee)

Terjadi kelebihan karyawan akibat


perubahan status, penggabungan atau
peleburan

Reorganisasi atau Restrukturisasi


perusahaan

Menyampaikan secara tertulis


penolakanya disertai alasan pada periode
yang ditetapkan setelah diumumkanya
proses perubahan status, penggabungan
atau peleburan yang dilakukan
perusahaan
SYARAT PHK(4)
ALASAN PHK SYARAT PHK

Perusahaan tutup, karena mengalami Laporan keuangan dua tahun berturut-


kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut. turut dari akuntan publik
Perusahaan tutup, tidak karena mengalami PP/PKB mengatur alasan reorganisasi atau
kerugian. restrukturisasi atau kelebihan pekerja
atau
Perusahaan tutup permanen
Perusahaan Pailit Putusan pailit pengadilan niaga yang
berkekuatan hukum tetap
Meninggal dunia Surat kematian

Pensiun Usia pensiun yang ditetapkan perusahaan

Mangkir 1. Tidak masuk kerja 5 (lima) hari


berturut-turut tanpa pemberitahuan
2. Panggilan untuk masuk kerja dua kali
SYARAT PHK(5)
ALASAN PHK SYARAT PHK
Tuduhan karyawan kepada pengusaha Bukti surat dan saksi-saksi
melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan undang-undang, tidak membayar upah
3 bulan berturut-turut, tidak melaksanakan
kewajiban, memerintahkan pekerjaan di luar
yang diperjanjiakan, memberikan pekerjaan
yang membahayakan jiwa, keselamatan dan
kesehatan.
Karyawan telah salah atau keliru menuduh Putusan pengadilan Hubungan Industrial
Pengusaha melakukan perbuatan yang atau hasil pemeriksaan pengadilan apabila
bertentangan dengan undang-undang, tidak diajukan gugatan balik/ rekonvensi
membayar upah 3 bulan berturut-turut, tidak
melaksanakan kewajiban, memerintahkan
pekerjaan di luar yang diperjanjiakan,
memberikan pekerjaan yang membahayakan
jiwa, keselamatan dan kesehatan.
1. Surat keterangan dari dokter perusahaan
Medical unfit dan atau eksternal
2. Melampaui batas 12 (dua belas bulan)
KOMPENSASI PHK(1)
Alasan PHK KOMPENSASI
Medical Unfit 2 x pasal 156 ayat (2), 2 x pasal 156 ayat (3) dan 1 x
pasal 156 ayat (4)

- Pekerja Meninggal Dunia


2 x pasal 156 ayat (2), 1 x pasal 156 ayat (3) dan 1 x
- Pensiun pasal 156 ayat (4)

- Pengusaha menolak melanjutkan hubungan kerja


akibat perubahan status, penggabungan atau
peleburan

- Perusahaan tutup, tidak karena mengalami kerugian.

- Tuduhan karyawan kepada pengusaha melakukan


perbuatan yang bertentangan dengan undang-
undang, tidak membayar upah 3 bulan berturut-turut,
tidak melaksanakan kewajiban, memerintahkan
pekerjaan di luar yang diperjanjiakan, memberikan
pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan
dan kesehatan
KOMPENSASI PHK(2)
ALASAN PHK KOMPENSASI
Karyawan menolak melanjutkan hubungan kerja akibat perubahan status, 1 x pasal 156 ayat (2), (3) & (4)
penggabungan atau peleburan

Perusahaan tutup, karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut.

Perusahaan Pailit

Pekerja melanggar Perjanjian Kerja/ Peraturan Perusahaan/ Perjanjian kerja


Bersama

Penahanan lebih dari 6 (enam) bulan 1 x pasal 156 ayat (3) & (4)

Belum 6 (enam) bulan ditahan dinyatakan bersalah


Mangkir 156 ayat (4) dan uang pisah

Mengundurkan diri

Karyawan telah salah atau keliru menuduh Pengusaha melakukan perbuatan


yang bertentangan dengan undang-undang, tidak membayar upah 3 bulan
berturut-turut, tidak melaksanakan kewajiban, memerintahkan pekerjaan di
luar yang diperjanjiakan, memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,
keselamatan dan kesehatan. (alasan PHK ini tanpa hak uang pisah)
Part Four

PENYELESAIAN PHK
PENYELESAIAN PHK
MEDIASI

Bipartit Tripartit KONSILIASI

ARBITRASI

Pengadilan
Mahkamah
Hubungan
Agung Industrial

Eksekusi oleh Pengadilan Hubungan


Industri
BIPARTIT
 Jangka waktu penyelesaiannya 30 hari
 Pihaknya adalah pengusaha dengan serikat pekerja apabila
pekerjanya anggota atau dengan pekerja langsung
 Membuat notulen bipartit
 Apabila tercapai kesepakatan, dibuat perjanjian bersama (PB)
 Mendaftarkan perjanjian bersama ke PHI
 Apabila PB yang telah didaftarkan ke PHI tidak dilaksanakan, maka
mohon eksekusi ke PHI
 Apabila tidak tercapai kesepakatan, pengusaha dapat menerbitkan
surat skorsing dan melakukan pencatatan / permohonan mediasi
kepada dinas tenaga kerja ditempat pekerja bekerja
BIPARTIT
 Jangka waktu penyelesaian: 30 hari
 Pihaknya adalah pengusaha dengan SP apabila pekerja
adalah anggota SP, atau dengan pekerja langsung
 Membuat notulen bipartit

 Apabila tercapai kesepakatan, dibuat perjanjian bersama (PB)


 Mendaftarkan PB ke PHI
 Apabila PB yang telah didaftarkan ke PHI tidak dilaksanakan,
maka mohon eksekusi ke PHI

 Apabila tidak tercapai kesepakatan, pengusaha dapat


menerbitkan surat skorsing dan melakukan pencatatan /
permohonan mediasi kepada dinas tenaga kerja ditempat
pekerja bekerja
MEDIASI
 Jangka waktu penyelesaian: 30 hari
 Perselisihan yang dapat dilakukan Mediasi
adalah, PHK, Hak, Kepentingan, dan Antar
Serikat dalam Satu Perusahaan
 Pihak: Pengusaha dengan pekerja atau
Mediasi wakilnya dan mediator dari dinas tenaga kerja

 Apabila tercapai kesepakatan, dibuat perjanjian bersama (PB)


 Mendaftarkan PB ke PHI
 Apabila tidak tercapai kesepakatan, mediator menerbitkan anjuran
 Apabila pengusaha dan pekerja menerima anjuran maka, dibuat PB dan setelah
dilaksanakan, didaftarkan ke PHI
 Jika PB yang telah didaftarkan ke PHI tidak dilaksanakan, maka mohon eksekusi ke PHI
 Apabila pengusaha dan pekerja menolak anjuran, maka pengusaha dan pekerja
berhak mengajukan gugatan ke PHI
KONSILIASI
 Perselisihan yang dapat dilakukan
Konsiliasi adalah, PHK, Kepentingan, dan
Antar Serikat dalam Satu Perusahaan
 Jangka waktu penyelesaian: 30 hari
Konsiliator  Pihak: pengusaha dengan pekerja atau
wakilnya dan konsiliator

 Apabila tercapai kesepakatan, dibuat PB


 Mendaftarkan PB ke PHI
 Apabila tidak tercapai kesepakatan, konsiliator menerbitkan anjuran
 Apabila pengusaha dan pekerja menerima anjuran maka, dibuat PB dan
setelah dilaksanakan, didaftarkan ke PHI
 Jika PB yang telah didaftarkan ke PHI tidak dilaksanakan, maka mohon
eksekusi ke PHI
 Apabila pengusaha dan pekerja menolak anjuran, maka pengusaha dan
pekerja berhak mengajukan gugatan ke PHI
PROSES BERACARA DI PENGADILAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Gugatan Penggugat

Jawaban Tergugat Putusan Provisionil Majelis


Hakim Pasal 96 UU 2/2004

Replik Penggugat

Duplik Tergugat Sita Jaminan

Pembuktian Penggugat
+ Tergugat
Penetapan Sita Jaminan tidak
Kesimpulan Penggugat +
dapat diajukan Perlawanan dan
Tergugat atau tidak dapat digunakan
upaya hukum (Pasal 96 UU PH)
Putusan M. Hakim
MAHKAMAH AGUNG(1)
1. Upaya Hukum Biasa / Kasasi

• Alasan Kasasi:
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
b. Salah menerapkan hukum yang berlaku
c. Lalai memenuhi syarat yang diwajibkan oleh peraturan
• Yang dapat dimohonkan Kasasi adalah:
a. Perselisihan Hak
b. Perselisihan PHK
MAHKAMAH AGUNG(2)
1. Upaya Hukum Luar Biasa / PK
• Alasan PK, Apabila:
a. Putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti
yang kemudian oleh hakim dianggap palsu
b. Setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan
c. Telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang
dituntut
d. Mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangan
sebab-sebabnya
e. Antara pihak-pihak yang sama mengenai sesuatu soal yang sama atas dasar
yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah
diberikan putusan yang bertentangan satu sama lain
f. Dalam suatu keputusan terdapat kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata
MAHKAMAH AGUNG(3)
• Tenggang Waktu Pengajuan PK
a. 180 hari sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat
b. 180 hari sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta
tanggal ditemukannya harus dinyatakan dibawah sumpah dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang
c. 180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara, untuk
alasan PK karena adanya Ultra petita, kekhilafan dan adanya
tuntutan yang belum dipertimbangkan sebab-sebabnya
d. 180 hari sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu
memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak yang berperkara, untuk alasan adanya putusan
yang bertentangan untuk perkara yang sama
EKSEKUSI

• Permohonan Kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial


• Aanmaning / Panggilan Pengadilan kepada para pihak untuk
melaksanakan putusan
• Apabila putusan tidak dilaksanakan, permohonan sita
eksekusi
• Penetapan dan Pelaksanaan sita eksekusi
• Eksekusi
PROSES PIDANA BAGI PEKERJA
YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA(1)
• Bukti dan Saksi cukup untuk menduga suatu perbuatan pidana
• Laporan polisi:
a. Melaporkan pelaku pada bagian layanan masyarakat
b. Pemeriksaan terhadap pelapor dan saksi-saksi
c. Penyerahan bukti-bukti surat dan barang bukti
d. Pengajuan saksi ahli
e. Penetapan tersangka
f. Penahanan
g. Pemberkasan
h. Pelimpahan ke kejaksaan
• Proses di Kejaksaan:
a. Menerima berkas dan tersangka dari kepolisian
b. Melanjutkan penahanan
c. Mempersiapkan dakwaan kepengadilan negeri
d. Pelimpahan kepengadilan negeri
PROSES PIDANA BAGI PEKERJA
YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA(2)
• Proses di Pengadilan Negeri
a. Menerima pelimpahan berkas dan tersangka dari kejaksaan
b. Melanjutkan penahanan
c. Membuka persidangan: pembacaan dakwaan, pemeriksaan saksi, surat, tersangka,
tuntutan pidana, pembelaan , replik, duplik, simpulan, dan putusan

• Proses di Pengadilan Tinggi


a. Menerima pelimpahan kewenangan ,berkas ,dan tersangka dari pengadilan negeri
b. Menjatuhkan putusan : menerima atau menolak permohonan banding atau mengadili
sendiri

• Proses di Mahkamah Agung


a. Menerima pelimpahan kewenangan ,berkas ,dan tersangka dari pengadilan tinggi
b. Menjatuhkan putusan : menerima atau menolak permohonan kasasi atau mengadili
sendiri

• Proses Eksekusi oleh Jaksa


Part Five

UPAH PROSES & KESALAHAN


BERAT DALAM
PUTUSAN MK & SEMA
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NO. 012/PUU-I/2003 TENTANG KESALAHAN BERAT
Latar belakang kasus :
Beberapa ketua organisasi serikat buruh di Indonesia mengajukan
permohonan uji materiil terhadap Pasal 158, 159 dan 160 UU
Ketenagakerjaan karena dianggap telah melanggar asas praduga tak
bersalah (presumption of innocent).
Amar putusan :
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian;
2. Menyatakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: Pasal 158;
Pasal 159; Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat “…. bukan atas
pengaduan pengusaha …”; Pasal 170 sepanjang mengenai anak kalimat “.… kecuali Pasal
158 ayat (1), …”; Pasal 171 sepanjang menyangkut anak kalimat “…. Pasal 158 ayat (1)…”;
Pasal 186 sepanjang mengenai anak kalimat “…. Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1)…”;
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Menyatakan Pasal 158; Pasal 159; Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat “….
bukan atas pengaduan pengusaha …”; Pasal 170 sepanjang mengenai anak kalimat “….
kecuali Pasal 158 ayat (1) …”; Pasal 171 sepanjang menyangkut anak kalimat “…. Pasal
158 ayat (1) …”; dan Pasal 186 sepanjang mengenai anak kalimat “…. Pasal 137
dan Pasal 138 ayat (1) …” Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
4. Menolak permohonan para Pemohon untuk selebihnya;
38
PENERAPAN KESALAHAN BERAT SETELAH PUTUSAN MK
PENGUSAHA MEDIATOR PHI
•Menerapkan Pasal 158 seperti sebelum •Menyatakan gugatan tidak dapat diterima
adanya putusan MK, yakni melakukan PHK •Menolak melakukan mediasi tanpa apabila gugatan pemutusan hubungan kerja
sepihak tanpa membayarkan pesangon dan memberikan anjuran apabila belum ada karena kesalahan berat belum memiliki
penghargaan masa kerja. putusan pidana. putusan pidana yang berkekuatan hukum
tetap.
•Hanya melaporkan tindak pidana yang •Melakukan mediasi dan menerbitkan
dilakukan pekerja ke Polisi sedangkan proses anjuran, apabila dalam proses mediasi •Mengabulkan gugatan pemutusan
ketenagakerjaanya di biarkan atau pengusaha menyatakan bersedia hubungan kerja karena kesalahan berat
menunggu putusan pidana. memberikan kompensasi sebesar 1 x apabila kesalahan berat diatur dalam
ketentuan pasal 156 ayat (2), (3) & (4) UU perjanjian kerja atau peraturan perusahaan
•Melaporkan pekerja terlebih dahulu ke Ketenagakerjaan. atau perjanjian kerja bersama dan
polisi dan apabila di lakukan penahanan pengusaha dapat membuktikanya dalam
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat persidangan.
•Melakukan mediasi dan menerbitkan
menjalankan pekerjaan atau belum 6 (enam) anjuran untuk mempekerjakan pekerja
bulan tetapi telah ada putusan bersalah dari pada posisi semula atau melakukan •Dalam hal ini pengadilan akan memberikan
pengadilan pidana maka pengusaha pemutusan hubungan kerja dengan hukuman kepada pengusaha untuk
menerbitkan Surat Keputusan PHK sepihak memberikan kompensasi pesangon sebesar membayarkan kompensasi sebesar 1 x
sesuai Pasal 160 UU Ketenagakerjaan. 2 x ketentuan pasal 156 ayat (2), ketentuan pasal 156 ayat (2), (3) & (4) UU
penghargaan masa kerja sesuai pasal 156 Ketenagakerjaan. Namun sebagian
•Tidak melaporkan kesalahan berat pekerja ayat (3) & (4) UU pengadilan ada yang memutuskan tanpa
ke polisi akan tetapi langsung melakukan memberikan hak pesangon dan
proses PHK sesuai UU No.2 tahun 2004 penghargaan masa kerja.
tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (bipartite, mediasi, PHI) •Mengabulkan gugatan pemutusan
hubungan kerja karena kesalahan berat
•Tidak melaporkan kesalahan berat pekerja meskipun dianggap tidak terbukti. Pada
ke polisi asalkan pekerja bersedia beberapa kasus hakim justru mendasarkan
mengundurkan diri atau diakhiri hubungan alasan pemutusan hubungan kerja karena
kerjanya tanpa pesangon dan penghargaan efisiensi sebagaimana diatur dalam pasal
masa kerja. 164 ayat 3 UU Ketenagakerjaan, dan apabila
pengusaha dinilai telah kehilangan
kepercayaan dan hubungan kerja menjadi
•Membuat pengakhiran hubungan kerja disharmonis maka pengusaha akan dihukum
terlebih dahulu dengan pekerja setelah itu untuk membayarkan pesangon sebesar 2 x
melakukan proses pidana dengan ketentuan pasal 156 ayat (2) UU
melaporkan kesalahan berat pekerja. Ketenagakerjaan 39
Farianto & Darmanto Law Firm
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NO. 37/PUU-I/2011 TENTANG UPAH PROSES
Latar belakang kasus :
Rommel Ginting mengajukan uji materiil terhadap Pasal 166 ayat
(2) UU Ketenagakerjaan karena upah proses dihentikan sejak
putusan pengadilan hubungan industrial.

Amar putusan :
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon;

2. Frasa ”belum ditetapkan” dalam Pasal 155 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) adalah bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak
dimaknai belum berkekuatan hukum tetap;

3. Frasa ”belum ditetapkan” dalam Pasal 155 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai belum berkekuatan hukum tetap;

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia


sebagaimana mestinya; Farianto & Darmanto Law Firm 40
PENERAPAN UPAH PROSES

 Upah proses diartikan komponennya adalah gaji pokok


 Upah proses diartikan komponennya adalah gaji pokok
dan tunjangan tetap beserta hak-hak lainnya
 Upah proses diartikan secara sempit sebagai upah
skorsing
 Upah proses dibayarkan untuk maksimal 6 (enam) bulan
 Upah proses dibayarkan hanya sampai Putusan PHI atau
tercapainya Perjanjian Bersama
 Upah proses dibayarkan sampai dengan putusan
berkekuatan hukum tetap

41
SEMA No. 3/2015
Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah
Agung Tahun 2015Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan

UPAH PROSES KESALAHAN BERAT


Perdata Khusus, Butir 2 huruf f Perdata Khusus, Butir 2 huruf e
“Pasca putusan MK No 37/PUU- “Dalam hal terjadi PHK terhadap
IX/2011, tertanggal 19 September pekerja karena alasan melakukan
2011 terkait dengan upah proses kesalahan berat ex Pasal 158 UU No
maka isi amar putusan adalah 13 Tahun 2003 Tentang
MENGHUKUM PENGUSAHA Ketenagakerjaan (Pasca Putusan MK
MEMBAYAR UPAH PROSES SELAMA 6 No. 012/PUU-I/2003, tanggal 28
BULAN. Kelebihan waktu dalam Oktober 2004), maka PHK dapat
proses PHI sebagaimana dimaksud dilakukan tanpa harus menunggu
dalam UU No 2 Tahun 2004 tentang putusan pidana berkekuatan hukum
Penyelesaian Perselisihan Hubungan tetap (BHT)”
Industrial bukan lagi menjadi
tanggungjawab para pihak.”
SARAN PENERAPAN KESALAHAN BERAT
 Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama tetap mengatur “kesalahan berat”
dengan mengganti istilah menjadi:
- Pelanggaran dengan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja
- Pelanggaran lainya, dll
 Mengubah istilah pidana dalam kesalahan berat menjadi istilah ketenagakerjaan, misalnya:
Mencuri diganti dengan mengeluarkan, memindahkan atau membawa barang milik
perusahaan tanpa melalui prosedur dan ijin atasan, untuk dikuasai atau dimiliki baik sendiri
maupun bersama-sama.
 Melakukan proses perundingan bipartit, mediasi dan PHI.
 Kompensasi dapat diatur dalam PP atau PKB, tanpa Kompensasi atau Nol tetapi dalam
penerapanya Kompensasi pelanggaran ini, dalam putusan PHI pada umumnya adalah 1 x
pasal 156 ayat (2) (3) & (4) UU No.13 tahun 2003, karena PHI merujuk pada pasal 161 atau
di anggap sebagai pelanggaran PP atau PKB.
 Proses pidana sudah dapat dilakukan bersamaan dengan proses PHK, sehingga apabila
pekerja secara nyata melakukan tindak pidana, secara bersamaan proses hukum dapat
dijalankan.
 Identifikasi permasalahan yang diduga sebagai tindak pidana harus dilakukan dengan
cermat, supaya proses hukum pidana dapat berjalan dengan baik. 43
SARAN PENERAPAN UPAH PROSES
 Upah proses diartikan komponennya adalah gaji pokok dan tunjangan
tetap beserta hak-hak lainnya
 Upah proses wajib dibayarkan apabila Perusahaan melakukan skorsing
kepada karyawan
 Upah proses tidak diberikan kepada karyawan yang mangkir, menjalani
penahanan dan sakit berkepanjangan
 Upah proses hanya dibayarkan sampai PHI menyatakan putus hubungan
kerja
 Upah proses harus selalu dibuktikan pembayarannya pada tingkat mediasi
maupun persidangan di PHI supaya Pengadilan tidak menghukum
pengusaha membayar upah proses
 Memberitahukan penghentian pembayaran upah proses kepada karyawan
setelah putusan PHI dengan mendasarkan pada amar putusan Pengadilan
dan menyatakan siap untuk membayar upah proses sampai dengan
putusan berkekuatan hukum tetap apabila putusan yang lebih tinggi
memerintahkan

44

Anda mungkin juga menyukai