Buletin Teknik Pertanian Vol. 14, No. 2, 2009: 80-82 Pramuji dan M. Bastaman: Teknik analisis mineral tanah untuk menduga cadangan sumber hara
nya, ditambahkan 50 ml air lalu dipanaskan menggunakan menyajikan beberapa jenis mineral primer yang banyak
penangas (hot plate) di ruang asam. Pemanasan dilakukan dijumpai di Indonesia.
sampai tidak muncul buih hasil oksidasi bahan organik. Bila
Hasil analisis menunjukkan bahwa profil BK 131
perlu dapat ditambahkan air lagi.
mengandung mineral seperti gelas volkan; plagioklas yang
Setelah proses pemanasan selesai dan larutan sudah terdiri atas andesin, labradorit, bitownit; K-felspar yang
dingin, ditambahkan air hingga mencapai volume 0,75 liter, terdiri atas ortoklas, sanidin; amfibol yang terdiri atas
lalu diaduk dan didiamkan satu malam. Selanjutnya, larutan hornblende hijau dan coklat; dan piroksin yang terdiri atas
bening dalam gelas piala dibuang, lalu ditambahkan 20 ml HCl mineral augit. Berdasarkan Tabel 2, mineral-mineral tersebut
10% dan dipanaskan di atas penangas di ruang asam hingga tergolong mineral mudah lapuk. Jumlah mineral mudah lapuk
tidak timbul buih. Setelah dingin ditambahkan air hingga pada profil ini berkisar antara 50-61%. Dengan demikian,
mencapai volume 1 liter dan diaduk, lalu dibilas dengan air profil BK 131 dapat dikatakan mempunyai kandungan
tiga kali. Dengan proses ini diharapkan butir-butir mineral sumber hara tanah yang tinggi, karena bila mineral mudah
pasir telah bersih dari balutan bahan organik maupun lapuk ini melapuk akan melepaskan hara makro ke dalam tanah
karbonat. seperti Ca, Mg, Na, dan K.
Tahap kedua adalah memisahkan fraksi pasir dengan Profil KK 157 dan HK 23 sudah tidak mempunyai
ayakan 2-0,05 mm. Pasir yang diperoleh lalu dikeringkan kandungan mineral mudah lapuk. Profil KK 157 tanahnya
dengan oven pada suhu 30°C. Pengamatan jenis dan jumlah didominasi oleh mineral tahan lapuk opak, sedang profil HK
mineral fraksi pasir dilakukan dengan mikroskop polarisasi. 23 tanahnya didominasi oleh mineral tahan lapuk kuarsa.
Kedua jenis mineral tersebut (opak dan kuarsa) tidak
Contoh pasir ditebarkan di atas lempeng kaca berukuran
memberikan kontribusi sebagai sumber hara tanah.
2,50 cm x 5 cm, lalu diberi cairan nitrobenzol dan diaduk secara
merata sampai tidak ada lagi butir pasir yang mengambang. Dominasi mineral tahan lapuk opak pada penampang
Lempeng preparat kemudian ditempatkan di bawah mikros- tanah KK 157 yang mencapai > 89% dan mineral tahan lapuk
kop, lalu jenis dan jumlah mineral diamati. Pengamatan kuarsa pada penampang tanah HK 23 juga menunjukkan
dilakukan dengan mengikuti metode line counting, artinya bahwa kedua jenis tanah tersebut sudah mengalami pe-
hanya jenis mineral yang terletak pada garis horizontal pada lapukan sangat lanjut. Mineral mudah lapuk yang merupakan
bidang pandang mikroskop yang dihitung. Penghitungan cadangan sumber hara dalam tanah telah habis.
dilakukan hingga mencapai 100 butir.
KESIMPULAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Contoh tanah BK 131 mempunyai cadangan sumber hara
Mineral primer yang banyak dijumpai di Indonesia adalah berupa kandungan mineral mudah lapuk yang tinggi (> 50%),
kuarsa, opak, piroksin, amfibol, dan plagioklas. Tabel 1 yaitu gelas volkan; plagioklas yang terdiri atas andesin,
Tabel 2. Komposisi mineral pasir (%) dari profil tanah BK 131, KK157, dan HK 23, Laboratorium Balai Penelitian Tanah, 2006
Profil tanah
Mineral pasir BK131 KK157 HK23
I II III IV V I II III IV V VI I II III IV V
Opak 10 14 10 17 9 89 97 91 95 91 94 sp sp sp sp sp
Kuarsa keruh 10 10 21 17 18 1 sp 1 sp 2 1 82 78 75 75 76
Kuarsa bening 4 2 6 4 6 sp sp sp sp sp sp 6 7 9 10 8
Konkresi besi sp 1 sp sp - 1 sp sp sp 2 sp sp - sp sp sp
Lapukan mineral 4 5 6 5 7 8 3 8 5 5 5 1 sp sp 1 1
Fragmen batuan 13 7 7 4 3 - sp sp sp sp sp 11 15 16 14 15
Gelas vulkan 3 1 sp sp sp sp - - - - -
Andesin 3 3 5 4 4 sp sp - - - - - - sp - -
Labradorit 26 17 17 13 18 1 sp - sp - - - - - sp -
Bitownit 1 1 1 sp 1 sp - - - - -
Ortoklas sp 1 sp sp 1 sp - - - sp
Sanidin 3 1 1 1 1 sp sp sp sp sp sp sp - sp - sp
Hornblende hijau 6 8 5 11 11 sp sp sp - - sp - sp sp - -
Hornblende coklat sp 1 sp 2 1 - sp sp - - -
Augit 17 28 21 22 20 sp sp sp - - - sp - - - -
Jumlah mineral mudah lapuk 59 61 50 53 57 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
sp = sporadis, meneral ada tetapi kurang memenuhi untuk mencapai 1% tripel (3 kali ulangan)
labradorit, bitownit; K-felspar yang terdiri atas ortoklas, Prasetyo, B.H., J.S. Adiningsih, K. Subagyono, dan R.D.M.
sanidin; amfibol yang terdiri atas mineral hornblende hijau Simanungkalit. 2004. Mineralogi, kimia, fisika, dan biologi lahan
sawah. hlm. 29-82. Dalam F. Agus (Ed.). Tanah Sawah dan
dan coklat; dan piroksin yang terdiri atas mineral augit.
Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan
Contoh tanah KK 157 dan HK 23 tergolong miskin Agroklimat, Bogor.
sumber hara, karena sudah tidak mempunyai kandungan Shaw, B.H., A.G. Morris, and M.L. Jackson. 1973. Amphibole and
mineral mudah lapuk. Tanahnya didominasi oleh mineral pyroxene in soil. p. 121-128. In Jackson (Ed.). Soil Mineral
tahan lapuk opak (KK 157) dan kuarsa (HK 23). Weathering. University of Wisconsin, Madison, WI.
Tafakresnanto, C. dan B.H. Prasetyo. 2001. Peranan data mineral
tanah dalam menunjang interpretasi sumber daya tanah. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Tanah dan Air 2(1): 47-56.
van Reeuwijk, L.P. 1987. Procedures for Soil Analysis. Second
Moorhouse, W.W. 1959. The Study of Rock in Thin Section. Edition. International Soil Reference and Information Centre,
Harper & Row Publishers, New York and Evanston. 514 pp. Wageningen.