Dia mengatakan, sebenarnya negara lain tidak asing dengan uji kemahiran bahasa bagi
pekerja. Misalnya, ada toefl jika ingin bekerja di negara barat. Bahkan, pekerja medis
dari Indonesia sulit masuk ke Jepang karena Negeri Sakura itu menguji kemampuan
bahasa Jepang dengan passing grade yang tinggi. (HSK bagi yg ingin bekerja di RRT)
Ya memang di kita belum menjadi kewajiban. Namun, kita sedang pelan-pelan
menyosialisasikan pentingnya uji kemahiran ini. Kita yang akan menggerakkan dan
akan berkoordinasi dengan Kemenaker, jelasnya.
Selain itu, dia menggugah pemerintah untuk mengusulkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar di Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dia sangat menyesali jika
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara tidak mengajukan usulan tersebut.
Sebab, pada masyarakat ekonomi Eropa saja dimana ada 27 negara eropa yang
bersatu ada 23 bahasa pengantar.
Artinya, hampir setiap negara mengusulkan bahasanya sendiri. Misalnya Latvia sebagai
negara kecil bekas jajahan Soviet mampu menawarkan bahasanya ke negara Eropa
lain.
Mahsun menjelaskan, meski belum menjadi kewajiban namun pihaknya saat ini ingin
menumbuhkan partisipasi semua pekerja asing untuk dites UKBI. Tesnya sendiri bukan
untuk menetapkan kelulusan namun lebih kepada memberi gambaran bahwa UKBI
bukan sesuatu yang mengerikan.
Nanti setelah seluruh masyarakat dan TKA tidak menganggap uji kemahiran ini bukan
sesuatu yang menakutkan maka peraturannya akan diperbaiki kembali dan kategorinya
akan dimantapkan juga. Dengan Kemenaker kami sudah ujicoba di kawasan industri
yang banyak pekerja asingnya. Kita belum jadikan patokan mutlak, namun ingin
menjaring kemauan mereka dulu bahwa ini bukan tes yang menghambat masuk kerja,
tandasnya.--- untuk melindungi TK local juga???
http://www.aktual.com/soal-tka-tanpa-bahasa-indonesia-ketua-dpr-pemerintahtabrak-uu/
membatasi serbuan tenaga kerja asing dan memberikan kesempatan seluasluasnya dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi rakyat Indonesia.
"Dengan begitu, konsep Trisakti Bung Karno yang selama ini digadanggadang oleh Presiden Jokowi bisa terwujud di era pemerintahannya saat ini,"
kata Roberth.
Seperti diketahui, pemerintah telah menghapus persyaratan wajib berbahasa
Indonesia bagi para tenaga kerja asing. Ketentuan itu tertuang dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 16 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penggunaan TKA yang menggantikan Permenakertrans
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan TKA. Dengan adanya
peraturan baru tersebut, tenaga kerja asing kini dapat bekerja di Indonesia
tanpa harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/08/23/nthgxl349penghapusan-syarat-wajib-berbahasa-indonesia-rendahkan-bangsa-sendiri
periode antara September dan Oktober. Kedua, polemik yang timbul dari
hilangnya, bertambahnya, dan berubahnya beberapa pasal dalam
Permenaker 16/2015 yaitu sebagai berikut :
1.
Bagi
PMDN
Untuk
Memperkerjakan
TKA
Sebagai
2.
Pembuatan film yang bersifat komersial dan telah mendapat izin dari
instansi yang berwenang;
3.
Memberikan ceramah;
4.
5.
6.
7.
8.
Pembuatan film yang bersifat komersial dan telah mendapat izin dari
instansi yang berwenang;
2.
3.
mata uang Rupiah wajib digunakan dalam tiap transaksi yang memiliki
tujuan pembayaran dan penyelesaian kewajiban yang harus dipenuhi
dengan uang. Pengecualian atas kewajiban menggunakan Rupiah hanya
berlaku atas:
1.
2.
3.
4.
5.
Asing (TKA). Permenakertrans ini menggantikan beleid serupa yang terbit 2008 silam.
Menurut Diar Riga Pasaribu, Kabag Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Ditjen Binapenta
Kemenakertrans, salah satu aturan baru yang berbeda dari Permenakertrans No. 2 Tahun
2008 adalah pemberi kerja bagi TKA. Beleid terbaru, kata Diar, perusahaan pemberi kerja harus
berbadan hukum. Kalaupun ada pengecualian buat badan usaha bukan badan hukum, harus
dinyatakan
dalam
undang-undang.
Dalam peraturan lama, persekutuan komanditer (CV), misalnya, diperkenankan menggunakan
TKA. Dalam beleid baru, kata Diar, tidak diperkenankan lagi sepanjang tak disebut dalam
undang-undang. Kalau dulu CV boleh pekerjakan TKA. Tepi sekarang harus berbadan hukum,
ujarnya
saat
ditemui
di
gedung
Kemenakertrans,
Kamis
(06/2)
kemarin.
Ia menunjuk larangan itu dalam Pasal 4 Permenakertrans No. 12 Tahun 2013. Rumusannya
begini: Pemberi kerja TKA yang berbentuk persekutuan perdata, firma (Fa), persekutuan
komanditer (CV), dan usaha dagang (UD) dilarang mempekerjakan TKA kecuali diatur dalam
undang-undang. Rumusan ini berarti CV, UD, atau Firma hanya boleh menggunakan TKA jika
diatur
dalam
undang-undang.
Diar berharap Permenakertrans baru bisa menutupi kekurangan beleid sebelumnya. Apalagi
dalam rentang waktu 2008-2013 banyak perubahan terjadi di masyarakat, yang memungkinkan
penggunaan TKA semakin banyak. Berlakunya kerangka perdagangan bebas seperti Masyarakat
Ekonomi ASEAN diyakini semakin meningkatkan kebutuhan atas pekerja asing.
Kompetensi
Ketentuan lain yang diperbarui adalah izin Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
untuk pekerjaan sementara. Beleid lama tak membuat rincian yang jelas. Kini, Pasal 8
Permenakertrans menyebut empat jenis pekerjaan yang bersifat sementara yaitu pemasangan
mesin, elektrikal, layanan purnajual, dan produk dalam masa penjajakan usaha. Meski lebih
rinci, tidak ada perubahan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) untuk pekerjaan
sementara.
Perubahan penting lainnya adalah mengenai kompetensi. Dalam beleid lama, hanya pekerjaan
yang mensyaratkan kompetensi TKI yang dipekerjaan harus kompeten. Dalam beleid baru, TKA
harus menunjukkan sertifikat kompetensinya. Sesuai pasal 26 Permenakertrans, ini menjadi
syarat untuk mempekerjakan TKA. Diar mengakui syarat ini dicantumkan untuk menindaklanjuti
hasil monitoring KPK terhadap lembaga negara termasuk Kemenakertrans. Ini juga sejalan
dengan spirit UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mendorong kompetensi
kerja. Kompetensi itu antara lain dibuktikan lewat sertifikat kompetensi. Menurut Diar, kalau
sertifikat kompetensi tak ada, maka TKA harus sudah punya pengalaman di bidang tersebut
minimal
lima
tahun
sebelum
menduduki
jabatan
tertentu.
Pemberi kerja juga harus mencermati pasal 32 Permenakertrans TKA yang mengatur tentang
besaran kompensasi penggunaan TKA. Menurut Diar besaran kompensasi senilai 100 dolar AS
berlaku untuk satu jabatan dan per bulan untuk setiap TKA. Dengan begitu maka TKA yang
memegang dua jabatan di perusahaan berbeda sebagaimana diatur dalam pasal 33 ayat (3)
Permenakertrans maka yang harus dibayar yaitu dua kali besaran kompensasi. Misalnya, seorang
TKA menjabat sebagai direksi di perusahaan A dan sebagai komisaris di perusahaan B. Dengan
kondisi itu maka kompensasi yang dibayar untuk seorang TKA 200 dolar AS setiap bulan.
Namun, yang tak kalah penting adalah pengawasan TKA. Kepala Bidang Pengawasan
Disnakertrans DKI Jakarta, Mujiyono, mengatakan selama ini pemantauan dilakukan terhadap
perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan TKA. Namun, ia menjelaskan rata-rata perusahaan
yang mempekerjakan TKA sudah memenuhi aturan sehingga tergolong minim pelanggaran. Saat
pengawas melakukan pemeriksaan ke perusahaan, yang dilakukan adalah pemeriksaan secara
umum terkait ketenagakerjaan, termasuk penggunaan TKA. Kalau di perusahaan ditemukan
TKA
ya
kami
periksa,
katanya.
Kemenakertrans mencatat tahun 2013 jumlah IMTA yang diterbitkan sebanyak 68.957.
Sedangkan TKA yang bekerja di Indonesia paling banyak berasal dari China, Jepang, Korea
Selatan, India dan Malaysia.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f4b985f1512/inilah-aturan-barupenggunaan-tenaga-kerja-asing
bila dilihat saat ini banyak perusahaan yang meminta calon pekerja
untuk bisa secara fasih berbahasa Inggris. Menjadi keberuntungan bagi
para pekerja asing yang bahasa ibunya yaitu bahasa inggris, karena sulit
nampaknya walaupun warga asli Indonesia telah cukup fasih dalam
menggunakan bahasa inggris untuk dapat mengalahkan mereka yang
memang native speaker. Dengan begitu, akan terjadi gempuran tenagatenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia. Padahal masih cukup
banyak masyarakat Indonesia yang menjadi pengangguran. Selain itu,
mungkin berdampak langsung bagi para Guru Bahasa Indonesia bagi
orang asing dengan tidak diberlakukannya lagi persyaratan wajib
berbahasa Indonesia, para pekerja asing mungkin akan enggan untuk
mengambil les bahasa Indonesia. Dengan kata lain apabila kebijakan ini
diimplementasikan dapat mengurangi lapangan pekerjaan.
Selanjutnya ditinjau dari pendapat yang cenderung mendukung, dengan
dibebaskannya syarat berbahasa Indonesia tersebut diharapkan dapat
menarik minat pekerja asing ke Indonesia sebagai tempat untuk
berinvestasi dengan kata lain menarik investor asing dengan jalan
memberikan kemudahan bagi mereka. Bila hal ini dapat berjalan positif,
kemungkinan keinginan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia
dapat terwujud. Selain itu pendapat mendukung mungkin akan menilai
nantinya para pekerja asing ini juga akan tetap berusaha belajar bahasa
Indonesia untuk bertahan hidup di Indonesia. Hal ini dikarenakan di
beberapa ruang publik tertentu masih tetap menjunjung tinggi
penggunaan bahasa Indonesia.Jadi identitas penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional tetap terjaga.
Saya cukup netral akan kebijakan ini namun dengan beberapa kondis.
Pertama apabila pemerintah ingin menerapkan kebijakan tersebut
sebaiknya diadakan suatu analisis yang cukup terkait dengan
dalam Permenaker tentang tata cara penggunaan pekerja asing juga mendapat penambahan
pasal baru.
Bunyinya: "Pemberi kerja TKA yang berbentuk penanaman modal dalam negeri dilarang
mempekerjakan tenaga kerja asing dengan jabatan komisaris." Di aturan sebelumnya, tidak ada
ketentuan ini.
Artinya perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh pemegang saham lokal, tidak dapat
memberikan jabatan komisaris kepada warga asing.
Sebenarnya selama ini pun, jarang ada perusahaan lokal yang menempatkan tenaga kerja
asing di posisi komisaris, biasanya malah ada di jajaran direksi perusahaan.
Selain dua poin di atas, ada ketentuan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian berkenaan
dengan tenaga kerja asing. Yaitu, kewajiban pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan
(DKP) tenaga kerja asing sebesar 100 per dollar AS jabatan setiap bulan dalam bentuk mata
uang rupiah.
Kementerian Ketenagakerjaan kini lebih memilih mencabut ketetapan ini. Dengan demikian,
maka perusahaan yang membayarkan DKP tenaga kerja asing tidak perlu lagi mengonversi ke
mata uang rupiah karena bisa dalam dollar AS.
Alasan perubahan merujuk peraturan Bank Indonesia (BI) Izin Menggunakan Tenaga Kerja
Asing (IMTA) yang memasukkan DKP ke dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Akibatnya, perusahaan tidak diharuskan menggunakan mata uang rupiah.
Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Muhammad Rusdi kecewa
dengan peraturan Menaker ini.
"Kami kecewa, tiba-tiba pemerintah merevisi Permenaker 16/2015. Ini menunjukkan
ketidakmatangan pemerintah," ujar Rusdi.
Dalam revisi Permenaker Nomor 16 tahun 2015 itu, pemerintah juga telah menghapus aturan
kewajiban bagi TKA untuk dapat berbahasa Indonesia. Sehingga, tenaga kerja asing kini lebih
leluasa untuk berkarir di Indonesia.
Rusdi khawatir, dengan dicabutnya ketentuan yang membatasi tenaga asing tersebut, banyak
TKA yang tidak memiliki keahlian masuk dan bekerja di dalam negeri. Apalagi tahun depan,
Indonesia masuk dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN. Artinya, kian bebas orang
asing masuk Indonesia. (Handoyo)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/28/073800426/Atur
an.untuk.Tenaga.Kerja.Asing.Makin.Longgar
Dalam Permenaker baru itu tidak ada aturan yang mewajibkan tenaga kerja asing
(TKA) memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
"Arahan Presiden itu sudah ditindaklanjuti dengan Permenaker Nomor 16 yang
disahkan oleh Menkumham 29 Juni kemarin. Dalam regulasi itu TKA tidak lagi
dikenakan syarat berbahasa Indonesia," katanya melalui pesan singkat, Minggu
(23/8/2015).
Menurut Hanif, seluruh pihak tidak perlu khawatir penghapusan syarat tersebut akan
mengancam pekerja dalam negeri. "Jangan khawatir," ujarnya.
Dia mengungkapkan masih banyak syarat wajib dalam Permenaker 16/2015 yang
menjadi instrumen perlindungan pekerja dalam negeri.
Dalam Pasal 38 Permenaker 16/2015 disebutkan setiap pemberi kerja bagi tenaga
kerja asing (TKA) wajib memiliki Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).
Sementara untuk mendapatkan IMTA, pemberi kerja wajib mengajukan permohonan
secara online dengan mengunggah bukti pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan
TKA (DKP-TKA), keputusan pengesahan Rencana Penggunaan TKA (RPTKA), paspor
pekerja asing, foto, surat penunjukan TKI pendamping.
Selain itu, TKI diwajibkan memiliki pendidikan sesuai dengan syarat jabatan yang akan
diduduki oleh pekerja asing, memiliki sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja
sesuai jabatan minimal lima tahun, draft perjanjian kerja atau perjanjian melakukan
pekerjaan, bukti polis asuransi di perusahaan asuransi berbadan hukum Indonesia dan
rekomendasi dari instansi yang berwenang apabila diperlukan untuk TKA yang akan
dipekerjakan oleh pemberi kerja TKA.
Hanif mengakui, pemerintah dalam hal ini hanya ingin mempermudah pelayanan bagi
TKA dengan posedur yang sederhana dan cepat.
Hanif menjelaskan permintaan Presiden itu sebetulnya hanya ingin memberi contoh
tentang deregulasi yang diperlukan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Di
antaranya soal tenaga kerja asing yang terkena syarat bahasa Indonesia itu.
Dia mengatakan, pelayanan terkait tenaga kerja asing tidak manual lagi
melainkansecara online. Menurut dia, sistem pelayanan TKA sudah diperbaiki dan
memudahkan pelayanan. Hanif mengingatkan seluruh stakeholder untuk benar-benar
mematuhi regulasi yang ada.
"Jangan sampai ada TKA yang bekerja tanpa izin lagi. Kalau sudah dimudahkan tapi
ada yang masih melanggar itu kebangetan namanya," ungkapnya.
Informasi tentang penghapusan syarat memiliki kemampuan berbahasa Indonesia bagi
pekerja asing kali pertama terungkap dari pernyataan Sekretaris Kabinet (Seskab)
Pramono Anung pada Jumat 21 Agustus 2015.
Kebijakan yang diduga baru rencana itu telah mengundang kritik dari berbagai pihak.
Pasalnya, kebijakan itu dianggap dapat mengancam kesempatan kerja bagi tenaga
kerja lokal.
http://nasional.sindonews.com/read/1036111/15/ternyata-aturan-pekerja-asingwajib-bahasa-indonesia-sudah-dicabut-1440319282
Pekerja Asing Wajib Berbahasa Indonesia
Pro :
Menurut Mustakim ketentuan itu sesuai dengan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009.
Undang-undang ini mewajibkan orang asing yang akan bekerja di Indonesia atau yang akan
mengikuti studi di Indonesia atau yang akan menjadi warga negara Indonesia itu harus
mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia
Jika pekerja asing tidak menggunakan bahasa Indonesia akan terjadi salah pengertian dengan
yang dimaksud dan akan menimbulkan konflik.
("Bayangkan, seorang atasan memberikan sebuah perintah kepada bawahannya. Karena
bawahan tidak mengerti bahasa, bawahan tak menjalankan perintah yang sesuai dengan
keinginan atasan sehingga terjadilah konflik,")
Hal ini tidak adil untuk masyarakat Indonesia karena sebelum Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
diberangkatkan ke Negera tujuan, mereka terlebih dahulu dibekali dengan Bahasa Negara
setempat.
(Seperti, TKI yang dikirim ke Timur Tengah dibekali dulu dengan Bahasa Arab. Jika TKI
tersebut dikirim ke Taiwan, di bekali dulu dengan Bahasa China.)
kebijakan Kementerian Ketenagakerjaan yang sedang merevisi Permenakertrans No 12/2013
tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
(Mulai awal tahun ini, para Tenaga Kerja Asing (TKA) yang hendak bekerja di Indonesia harus
belajar dan mahir berbahasa Indonesia. Tes kemampuan bahasa Indonesia atau TOIFL (Test of
Indonesian as Foreign Language) . segera diberlakukan dan menjadi salah satu syarat yang
wajib dipenuhi para TKA.)
Kontra :
Jangan sampai karena adanya paksaan untuk berbahasa Indonesia, membuat TKA enggan
datang ke Indonesia untuk menginvestasikan modalnya. Juga jika aturan ini tidak hati-hati
diterapkan, bisa saja ekspatriat yang sudah lama bekerja di Indonesia, segera meninggalkan
negeri ini, karena khawatir tidak bisa memenuhi kewajibannya untuk bisa berbahasa Indonesia.
Kalau ini sampai terjadi, tentunya akan berpengaruh secara luas terhadap perusahaan tempat
ekspatriat itu bekerja.
meskipun banyak ekspatriat yang bekerja di sini dan tidak bisa berbahasa Indonesia, namun
mereka tetap bisa berkomunikasi dengan buruh. Caranya melalui penerjemah di masingmasing perusahaan.---peluang bagi orang Indonesia untuk jadi penerjemah mereka
Tenaga Kerja asing yang bekerja di Indonesia tanpa harus menguasai Bahasa Indonesia.
Anehnya, perusahana dimana Ekspatriat itu bekerja memiliki karyawan yang dapat berbahasa
Asing. Sehingga, memudahkan Tenaga Asing itu bekerja di Indonesia.
Karena bahasa Indonesia bukan bahasa internasional. Maka banyak warga asing yang tidak
mengetahui adanya bahasa Indonesia.
( masyarakat Jepang yang terlalu menjunjung bahasanya sendiri bahkan di sekolah-sekolah
Negara Jepang pun tidak ada pelajaran bahasa asing/internasional seperti bahasa inggris)
1.
Latar belakang
Dalam era globalisasi, ekspatriat atau tenaga pekerja asing (TKA) yang masuk ke indonesia
tidak dapat dibendung kehadirannya, terlebih dengan diterapkannya Asean China Free Trade
Agreement (ACFTA). Setiap tahun, ada ribuan TKA di Indonesia yang bekerja di berbagai
sektor. Pekerja asing yang bekerja di Indonesia sebagian besar sektor manufaktur dan
pertambangan. TKA terbanyak berasal dari Cina, Jepang, Malaysia, Thailand dan Korea
Selatan.
2.
Rumusan masalah
v Untuk mengetahui daripada Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing?
v Untuk mengetahui daripada implementasi UU RI No. 24 Tahun 2009?
v Untuk mengetahui daripada Kesiapan Tenaga Kerja Asing dalam menghadapi Undangundang?
3.
Tujuan
Para TKA ketika bekerja ke Negara Indonesia harus bisa berkomunikasi dengan memakai
Bahasa Indonesia, sama halnya dengan TKI yang akan bekerja ke Negara lain seperti
Singapura wajib mampu berbahasa Inggris.
4.
Manfaat penulisan
Penulis tertarik dengan pasal 33 yang isinya adalah sebagai berikiut:
Bahasa indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah
dan swasta.
Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud atau
diikut sertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia.
5.
Penelitian terdahulu
UU RI. Nomor 24 tahun 2009, menurut orang asing yang bekerja di Indonesia baik di
perusahaan Indonesia maupun di perusahaan asing harus mampu berbahasa Indonesia. Untuk
mendukung hal tersebut diperlukan fasilitas dan konsesi bahasa Indonesia bagi ekspatriat.
6.
Teori
Umumnya, para TKA mendapat jabatan dan fasilitas lebih baik daripada tenaga kerja Indonesia.
Hal ini menimbulkan hubungan yang tidak harmonis di antara pekerja, seperti yang terjadi di
bebererapa daerah di tanah air.pemberlakuan perdangan bebas harus disikapi dengan cermat
oleh semua pihak, termasuk bidang ketenagakerjaan.tenaga kerja di Indonesia akan
dihadapkan pada persaingan dan kompetisi secara terbuka.
7.
Metodologi
Di mana cara untuk menjadi TKA harus wajib mampu berbahasa Indonesia begitupun untuk
menjadi TKI wajib mampu menguasai bahasa inggris supaya mudah dipahami oleh masyarakat
pada umumnya.
Kesiapan Tenaga Kerja Asing pada menhadapu Undang-undang
Pemerintah Indonesia telah mengatur syarat untuk dapat menggunakan tenaga kerja warga
negara asing dengan beberapa peraturan dan undang-undang.
Pertama,keputusan presiden No. 75 Tahun 1995 tentang pengunaan Tenaga Kerja Warga
Negara Asing pendatang. Kepres No. 75/1995 tersebut hanya mengatur tentang TKA harus
mendapat izin dari pemerintah sebelum bekerja di Indonesia, kewajiban administrasi yang
harus dilakukan dan kerelaan TKA untuk mendidik tenaga kerja Indonesia sebagai
penggantinya. Kepres tersebut tidak mengatur standar kompetensi yang harus dimiliki TKA
atau tes yang harus diikuti sebelum bekerja di Indonesia.
Kedua, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Tradisional Republik Indonesia Nomor: Kep20/men/III/2004 tentang tata cara memperoleh izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dan
mengatur persyaratan yang harus dimiliki adalah dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Walaupun pada kenyataanya, implementasi dari syarat tersebut hampir tidak pernah
dilaksanakan.
Ketiga,Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing oleh Bank diatur dalam peraturan Bank Indonesia
(BPI) No. 9/8/PBI/2007. Surat edaran tersebut mensyaratkan pejabat eksekutif dan penasehat
atau konsultan asing harus mampu berbahasa Indonesia (BI). Memberi waktu paling lambat
satu tahun untuk melengkapi syarat tersebut setelah para Bankir asing tersebut menduduki
jabatannya.
Keempat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa
dan Lambang Negara serta lagu Kebangsaan. Dalam pasal 33 menurut para pekerja di
Indonesia wajib mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
Fasilitas yang harus ada agar undang-undang tersebut terlaksana seperti:
Pengajar BIPA
Alat evaluasi