Anda di halaman 1dari 2

Perempuan materialistis atau realistis?

Siapa diantara kalian yang sering di cap cewek matre? Semoga ga ada ya.. Hihihi..
Kalo memang ada, seneng ga sih kalian dianggap matre? Atau lebih suka dibilang
realistis?
Dalam tulisan ini saya mau coba tuangkan pendapat saya tentang pandangan
orang terhadap kedua kata tersebut, yaitu materialistis dan realistis.
Materialistis emang sering banget dikaitkan dengan perempuan terutama dalam hal
pilih pasangan.
Perempuan biasanya mencari pasangan yang mapan, dan ga bohong saya pun mau
punya pasangan mapan. Tapi ukuran kemapanan tiap-tiap orang beda. Mungkin ada
yang bilang laki-laki itu mapan kalo gajinya sudah 10 juta, tapi ada juga yang bilang
laki-laki mapan itu harus punya rumah dimana-mana. Yes, beda-beda, semua
tergantung opini. Then gimana kita tau kalo opini kita materialistis atau realistis?
Pertama, kita harus tau dulu perbedaan antara materialistis dan realistis. Dilihat
dari artinya, materialistis adalah sebuah sikap yang berorientasi pada harta dan
kekayaan semata. Sedangkan realistis adalah cara berpikir yang penuh perhitungan
dan sesuai dengan kemampuan, sehingga gagasan yang akan diajukan bukan
hanya angan-angan atau mimpi belaka tetapi adalah sebuah kenyataan. Secara
KBBI realistis artinya bersifat nyata (real); bersifat wajar. Jadi kedua hal ini jelas
beda.
Kemudian kita cari tau arti kemapanan itu sendiri. Mapan itu artinya mantap, tidak
goyah, dalam keadaan stabil. Laki-laki yang mapan, otomatis sudah bisa menopang
hidupnya sendiri secara stabil. Kalo menurut kalian laki-laki mapan adalah orang
kaya raya, maybe you are materialistis. Kemapanan seorang laki-laki ga cuma bisa
kita nilai dari materinya aja kok.
Nah sekarang saya mau kasih gambaran mana yang disebut perempuan
materialistis, bukan realistis.
Perempuan yang materialistis biasanya hanya menilai kualitas cinta pasangan
berdasarkan seberapa banyak materi yang dihabiskan untuk membuat dirinya
senang. Semakin banyak pasangan mengeluarkan materi untuk dirinya, ia merasa
semakin berharga. Perempuan materialistis tidak akan bersedia bayar patungan
atau bahkan gantian bayarin pasangan ketika kencan, karena merasa sudah
sepantasnya dibayarin: Itu artinya keberadaan mereka dihargai. Menyedihkan
memang. Masih banyak wanita yang belum sadar bahwa dirinya jauh lebih berharga
dari jumlah materi yang dikeluarkan pasangan untuknya.
Mereka juga sering menggunakan kata realistis sebagai pembenaran, Bayarin
makan aja nggak mau, gimana nanti mau bayarin kebutuhan anak istri? Padahal
sesungguhnya, bukankah kita tidak berhak meminta lelaki membuktikan
kemampuannya menjadi suami ketika masih dalam tahap pendekatan atau
pacaran? Karena kita sama sekali tidak berencana untuk membuktikan kemampuan
kita sebagai seorang istri atau malah seorang ibu yang baik pada masa itu kan?
Dengan cara apa mau mebuktikan kalo kita istri yang baik? Tinggal seatap berdua
sebelum nikah? No, hal ini sangat tidak disarankan.
Sekarang gambaran mana yang disebut perempuan realistis, bukan materialistis.
Tentu, realistis itu perlu. Saya percaya kita semua setuju bahwa dalam membina
hubungan jangka panjang, cinta saja tidak cukup. Karena beli susu dan biaya
sekolah tidak bisa dibayar hanya dengan cinta. Tapi kita bisa menjadi realistis tanpa
perlu menjadi matre. Kita tidak perlu minta dinafkahi dulu untuk bisa tau apakah
laki-laki akan mampu menafkahi kita nanti. Salah satu caranya yang paling mudah
adalah dengan observasi, lihat bagaimana pola hidupnya. Apakah laki-laki kita
senang menghamburkan uang dan tidak punya tabungan? Atau dia lebih cenderung
hemat karena punya rencana untuk masa depan?

Hanya dengan observasi yang objektif saja, saya yakin kita sudah bisa tau apakah
si dia termasuk bertanggung jawab dan mampu mengatur keuangan dengan
bijaksana. Kalau memang dia memiliki kualitas itu, yang perlu kamu lakukan adalah
mendukung dia dalam usahanya ke arah kemapanan, bukannya malah memerah
hartanya dari sejak masa pacaran!
Satu hal yang seharusnya kita semua ingat: bila kamu mengajari dirinya bahwa
wanita bisa dibeli dengan materi, suatu hari nanti dia akan membeli wanita lain lagi
saat materinya lebih banyak. Tentu gamau kan hal itu terjadi pada kalian? Kita yang
tentukan keberhargaan diri kita sendiri, bisa dibeli dengan materi, atau harus dibeli
dengan cinta dan kualitas pria terbaik.
Berkaitan dengan tema bulan ini, seberapa pentingkah laki laki di mata
perempuan? Yes, they are important for us. Karena memang hakikatnya hawa
diciptakan untuk mendampingi adam dan kemudian mempunyai keturunan hingga
saat ini. Dan Tanggung jawab terbesar dalam sebuah keluarga jatuh pada laki-laki.
Namun, bukan berarti kita harus bergantung dengan laki-laki, melainkan kita harus
menyeimbangkan diri dengan pasangan sebagai pelengkap keluarga. Maka dari itu
kita sebagai perempuan harus smart dalam menentukan pilihan.
Semua itu tinggal kita yang pilih. Mau jadi cewek materialistis dengan berdalih
realistis atau benar-benar jadi realitis tanpa harus melulu menuntut materi dari lakilaki. Hargai lah dirimu sendiri, jangan mau di cap cewek matre karena kamu hanya
mengukur segalanya dengan materi. Tapi cinta juga harus realistis, meskipun ada
yang bilang Love is Blind, tapi kamu tau kan hidup itu perlu uang, jangan sampai
cinta yang selama ini terjalin berubah menjadi benci karena desakan ekonomi yang
tidak pernah terpenuhi dan membuat pasangan bertengkar terus menerus. Intinya
be smart ya girls, for your best future.

Anda mungkin juga menyukai