Anda di halaman 1dari 4

🎇

Persiapan Finansial Menjelang


Pernikahan
Created @October 23, 2021 5:31 PM

Tags Single

PERSIAPAN FINANSIAL MENJELANG PERNIKAHAN


➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿
Cahyadi Takariawan
Program Happy Marriage (SB Pak Cah)
@happymarriage.id
Ada sangat banyak jawaban yang bercorak finansial, ketika seorang lelaki lajang
ditanya mengapa dirinya tidak segera menikah.
“Saya belum memiliki pekerjaan tetap”.
“Saya belum memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarga”.
“Saya belum memiliki investasi yang memadai”.
“Saya belum mampu membiayai hidup saya sendiri”.
“Saya khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan nafkah keluarga nantinya”.
“Saya belum siap secara ekonomi....”
Sebagaimana banyak pula dijumpai, wanita lajang yang merasa tidak siap memasuki
dunia pernikahan dan keluarga karena calon suaminya belum mapan hidupnya.

Ada banyak orang membuat perhitungan yang sangat matematis mengenai hidup,
bahwa biaya-biaya hidup itu linear, kalau satu orang hidup memerlukan uang satu juta
ruipiah sebulan, maka dua orang berarti dua juta, kalau empat orang berarti empat juta
rupiah. Ia merasa belum mampu membiayai hidupnya sendiri, karena baru ada uang
limaratus ribu rupiah per bulan, maka dipikirnya akan sangat memberatkan apabila ia
harus menikah.

Persiapan Finansial Menjelang Pernikahan 1


📝 Gaya Hidup Sinetron
Sinetron sering mengajarkan gaya hidup glamour, mewah dan tiba-tiba kaya. Seorang
anak muda yang tidak diceritakan bagaimana sejarah dan usahanya, tiba-tiba tampak
digambarkan mengendarai mobil mewah, tinggal di rumah tingkat yang mewah,
berganti-ganti pasangan, mengenakan asesoris mewah, dan gambaran kemapanan
lainnya. Namun, apakah anda tengah hidup di dunia sinetron? Membayangkan menjadi
pelaku dalam sebuah sinetron dengan segala kemewahan material itu?
Tiba-tiba anda dicekam oleh rasa takut yang amat sangat, bagaimana hidup nantinya
jika anda tidak memiliki cukup materi. Anda merasa gagal hidup bahagia sejak dari
awalnya, hanya karena belum memiliki investasi yang mencukupi untuk menghadirkan
kemewahan-kemewahan yang diinginkan. Untuk itulah pernikahan dianggap belum
layak dilaksanakan saat ini. Nantilah kalau telah punya rumah sendiri. Nanti sajalah
kalau sudah punya mobil sedan sendiri. Nantilah kalau tabungan sudah mencukupi.

Banyak kalangan masyarakat kita yang meletakkan ukuran-ukuran serbamateri dalam


menjalani kehidupan. Kesuksesan dan kegagalan tolok ukur utamanya adalah materi.
Perbincangan publik berkisar pada aspek-aspek material, dan masih terpaku hanya
pada sisi itu saja. Wajar kalau kemudian berpengaruh secara amat kuat pada
mentalitas generasi muda, ketika akan memutuskan menikah pada usia muda pikiran
pertama kali adalah ketersediaan dana dalam jumlah yang cukup.
“Alhamdulillah, anak pertama saya sekarang menjadi direktur bank nasional”.
“Kalau anak saya, baru saja diangkat menjadi manajer proyek dari sebuah perusahaan
asing. Gajinya menggunakan dolar”.

“Anak saya katerima kerja di perusahaan multinasional, berkantor di SIngapura”.


Celoteh seperti itu semakin menguatkan orientasi serbamateri, bahwa kebanggaan
keluarga sangat banyak dicetak oleh ukuran-ukuran material. Orang tua ikut
memberikan pengaruh tatkala mereka menuntut pekerjaaan dan gaji tetap kepada
calon menantu laki-laki yang datang melamar anak perempuannya. Banyak orang tua
menanyakan:
“Apa pekerjaan tetap kamu sekarang?”

“Berapa gaji kamu tiap bulannya?”


“Bagaimana kamu nanti memberikan makan isteri dan anak-anak kalau sekarang kamu
menikahi anakku?”

Persiapan Finansial Menjelang Pernikahan 2


Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat kuat mengarahkan kepada orientasi dan
jawaban-jawaban serbamateri.
Tentu saja pertanyaan di atas tidaklah salah, sebab materi memang diperlukan untuk
menjalankan kehidupan. Pertanyaan tersebut absah dan benar semata. Akan tetapi
yang menjadi salah adalah apabila dampak dari pertanyaan dan orientasi materi itu
menyebabkan terhambatnya proses pernikahan. Seorang laki-laki merasa takut untuk
melangkah menuju jenjang pernikahan karena belum cukup memiliki jawaban untuk
menghadapi pertanyaan calon mertua seperti itu. Akhirnya mereka memilih menunda-
nunda pernikahan dengan memperpanjang masa pacaran. Dampaknya akan buruk
bagi mereka berdua, karena memperbesar peluang melakukan tindakan dosa.

Maka, jadilah materi sebagai berhala. Dipercaya dan diyakini dalam hati, bahwa
materilah segalanya. Materilah yang telah membuat orang menjadi berbahagia atau
celaka. Materi yang menjadi jaminan kebaikan hidup. Berhala materialisme itu
menyebar sebagai sebuah keniscayaan, membuat orang tunduk di hadapannya, takluk
tanpa bisa melawan. Membuat masyarakat mengikuti keinginan dan tuntutannya,
bahwa untuk hidup bahagia harus berbekal materi yang melimpah.

📝 Kesiapan Finansial
Sederhana saja menurut saya. Yang diperlukan adalah etos kerja dan kesediaan untuk
melakukan aktivitas untuk mendatangkan rejeki yang halal, baik dan banyak. Yang
diperlukan adalah kesediaan suami dan isteri untuk saling membantu dan bekerja sama
dalam berbagai urusan keluarga. Yang diperlukan adalah kesanggupan untuk
mengelola potensi ekonomi keluarga secara hemat, cermat dan bersedia hidup
sederhana serta apa adanya.
Bukan soal pekerjaan tetap, bukan soal jabatan di perusahaan, bukan soal berapa gaji
dan penghasilan anda sekarang. Yang lebih penting adalah kesediaan mengawali hidup
dengan kesadaran utuh, bahwa kebahagiaan terletak pada proses yang benar, usaha
yang keras, dan doa yang berkesinambungan. Materi memang menyumbangkan
kebahagiaan, namun yang lebih memberikan jaminan rasa bahagia adalah sikap yang
selalu bersyukur. Sikap mental yang gigih berusaha, keras membaja dalam bekerja,
tidak mudah mengeluh, tidak mudah memelas, tidak mudah mengiba dan meminta.

Jadi, jangan takut melangkah menuju gerbang pernikahan. Namun milikilah jiwa pekerja
keras, pekerja cerdas, pekerja ikhlas, pekerja tuntas dan pekerja mawas. Milikilah etos
kesungguhan dalam hidup. Hadapi hari-hari dalam keluarga dengan bergandengan
tangan, merenda kebahagiaan dari awal mula. Mungkin anda tidak punya apa-apa

Persiapan Finansial Menjelang Pernikahan 3


secara finansial di awalnya, namun sikap mental yang bersedia gigih berusaha dan
bekerja akan lebih memberikan jaminan masa depan keluarga anda.
Jangan lupa untuk terus belajar ilmu pernikahan yaa..karena nikah tidak hanya tentang
cinta dan finansial 🤭

Persiapan Finansial Menjelang Pernikahan 4

Anda mungkin juga menyukai