Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN

LAYANAN KOMPREHENSIF HIV-AIDS DAN


IMS BERKESINAMBUNGAN
I. PENDAHULUAN

Perkembangan epidemi HIV-AIDS dan IMS di dunia telah

menyebabkan HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah


satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi Menular
seksual (IMS) merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di
dunia dan telah memberikan dampak luas pada masalah kesehatan
berupa kesakitan dan kematian, masalah social ekonomi dibanyak
negara termasuk Indonesia. Secara global, setiap hari terjadi sekitar
satu juta kasus IMS yang dapat diobati dan masih lebih banyak lagi
kasus IMS yang lain yang tak dapat diobati. Separuh dari kasus
tersebut terjadi di Asia selatan-Tenggara (termasuk Indonesia) bahkan
tercatat sebagai wilayah terberat kedua yang menderita akibat beban
penyakit tersebut.
Kegagalan menemukan dan mengobati IMS pada stadium dini dapat
menimbulkan komplikasi serius dan berbagai gejala sisa, antara lain
pada ibu hamil berupa infertilitas, infeksi daerah velpis, pada waria
kanker pada daerah anogenital dan pada bayi bayi berupa kelahiran
premature dan lahir mati. Keadaan tersebut ikut mempengaruhi
tingginya angka kematian ibu dan bayi.
IMS diketahui mempermudah penularan HIV yang dapat
berkembang mejadi AIDS dengan tingkat kematian yang tinggi. Selain
itu IMS juga merupakan petunjuk adanya perilaku seksual beresiko.
Prevalensi IMS yang tinggi pada suatu populasi di suatu tempat
merupakan pertanda awal adanya penularan HIV, walaupun prevalensi
HIV masih rendah. Dengan demikian terdapat kaitan erat antara
penyebaran IMS dan Penularan HIV. IMS meningkatkanrisiko
penyebaran HIV melalui hubungan seksual sebanyak 3-5 kali.
Sejak beberapa tahun belakangan ini telah banyak kemajuan yang
telah dicapai dalam program pengendalian HIV-AIDS di Indonesia.
Berbagai layanan terkait HIV telah dikembangkan dan dimanfaatkan

oleh masyarakat yang membutuhkannya. Namun demikian


teridentifikasi bahwa masih terjadi miss opportunity dalam
pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi masyrakat karena kurangnya
pemahaman/ ketidaktahuan petugas, ketidaktahuan kemana harus
periksa dari masyarakat itu sendiri dan ketidakmauan masyarakat
untuk memeriksakan dirinya karena masih kelihatan sehat.
Ketidaktahuan bisa diakibatkan karena orang memang tidak tahu
atau memperoleh informasi yang salah. Hal ini dapat menimbulkan
sikap atau perilaku keengganan dari masyarakat untuk memeriksakan
dirinya kepelayanan kesehatan. Dan juga menimbulkan
ketidakpedulian dari masyarakat akan layanan kesehatan tentang
IMS/HIV yang ada disekitarnya, sehingga saat terjadi masalah
kesehatan terkait IMS/HIV masyarakat tidak tahu harus periksa
kemana. Sehingga kasus-kasus terkait HIV (fenomena gunung es) akan
sulit dibongkar.

II.

LATAR BELAKANG
Sejak ditemukan kasus AIDS pertama di Bali tahun 1987 sampai
dengan bulan februari 2016, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Bali
mencapai 13.621kasus. Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terdapat
di kota Denpasar sebanyak 5.333 (40%)kasus sampai dengan februari
2016.
Sejak tahun 1994, sudah ada sebuah yayasan di Bali yaitu Yayasan
Kerti Praja (YKP) yang telah melakukakn upaya-upaya
penaanggulangan HIV/AIDS khususnya melakukan penjangkauan di
kalangan Pekerja Seks Perempuan dengan cara member informasi
seputar IMS, HIV/AIDS serta distribusi kondom dilapangan. Pada
perkembangannya layana IMS, VCT juga diberikan tidak hanya di
Yayasan Kerti Praja, namun juga di Rumah sakit pemerintah dan
Puskesmas di Kota Denpasar. Dalam melaksanakan kegiatan
tersebutdiperlukan koordinasi semua pihak baik Dinas Kesehatan, KPA,
Rumah Sakit, Puskesmas, LSM yang peduli dg HIV/AIDS dan
masyarakat.

Penguatan sistem kesehatan dan layanan pencegahan dan


perawatan yang berkesinambungan dengan jejaring kerja sama yang
lebih dekat dengan organisasi kemasyarakatan, sehingga Mengurangi
missopportunity layanan sesuai kebutuhan masyarakat. Dan
peningkatan cakupan dan retensi layanan terapi ARV dengan
menerapkan perawatan ODHA yang berkesinambungan di tingkat
kabupaten/ kota
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu layanan
Komprehensif yang bisa mengakomodasi semua kegiatan tersebut.
Yaitu suatu Layanan Komprehensif yang Berkesinambungan. Layanan
ini mencangkup semua bentuk layanan IMS dan HIV, seperti kegiatan
KIE pengetahuan komprehensif, Promosi penggunaan kondom,
pengendalian / pengenalan factor resiko, konseling dan tes HIV,
Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan
dari Ibu ke Anak (PPIA), Pengurangan dampakj buruk nafza, layanan
IMS, pencegahan melalui donor darah dan produk darah lainnya,
kegiatan monev dan surveilan epidemiologi di Puskesmas Rujukan dan
Non-Rujukan termasuk fasilitas kesehatan lainnya, dan Rumah Sakit
Rujukan di Kabupaten / Kota, dengan keterlibatan aktif dari sector
masyarakat.

III.

TUJUAN
1. Terlaksananya pelayanan HIV/IMS yg komprehensif bagi semua
lapisan masyarakat.
2. Kasus-kasus HIV/IMS di masyarakat bisa di bongkar(fenomena
gunung es bisa dibongkar ).
3. Masyarakat menjadi paham akan resiko HIV/IMS dan peduli akan
kesehatan terkait HIV/IMS.
4. Masyarakat dan Fasyankes mengetahui prioritas kebutauhan
layanan kesehatan terkait HIV/IMS.
5. Mengurangi angka kesakitan dan kematian karena HIV
6. Meningkatnya akses dan cakupan upaya promosi, pencegahan,
pengobatan HIV & IMS serta rehabilitasi berkualitas, serta
memperluas layanan hingga tingkat Fasyankes Primer dan berfokus
pada Populasi Kunci.

7. Meningkatnya pengetahuan dan rasa tanggung jawab dengan


memperkuat koordinasi antar pelaksana layanan HIV & IMS melalui
peningkatan partisipasi komunitas dan masyarakat madani
8. Semakin membaiknya dampak pengobatan ARV dengan
mengadaptasi Treatment 2.0 dalam model layanan terdesentralisasi
dan terintegrasi

IV.

PESERTA
Kegiatan ini melibatkan semua sektor terkait, mulai dari Dinas
Kesehatan, Komisi Penangulangan AIDS (KPA), Rumah Sakit,
Puskesmas, LSM yang bergerak dalam bidang HIV/IMS, Kader Desa
Peduli AIDS dan narkoba, masyarakat.

V.TEMPAT
1. Pelayanan dilaksanakan di Rumah Sakit atau Puskesmas
2. Di masyarakat untuk promotif dan preventif seperti penyuluhan.
3. Di masyarakat, Kader desa mencari orang beresiko untuk diajak
mendapatkan pelayanan di fasyankes ( Rumah Sakit/ Puskesmas )

VI.

WAKTU
Kegiatan ini dilaksanankan setiap hari kerja untuk pelayanan
kesehatan terkait HIV/IMS. Dan sewaktu-waktu di luar hari kerja bila
ada permintaan dari masyarakat terkait promotif dan preventif terkait
HIV/IMS.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan diadakan sewaktu-waktu
untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan dari pelaksanaan
kegiatan ini,

VII.

Anda mungkin juga menyukai