Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER DI RUANG ......


RS SANGLAH

OLEH:
I Made Dian Kharisma Putra
(1202105083)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

A.

DEFINISI
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa
dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie Effendi, 1995).

B.

Etiologi
Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes
( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). DHF dikarenakan oleh virus dengue dari family
Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempat serotype ini menimbulkan gejala yang berbedabeda jika menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di
Indonesia, yaitu DEN-3.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Penyedaiaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena :

Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak

terbang aedes aegypti 40-100 m.


Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

Siklus Hidup Aedes aegypti mengalami metamorfosis lengkap / metamorfosis sempurna


(holometabola) yaitu dengan bentuk siklus hidup berupa Telur, Larva (beberapa instar),
Pupa dan Dewasa (James MT and Harwood RF, 1969). Nyamuk betina meletakkan telur
pada permukaan air bersih secara individual, terpisah satu dengan yang lain, dan menempel
pada dinding tempat perindukkannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata
sebanyak seratus butir telur tiap kali bertelur. Telur menetas dalam satu sampai dua hari
menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar I ke instar IV memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah
mencapai instar IV, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman.

Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan
hari, namun bisa lebih lama bila kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan dalam keadaan
kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang
dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi
larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang
cenderung lebih rakus dalam menghisap darah.
C.

KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi (WHO, 1986) :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

D.

PATOFISIOLOGI
1.

Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan

dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit (Price, A. S., 2005).

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan


membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan (Price, A. S., 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit (Price, A. S., 2005).
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya
DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat (Price, A. S.,
2005).

E.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan Lab,
antara lain pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan serologi. Pada
pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
Ig G dengue positif
Trombositopenia
Hemoglobin meningkat > 20%
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.

(Mansjoer, A. 2000)
F.

PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan beri
penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
5. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
6. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, dan
dipiron (kolaborasi dengan dokter).
7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
8. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi
dengan dokter).
9. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

A.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian (data Subjektif dan Objektif)

a) Pengkajian
Identitas Pasien
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
No. Register
Diagnosa Medis

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Identitas Penanggung Jawab


Nama

Umur

Hub. Dengan Pasien

Pekerjaan

Alamat

Status Kesehatan

Status Kesehatan Saat Ini


-

Keluhan Utama

Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Status Kesehatan Masa Lalu


-

Riwayat Penyakit Keluarga

Diagnosa Medis dan therapy

Pengkajian Fisik

Keadaan umum
Inspeksi
-

Adanya pendarahan pada gusi

Terlhat adanya petechiae pada ekstrimitas atas dan axilla

Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen /


sopor/koma

Tanda-tanda Vital : Nadi = >100x/mnt, Suhu = 38-39oC, TD =


100/80 mmHg, RR = 20x/menit

Keadaan fisik

Pemeriksaan Penunjang
-

Laboratorium
Pemeriksaaan darah mendapatkat dalam :
hitung thrombocyt 90.000 per mm3
hematokrit 60%
leukosit 4500 per mm3
natrium 120 mmol/L

Pemeriksaan radiologi

Hasil konsultasi

Penunjang diagnostic lain


Pemeriksaan X-Ray didapatkan efusi pleura paru dextra

Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi?

Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami


gangguan ini?

Nutrisi/ metabolic
-

Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?

Apakah klien sering memakan makanan yang mengandung purin?

Pola eliminasi
-

Bagaimana frekuensi klien buang air besar?

Bagaimana frekuensi buang air kecil klien?

Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM

Keterangan :
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total.

Pola tidur dan istirahat


-

Apakah klien mengalami gangguan tidur ?


Pola kognitif-perseptual

Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?

Apakah klien menggunakan alat bantu?


Pola persepsi diri/konsep diri

Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?


Pola seksual dan reproduksi

Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?

Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan


seksual?(jika sudah menikah)

Pola peran-hubungan
-

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga setelah terjadinya


gangguan?

Apakah peran klien masih bisa dilakukan ?


Pola manajemen koping stress

Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?


Pola keyakinan-nilai

Apakah klien selalu rajin sembahyang?

Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?

b) Data Subjektif dan Objektif

Data Subjektif (DS)


-

Klien mengatakan demam terus menerus

Klien mengatakan terdapat bintik-bintik kemerahan pada badan


maupun tangan atau kaki (petechiae), mimisan ataupun perdarahan
gusi

Klien mengatakan mual dan terkadang muntah

Klienmengatakan sakit perut dan tidak ada nafsu makan

Klien mengatakan pusing, nyeri otot, dan merasa lemas.


Data Objektif (DO)

Klien terlihat lesu dan lemah

Klien muntah

Klien terlihat gelisah

Klien menggigil.

Terlihat bercak-bercak kemerahan pada tubuh klien.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Hipertermi b/d Penyakit d/d Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran

normal.
Risiko Kekurangan Volume Cairan b/d kehilangan cairan melalui rute

abnormal (mis., slang menetap)


Mual b/d Distensi lambung d/d Melaporkan mual
PK Perdarahan
3. Rencana Asuhan Keperawatan (dilengkapi dengan rasional tindakan)
Terlampir
4. Evaluasi
Hipertermi
S :
-

Klien mengatakan demamnya sudah menurun

Klien mengatakan lebih nyaman

O :
-

Suhu tubuh klien sudah dalam rentang normal

Klien terlihat lebih tenang.

A :P :

Risiko Kekurangan Volume Cairan


S :
-

Klien mengatakan sudah dapat minum banyak

Klien mengatakan sudah dapat BAK dengan normal

O :
-

Klien terlihat lebih segaar

Pemasukan dan pengeluaran cairan seimbang

Turgor kulit klien normal

A :P :

Mual
S :
-

Klien mengatakan mualnya sudah mulai berkurang

Klien tidak muntah

Klien mengatakan nafsu makannya membaik

O :
-

Klien tidak terlihat mual

Klien terlihat dapat menghabiskan makananya

A :P :-

PK Perdarahan
S :
-

Klien mengatakan bintik-bintik merah pada tubuhnya sudah mulai


menghilang

Klien mengatakan tidak mimisan lagi

O :
-

Bintik-bintik merah pada tubuh klien terlihat memudar

A :P :-

DAFTAR PUSTAKA
Aquilino, M. L., et al. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
McCloskey, J. C. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Directorate of National Vector Borne Diseases Control Programme. 2008. Guidelines
for Clinical Management of Dengue Fever, Dengue Haemorrhagic Fever and
Dengue

Shock

Syndrome.

Didapat

http://nvbdcp.gov.in/doc/clinical%20guidelines.pdf

melalui:
(Akses

tanggal

URL:
06

Desember 2014).
Guyton, A. C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hastuti, O. 2012. Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta: Kanisius
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf
Ismanoe, G. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam jilid III, ed. V. Jakarta: Interna
Publishing.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Merati, P.T. 2012. Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Bidang Kedokteran Wisata.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Price, A. S. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2.
Jakarta: EGC.
Santosa, B. 2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.Jakarta: Prima
Medika.
Shepherd,

S.

M.

2013.

Dengue.

Didapat

melalui:

http://emedicine.medscape.com/article/215840-workup#showall
tanggal 06 Desember 2014).

URL:
(Akses

Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta: EGC.
Suhendro, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:
Internal Publishing.
Herdman, H. T. 2012. NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC.
WHO. 1986. Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
Pengendalian. Jakarta: EGC.
WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
Pengendalian. Jakarta: EGC.
WHO. 2004. Pencegahan dan Pengendalian dengue dan demam berdarah dengue.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai