a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel) i. Etiologi: Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus ii. Patofisiologi: menyerang 1/3 m.a.e, membentuk furunkel yang isinya adalah adneksa kulit iii. Man klinik: nyeri telinga tidak sesuai dengan besar furunkel, nyeri mungkin timbul spontan saat membuka mulut, mengganggu pendengaran bila ukuran furunkel besar iv. Terapi: Tebal: insisi+drain Telah menjadi abses: aspirasi steril + antibiotic (polimiksin B/basitrasin) / asam asetat 2% dalam alkohol b. Otitis eksterna difusa i. Etiologi: Pseudomonas sp, Staphylococcus albus, Escherichia coli ii. Patofisiologi: menyerang 2/3 m.a.e iii. Man klinik: nyeri tekan tragus, penyempitan liang telinga, kelenjar getah bening regional membesar, sekret telinga berbau tanpa lender iv. Terapi: pembersihan telinga+tampon antibiotika 2. Perbedaan diantara a. Keratosis obturans i. Etiologi: gumpalan epidermis gagal bermigrasi ke telinga luar ii. Man klinik: tuli konduktif akut, nyeri telinga hebat, liang telinga tampak lebar, jarang ditemui sekret telinga b. Kolesteatom eksterna i. Etiologi: radang kronis dan telah ada gangguan migrasi epitel ii. Man klinik: otore, nyeri tumpul menahun iii. Terapi Konservatif: gliserun dalam H2O2 3% tetes telinga 3x1w Gagal konservatif pikirkan tind operatif 3. Otitis eksterna maligna a. Infeksi telinga difus di m.a.e dan tulang sekitarnya, umumnya ditemukan pada pasien dengan riwayat diabetes b. Man klinik: nyeri telinga hebat, penumpukan serumen hebat, rasa gatal hebat, pembengkakan m.a.e c. Jenis bakteri yang menyerang: Pseudomonas aeruginosa d. Terapi: Ciprofloksasin/Ceftazidime/Cefepime + debridemen
4. Perasat yang membuktikan fungsi ventilasi tuba eustachius
a. Perasat valsava: menutup hidung dan mulut sambil meniupkan secara keras, tuba dirasakan terbuka saat ada tekanan udara yang masuk ke telinga tengah dan membran timpani mengarah ke lateral b. Perasat Toynbee: saat menelan ludah, hidung dan mulut tertutup, tuba terasa terbuka di saa membran timpani tertarik ke medial. 5. Bentuk kelainan tuba eustachius a. Tuba selalu dalam keadaan terbuka i. Man klinik: rasa penuh dalam telinga, otofoni ii. P fisik: membran timpani atrofi, tipis dan bergerak saat respirasi iii. Terapi: obat penenang +/- pemasangan pipa ventilasi (grommet) b. Obstruksi tuba i. Etiologi: peradangan nasofaring, peradangan adenoid, karsinoma nasofaring, tampon bellocq, sikatriks pasca operasi adenoid 6. Klasifikasi otitis media a. Otitis media non supuratif i. Otitis media serosa akut Etiologi: infeksi virus yang berhubungan antara telinga tengah dan jalan napas atas, obstruksu tuba, alergi, idiopatik Man klinik: pendengaran berkurang, menganggap suaranya sendiri terdengar lebih nyaring, terasa ada cairan yang mengalir seiring perubahan kepala, sedikit nyeri, tinnitus, vertigo, pusing Pemeriksaan:membrane timpani retraksi, tampak gelembung udara atau cairan di kavum timpani, uji penala mengarah pada tuli konduktif Terapi: vasokonstriktor tetes hidung+perasat valsava+antihistamin+/- antibiotic => miringotomi => pemasangan grommet ii. Otitis media serosa kronik (glue ear) Etiologi: gejala sisa dari OMA yang tidak sembuh sempurna, alergi, infeksi virus Man klinik: perasaan tuli, sekret seperti lem (glue ear)
Pemeriksaan: membrane timpani retraksi, suram dan
berwarna kuning kemerahan/abu-bau Terapi Stadium awal: antihistamin+dekongestan Stadium lanjut: miringotomi+pemasangan grommet b. Otitis media supuratif i. Otitis media akut Etiologi: gangguan sistem kekebalan tubuh, sumbatan tuba eustachius, infeksi saluran pernapasan atas (Streptococcus betha haemolithicus grup A, Staphylococcus aureus, Pneumococcus sp) Stadium Oklusi: membrane timpani normal/keruh pucat Hiperemis: pembuluh datah melebar, membrane timpani hiperemis dan edem, sekret serosa Supurasi: edema hebat telinga tengah, eksudat purulen, membrane timpani buldging ke telinga luar, membrane timpani mungkin terlihat lebih lembek berwarna kekuningan Perforasi: membrane timpani rupture, cairan mengalir ke telinga luar Resolusi: membrane timpani mengalami perbaikan Man klinik: demam, rasa nyeri telinga, riwayat batukpilek, rasa penuh di telinga, rasa kurang mendengar, gelisah, kesulitan tidur, memegang telinga yang sakit dan terkadang tiba-tiba menjerit Terapi Std oklusi: efedrin HCl 0,5%/1% Std presupurasi: analgesia+obat tetes hidung+antibiotic (ampisilin/eritromisin) Std supurasi: antibiotic (ampisilin/eritromisin) + miringotomi Std perforasi: H2O2 3% ii. Otitis media supuratif kronik Pemriksaan
Audiometri nada murni
BERA Audiometri tutur Foto rontgen mastoid Klasifikasi Tipe benigna o Karakter: perforasi di sentral, tidak ada kolesteatom, hanya terbatas di mukosa telinga tengah, tidak mengenai tulang o Terapi: H2O2 3%+tetes telinga dengan antibiotik dan kortikosteroid+/miringoplasti/timpanoplasti Tipe malignan o Karakter: perforasi di marginal/atik, + kolesteatom, menyerang tulang, abses/fistel di retroaurikuler, sekret nanah berbau, polip di m.a.e o Terapi: mastoidektomi +/- timpanoplasti 7. Perdarahan hidung bagian depan septum oleh pleksus kiesselbach terdiri dari a. A sphenopalatina b. A palatine mayor c. A labialis superior d. A ethmoidalis anterior 8. Rhinitis alergi a. Etiologi i. Inhalan: asap rokok, bau yang merangsang ii. Injektan: tersengat lebah iii. Ingestion: makanan iv. Kontaktan: bahan kosmetik b. Patofisiologi: penyakit inflamasi yang diawali oleh sensitisasi diikuti oleh provokasi dengan 2 fase yaitu, immediate phase allergic reaction dan late phase allergic reaction c. Pemeriksaan: 9. l