Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Hiperbilirubenemia

2.2. Klasifikasi
2.2.1. Ikterus Fisiologis
2.2.2. Ikterus Patologi
2.3. Etiologi
2.4. Patofisiologi
2.5. Manifestasi Klinis
2.5.1. Tanda dan gejala
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia
dentalis
Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit,
membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah
mencapai sekitar 40 mol/l.

2.6. Diagnosis
2.6.1. Anamnesis
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Penilaian Ikterus Menurut Kramer
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru
lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu pergelanagn
tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol
seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin
dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan angka rata-rata didalam gambar di bawah ini :

Derajat

Daerah Ikterus

Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata)


Aterm
Premature

Ikterus
1
2
3
4

Kepala sampai leher


Kepala, badan s/d umbilicus
Kepala, badan, paha, s/d lutut
Kepala, badan, s/d ektremitas atas

dan bawah
Kepala,badan, ektremitas atas bawah >15,8

5,4
8,9
11,8
15,8

9,4
11,4
13,3
>13,3

s/d ujung jari

2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium


2.7. Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan
untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan
mempunyai tujuan :

1. Menghilangkan anemia
2. Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan badan serum albumin
4. Menurunkan serum bilirubin

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan
therapi obat.

a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan
bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan
merubah

bilirubin

tak

terkonjugasi

menjadi

dua

isomer

yang

disebut

fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme


difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di
buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika
sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.

Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi
bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi
pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.

Tabel Terapi
Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan penanganan
medis lainnya, sesuai The American Academy of Pediaatrics (AAP) tahun 1994
Bayi lahir cukup bulan (38 42 minggu)

Usia

Pertimbangan

bayi

Sinar

(Jam)
<24
25-48
49-72
>72

Terapi Terapi Sinar

Transfuse tukar Transfer tukar


bila terapi sinar dan terapi sinar

intensif gagal
Kadar Bilirubin Inderek Serum mg/dl
>9
>12
>15

>12
>15
>17

>20
>25
>25

intensif
>25
>30
>30

2.8. Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak.
Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau
menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang
tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.

2.9. Diagnosis Banding

No
.
1.

Anamnesis

Pemeriksaan

Fisik
Penunjang
Timbul saat hari ke-2 setelah Sangat Ikterus Hb 8-13
Sangat pucat
lahir
mg/dl pada
Riwayat ikterus pada bayi
hari pertama
sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga :
Ikterus, anemia, pembesaran
hati, pengangkatan
G6PD

2.
3.
4.

Pemeriksaan

limfa,

lahir
Bil. Total

Kemungkinan
Dignosis

Anda mungkin juga menyukai