Anda di halaman 1dari 16

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI TANAH

A. DESKRIPSI TANAH
DESKRIPSI TANAH ()
11111
1.
Kekuatan
Tanah Kohesif
Kuat
Geser
Kondisi
Undraine Nilai N
d
(kN/m2)
Sangat
<20
<2
lunak
(very
soft)
Lunak
20 - 40
2-4
(Soft)
Teguh
40 - 75
4-8
(Firm)
Kaku
75 - 150
8 - 15
(Stiff)
Sangat
150 - 300 15 - 30
kaku
(Very
stiff)
Keras
>300
>30
(Hard)
Tanah kohesif (Kepadatan)
Kondisi
Nilai N
Sangat lepas
0-4
(very loose)
Lepas (Loose)
4 - 10
Agak padat
(Medium dense)
Padat (Dense)
Sangat padat
(very dense)

10 - 30
30 - 50
Lebih dari
50

Test di Lapangan
Mengalir di sela-sela jari ketika diperas
dalam tangan
Mudah ditekan dengan ibu jari, dapat
dibentuk dengan tekanan jari ringan
Dapat ditekan dengan ibu jari, dapat
dibentuk dengan tekanan jari yang kuat.
Dapat ditekan dengan ibu jari, tidak dapat
dibentuk dengan jari tangan.
Dapat ditekan dengan kuku ibu jari, dapat
ditusuk dengan pisau sampai kedalaman
15 mm.
Tidak dapat ditekan dengan kuku ibu jari

Test di lapangan
Mudah digali dengan sekop
Agak susah digali, pasak susah untuk
ditancapkan
Sulit dipindahkan dengan sekop dan pasak
sulit ditancapkan
Pasak tidak dapat ditancapkan, untuk
dipindahkan/digali memerlukan peralatan
tambahan
Sulit untuk diangkat/dipindahkan

Tanah Non-kohesif (Derajat sementasi))


Kondisi
Test lapangan
Tersementasi buruk (poorly
Ketika digali terdapat bongkahancemented)
bongkahan
yang
dengan
mudah
dihancurkan oleh tekanan ibu jari
Tersementasi (cemented)
Digali
berbentuk
bongkahanbongkahan
yang
tidak
dapat
dipecahkan lagi menjadi bongkahan-

bongkahan yang lebih kecil.

2..

Warna
Parameter
Nilai
Warna Tambahan

Warna Utama

3.

Istilah
Terang, Gelap
Kemerah
mudaan,
Kemerahan,
Kekuning-kuningan, Kejingaa-jinggaan,
Kebiru-biruan,
Kecoklat-coklatan,
Kehijau-hijauan, Keabu-abuan
Merah muda, Merah, Kuning, Jingga,
Coklat, Hijau, Biru, Ungu, Putih, Abuabu, Hitam

plastisitas
Kondisi
Non-plastis
Agak plastis
(Sligthly
plastic)
Semi plastis
(Moderately
plastic)
Sangat
palstis (Very
plastic)

44

Test di lapangan
Tanah jika digulung-gulung sepanjang
40 mm, tebal 6 mm tidak bias
terbentuk
Tanah dapat digulung sepanjang 40
mm dgn tebal 6 mm dan dapat
menahan beratnya sendiri, tetapi bila
tebalnya 4 mm, tanah menjadi tidak
dapat menahan beratnya sendiri
Tanah
dapat
dibentuk
menjadi
gulungan sepanjang 40 mm, setebal 4
mm dan dapat menahan beratnya
sendiri, tapi bila tebalnya 2 mm tidak
dapat menahan beratnya sendiri
Tanah
dapat
dibentuk
menjadi
gulungan sepanjang 40 mm, setebal 2
mm serta dapat menahan beratnya
sendiri

Rentang batas cair


-

0 35 %

35 % - 50 %

50 % - 90 %

Struktur/Pelapisan

berbutir kasar (Bongkah, kerakal, kerikil, pasir)


Kondisi
Identifikasi Lapangan
Homogen/seragam (Homogeneous) Endapan terdiri dari 1 jaenis tanah
yang dominan
Terdiri
dari
lapisan-lapisan
dari
berbagai
jenis,
berselang-seling
Saling melapis/berlapis (Inter
(alternating) atau terdiri dari pita-pita
stratified/Interbedded)
atau lensa-lensa dari material yang
berbeda. Skala interval jarak antara

Heterogen (Heterogeneous)
Lapuk (Weathered)

lapisan dapat juga digunakan untuk


identifikasi
Suatu campuran terdiri dari berbagai
tipe material
Partikel-partikel tanah yang melemah,
biasanya memperlihatkan pelapisan
yang konsentrik (menuju satu titik)

Tanah 4.2berbutir halus (Lanau, Lempung)


Kondisi
Identifikasi Lapangan
Bercelah (Fisured)
Terpecah Menjadi fragment polyhedral
sepanjang celahnya, Skala interval
jarak antara diskontinuitas dapat juga
digunakan untuk identifikasi
Homogen/seragam (Homogeneous) Endapan terdiri dari (terutama) 1 tipe
material
Saling melapis/berlapis (Inter
Terdiri
dari
lapisan-lapisan
dari
stratified/Interbedded)
berbagai
jenis,
berselang-seling
(alternating) atau terdiri dari pita-pita
atau lensa-lensa dari material berbeda.
Skala interval jarak antara lapisan
dapat
juga
digunakan
untuk
identifikasi.
Lapuk (Weathered)
Biasanya terdiri dari pecahan-pecahan
atau struktur-struktur seperti kolom.
Tanah organik (Lempung organik, Lanau, Pasir dan Gambut)
Kondisi
Identifikasi Lapangan
Berserat/Humus (Fibrous)
Terdapat sisa-sisa tumbuhan dan
menyimpan sisa kekuatan
Tak berbentuk (Gambut)
Tidak terdapat lagi sisa-sisa tumbuhan
(Amorphous)
b

Skala pelapisan
Kondisi
Pelapisan sangat tebal (very thickly
bedded)
Pelapisan tebal (thickly bedded)
Pelapisan medium (medium
bedded)
Pelapisan tipis (thinly bedded)
Pelapisan sangat tipis (very thinly
bedded)
Terlaminasi tebal (thickly
lamination)
Terlaminasi tipis (thinly lamination)

55

Bentuk Partikel & Komposisi

Spasi rata-rata (mm)


Lebih dari 2000
2000 s/d 600
600 s/d 200
200 s/d 60
60 s/d 20
20 s/d 6
Dibawah 6

Bentuk Partikel
Angularity (kebersudutan)

Menyudut (Angular)
Agak menyudut (Subangular)
Agak bundar (Subrounded)
Bundar (Rounded)
Equidimensional
Datar (Flat)
Melengkung (Elongated)
Datar dan melengkung (Flat and
Elongated)
Tak beraturan (Irregular)
Kasar (Rough)
Halus (Smooth)

Bentuk

Tekstur Permukaan

66 .

Ukuran Partikel/Nama

Jenis
Tanah
sangat
kasar
Tanah
berbutir
kasar
(Lebih da
ri 65%
berukura
n pasir
dan
kerikil)

Tipe dasar
tanah
Berangkal(Bould
ers)
Kerakal(Cobbles)
Kerikil(Gravels)

Ukuran
partikel, mm

Identifikasi Visual
Hanya dapat terlihat
dilubang galian/bukaan

Kasar
Sedang
Halus
Kasar
Sedang
Halus

Dapat dengan mudah untuk


dilihat
dengan
mata
telanjang, bentuk partikel
dapat dikenal, grading dapt
dikenal.
Gradasi baik, rentang yang
lebar dari ukuran butiran,
terdistribusi dengan baik,
gradasi
buruk,
bukan
gradasi yang baik (mungkin
seragam,
ukuran
dari
srbagian
besar
partikel
berada pada gradasi sempit
atau
terjadi
perubahan
gradasi
secara
tiba-tiba
(gap graded), suatu ukuran
tengah
(intermediate)
partikel.

Pasir
(Sands)

Tanah
berbutir
halus
(Lebih
dari 35%
berukura
n lanau
dan
lempung

Lanau
(Silts)

Kasar
Sedang
Halus

Dapat
dengan
mudah
dikenal
dengan
mata
telanjagn,
sedikit
atau
tidakmempunyai
kohesi
ketika
keadaan
kering,
gradasi dapat diketahui.
Gradasi
bagus,
ukura
partikel
terlacak
antara
rentang
yang
lebar,
terdeteksi
baik.
Gradasi
buruk (mungkin seragam,
ukuran
sebagian
besar
partikel terletak anatara
batas-batas yang sempit,
atau
terjadi
perubahan
gradasi
secara
tiba-tiba
(gap graded), suatu ukuran
tengah
partikel
kadangkadang tiak terwakili.
Hanya lanau yang kasar
agak dapat terlihat dengan
mata
telanjang,
memperlihatkan
sedikit
plastisitas
dan
ditandai
dengan
adanya
gejala
dilatanasi
(dilatancy),
ukuran butir lebih besar
(granular)
halus
ketika
disentuh.
Terlarut
saat
dimasukkan
kedalam
air,Lumpur
mongering
dengan cepat, mempunyai
nilai kohesi, tetapi mudah
menjadi bubuk diantara jarijari tangan.

Lempung
(Clays)

Tanah
organik

Lempung
organic, lanau,
pasir
Gambut(Peats)

Variasi
Variasi

Hasil dari Lumpur yang


mongering
dapat
dipecahkan, tetapi tidak
menjadi bubuk diantara jarijari, akan trlarut didalam air,
tetapi
prosesnya
lebih
lambat dibandingkan lanau,
halus
ketika
disentuh,
memperlihatkan sifat plastis
tetapi tidak terjadi dilatansi
sama
sekali.
Lengket
ditangan, mongering secara
perlahan-lahan, mengkerut
ketika
mngering
(dapat
dilihat langsung). Biasanya
timbul retak-retak. Untuk
lempung
dengan
nilai
plastisitas menengah dan
tinggi, keadaan sperti diatas
akan timbul dengan tingkat
menengah sampai tinggi.
Mengandung sejumlah sisasisa tumbuhan
Terdapat
sisa

sisa
tumbuhan,
umumnya
berwarna coklat gelap atau
hitam, seringkali dengan
bau yang khas, mempunyai
nilai bulk density yang
rendah.

Nama untuk material komposit (contoh)


NAMA
KOMPOSISI DARI FRAKSI
KASAR/HALUS
KERIKIL sedikit berpasir (slightly sandy
Sampai 5% pasir
GRAVEL)
KERIKIL berpasir (sandy GRAVEL)
5% - 20% pasir
KERIKIL sangat berpasir (very sandy
Pasir diats 20%
GRAVEL)
KERIKIL/PASIR (GRAVEL/SAND)
Proporsi pasir dan kerikil sama
PASIR sangat berkerikil (very gravelly
Kerikil diatas 20%
SAND)
PASIR berkerikil
20 5 % kerikil
PASIR sedikit berkerikil (slightly gravelly
Sampai 5 % kerikil
SAND)
B.KLASIFIKASI TANAH
Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan
sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10

ordo tanah
1.Alfisol
2.Aridisol
3.Entisol
4.Histosol
5.Inceptisol
6.Mollisol
7.Oxisol
8.Spodosol
9.Ultisol
10.Vertisol

dalam

sistem

Taksonomi

Tanah

USDA

1975,

yaitu:

Alfisol:
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari
horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan
dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah
Kuning,
Latosol,
kadang-kadang
juga
Podzolik
Merah
Kuning.
Aridisol:
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadangkadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk
Desert
Soil.
Entisol:
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent
atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Aluvial
atau
Regosol.
Histosol:
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau
lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan
organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan
tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Organik
atau
Organosol.
Inceptisol:
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol,
Regosol,
Gleihumus,
dll.

Mollisol:
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon
lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih
dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah
tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti
lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah
Chernozem,
Brunize4m,
Rendzina,
dll.
Oxisol:
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral
mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga
kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat.
Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan
pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak
jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol
(Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Spodosol:
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,
dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat
(albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
Ultisol:
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan
sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol,
dan
Hidromorf
Kelabu.
Vertisol:
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan
keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI BATUAN

A.DESKRIPSI BATUAN
Kondisi
Sangat Lemah (Very
Weak)
Lemah
(Weak)
Agak Lemah
(Moderately Weak)
Agak Kuat (Moderately
Strong)
Kuat
(Strong)

Parameter
Nilai
Warna Tambahan

Warna Utama

II

III

IV

1.25 5.0

50 - 125

125 - 500
500 - 1000

Sangat Kuat
(Very Strong)
Amat Sangat Kuat
(Extremely Strong)

Tingkat

Kuat
tekan
(Kgf/cm2)
0.6 1.25

1000 2000
> 2000

Test di Lapangan
Mudah dipecahkan dengan tangan.
Dapat ditembus pisau hingga 5 mm.
Pecah dengan menekankan palu pada
contoh. Tidak dapat ditembus dengan
pisau. Dapat digores dengan kuku ibu
jari.
Dapat dipecahkan diatas telapak
tangan dengan memukulkan palu
keatas conto. Dapat digores dengan
pisau.
Dapat dipecahkan bila conto diletakkan
diatas benda pejal dan dipukul dengan
palu
Susah dipecahkan bila conto diletakkan
diatas benda pejal dan dipukul dengan
palu
Perlu dipukul dengan palu berkali-kali
untuk meretakkan conto
Conto hanya dapat disumbingkan
dengan palu

Istilah
Terang, Gelap
Kemerah-mudaan,
Kemerahan,
Kekuning-kuningan, Kejingga-jinggaan,
Kebiru-biruan,
Kecoklat-coklatan,
Kehijau-hijauan, Keabu-abuan.
Merah Muda, Merah, Kuning, Jingga,
Coklat, Hijau, Biru, Ungu, Putih, Abuabu, Hitam

Deskripsi
Segar (Fresh). Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan material
batuan, mungkin sedikit terjadi perubahan warna pada bidang
diskontinuitas utama
Agak Lapuk (Slightly Weathered). Terjadi perubahan warna
yang menunjukkan pelapukan material batuan dan bidang
diskontinuitas. Seluruh material batuan mungkin berubah
warna karena pelapukan.
Lapuk Sedang (Moderately Weathered) Kurang dari 50%
material batuan beralih ke tanah. Batuan segar atau sudah
berubah warna tetap ada sebagai bagian tak menerus atau
batuan inti.
Sangat Lapuk (Highly Weathered). Lebih dari 50% material
batuan beralih ke tanah. Batuan segar atau sudah berubah
warna tetap ada sebagai bagian tak menerus atau batuan inti.

VI

Lapuk Sempurna (Completely Weathered). Seluruh material


batuan telah beralih menjadi tanah. Struktur massa asli
sebagian masih ada (intact).
Tanah Residual (Residual Soil). Seluruh material batuan telah
beralih menjadi tanah. Struktur massa dan material fabric telah
hancur. Terjadi perubahan besar dalam volume tetapi tanah
belum mengalami transportasi berarti.

Struktur
Tipe Batuan
Sedimen
Metamorfosa
Beku

6.

Struktur
Berlapis tebal (Bedded)
Berlapis tipis (Laminated)
Foliasi (Foliated)
Pitaan (Banded)
Belahan (Cleavege)
Masif (Massive)
Aliran (Flow banded)

Bentuk Partikel dan Komposisi


Angularity
(Kebersudutan)
Bentuk

Tekstur Permukaan

Menyudut (Angular)
Agak Menyudut (Sub-Angular)
Agak bulat (Sub-rounded)
Bulat (Rounded)
Ekuidimensional
Datar (Flat)
Melengkung (Elongated)
Datar dan Melengkung (Flat dan
Elongated)
Tak Beraturan (Irregular)
Kasar (Rough)
Halus (Smooth)

Komposisi partikel : Tergantung pada mineral dan atau jenis batuan yang
menbentuk butiran tersebut.
7.

Diskontinuitas

Istilah umum untuk tiap diskontinuitas mekanis pada massa batuan yang
memiliki kekuatan tarik kecil atau tidak ada sama sekali. Merupakan gabungan
dari jenis kekar, bidang perlapisan yang lemah dan sesar. Sepuluh parameter
yang dipilih untuk menggambarkan diskontinuitas dan massa batuan
diterangkan dibawah ini.

Digambarkan dengan kemiringan terbesar yang diukur terhadap horizontal dan


kemiringan yang diukur searah putaran jarum jam dari utara sebenarnya.

Diskripsi
Amat sangat rapat (extremely close spacng)
Sangat rapat (very close spacing)
Rapat (Closely spacing)
Agak rapat (moderate spacing)
Jarang (wide spacing)
Sangat jarang (very wide spacing)
Amat sangat jarang (extremely wide
spacing)

Diskripsi
Sangat rendah (very low)
Rendah (low)
Sedang (medium)
Tinggi (high)
Sangat tinggi (very high)

Spasi (mm)
< 200
20 60
60 600
200 600
600 - 2000
2000 6000
> 6000

Panjang di Permukaan
(m)
<1
13
3 10
10 20
> 20

Dinyatakan berdasarkan kekuatan batuan seperti yang disebutkan diatas.

Bukaan (mm)
< 0.1
0.1 0.25
0.25 0.5
0.5 2.5
2.5 - 10
>10
10 - 100
100 - 1000
>1000

Deskripsi
Sangat rapat (very tight)
Rapat (tight)
Sebagian terbuka (partly open)
Terbuka (open)
Agak lebar (moderately wide)
Lebar (wide)
Sangat lebar (very wide)
Amat sangat lebar (extremely wide)
Besar (Cavernous)

Tertutup

Berselang

Terbuka

Material yang memisahkan dinding-dinding diskontinuitas batuan yang


bersebelahan seperti kalsit, klorit, lempung, lanau, breksi dan lain-lain.
Deskripsi kuantitatif material pengisi diperlukan seperti kekuatan, warna,
plastisitas, warna tanah/batuan, kondisi kadar air dan lain-lain seperti deskripsi
untuk tanah/batuan, sketsa dan foto juga diperlukan.

Diskontinuitas yang tidak terisi


Tingkat
Deskripsi
Rembesan
I
Diskontinuitas sangat rapat dan kering, air hampir
tidak mungkin mengalir
II
Diskontinuitas kering tanpa tanda-tanda aliran air
III
Diskontinuitas kering tapi terlihat tanda-tanda aliran
air seperti bercak karat dan lain-lain.
IV
Diskontinuitas sedikit basa tetapi tidak ada air bebas
V
Diskontinuitas menunjukkan rembesan, tetesan air
dibeberapa tempat, tetapi tanpa aliran yang menerus
VI
Diskontinuitas memeperlihatkan aliran air yang
menerus (perkirakan l/menit dan gambarkan tekanan
misal rendah, sedang, tinggi).

Diskontinuitas yang terisi


Tingkat
Deskripsi
Rembesan
I
Material pengisi sangat terkonsolidasi dan kering,
aliran yang nyata tidak terjadi karena permeabilitas
yang rendah.
II
Material pengisi lembab, tetapi tidak ada air bebas.
III
Material pengisi basah, tetesan air di beberapa
tempat.
IV
Material pengisi menunjukkan tanda-tanda gerusan,
air mengalir terus menerus (perkirakan l/menit).
V
Material pengisi tergerus dibeberapa tempat, air
cukup banyak mengalir melalui saluran akibat
gerusan (perkirakan l/menit dan gambarkan tekanan
misal rendah, sedang, tinggi).
VI
Material pengisi terbilas seluruhnya, tekanan air
sangat tinggi terjadi, terutama pada saat pertama
sekali tersingkap (perkirakan l/menit dan gambarkan
tekanan misal rendah, sedang, tinggi).

MASSA BATUAN : MISALNYA DINDING TEROWONGAN


Tingkat
Rembesan
I

Deskripsi
Dinding dan atap kering, tidak ada rembesan

II
III

IV

teramati
Rembesan kecil, tentukan tumpahan
Aliran sedang, tentukan diskontinuitas dengan
aliran menerus (perkirakan l/menit per 10 m
panjang galian).
Aliran besar, tentukan diskontinuitas dengan
aliran kuat (perkirakan l/menit per 10 m
panjang galian).
Aliran sangat besar, tentukan sumber aliran
yang besar (perkirakan l/menit per 10 m
panjang galian).

NO
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX

Deskripsi
Pejal, terkadang ada kekar acak
Satu set kekar
Satu sesat kekar dan acak
Dua set kekar
Dua set kekar dan acak
Tiga set kekar
Tiga set kekar dan acak
Empat set kekar atau lebih
Batu pecah/hancur

Diskontinuitas individual utama harus dicatat satu persatu.


Indeks Ukuran Blok (Ib)
Dapat diperkirakan dengan memilih beberapa ukuran blok tipikal dan mengambil
ukuran rata-ratanya.

Hitungan Join Volumetrik (Jr)


Deskripsi
Blok sangat besar (very large block)
Blok Besar (Large block)
Blok Ukuran sedang (medium size
block)
Block kecil (small block)
Block sangat kecil (very small block)

Jr (Join/m2)
<1
13
3 10
10 30
> 30

Nilai Jr > 60 menunjukkan batu pecah,tipikal zona pecahan tanpa lempung

MASSA BATUAN

Ukuran dan
bentuk
block
Massive
Blocky
Tabular
Columnar
Irregular
Crushed

Deskripsi

Sedikit kekar atau berspasi sangat lebar


Kurang lebih ekidimensional
Satu dimensi jauh lebih kecil dari dua yang
lain
Satu dimensi jauh lebih besar dari dua
yang lain
Banyak varisai ukuran dan bentuk blok
Banyak kekar

Bbbbbb
Cb
bKLASIFIKASI BATUAN
Secara umum batuan dapat dibedakan menjadi 3 ,yaitu: Batuan Beku,Batuan
Sedimen, dan Batuan Metamorf.

1. Batuan Beku

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan


bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive
(sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila
magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku,
terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.
Secara Umum klasifikasi batuan beku adalah sebagai berikut:

2. Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi
hasil erosi. sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen,
waluapun
volumnya hanya sekitar 5% dari volum kerak bumi.

Secara umum batuan sedimen dibagi atas 2 jenis batuan, yaitu :


1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan yang berasal dari proses ilmiah, yang disebabkan oleh proses-proses
seperti :
a. Proses pelapukan, dapat berupa pelapukan mekanis atau pelapukan
kimiawi.
b. Proses pengangkutan/transportasi.
c. Proses pengendapan.
2. Batuan Sedimen Nonklastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh proses-proses penghabluran dari
suatu larutan yang jenuh akan kandungan kimia tertentu akibat suatu hasil
penguapan, proses penggantian serta endapan biokimia.
a. Adanya reaksi-reaksi kimia yang berlangsung
b. Penghabluran dari larutan jenuh, misal kadar garam tinggi di suatu
danau
c. Proses Biokimia yang disebabkan aktifitas organisme yang ada

3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok
utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu
tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang
disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang
dikenai panas (lebih besar dari 150 Celsius) dan tekanan ekstrem akan
mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat
berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang
lebih

tua.

Beberapa

contoh

batuan

metamorf

adalah gneis, batu

sabak, batu marmer, dan skist.


Batuan

metamorf

digolongkan

menyusun

berdasarkan

sebagian

tekstur

dan

besar

dari kerak Bumi dan

dari

susunan

kimia

dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan


bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan
suhu

tinggi.

Mereka

juga

terbentuk

oleh intrusi batu

lebur,

disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada


kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.

Batuan metamorf dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Batuan Metamorf Thermal, yaitu batuan yang mengalami metamorfosis
disebabkan oleh pengaruh temperatur (T) yang lebih dominan daripada
tekanan (P) dengan temperatur antara 400 - 800C. Contoh : Hornfels.
2. Batuan Metamorf Dynamo, yaitu batuan yang mengalami metamorfosis
disebabkan oleh pengaruh tekanan (P) lebih dominan daripada temperatur
(T). Contoh : Gneiss.
3. Batuan Metamorf Regional, yaitu batuan yang mengalami metamorfosis
disebabkan oleh pengaruh tekanan (P) dan temperatur (T) dimana keduaduanya sangat dominan terhadap terjadinya batuan tersebut. Contoh :
Sekis mika.

DAFTAR PUSTAKA

http://kuningtelorasin.files.wordpress.com/2008/08/klasifikasi1.jpg (Diakses
tgl 12.02.2012 pukul 08.01)
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/12/klasifikasi-tanah-usda1975.html (Diakses tgl 12.02.2012 pukul 08.05)
http://geoumum14.blogdetik.com/2011/12/20/klasifikasi-batuan-sedimen/
(diakses tgl 12.02.2012 pukul 08.10)
http://geoumum14.blogdetik.com/2011/12/20/klasifikasi-batuan-metamorf/ (
Diakses tgl 12.02.2012 pukul 08.15)
http://geoblogi.wordpress.com/2006/10/04/airtanah-apa-dan-bagaimanamencarinya/ (Diakses tgl 12.02.2012 pukul 08.25)

Anda mungkin juga menyukai