PENDAHULUAN
utama
aterosklerosis.
ini
Proses
yang
mendasari
berlangsung
menahun
kejadian
dan
SKA
adalah
progresif.
Proses
tersebut
diatas,
kususnya
mengenai
2. Menilai hubungan umur dengan kejadian SKA pada penderita PJK yang
dirawat di CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada
tahun 2013.
3. Menilai hubungan obesitas dengan kejadian SKA pada penderita PJK yang
dirawat di CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada
tahun 2013.
4. Menilai hubungan merokok dengan kejadian SKA pada penderita PJK
yang dirawat di CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
pada tahun 2013.
5. Menilai hubungan
kejadian SKA pada penderita PJK yang dirawat di CVCU Cardiac Center
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2013.
6. Menilai hubungan dislipidemia dengan kejadian SKA pada penderita PJK
yang dirawat di CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
pada tahun 2013.
7. Menilai hubungan hipertensi dengan kejadian SKA pada penderita PJK
yang dirawat di CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
pada tahun 2013.
8. Menilai hubungan diabetes dengan kejadian SKA pada penderita PJK yang
dirawat di CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada
tahun 2013.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dengan mengetahui gambaran karakteristik penderita SKA yang dirawat di
CVCU Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo; maka penelitian ini
akan memeberi manfaat dalam beberapa hal, sebagai berikut:
penderita yang dirawat di CVCU Cardiac Center Dr. RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
2. Memberi wawasan baru mengenai faktor risiko yang dapat dieleminer
dalam rangka menurunkan morbiditas dan mortalitasmya.
3. Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti yang ingin
mengkaji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SINDROM KORONER AKUT (SKA)
2.1.1 Definisi
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit jantung yang terjadi
akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Hal ini paling
sering disebabkan oleh lesi aterosklerosis pada arteri koronaria. Akibat
penyempitan atau penyumbatan maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai
oleh aliran darah koroner dengan kebutuhan metebolisme miokard.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan manifestasi klinis bila kebutuhan
miokard melebihi kapasitas arteri koroner untuk mengangkut suplai oksigen.9
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi
yang digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan
proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil (unstable angina
pectoris / UAP), infark miokard tanpa elevasi segmen ST (non-ST elevation
myocardial infarction / NSTEMI), dan infark miokard dengan elevasi segmen
dari enam penyebab kematian setiap harinya di AS.Di tahun 2009, 386.324
penduduk Amerika meninggal akibat PJK. Setiap tahunnya diperkirakan
sebesar 635.000 penduduk Amerika mengalami serangan PJK baru dan
280.000
mengalami
serangan
berulang.Data
tersebut
memperkirakan
koroner
disebabkan
karena
ateroma
dan
10
bercak sclerosis (plak atau kerak pada pembuluh darah) sehingga terjadinya
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Kalau terjadi ruptur plak,
atau perdarahan subendotel, mulailah proses trombogenik, yang menyumbat
sebagian atau seluruh pembuluh darah koroner. Pada saat inilah muncul
berbagai presentasi klinis seperti angina atau infark miokard. Proses
ateroskerosis ini dapat stabil, tetapi dapat juga tidak stabil atau progresif.10,12,15
Aterosklerosis berhubungan dengan banyak faktor-faktor resiko,
seperti keluarga, hipertensi, obesitas, merokok, diabetes mellitus, stress, serta
kadar serum kolesterol dan trigliserida yang tinggi.5
Tabel 2.1
Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner10
Faktor resiko yang tidak dapat
diubah
-
Usia
Jenis kelamin
Genetik
Hipertensi
Obesitas dan sindroma metabolik
Merokok
Diabetes Melitus
Dislipidemia
primer
11
13
14
15
Ada 3 faktor utama yang menentukan respon trombus pada plak yang
i.
ii.
disturbance)
iii.
Keseimbangan trombosis-trombolitik saat terjadinya plak disrupsi.
3. Vasokonstriksi
Vasokonstriksi pembuluh darah koroner ikut berperan
pada
patogenesis SKA. Ini terjadi sebagai respon terhadap disrupsi plak khususnya
trombus yang kaya platelet dari lesi itu sendiri. Endotel berfungsi mengatur
tonus vaskuler dengan melepaskan factor relaksasi yaitu nitrit oxide (NO)
yang dikenal dengan Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF),
prostasiklin, dan factor kontraksi seperti endothelin-1, tromboxan A2,
prostaglandin H2. Trombus kaya platelet yang mengalami disrupsi, terjadi
platelet dependent vasokonstriksi yang diperantarai serotonin dan tromboxan
A2 sehingga menginduksi vasokonstriksi pada daerah ruptur plak atau
mikrosirkulasi.20
Proses terjadinya Aterotrombosis
Trombosis adalah pembentukan klot platelet atau fibrin di dalam
pembuluh darah yang dapat menyumbat pembuluh darah vena atau arteri.
Trombosis merupakan hasil perubahan dari satu atau lebih komponen
hemostasis yang meliputi faktor koagulasi, protein plasma, aliran darah,
permukaan vaskular, dan konstituen selular terutama trombosit dan sel
endotel. Perubahan tersebut dapat menyebabkan trombosis pada pembuluh
darah vena, arteri, atau perifer. Pada pembuluh darah vena yang terpenting
16
komplikasi
akut
dari
aterosklerosis.
Munculnya
proses
adanya
peningkatan
status
17
18
Troponin T/I mulai meningkat pada 3 jam dari mulai nyeri dada khas infark
dan menetap 7-10 hari setelah IMA. Troponin T/I mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas tinggi sebagai petanda kerusakan sel miokard dan prognosis.12,13,27
Tabel 2.2
Spektrum Klinis Sindrom Koroner Akut10
Jenis
Nyeri Dada
EKG
Enzim Jantung
APTS
Angina pada
waktu istirahat
aktivitas ringan
(CCS III-IV).
Crescendo
angina. Hilang
dengan nitrat
Angina lebih berat
dan lebih lama
(>30 menit).
Tidak membaik
dengan pemberian
nitrat, perlu
opium.
Angina lebih berat
dan lebih lama
(>30 menit).
Tidak membaik
dengan pemberian
nitrat, perlu
opium.
Depresi segmen
ST, inversi
gelombang T,
tidak ada
gelombang Q
Tidak meningkat
Depresi segmen
ST, inversi
gelombang T
Meningkat minimal
2 kali nilai batas
normal.
Hiperakut
selevasi segmen
ST, gelombang Q
patologis, inversi
gelombang T
Meningkat minimal
2 kali nilai batas
normal.
NSTEMI
STEMI
2.1.4.1 Anamnesis
Nyeri dada tipikal (angina) merpakan gejala radikal pasien SKA.
Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu
membedakan nyeri dada lainnya karena gejala ini merupakan petanda awal
dalam pengelolaan pasien SKA.10
Sifat nyeri pengelolaan pasien SKA:10,27
a) Lokasi : substernal, retrosternal, dan precordial.
19
b) Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih beban berat,
seperti ditusuk-tusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
c) Penjalaran : ke leher, lengan kiri, mandibular, gigi, punggung/interskapula,
dan dapat juga ke lengan kanan.
d) Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
e) Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
f) Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan
lemas.
g) Hati-hati pada pasien diabetes mellitus, kerap pasien tidak mengeluh nyeri
dada akibat neuropati diabetik.
Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan antara gejala
UAP/NSTEMI dan STEMI.10
2.1.4.2 Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor
pencetus dan kondisi lain sebagai konsekuensi dari SKA. Keadaan disfungsi
ventrikel kiri (hipotensi, ronkhi, dan gallop S3) menunjukkan prognosis yang
buruk. Adanya bruit di karotis atau penyakit vaskuler perifer menunjukkan
bahwa pasien memiliki kemungkinan juga penyakit jantung.10,28
2.1.4.3 Elektrokardiografi
Gambaran EKG abnormal terdapat pada penderita IMA dengan
ditemukannya elevasi segmen ST dan adanya gelombang Q. Namun demikian,
elevasi segmen ST dapat juga ditemukan di perikarditis, repolarisasi cepat
yang normal, dan aneurisma ventrikel kiri. EKG merupakan langkah diagnosis
awal yang membedakan kedua kelompok sindrom koroner akut yang
mempunyai pendekatan terapi berbeda. Jika terjadi elevasi segmen ST, artinya
terjadi infark miokard yang merupakan indikasi untuk reperfusi segera.12,29
20
21
Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan segmen ST.
Namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis UAP/STEMI.11
2.1.4.4 Biomarker Jantung
Kerusakan miokardium dikenali keberadaannya antara lain dengan
menggunakan tes enzim jantung, seperti Creatinin-Kinase (CK), Creatinin
Kinase MB (CKMB), dan laktat dehidrogenase (LDH). Kadar serum CK dan
dan CKMB merupakan indicator penting dari nekrosis miokard. Keterbatasan
utama dari kedua petanda tersebut adalah relatif rendahnya spesifikasi dan
sensitivitas saat awal (< 6 jam) setelah onset serangan. Resiko yang lebih
buruk pada pasien tanpa elevasi segmen ST lebih besar pada pasien dengan
peningkatan nilai CKMB. Peningkatan kadar CKMB sangat berkaitan erat
dengan kematian pasien dengan SKA tanpa elevasi segmen ST, dan naiknya
resiko dimulai dengan peningkatan kadar CKMB diatas normal. Meskipun
demikian nilai normal CKMB tidak menyingkirkan adanya kerusakan ringan
miokard dan adanya resiko terjadinya perubahan penderita. Troponin khusus
jantung merupakan petanda biokimia primer untuk SKA. Sudah diketahui
bahwa kadar troponin, negatif saat < 6 jam dan harus diulang saat 6-12 jam
setelah onset nyeri dada.10,12,13
Tabel 2.3
Enzim dan Biomarker Jantung pada Sindrom Koroner Akut.13
Enzim
CK-MB
GOT
LDH
Troponin T
Troponin I
Meningkat
6 jam
6-8 jam
24 jam
3 jam
3 jam
Puncak
24 jam
36-48 jam
48-72 jam
12-24 jam
12-24 jam
Normal
36-48 jam
48-96 jam
7-10 hari
7-10 hari
7.14Ari
22
2.1.5 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran darah
koroner dengan trombolitik / PTCA primer untuk menyelamatkan jantung dari
infark miokard, membatasi luasnya infark miokard, dan mempertahankan
fungsi jantung. Penderita SKA perlu penangan segera mulai sejak diluar
rumah sakit sampai di rumah sakit. Pengenalan SKA dalam keadaan dini
merupakan kemampuan yang harus dimiliki dokter atau tenaga medis karena
akan memperbaiki prognosis pasien. Tenggang waktu antara mulai keluhan diagnosis
resiko
medikamentosa.
ACC / AHA
berulangnya
IMA
dengan
berbagai
terapi
pemberian aspirin, klopidogrel, dan heparin atau low molecular weigh heparin
(LMWH), penyekat beta dan nitrat. Lalu dilakukan penilaian resiko dengan
23
melihat melihat keadaan klinis, EKG, dan laboratorium. Untuk pasien dengan
resiko tinggi seperti perhubungan segmen ST, troponin positif, TIMI risk
score lebih dari 3, perlu diberikan obat GP IIb/IIa inhibitor. Dianjurkan
strategi invasif untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi dan strategi
konservatif untuk pasien dengan resiko pasien. Untuk penderita IMA
direkomendasikan penggunaan fibrinolitik/trombolitik disamping pemakaian
obat-obat sebagaimana pada penderita UAP/NSTEMI. Sedangkan penggunaan
jangka panjang digunakan formula terapi berupa aspirin, penyekat beta, ACEinhibitor, dan statin.13,30
Penanganan SKA oklusi total yang terjadi lebih dari 4-6 jam pada
arteri koroner akan menyebabkan nekrosis miokard yang irreversibel, dengan
gambaran Q-MI. Namun, dengan terapi reperfusi yang cepat dan adekuat
dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.30
24
2.2 DISLIPIDEMIA
2.2.1 Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kelainan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein
(LDL), trigliserida, dan penurunan High Density Lipoprotein (HDL). Adult
Treatment Panel (ATP) III memberi batasan dislipidemia aterogenik adalah
peningkatan trigliserida, small dense LDL, dan penurunan HDL.32,33
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas penyebabnya, yaitu
primer yang tidak jelas sebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit
dasar seperti pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus, hipotiroidisme, dan
lain-lain. Selain itu, dislipidemia dapat juga dibagi berdasarkan profil lipid
yang menonjol, seperti hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, isolated low
25
26
bisa diubah. Faktor resiko yang tidak bisa diubah antara lain usia. Biasanya
semakin bertambah usia, kadar kolesterol pun semakin tinggi. Selain itu, jenis
kelamin juga merupakan salah satu faktor. Biasanya wanita memiliki resiko
terkena kolesterol tinggi ketika masa menopause karena di masa akhir ini
kadar LDL dalam tubuh wanita cenderung meningkat. Faktor genetik juga bisa
menjadi faktor resiko yang mempengaruhi tingginya kadar HDL atau LDL
seseorang.37
Sementara itu, faktor resiko yang bisa diubah antara lain faktor gaya
hidup, seperti obesitas, kandungan gizi pada makanan yang kurang
diperhatikan saat dikonsumsi, kurang aktivitas yang bisa memicu naiknya
kadar kolesterol, dan merokok. Semua faktor ini dapat membantu
pembentukan penumpukan lemak pada dinding arteri. Untuk itu, pengecekan
secara berkala terhadap kolesterol perlu dilakukan untuk mengetahui kadar
kolesterol.37
Lebih dari separuh angka kejadian penyakit jantung koroner di
Amerika Serikat disebabkan oleh kelainan metabolisme lemak plasma dan
lipoprotein. Peningkatan lipoprotein merefleksikan pola hidup tidak sehat,
obesitas, diet tinggi lemak pada individu dengan kelainan metabolisme lemak
yang berasal dari defek tingkat genetik.37
2.2.4 Kadar Kolesterol
Profil lemak pada umumnya diperiksa setelah subyek atau penderita
berpuasa 6-8 jam. Untuk kepentingan klinis, National Cholesterol Education
Program-Adult Treatment Panel III telah membuat klasifikasi pada tahun
2001.38,32
Tabel 2.4
Klasifikasi Kadar Lipoprotein Menurut NCEP-ATP III10
27
Penatalaksanaan
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non-farmakologi
yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani, serta pengelolaan berat badan.
Tujuan utama terapi diet disini adalah menurunkan resiko penyakit
kardiovaskular (PKV) dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
serta mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi.
Perbaikan
keseimbangan
kalori
biasanya
memerlukan
peningkatan
28
29
mg/dl atau sedang dalam pengobatan, maka target LDL ,100 mg/dl adalah
opsional.32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Diabete
Umur
Jenis
Kelamin
meroko
k
Obesit
as
ATERO
SKLEROS
IS
SKA
(SINDROM
KORONER
AKUT)
Hipertens
i
Dislipide
mi
Riw.
Keluarga
30
31
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menganalisis faktorfaktor risiko kardiovaskuler dengan kejadian SKA pada PJK dari data sekunder
yang tercatat pada medical record penderita PJK yang dirawat di ICCU RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2013.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan pebruari tahun 2014
hingga semua data sekunder dari medical record penderita PJK yang dirawat di
ICCU RSWS 2013 telah memenuhi target besar sampel yang telah ditentukan.
4.2.2 Tempat Penelitian
Bertempat di ICCU dan bagian medical record RSWS Makassar.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Semua penderita PJK yang dirawat di ICCU RSWS selama priode tahun 2013.
4.3.2
Sampel
33
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
demografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan) penderita dan
data tentang diagnosis (SKA dan bukan SKA), tinggi badan, berat badan,
kesimpulan hasil rekaman EKG, hasil pemeriksaan profil lemak darah, hasil
pemeriksaan kadar GDP, dan hasil anamnesis tentang riwayat merokok.
4.6 Klasifikasi variabel dan definisi operasional
4.6.1 Klasifikasi variabel
Variabel dependen: Sindroma Koroner Akut (SKA)
Variabel antara: aterosklerosis
Variabel independen: jenis kelamin, obesitas, dislipidemia, hipertensi,
riwayat merokok, dan diabetes.
34
4.6.2
35
Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Setelah itu, dilakukan
pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan.
4.7.2
Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji statistik deskriptif untuk masingmasing variabel, uji X2 untuk mengetahui hubungan masing-masing faktor risiko
dengan kejadian SKA pada PJK dan uji regresi logistik ganda untuk menentukan
besarnya konstribusi masing-masing faktor. Batas kemaknaan yang digunakan
adalah = 5% .
4.7.3
Penyajian Data
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik yang
disertai narasi.
4.8 Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait etika dalam penelitian ini adalah:
1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada
beberapa instansi yang terkait, antara lain Sub Bagian Kesatuan Bangsa
Pemerintah Daerah TK.1 Sulsel, Kepala RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, dan Kepala Instalansi ICCU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat dalam rekam
medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Purba J, Safri Z, Hassa R. 2012. Hubungan Kadar High Sensitivity CReactive Protein dengan Derajat Stenosis Arteri Koroner pada Pasien Angina
Pektoris
Stabil
(Abstract).
Diunduh
tgl.
16-10-13,
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33026/6/Abstract.pd
2. World Health Organization (WHO). 2012. Global Burden of Coronary Heart
Disease. [Accessed on December 2013]. Available from: http://www.who.int
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes Republik Indonesia. 2007.
Hipertensi. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). [Accessed on December
2013]. Available from: http://www.riskesdas.litbang.depkes.co.id
37
Pengobatan
Terkini.
USU.
Hal
1-10.
Available
from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234/705/1/08E0024.pdf
12. Nawawi RA, Fitriani, dkk. 2005. Nilai Troponin T(cTnT) Penderita Sindrom
Koroner
Akut
(SKA).
Hal
123-4.
Available
from:
http://journal.unair.ac.id/filrPDF/IJCPML-12-3-05.pdf
13. Anderson, Jeffrey L. ACC/AHA. 2007. Guidelines for The Management of
Patient with Unstable Angina/Non-ST Elevation Myocardial Infarction a
Report of The American College of Cardiology/American Heart Association
Task Force on Practice Guidelines. In: Circulation.p.148-205.
38
14. Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, Benjamin EJ, Berry JD, et al. 2013. Heart
Disease and Stroke Statistics. Update: a report from the American Heart
Association. Circulation. 2013;127:6-245.
15. Brown, Carolt T. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Dalam: Price,
Sylvia A, Wilson, Lorrine M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 1. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Hal 576-88.
16. Libby P. 2006. Inflammation and Cardiovascular Disease Mechanisms.
Am.J.Clin.Nutr. 83(suppl): 456S-60S.
17. Littrell KA, Kern KB. 2002. Acute Ischemic Syndromes. Adjunctive Therapy.
Cardiology Clin. 20(1).
18. Schulman SP, Fessler HE. 2001. Management of Acute Coronary Syndromes.
Am. J Respir Crit Care Med, Vol 164, p 917-22.
19. Hansson G. 2005. Inflammation , Atherosclerosis, and Coronary Artery
Disease. N Engl. J Med. 352: 1685-95.
20. Ismail D. 2001. Paofisiologi Sindroma Koroner Akut. Dalam: Bawazier LA,
Alwi I, Syam Af, dkk. Editors. Prosiding Simposium Pendekatan Holistik
Penyakit Kardiovaskular, Jakarta: Pusat Informasi dan Penertiban Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, hal 22-31.
21. Garlichs C, Eskaf, raaz, et al. 2001. Patient with acute coronary syndromes
express enhanced CD40 ligand/CD154 on platelets. Heart 86: 649-55.
22. Pastrkamp G, Falk E. 2000. Atherosclerotic plaque rupture: an Overview. J
Clin Basic Cardiol, 3: 81-86.
23. Libby P, Theroux P. 2005. Pathophysiology of Coronary Artery Disease.
Circulation. III: 3481-88.
24. Corti R, Fuster V, Badimon JJ. Pathogenic concepts of acute coronary
syndromes. J Am Coll Cardiol. 2003;41:7-14.
25. Pearson TA, Mensah GA, Alexander RW, et al. 2003. Markers of
Inflammation and Cardiovascular Disease Application to Clinical and Public
Health Practice A stamen for Healthcare profesionals from the centers for
39
from:
http://www.exomedindonesia.com/referensi-
kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/jantung-dan-pembuluh-darahcardiovaskuler/2010/10/28/sindrom-koroner-akut-diagosis-tatalaksana
31. Wasid HA. Konsep Baru Penanganansindrom coroner Akut. SMF
kardiovaskuler RSUP Prof. DR. Margono Soekarjo, Purwokerto. Available
from: http://www.tempo.co.id/medika/arsip/02203/pus-3.html
32. Rahmawansa, Sany. Dislipidemia sebagai factor Risiko Utama Penyakit
Jantung Koroner. Dalam: Cermin Kedokteran 169/vol.36 no.3. Hal 181-4.
Available from: http://www.kalbe.co.id
33. Anwar, Bahri. Dislipidemia sebagai factor Risiko Penyakit Jantung Koroner,
Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004. Hal 1-9.
40
2010.
Available
from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/9092/I/J50006012.pdf
41