Anda di halaman 1dari 18

PERSALINAN SUNGSANG

DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur
dengan kepala difundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Presentasi
sungsang terjadi bila panggul atau ekstremitas bawah janin berada di pintu atas
panggul. Dengan insidensi angka kejadian 3 4%.
Dikenal beberapa jenis klasifikasi letak sungsang, yakni:
1. Frank breech atau bokong murni (50-70%) yaitu tampak ekstremitas bawah mengalami
fleksi pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga kaki terletak berdekatan
dengan kepala.
2. Complete breech atau bokong sempurna (5-10%) yaitu satu atau kedua lutut dalam
keadaan fleksi.
3. Foot ling atau incomplete atau presentasi kaki (10-30%) yaitu satu atau kedua kaki atau
lutut terletak di bawah bokong sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah pada
jalan lahir.
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan < 2500 gram: 40%
adalah FrankBreech, 10% adalah Complete Breech, dan 50% adalah Foot ling Breech.
Sedangkan presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan Berat Badan Janin > 2500
gram: 65% adalah Frank Breech, 10% adalah Complete Breech dan 25% adalah Foot ling
Breech.
Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum
sebagai denominator (fetal point of reference to the maternal pelvis ). Station janin
pada presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.

PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma
persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa
dan panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti
fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu
fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas
ruangan didaerah fundus. Kelainan fetus juga dapat m e n ye b a b k a n

letak

s u n g s a n g s e p e r t i m a l f o r m a s i C N S , m a s s a d i l e h e r, aneuploidi.
DIAGNOSIS
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari
riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung
disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah
uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah
kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin
pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus
berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong
2

vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan
pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan
bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga,
sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat d iraba disamping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping
bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk
diagnosis posisi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M R I
( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan ultrasonografik yang dilakukan oleh
operator berpengalaman dapat menentukan presentasi janin, sikap, ukuran, jumlah kehamilan,
lokasi plasenta, jumlah cairan amnion dan malformasi jaringan lunak atau tulang janin. Pada
foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin
serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.

Gambar Pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya presentasi sungsang dengan


jenis Frank Breech.
PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang
yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan
ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee
chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air
ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak
janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.

Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan


antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar
35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia
kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi
luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
Skor

Pembukaan serviks

1-2

3-4

5+

Panjang serviks (cm)

Station

-3

-2

-1

+1,+2

Konsistensi

Kaku

Sedang

Lunak

Position

posterior

Mid

anterior

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada
versi luar.
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama
hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio,
seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga
panggul.
Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu persalinan
pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Penentuan cara persalinan adalah sangat
individual, kriteria pada tabel dibawah dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan
per vaginam atau per abdominal ( sectio caesar ) :

Persalinan pervaginam

Sectio caesar

Presentasi Frank Breech


Usia kehamilan 34 minggu
TBJ 2000-3500
Kepala fleksi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan X-ray

Presentasi footling
Janin preterm (25-34 minggu)
TBJ > 3500 gr atau < 1500 gr
Kepala janin defleksi atau hiperekstensi
Panggul sempit atau ukuran dalam nilai

pelvimetry)

borderline

Diameter transversa PAP 11,5 cm dan


diameter anteroposterior 10,5 ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm, dan
diameter anteroposterior 11,5 cm.
Tidak ada indikasi sectio Caesar pada ibu Bagian terendah janin belum engage.
atau anak
Partus lama
Janin previable ( usia kehamilan <25 minggu
Primi tua
& < 700 gr)
Infertilitas atau Riw. Obstetric buruk
Kelainan congenital +
Proses persalian berlangsung normal Letak kai pada kehamilan 25 minggu tanpa
mekipun sudah direncanakan section Caesar disertai

kelianan

congenital

(mencegah

(persalian per vaginam masih merupakan prolaps tali pusat)


pilihan dibandingkan SC )

Ketuban pecah dini

Persalinan Pervaginam
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:

Persalinan bokong

Persalinan bahu

Persalinan kepala janin

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:


Tipe dari presentasi bokong:

a) Presentasi bokong (frank


breech)
6

b) Presentasi
kaki

bokong
sempurna

(complete breech)
c) Presentasi bokong
kaki tidak sempurna
Bokong masuk ke pintu
atas

panggul

posisi

dalam

melintang

atau

miring.
Setelah

trokanter

belakang mencapai dasar


panggul, terjadi putaran
paksi

dalam

sehingga

trokanter depan berada di


bawah simfisis.

Penurunan bokong dengan


trokanter

belakangnya

berlanjut, sehingga distansia


bitrokanterika janin berada
di pintu bawah panggul.

Terjadi

pers alinan

bokong,

dengan

trokanter

depan

s ebagai hipomoklion.
Setelah
belakang

trokanter
lahir,

terjadi
7

fleksi lateral janin untuk


persalinan

trokanter

depan,

sehingga

seluruh

bokong

janin

lahir.

Jika

bokong

tidak

mengalami

kemajuan

selama

kontraksi

berikutnya,
dapat

episiotomi

dilakukan

dan

bokong dilahirkan dengan


traksi ke bawah perut.

Terjadi putar paksi luar,


yang

menempatkan

punggung bayi ke arah


perut ibu.
Penurunan

bokong

berkelanjutan

sampai

kedua tungkai bawah lahir.

Jika

kaki

keluar,

janin

telah

penolong

dapat

menyusupkan
sepanjang
dan

kaki

melahirkan

tangan
anterior
kaki

dengan flexi dan abduksi


sehingga

bagian

badan

lainnya dapat dilahirkan.

Bahu janin mencapai pelvic


'gutter' (jalan sempit) dan
melakukan

putar

paksi

dalam sehingga diameter


biacromion terdapat pada
diameter

anteroposterior

diameter pelvic bagian luar.


Secara simultan, bokong
melakukan rotasi anterior
90o. Kepala janin kemudian
masuk ke tepi pelvik, sutura
sagitalis berada pada tepi
diameter

transversal.

Penurunan ke dalam pelvic


terjadi dengan flexi dari
kepala.
Pada persalinan pervaginam, berdasarkan tenaga yang dipakal dalam
melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
Prosedur pertolongan persalinan spontan ( spontaneous breech)
Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
9

1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi


persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran .janin harus selalu
disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka
vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jani-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada
waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali
pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti
gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul.
Dengan gerakan hiperlordossis i ni berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan,
dagu,

mulut

dan

akhirnya

kepala.

10

5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut
masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid (partial breech extraction; assisted breech delivery)
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan
untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
11

a)

Klasik (Deventer)

b)

Mueller

c)

Lovset

d)

Bickenbach.

3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara


a)

Mauriceau (Veit-Smellie)

b)

Najouks

c)

Wigand Martin-Winckel

d)

Parague terbalik

e)

Cunam piper

Teknik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan
langan oleh penolong yang dapat dilakukan dengan teknik:
1.

Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih
dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan
kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas
sejauh mungkin sehingga perut
janin

mendekati

perut

ibu.

Bersamaan dengan itu tangan kiri


penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah
dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk
melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong
dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan
cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya
dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin
relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir
yang dapat manimbulkan infeksi.
12

2.

Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan
depan

lebih

ekstraksi,

dulu

baru

dengan
kemudian

melahirkan bahu dan lengan


belakang.
dipegang

Bokong
dengan

janin
femuro-

pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan
ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan
lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak
masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
3.

Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan
secara Lovset ialah memutar
badan janin dalam setengah
lingkaran

bolak-balik

sambil

dilakukan traksi curam ke bawah


sehingga bahu yang sebelumnya
berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak
sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang
dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4.

Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)


1.

Cara Mauriceau (Veit-Smellie)


Tangan penolong yang sesuai dengan
muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam
13

mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain
mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah
janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram
leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan
oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
2.

Cara Prague Terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun
kecil berada di belakang dekat sacrum dan muka
janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung
janin diletakkan pada telapak tangan penolong.
Tangan penolong yang lain memegang kedua
pergelangan

kaki,

kemudian

ditarik

keatas

bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga


perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring
sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
3.

Cara Cunam Piper


Seorang asisten memegang badan janin
pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian
badan janin dielevasi ke atas sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
Pemasangan cunam piper sama prinsipnya
dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah
bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis,
cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir
dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

4.

Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
14

bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1.

Teknik ekstraksi kaki


Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari
kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal
paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi
dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi fleksi. Tangan yang dikuar mendorong
fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah
fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua
dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis
janin, kaki ditarik curam kebawah sampai
pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang
kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun
lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.
Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang
sama seperti pada manual aid.

2.

Teknik ekstraksi bokong


Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah
bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha
depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga
trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera
mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara
manual aid.

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam


Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik
15

ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua
letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria
bila:
1.

Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau
skor Zachtuchni Andros 3).
Skor Zachtuchni Andros
Parameter
Nilai
0
Paritas
Primi
Pernah letak sungsang
Tidak
TBJ
> 3650 g
Usia kehamilan
> 39 minggu
Station
< -3
Pembukaan serviks
2 cm
Arti nilai:

1
multi
1 kali
3649-3176 g
38 minggu
-2
3 cm

2
2 kali
< 3176 g
< 37 minggu
-1 atau >
4 cm

3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2.

Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

3.

Didapatkan distosia

4.

Umur kehamilan:

5.

Prematur (EFBW=2000 gram)

Post date (umur kehamilan 42 minggu)

Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)


Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai social janin tinggi.

6.

Komplikasi kehamilan dan persalinan:


-

Hipertensi dalam persalinan

Ketuban pecah dini

KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1.

Dari faktor ibu:


-

Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)


16

2.

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

Dari faktor bayi:


-

Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat


vital intra-abdominal.

Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alatalat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat
vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut),
asfiksisa sampai lahir mati.

PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat
antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi
uterus yang dapat menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala
janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan
janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan
karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi
akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna
atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.
Kampono,

Nugroho,

dkk.

2008.

Persalinan

Sungsang.

Available

from:

http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2008, October 26).


Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 174-201.

17

Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian patologi.
Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-33.
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan
kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-132.
Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.

18

Anda mungkin juga menyukai