Algoritma Tetanus DR Herry S Yudha Utama SPB MHKes FInaCS PDF
Algoritma Tetanus DR Herry S Yudha Utama SPB MHKes FInaCS PDF
Arsip Blog
TETANUS
NOV 2
Posted by herrysyu
TETANUS
Dr. Herry Setya Yudha Utama,SpB,MHKes,FInaCS
SMF BEDAH
RSUD ARJAWINANGUN 2011
Pendahuluan
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang menunjukkan diri dengan gangguan neuromuskular
akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotosin spesifik dari kuman
anaerob Clostridium tetani. Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi luka, baik luka besar maupun
kecil, luka nyata maupun luka tersembunyi. Jenis luka yang mengundang tetanus adalah luka-luka
seperti Vulnus laceratum (luka robek), Vulnus punctum (luka tusuk), combustion (luka bakar), fraktur
terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat.
Diyakini bahwa Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu sejenis kuman gram positif
yang dalam keadaan biasa berada dalam bentuk spora dan dalam suasana anaerob berubah menjadi
bentuk vegetatif yang memproduksi eksotoksin antara lain neurotoksin tetanospasmin dan
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
1/18
5/29/13
b. Melakukan tindakan profilaksis tetanus terhadap orang yang luka secara benar dan tepat.
c.
Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi luka, baik luka besar maupun luka kecil, luka nyata
maupun tersembunyi. Tetanus merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium
tetani yang menghasilkan eksotoksin bersifat anaerob. Clostridium tetani merupakan hasil gram
positif, dan bersifat anaerob.
Jenis luka yang mengundang tetanus adalah luka luka seperti vulnus laceratum (luka robek), vulnus
punctum (luka tusuk), combustio (luka bakar), fraktur terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka
tali pusat.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 54 hari, rata rata 8 hari. Semakin lambat debrimen dan
penanganan antitoksin, semakin pendek masa inkubasinya dan semakin buruk pula prognosisnya.
Kuman masuk ke dalam luka melalui tanah, debu atau kotoran.
2/18
Terdapat beberapa faktor yang memperburuk prognosis seperti masa inkubasi yang pendek, stadium
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
5/29/13
Terdapat beberapa faktor yang memperburuk prognosis seperti masa inkubasi yang pendek, stadium
penyakit yang parahm penderita yang lanjut usia, neonatus, kenaikan suhu yang tinggi, pengobatan
yang lambat, adanya komplikasi seperti status konvulsivus, gagal jantung, fraktur vertebra,
pneumonia.
Ciri khas kejang pada tetanus yaitu kejang tanpa penurunan kesadaran. Dan awitan penyakit (waktu
dari timbulnya gejala pertama sehingga terjadi kejang) adalah 24 72 jam.
3/18
5/29/13
setelah tali pusat dipotong tanpa memperhatikan kaidah asepsis antisepsis. Otitis media atau gigi
berlubang dapat dianggap sebagai port dentre, bila pada pasien tetanus tersebut tidak dijumpai luka
yang diperkirakan sebagai tempat masuknya kuman tetanus. Bentuk spora akan berubah menjadi
bentuk vegetatif bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut dan
kemudian mengeluarkan ekotoksin. Kuman tetanusnya sendiri tetap tinggal di daerah luka, tidak ada
penyebaran kuman. Kuman ini membentuk dua macam eksotoksin yang dihasilkan yaitu tetanolisin
dan tetanospasmin. Tetanolisin dalam percobaan dapat menghancurkan sel darah merah tetapi tidak
menimbulkan tetanus secara langsung melainkan menambah optimal kondisi lokal untuk
berkembangnya bakteri. Tetanospasmin terdiri dari protein yang bersifat toksik terhadap sel saraf.
Toksin ini diabsorbsi oleh end organ saraf di ujung saraf motorik dan diteruskan melalui saraf sampai
sel ganglion dan susunan saraf pusat. Bila telah mencapai susunan saraf pusat dan terikat dengan sel
saraf, toksin tersebut tidak dapat dinetralkan lagi. Saraf yang terpotong atau berdegenerasi, lambat
menyerap toksin, sedangkan saraf sensorik sama sekali tidak menyerap.
(http://herrysetyayudha.files.wordpress.com/2011/11/tetanus-pathogen2.jpg)
Tetanus disebabkan neurotoksin (http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotoksin) (tetanospasmin)
dari bakteri (http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri) Gram positif anaerob, Clostridium tetani, dengan
mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi (http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Inokulasi&action=edit&redlink=1) bentuk spora (http://id.wikipedia.org/wiki/Spora) ke dalam
tubuh yang mengalami cedera/luka (masa inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit
penting yang manifestasi (http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Manifestasi&action=edit&redlink=1) klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh
kekuatan eksotoksin (http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Eksotoksin&action=edit&redlink=1) (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme). Tempat
masuknya kuman penyakit (http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit) ini bisa berupa luka
(http://id.wikipedia.org/wiki/Luka) yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau
luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
4/18
5/29/13
Toksin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan acethylcholine dari terminal nerve di otot.
Karakteristik spasme dari tetanus terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik
di spinal cord.
Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside.
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
5/18
5/29/13
Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS ) dengan gejala :
berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian
cathecholamine dalam urine.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan meningkatnya aktifitas
dari neuron yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah
otot yang paling sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya
menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis
sehingga timbul spasme otot yang khas .
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa kekornu anterior
susunan syaraf pusat
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk
kedalam susunan syaraf pusat.
Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada voluntary
muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali
muncul pada otot rahang dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan dan
rasio kematian sangatlah tinggi.
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
6/18
5/29/13
(http://herrysetyayudha.files.wordpress.com/2011/11/tetanus.jpg)
Karakteristik Penyakit
Kejang kejang bertambah beram selama tiga hari pertama, menetap selama 5 7 hari. Setelah 10
hari, frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang menghilang. Dan kaku otot hilang
paling cepat mulai minggu ke-4.
Stadium Tetanus
Berdasarkan gejala klinisnya maka stadium klinis tetanus dibagi menjadi stadium klinis pada anak
dan stadium klinis pada orang dewasa.
Stadium klinis pada anak. Terdiri dari :
Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang rangsang, dan belum ada
kejang spontan.
Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang, dan belum ada kejang
spontan.
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
7/18
5/29/13
Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang, dan kejang spontan.
Stadium klinis pada orang dewasa. Terdiri dari :
Stadium 1
trisnus
Stadium 2
opisthotonus
Stadium 3
kejang rangsang
Stadium 4
kejang spontan
8/18
5/29/13
Kerugian hypertet adalah harganya yang mahal, sedangkan keuntungannya pemberiannya tanpa
didahului tes sensitivitas.
Tindakan profilaksis
Jenis Luka
Belum IA atau
sebagian
Ringan, bersih
Mulai atau
melengkapi IA
toks. 0,5 cc hingga
lengkap
ATS 1500 IU
Cenderung
tetanus, debrimen
terlambat,m atau
tidak bersih
ATS 1500 IU
Toks. 0,5 cc
5 10 tahun
> 10 tahun
Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5 cc
ATS 1500 IU
Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5 cc
ATS 1500 IU
ABT
Toks. 0,5 cc
Hingga lengkap
ABT
ABT
Keterangan :
ATS 1500 IU setara dengan HTIG (Humane Tetanus Immunoglobuline) 250 IU.
Pada anak anak dosis ATS
dosis dewasa
IA
Toks =
ABT =
Penatalaksanaan tetanus
Terdiri atas :
1.
2.
Penatalaksanaan luka
3.
Pemberian antibiotika
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
9/18
5/29/13
4.
Penanggulangan kejang
5.
Perawatan penunjang
6.
Pencegahan komplikasi
Pemberian antitoksin tetanus. Pemberian serum dalam dosis terapetik untuk ATS bagi orang
dewasa adalah sebesar 10.000 20.000 IU IM dan untuk anak anak sebesar 10.000 IU IM, untuk
hypertet bagi orang dewasa adalah sebesar 300 IU 6000 IU IM dan bagi anak anak sebesar 3000
IU IM. Pemberian antitoksin dosis terapetik selama 2 5 hari berturut turut.
Penatalaksanaan luka. Eksisi dan debridemen luka yang dicurigai harus segera dikerjakan 1 jam
setelah terapi sera (pemberian antitoksin tetanus). Jika memungkinkan dicuci dengan perhydrol.
Luka dibiarkan terbuka untuk mencegah keadaan anaerob. Bila perlu di sekitar luka dapat
disuntikan ATS.
Pemberian antibiotika. Obat pilihannya adalah Penisilin, dosis yang diberikan untuk orang dewasa
adalah sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk anak anak adalah sebesar 50.000
IU/kg BB/hari, dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas.
Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan tetrasiklin. Dosis pemberian tetrasiklin pada
orang dewasa adalah 4 x 500 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis.
Pengobatan dengan antibiotika ditujukan untuk bentuk vegetatif clostridium tetani, jadi sebagai
pengobatan radikal, yaitu untuk membunuh kuman tetanus yang masih ada dalam tubuh, sehingga
tidak ada lagi sumber eksotoksin.
ATS atau HTIG ditujukan untuk mencegah eksotoksin berikatan dengan susunan saraf pusat
(eksotoksin yang berikatan dengan susunan saraf pusat akan menyebabkan kejang, dan sekali
melekat maka ATS / HTIG tak dapat menetralkannya. Untuk mencegah terbentuknya eksotoksin
baru maka sumbernya yaitu kuman clostridium tetani harus dilumpuhkan, dengan antibiotik.
Penaggulangan Kejang. Dahulu dilakukan isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan
serangan kejang. Saat ini prinsip isolasi sudah ditinggalkan, karena dengan pemberian anti kejang
yang memadai maka kejang dapat dicegah.
Jenis Obat
Fenobarbital
(Luminal)
Klorpromazin
(Largactil)
Dosis Orang
Dewasa
3 x 100 mg IM
3 x 25 mg IM
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
10/18
5/29/13
Diazepam
(Valium)
Klorhidrat
3 x 10 mg IM
Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas otot (muscle relaxant) ditambah alat bantu
pernapasan (ventilator). Cara ini hanya dilakukan di ruang perawatan khusus (ICU = Intesive Care
Unit) dan di bawah pengawasan seorang ahli anestesi.
Perawatan penunjang. Yaitu dengan tirah baring, diet per sonde, dengan asupan sebesar 200 kalori
/ hari untuk orang dewasa, dan sebesar 100 kalori/kg BB/hari untuk anak anak, bersihkan jalan
nafas secara teratur, berikan cairan infus dan oksigen, awasi dengan seksama tanda tanda vital
(seperti kesadaran, keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, kecepatan pernapasan), trisnus (diukur
dengan cm setiap hari), asupan / keluaran (pemasukan dan pengeluaran cairan), temperatur, elektrolit
(bila fasilitas pemeriksaan memungkinkan), konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
Pencegahan komplikasi. Mencegah anoksia otak dengan (1) pemberian antikejang, sekaligus
mencegah laringospasme, (2) jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi (pemasangan
tuba endotrakheal) atau lakukan trakheotomi berencana, (3) pemberian oksigen.
Mencegah pneumonia dengan membersihkan jalan napas yang teratur, pengaturan posisi penderita
berbaring, pemberian antibiotika. Mencegah fraktur vertebra dengan pemberian antikejang yang
memadai.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah : pneumonia, terutama karena aspirasi : asfiksi, terutama
pada saat kejang, status konvulsivus, fraktur vertebra, akibat kejang.
Beberapa pertimbangan
Pengobatan dengan ATS hingga saat ini belum jelas hasilnya, karena itu ada ahli yang menggunakan
dan ada yang tidak menggunakannya. Bila digunakan, keberatannya adalah mengenai harga, tetapi
bila digunakanpun tidak berbahaya kecuali pada penderita yang hipersensitif. Kemampuan
perlindungan ATS ini hanya berlangsung selama 2 3 minggu saja.
Tes Sinsitivitas terhadap ATS
Dilakukan untuk mengetahui apakah seorang penderita tahan terhadap ATS hewan atau tidak.
Untuk melakukan tes tersebut ada dua cara yaitu tes kulit (skin test dan tes mata / eye test).
Tes kulit. Sering dilakukan (lebih disukai dari pada tes mata). Caranya yaitu 0,1 cc serum
diencerkan dengan akuades atau cairan NaC1 0,9 % menjadi 1 cc. Suntikkan 0,1 cc dari larutan
yang telah diencerkan tadi pada lengan bawah sebelah voler secara intrakutan, tunggulah selama 15
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
11/18
5/29/13
menit. Reaksi positif (penderita hipersensitif terhadap serum) bila terjadi infiltrat / indurasi dengan
diameter lebih besar dari 10 mm (1 cm), yang dapat disertai rasa panas dan gatal.
Tes mata. Caranya yaitu dengan meneteskan 1 tetes cairan serum pada mata, tunggulah 15 menit.
Reaksi positif bila mata merah dan bengkak.
Penderita yang hipersensitif terhadap ATS Hewan. Pada penderita ini terdapat 3 kemungkinan,
yaitu : (1) pemberian hypertet (HTIG), (2) pemberian ATS hewan secara desensitisasi (cara Bedreska),
(3) ATS tidak diberikan.
Desensitisasi cara Bedreskad
Adalah pemberian ATS pada penderita yang hipersensitif terhadap penyuntikan langsung, tetapi
tidak dapat diberi HTIG karena suatu hal. Dalam hal ini wajib memberikan ATS dengan
pertimbangan kemungkinan terjadinya tetanus pada luka besar. Pada cara Bedreska ini, pengawasan
dilakukan bertahap. Bila timbul reaksi hebat, pemberian tidak boleh diteruskan.
Cara pemberiannya sebagai berikut :
1. 0,1 cc serum + 0,9 cc akuades atau NaC1 0,9 % disuntikkan secara subkutanm tunggulah selama
30 menit.
2. Sesudahnya, suntikkan 0,5 cc serum + 0,5 cc serum +0,5 cc akuades atau NaC1 0,9 % secara
subkutan, tunggulah 30 menit. Perhatikan reaksi. Bila tampak tanda tanda penderita hipersensitif
(tanda profromalsyok anafilaktik), hentikan pemberian, dan berikan antihistamin serta kortikosteroid.
Rawat penderita sesuai keadaannya.
3. Bila tidak ada reaksi berarti setelah 30 menit sisa serum dapat disuntikkan secara intramuskuler.
Desensitisasi ini bertahan selama 2 3 minggu, jadi bila keesokan harinya atau hari hari berikutnya
(dalam masa 2 3 minggu tersebut) perlu dilakukan suntikan ulangan, maka cara Bersredka tak
perlu diiulangi. Pada cara Besredka, sebaiknya perlengkapan P3K yaitu obat yag diperlukan untuk
menanggulangi syok anafilaktik tetap tersedia.
A. Memberikan kekebalan aktif kepada semua orang
Yang dimaksud dengan semua orang di sini mulai dari bayi sampai orang tua berumur puluhan
tahun, bahkan bayi sebelum lahirpun sudah harus diberi kekebalan melalui ibu yang sedang hamil.
Pokoknya semua penduduk haruslah sudah mempunyai kekebalan terhadap tetanus. Caranya
dengan menyuntikkan toksoid tetanus (dimurnikan) = vaccin serap tetanus = tetanus toxoidum
punficatum sebanyak 0,5 cc intra muskuler.
Untuk immunisasi dasar 3 kali berturut turut dengan interval antara suntikan pertama dengan
kedua 4 6 minggu, antara kedua dengan ketiga 6 bulan. Immunisasi dasar sudah boleh dimulai
waktu anak berumur sekitar 4 bulan yang dapat diberikan bersama vaksin diphteri, pertusis dalam
bentuk vaksin DTP atau DT atau diberikan terpisah pisah. Kalau seseorang belum pernah
mendapatkannya maka imunisasi dasar dapat dilakukan kapan saja sepanjang hidupnya, dengan
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
12/18
5/29/13
dosis dan interval yang sama seperti di atas. Seseorang yang telah mendapat immunisasi dasar
lengkap (3 kali suntikan) maka dalam jangka waktu 10 tahun setelah suntikan terakhir, kandungan
antitoksin tetanus dalam serum darahnya berada di atas garis perlindungan minimal (=minimum
protective level) yaitu garis 0,01 i.u/ml, jadi orang itu dianggap sudah terlindung terhadap tetanus.
Setelah suntikan pertama kali timbul rangsangan terhadap tubuh untuk membentuk antitoksin
tetanus. Dia terdapat dalam serum setelah 7 hari suntikan pertama, kemudian titernya menarik dan
pada hari ke-28. Kalau pada hari ke-28 itu diberikan suntikan kedua, titernya akan menanjak terus
dan akan mencapai 1,0 i.u pada hari ke 60 yaitu jauh di atas garis proteksi minimal walau kemudian
ada penurunan, diperkirakan titer itu akan tetap berada di atas garis proteksi minimal selama 5
tahun. Bila suntikan ketiga diberikan 6 bulan sesudah suntikan kedua, titernya jauh lebih tinggi,
walau kemudian akan ada penurunan, tetapi tetap berada di atas garis proteksi minimal sampai 10
tahun, bahkan 15 20 tahun yang didapatkan pada 85 95 % personil perang dunia kedua.
Walau demikian untuk proteksi terhadap penyakit perlu dilakukan suntikan booster setiap 5 tahun
paling lambat 10 tahun atau setiap seseorang luka di mana diperkirakan titer antitoksin tetanus dalam
serumnya sudah mulai menurun walau masih di atas garis proteksi minimal terutama untuk luka
yang disebut tetanus prona wound . Pemberian booster akan menaikkan titer antitoksin berlipat
ganda jumlahnya. (lihat Gambar 2)
Ada istilah proteksi persial terhadap tetanus, maksudnya ialah :
a. Orang orang yang telah mendapat suntikan vaksin tetanus sebanyak 3 kali, tetapi suntikan
terakhir sudah lebih dari 10 tahun.
b. Orang orang yang telah mendapat vaksin tetanus 2 kali dan waktunya telah lebih dari 5 tahun.
c.
Perlu dijelaskan bahwa toksin tetanus (dimumikan) tidak akan menimbulkan reaksi hipersensitif
terhadap orang yang disuntik, karena itu dapat diberikan berulang kali, sangat jarang ada reaksi
allergi, kalaupun ada reaksinya ringan saja.
Kepada semua dokter dan petugas kesehatan bertanggung jawab untuk memberikan vaksinasi
tetanus terhadap anggota masyarakat yang berada di bawah salah seorang anggotanya menderita
tetanus maka pertama tama salah dalam hal ini adalah dokter perusahaan tersebut, mengapa dia
lalai memberikan kekebalan aktif terhadap anggota yang menjadi tanggung jawabnya.
B. Melakukan profilaksi tetanus terhadap orang yang luka secara benar dan tepat
Ada 4 faktor yang perlu diperhatikan :
1. Pemberian vaksin tetanus
2. Perawatan luka secara bedah yang benar
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
13/18
5/29/13
Pencegahan secara bedah ini bertujuan untuk membuang clostridium tetani yang berkontak dengan
luka, membuang jaringan yang tidak vital lagi untuk mencegah suasana anaerob, dan sebaik
mungkin melakukan rekonstruksi luka sehingga terjadi suasana aerob. Untuk mencapai maksud
tersebut diperlukan :
1.
2. Teknik aseptik dengan memakai sarung tangan steril, mencuci kulit sekitar luka dengan cairan
yang cukup sebelum tindakan bedah.
3. Menutup luka dengan kasa steril waktu mencuci luka tadi.
4. Cahaya haruslah cukup agar secara cermat mengidentifikasi jaringan yang vital seperti saraf dan
pembuluh darah.
5. Instrumen harus lengkap, pembantu cukup agar penarikan jaringan secara halus untuk mencegah
kerusakan jaringan yang lebih besar.
6. Perdarahan dikontrol dengan instrumen yang tepat dan benang yang cukup kecil agar jaringan
nekrotik minimum yang tinggal di dalam luka.
7. Jaringan diperlukan secara halus agar jaringan menambah jaringan nekrotik dalam luka.
8. Diberikan secara komplit dengan memakai pisau untuk meratakan pinggir luka yang compang
camping, mengangkat jaringan yang sudah diragukan vitalitasnya, mengangkat benda asing sampai
tidak ada yang tertinggal.
3. Pemberian antitoksin tetanus
Antitoksin tetanus pada dasarnya ada 2
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
14/18
5/29/13
a. Heterologous antitoksin
b. Tetanus immun Globulin (human)
Heterologous antitoksin (ATS) diambil dari serum kuda yang telah divaksinasikan sebelumnya. Jadi
mengandung protein kuda (protein asing) dan pemberian kedua dan seterusnya menimbulkan reaksi
sensitivity yang hebat sampai dapat terjadi anafilaktik shock. Oleh sebab itu sebelum pemberian
perlu ditest lebih dahulu.
Tetanus Immun Globulin (human)
Diambil dari serum manusia. Dalam perdagangan bermacam macam nama seperti Hu-Tet, HyperTet, Homo-Tet dan sebagainya. Jenis ini jarang sekali menimbulkan reaksi hipersensitivity, kalau ada
sangat ringan antitoksin diberikan harus dengan indikasi yang jelas.
Indikasi pemberian antitoksin tetanus adalah :
1. Luka yang kotor atau tetanus proma wound yang terjadi pada orang yang belum pernah
mendapat immunisasi aktif, atau orang itu dengan proteksi tetanus persial.
2. Pengobatan pasien dengan tetanus.
Dosis pemberian tetanus immuno-globulin (human) untuk profilaksis adalah :
-
Orang dewasa
Anak 5 10 tahun
:
:
250 u 500 u
250 u
:
:
125 u
75 u
Tetanus immuno-globulin (human) ini bertahan dalam darah selama 1 bulan. Untuk pengobatan
penderita tetanus diberikan dosis 3000 6000 unit intra muskuler pada otot gluteus, sebagian
diinfitrasikan sekitar luka.
Antitoksin serum kuda (ATS) diberikan bila human antitoksin tidak ada, dosisnya untuk profilaksis
1500 3000 unit bagi orang dewasa, anak anak sesuai umur. ATS bertahan dalam darah 7 14
hari. Untuk pengobatan penderita tetanus dosis ATS adalah 20.000 40.000 unit. Antitoksin untuk
profilaksis diberikan secara simultan dengan vaksin tetanus tetapi dengan spuit dan jarum yang
berbeda, juga tempat penyuntikan harus berbeda, gunanya agar jaringan terjadi aglutinasi antara
keduanya.
Grafik titer antitoksin dalam serum sesudah pemberian toksoid saja, antitoksin saja, toksoid dan
antitoksin secara simultan.
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
15/18
5/29/13
Pemberian :
1.
Toksoid saja
2.
Antitoksin saja
3.
Toksoid dan
antitoksin
4.
2.
3.
4.
5.
LUKA BERSIH
LUKA KOTOR
Tetanus
Toksoid
Tetanus
Antitoksin
Tetanus
Toksoid
Tetanus
Atoksin
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak/Ya
Tidak
Tidak/Ya
Tidak/Ya
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
16/18
5/29/13
17/18
5/29/13
DAFTAR PUSTAKA
Sumiardi Karakata, Bob Bachsinar; Bedah Minor, edisi 2,J akarta : Hipokrates,1995
Ismael Chairul ; Pencegahan dan Pengelolaan Tetanus dalam bidang bedah : UNPAD, 2000
Hendarwanto. llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI, Jakarta: 2001, 49- 51.
http://emedicine.medscape.com/article/786414-overview
(http://emedicine.medscape.com/article/786414-overview)
herrysetyayudha.wordpress.com/tag/algoritma-tetanus/
18/18