Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH

(BBLR)
I. DEFINISI
BBLR adalah semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau
sama dengan 2500 gr. (IKA, FKUI 2001)
II. KLASIFIKASI
Bayi baru lahir dapat dibedakan berdasarkan berat badan, umur kehamilan
ataupun berdasarkan umur kehamilan dan berat badan.
1. Berdasarkan umur kehamilan atau gestasi :

Preterm infant atau bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada umur
kehamilan tidak mencapai 37 minggu.

Term infant atau bayi cukup bulan (mature/term) yaitu bayi yang lahir
pada umur kehamilan 37 42 minggu.

Post term infant atau bayi lebih bulan (posterm/postmatur) yaitu bayi
yang lahir pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu.

2. Berdasarkan berat badan


Semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2500 gr
disebut bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR dikelompokan sebagai
berikut :

Bayi berat lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan 1500 2500 gram.

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan < 1500 gram.

Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau biasa disebut
Ekstremely Low Birth Weigh Infant adalah bayi yang lahir denagn berat
badan < 1000gram.

3. Berdasarkan umur kehamilan dan berat badan

Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau Small for Gestational
(SGA) adalah bayi yang lahir denagn keterlambatan pertumbuhan
intrauterine dengan berat badan terletak dibawah percentil ke-10 dalam
grafik pertumbuhan intrauterin.

Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau Appropriate for


Gestational Age (AGA) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan yaitu berat badan
terletak antara percentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan
intrauterin.

Bayi besar untuk masa kehamilan atau Large for Gestational Age
(LGA) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk
masa kehamilan dengan berat badan terletak diatas percentil ke-90
dalm grafik pertumbuhan intrauteri.

Berdasarkan pengklasifikasian diatas, maka bayi berat lahir rendah dapat


dikelompokan menjadi 2 yaitu:
1. Prematuritas Murni
2. Dismature
1. PREMATURITAS MURNI
I. DEFINISI
Adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi < 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan masa gestasi.Atau bisa juga disebut dengan neonatus kurang
bulan-sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).

(IKA FK UI, 200 )

The American Academy of Pediatric mengambil batasan 38 minggu untuk


menyebut premature.
II. ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui, namun bayi prematur biasanya
dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus
untuk mempertahankan janin, gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan
plasenta premature, rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi
efektif pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan. Ada
beberapa factor predisposisi yaitu:

Faktor ibu
-

Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia


gravidarum, pendarahan antepartum, kelainan uterus, trauma fisis dan
psikologis, nefritis akut, DM, infeksi TORCH, penyakit maternal akut,
tindakan operatif dan kelainan kardiovaskuler.

Kondisi ibu saat hamil, peningkatan berat badan ibu tidak adekuat, ibu
yang perokok, bekerja terlalu keras.

Usia ibu kurang dari 18 (sebagian buku ada yang menyatakan kurang
dari 20 tahun), atau lebih dari 35 tahun, mempunyai jarak kehamilan
yang terlalu dekat.

Sosial ekonomi, pada golongan ekonomi rendah oleh karena gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

Faktor Janin
Polihidramnion, kehamilan ganda, ketuban pecah dini, prolaps tali pusat,
cacat bawaan, infeksi janin, inkompatibilitas darah ibu dan janin..

III. PATOFISIOLOGI
Keadaan keadaan yang berhubungan dengan kelainan uterus, kelainan
plasenta menyebabkan ketidakmampuan uterus mempertahankan janin. Infeksi
TORCH pada kehamilan memicu kelahiran prematur karena produk produk
bakteri / virus tersebut dapat merangsang produksi sitokin lokal (interleukin
dan prostaglandin) yang dapat menimbulkan kontraksi uterus prematur.
Ibu

dengan

riwayat

penyalahgunaan zat/obat

penyakit

kronik

ataupun

dengan

riwayat

mengakibatkan berkurangnya suply nutrisi dan

oksigen pada janin dan juga bersifat teratogenik sehingga pertumbuhahan


janin bisa terganggu. Begitu juga dengan ibu yang berasal dari keluarga
ekonomi lemah yang beresiko terjadinya malnutrisi dan diikuti dengan
perawatan antenatal yang kurang. Ibu dengan usia kehamila < 18 tahun
memiliki ketidakmatangan dalam sistem reproduksi terutama dalam organ
plasenta, dan sebaliknya ibu hamil dengan usia < 35 tahun sudah mengalami
degenerasi sistem reproduksi.

Bayi prematur menunjukan immaturitas anatomi maupun fisiologi


diseluruh sistem tubuh. Imaturitas ini menghalangi proses adaptasi kehidupan
ekstrauterin yang harus dilakukan bayi. Berhubungan dengan kurang
sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomi maupun fisiologi, maka
timbul beberapa kelainan seperti berikut ini:
1. Gangguan pernafasan
Hal ini disebabkan oleh defisiensi surfaktan. Defisiensi surfaktan
menyebabkan

gangguan

kemampuan

paru

untuk

mempertahankan

stabilitasnya, alveolus akan kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk


pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan intrathorak lebih besar yang
disertai usaha inspirasi yang kuat.
Selain itu pertumbuhan dan pengembangan paru belum sempurna, otot
pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung.
Penyakit pernafasan yang sering timbul adalah penyakit membrane hialin,
aspirasi pneumoni, dan sindroma gawat nafas. Adapun tanda klinisnya seperti
pernafasan yang cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi dan terlihat
retraksi substernaldan interkostal.
2. Gangguan Thermoregulasi
Segera setelah lahir, bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang pada
umumnya lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Perubahan suhu ini memberi
pengaruh pada kehilngan panas tubuh bayi. Bayi akan mengalami hipotermi.
Selain hal itu, hipotermi pada bayi dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangan
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak
subkutan yang sedikit, belum matangnya system saraf pengatur suhu tubuh,
luas permukaan tubuh relative lebih besar dari berat badan sehingga mudah
kehilangan panas. Tanda klinis hipotermi adalah suhu tubuh dibawah normal,
kulit dingin, akral dingin, sianosis.
3. Gangguan Pencernaan
Disebabkan oleh distensi abdomen dari motilitas usus yang kurang,
volume lambung bertambah

sehingga waktu pengosongan lambung juga

bertambah. Kemudian kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum


4

sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi. Selain itu immaturitas hati


memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K. Bayi
juga bisa mengalami hipoglikemi karana cadangan glilkogen yang belum
mencukupi.
4. Gangguan Imunologik
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir kehamilan. Bayi premature mudah menderita infeksi karena imunitas
humoral dan selular masih kurang. Selain itu karena kulit dan selaput lender
membrane tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
5. Gangguan Urinari
Ginjal immature, baik secara anatomis maupun fisiologis. Produksi urine
yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan
air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi udem.
6. Gangguan Persyarafan
Bayi premature memiliki keterbatasan dalam proses mielinisasi sel syraf
akibatnya impuls sensoris berkurang dan respon rangsangan lambat. Hal ini
berakibat kurangnya atau bahkan tidak adannya reflek-reflek normal pada
bayi.
7. Gangguan integritas Kulit
Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang belum matang
dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan
integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama.
Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan
atas ikut terangkat.
IV. MANIFESTASI KLINIK
Tampak luar dan tingkah laku bayi premature tergantung dari tuanya umur
kehamilan. Makin muda umur kehamilan maka makin jelas tanda-tanda
immaturitas. Adapun karakter fisik bayi premature adalah:

BB < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar
kepala < 33 cm

Kepala : lingkar kepala < 33 cm, kepala relative lebih besar daripada
badan, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, rambut
biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-satu, tulang
rawan dan daun telinga belum cukup sehingga elastisitas daun telinga
masih kurang.

Integumen : kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan


atau sianosis, kulit tipis, transparan, lanugo banyak. Kulit tampak
mengkilat dan licin serta terdapat pitting udem

Muskuloskeletal : Otot masih hipotonik sehingga sikap selalu dalam


keadaan kedua tungkai abduksi, tulang rusuk dan tengkorak lemah,
gerakan masih lemah dan tidak aktif, sendi lutut dan sendi kaki dalam
fleksi.

Neurologis : Reflek dan gerakan pada tes neurologik tampak tidak


resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian.

Paru : Jumlah pernafasan ratya-rata 40-60 kali/menit diselingi periode


apnea, pernafasan tidak teratur, retraksi interkostal, suprasternal,
substernal.

Genitalia : immature, adesensus testikulorum, labia minora belum tertutup


oleh labia mayora..

Sikap : pergerakan masih kurang/lenah, lebih banyak tidur.

V. KOMPLIKASI
Komplikasi- komplikasi yang terjadi pada bayi premature dapat dibedakan
berdasarkan kematangan sistem tubuh janin, dalam arti semakin matang janin
(biasanya berdasarkan umur kehamilan dan berat janin) maka semakin sedikit
atau ringan komplikasi yang akan terjadi. Adapun komplikasi bayi premature
adalah:
1. Sindroma Gawat Nafas
Merupakan komplikasi utama yang terjadi pada bayi prematur. Insiden ini
biasanya meningkat pada bayi dengan BB < 1200 gram dan sekitar 60%
pada kehamila 29 minggu. Defisiensi surfaktan adalah faktor utama
penyebab penyakit ini.
6

2. Hipotermi
Bayi prematur beresiko tinggi mengalami hipotermi, disamping sistem
integumen yang belum matang juga karena peningkatan kehilangan panas
melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Stress dingin akan
direspon bayi dengan melepaskan norepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi paru. Akibatnya menurunkan keefektifan ventilasi paru
sehingga kadar oksigen berkurang. Keadaan ini juga akan memicu
terjadinya hipoglikemi dan asidosis metabolik.
3. Hipoglikemi
Berhubungan dengan cadangan glukosa yang masih sedikit. Peningkatan
metabolisme janin menyebabkan penggunaan glukosa yang berlebihan
pada bayi. Selain itu, keadaan ini juga diperberat karena sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah/tidak adekuat.
4. Hiperbilirubinemi
Hal inu terjadi karena belum maturnya fungsi hati. Kurangnya enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirect menjadi
bilirubin direct belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang.
5. Infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Bayi prematur mudah menderita infeksi karena
imunitas humoral dan seluler kurang hingga bayi mudah menderita infeksi.
Selain itu karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan.
6. Perdarahan Periventrikuler dan Intraventrikuler
Terjadi 50-60% pada bayi BB < 1000 gr dan 10-20% pada bayi BB 10001500 gr. Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh sehingga
mudah pecah. Matriks germinal epidimal merupakan wilayah yang sangat
rentan terhadap terjadinya perdarahan.
7. Nekrotikan Enterokolitis
Merupakan keadaan dimana sebagian dari traktus gastrointestinal bayi
mengalami perubahahan yang bersifat nekrotisasi. Penyakit ini disebabkan
7

adanya iskemia usus yang akhirnya terjadi kematian usus. Selain itu
mungkin bayi pernah mendapat terapi intravena atau mempunyai riwayat
infeksi cairan amnion yang mungkin terjadi setelah ketuban pecah dini.
Biasanya terjadi pada bayi BB < 1500gr.
VI. WOC
Terlampir
VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pilihan tes dan hasil yang diperkirakan tergantung pada adanya masalah

dan komplikasi sekunder.

Hitung darah lengkap


Penurunan Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan
darah

Dekrostik
Menyatakan hipoglikemia bila hasil dekstrostik < 45 mg/dl

Elektrolit serum
Memastikan asupan cairan yang adekuat dan status asam-basa. Kalsium
mungkin rendah

Gas darah arteri


Untuk menentukan efektivitas ventilasi dan status asam basa

Sinar X dada
Menunjukan penampilan ground-glass RDS

Seri Ultrasonografi Kranial


Mendeteksi ada atau beratnya hemoragi intraventrikuler.

VIII.

PENATALAKSANAAN
Bayi berat lahir rendah merupakan bayi resiko tinggi. Untuk itu

dibutuhkan penanganan yang intensif untuk membantu mengembangkan fungsi


yang optimum. Tujuan utama penatalaksanaan bayi prematur adalah memberikan
lingkungan, nutrisi dan dukungan yang memungkinkan bayi tersebut mengatasi
8

semua cacat atau kekurangannya akibat kelahiran prematur beserta segala


komplikasinya. Bayi prematur biasanya dirawat di rumah sakit sampai mencapai
maturitas (40 minggu). Normalnya, berat bayi tersebut harus sudah mencapai
sedikitnya 2500 gram sebelum ia diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.
Dibawah ini diuraikan tindakan atau penatalaksaan yang harus
dilakukakan pada bayi resiko tinggi yaitu:
1. Bantuan Pernafasan
Segera setelah lahir, jalan nafas orofaring dan nasofaring dibersihkan
dengan isapan yang lembut. Bila setelah pembersihan, jalan nafas bayi
masih belum adekuat atau ada gangguan pernafasan, mungkin bayi
membutuhkan tindakan ventilasi dan terapi oksigen. Pemberian terapi
oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus-menerus
tekanan oksigen darah arteri.
2. Mengupayakan suhu lingkungan netral
Bayi memerlukan suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan
agar konsumsi oksigen dan pengeliaran kalori minimal. Suhu lingkungan
yang netral dapat diupayakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan
inkubator. Inkubator

dilengkapi dengan alat pengatur suhu, dan

kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam batas


normal. Bila inkubator tidak ada maka pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakan botol-botol hangat disekitar bayi atau
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi.
3. Pencegahan Infeksi
Hal-hal yang harus dilakukan adalah dengan meminimalkan bayi terpapar
agen infeksi dengan cara tindakan perawatan bayi aseptik, memisahkan
bayi yang kena infeksi dengan yang tidak, petugas atau orang tua mencuci
tengan setiap kali sebelum dan setelah memegang bayi.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Pada bayi prematur reflek isap, telan, dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase
masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3-5 gr/hari dan tinggi kalori
(110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini
9

lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum
dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minun pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus
dan mencegah muntah. Pada umumnya bayi dengan BB 2000 gr atau lebih
dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan BB kurang dari 1500 gr kurang
mampu mengisapo air susu ibu atau susu botol, makanya diberi minum
melalui sonde lambung (orogastrik intubation)
Selain itu penanganan pada bayi baru lahir resiko tinggi juga dapat dibedakan sbb:
a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR/prematur kecil)
Jika bayi sangat kecil (< 1500 gram atau < 32 minggu) sering terjadi masalah
sukar bernafas, sukar memberi minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi rentan
menjadi hipotermia bila tidak didalam inkubator.
Pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain
lunak, kering, selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan
panas.

Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri beri dosis
pertama antibiotika:

Gentamisin 4 mg/kgBB IM (Kanamisin)

Ditambah Ampisilin 100mg/kgBB IM (Benzil Penisilin)

Jika bayi sianosis atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x/menit,
tarikan dada ke dalam/merintih), beri oksigen lewat hidung atau nasal
prong.

b. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR/prematur sedang)


Bayi prematur sedang (33-38 minggu atau 1500-2500 gram) dapat mempunyai
masalah segera setelah lahir.
Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas tetap hangatkan dengan metoda
kangguru, seperti:
Rawat bayi tetap bersama ibu
Dorong ibu mulai menyusui dalam 1 jam pertama

10

Jika bayi sianosis atau sukar bernafas dimana frekuensi < 30 atau > 60
permenit, tarikan dinding dada ke dalam/merintih, beri oksigen lewat
kateter hidung atau nasal prong.

Jika suhu aksiler turun dibawah 35 oC hangatkan bayi segera.

c. Bayi Prematur dan atau Ketuban Pecah Lama dan Asimptomatis


Dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi.
Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi bakteri atau jika ketuban pecah
lebih dari 18 jam meskipun tanpa tanda klinis infeksi :
Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
Lakukan kultur darah dan berikan antibiotika dosis pertama

Jangan berikan antibiotika pada kondisi lain. Amati bayi terhadap tanda
infeksi selama 3 hari
Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
Jika dalam waktu 3 hari terjadi tanda infeksi rujuk ke NICU, lakukan
kultur darah dan berikan antibiotika dosis pertama

Sistem
Pernafasan

Penatalaksanaan
Pengaturan posisi bayi untuk mengalirkan sekret; terapi O2 hanya
untuk yang spesifik, misalnya kesulitan respirasi, retraksi
sternum, sianosis; mungkin memerlukan positive pressure

Cardiovaskular
Pencernaan

ventilation yang bisa intermitten (IPPV) atau continue (CPAP)


Obeservasi dan monitoring yang seksama
Terapi IV untuk memasok nutrien yang penting; pemberian susu
dilakukan secara bertahap, diencerkan, diberikan sedikit-sedikit
tapi sering (misal 1-2 jam sehari); pemberian dengan sonde
dilakukan untuk mencegah keletihan bayi terhadap mengisap

Hati

susu; pemberian preparat multivitamin zat besi dan asam folat


Seperti diatas, plus foto terapi jika kadar serum bilirubin tinggi,
pemberian vitamin K, observasi pemberian obat-obatan sedini

Otak

mungkin
Penangan harus hati-hati sekali, mempertahankan pemberian

Mata

oksigen
Pemberian oksigen sedikit mungkin menurut kebutuhan yang
11

diperkirakan berdasarkan pengukuran gas darah; pemeriksaan


Suhu Tubuh

mata secara rutin oleh dokter spesialis mata


Bayi dirawat dalam box dengan alat pemanas; suhu tubuh bayi
diukur setiap jam sekali dan kalau perlu dinaikan secara
perlahan; perlengkapan seperti terowong pemanas (Heat Tunnel),
selimut plastik/plastik busa penahan panas dapat digunakan; bayi

dibungkus dengan selimut wol katun atau foil ketika dipindahkan


Ginjal
Observasi
Darah
Observasi terapi maintenance cairan, foto terapi
Pembentukan antiStandar perawatan preventif yang tinggi; perawatan pencegahan
bodi

sepsis dilakukan jika dicurigai kemungkinan infeksi; terapi


antibiotik profilaksis

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI PREMATURITAS MURNI


I. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, tempat/tgl lahir, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah/ibu,
pendidikan ayah/ibu, agama, alamat.
b. Riwayat Kesehatan Ibu
- Riwayat kehamilan
Riwayat penyakit kronik (hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
anemia, TBC), ketergantungan zat/obat, merokok, riwayat stress
emosional/fifik, kemiskinan, malnutrisi, umur ibu < 18 tahun atau > 35
tahun, perawatan antenal yang kurang.
Kondisi kehamilan : kehamilan ganda, infeksi selama kehamilan (spt
TORCH), polihidramnion, insufisiensi plasenta, plasenta previa, solusio
plasenta.
- Riwayat persalinan
Kelahiran premature sebelumnya, perdarahan pervaginam, ketuban
pecah dini, prolaps tali pusat, persalinan yang lama.
c. Pemeriksaan Neonatus
- Keadaan Umum

12

BB < 2500 gr, PB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33
cm
Skor Apgar pada 1 5 menit , 0 3 menunjukan kegawatan yang parah,
4 6 kegawatan sedang, dan 7 10 normal.
- Kepala
Ukuran kepala relatif lebih besar daripada badan dan, osifikasi tengkorak
sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, rambut biasanya tipis, halus dan
teranyam sehingga sulit terlihat satu-satu, tulang rawan dan daun telinga
belum cukup sehingga elastisitas daun telinga masih kurang, wajah
mungkin memar, mungkin terdapat kaput suksedaneum, edem kelopak
mata mungkin terjadi.
- Integumen
Kulit kemerahan, kebiruan atau tembus pandang, akrosianosis atau
sianosis menyeluruh, lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
- Muskuloskeletal
Pertumbuhan otot belum memadai, lemak subkutan masih sedikit, otot
masih hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
abduksi, tulang rusuk dan tengkorak lemah, gerakan masih lemah dan
tidak aktif, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi.
- Ekstremitas
Ekstremitas mungkin tampak udem, kaki telapak kaki mungkin atau
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak, kuku mungkin
pendek.
- Genitalia
immature, adesensus testikulorum, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora..
- Neurologis
Reflek tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
usia gestasi minggu 32, koordinasi reflek untuk menghisap, menelan,
dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32 , komponen
pertama dari reflek Moro tampak pada minggu ke 28, komponen kedua
tampak pada minggu ke 32.
13

Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 37.


- Pernafasan
Skor Apgar rendah, pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik (40 60 x/mnt), mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi substernal atau suprasternal, atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan.
- Sirkulasi
Nadi Apikal mungkin cepat dan / atau tidak teratur dalam batas normal
(120 160 dpm), murmur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktus arteriosus paten (PDA).
ANALISA DATA
NO DATA
1.
DO:

MASALAH KEP
Kerusakan pertukaran gas

Bayi tampak hiperkapnea, takipnea


Bayi tampak sianosis
Pernafasan tidak teratur
Ada

retraksi

suprasternal

/substerrnalsubstersunsternal
Kadar PO2 dan PCO2 abnormal
DS:

Ibu

mengatakan

bahwa

bayinya

kebiruan

2.

Ibu mengatakan bayinya tampak


sesak nafas

DO:

Pola pernafasan tidak efektif

Pernafasan cuping hidung


Penggunaan otot bantu
Adanya sianosis
14

Adanya takikardi
Ada periode apnea
GDA abnormal
DS:
Ibu mengatakan bayinya sesak nafas
Ibu
3.

mengatakan

kulit

bayinya

kebiruan
DO:

Suhu tubuh dibawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis

Termoregulasi tidak efektif

DS:
Ibu mengatakan kulit bayinya dingin
II. DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan paru karena kurang
produksi surfaktan.
2. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan saraf, penurunan energi dan
kelemahan.
3. Termoregulasi tidak efektif b.d imaturitas pusat pengatur suhu, kurangnya
lemak subkutan.
4. Resiko tinggi infeksi b.d kurangnya pertahananatau kekebalan tubuh.
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
kemampuan mencerna karena imaturitas atau penyakit.
6. Resiko tinggi kurang cairan b.d kehilangan air dan penggantian nutrisi
tidak adekuat.
III. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan 1
Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan paru karena kurang
produksi surfaktan.
15

Tujuan : Kerusakan pertukaran gas dapat teratasi


Kriteria Hasil : Neonatal akan mempertahankan kadar PO2/PCO2 dbn (5070mmHg/35-45mmHG), pernafasan normal(30-60x/i) menderita
RDS minimal dengan penurunan kerja pernafasan dan tidak ada
morbiditas, bebas dari displasia bronkopulmonal.
INTERVENSI
Mandiri
- Tinjau

RASIONAL
ulang

informasi

yang-

Persalinan yang lama mengakibatkan

berhubungan dengan kondisi bayi,

resiko

seperti lama persalinan, tipe kelahiran,

pernafasan

Apgar

tindakan

pemberian atau penggunaan obat oleh

resusitatif saat kelahiran, dan obat-

ibu. Selain itu, bayi yang memerlukan

obatan ibu yang digunakan selama

tindakan

kehamilan atau kelahiran, termasuk

kelahiran,atu yang Apgar skornya

betametason.

rendah,

score,

kebutuhsn

hipoksia,
dapat

dan

depresi

terjadi

setelah

resusitatif
mungkin

pada
memerlukan

intervensi lebih untuk menstabilkan


gas darah dan mungkin menderita
cedera

SSP

dengan

kerusakan

hipotalamus, yang mengontrol fungsi


pernafasan.
-

Perhatiakn usia gestasi, berat badan,-

Neonatus

lahir

sebelum

gestasi

dan jenis kelamin.

minggu ke-30 dan/atau berat badan


kurang dari 1500 g beresiko terhadap
terjadinya RDS. Selain itu, pria dua
kali rentannya dari pada wanita.
-

Kaji

status

pernafasan,

perhatikan

Takipnea

menandakan

pernapasan,

khususnya

distress
bila

tanda-tanda distress pernafasan (mis.,

pernapasan lebih besar dari 60x/mnt

takipnea, pernafasan cuping hidung,

setelah 5 jam pertama kehidupan.

mengorok,

Pernapasan mengorok menunjukkan

krekels).

retraksi,

ronki,

atau

upaya

untuk

mempertahankan

ekspansi alveolar; pernapasancuping


hidung adalah mekanisme kompensasi
16

untuk menambah diameter hidung dan


meningkatkan

masukan

oksigen.

Krekels / ronki dapat menandakan


vasokontriksi

pulmonal

yang

nerhubungan

dengan

PDA,

hipoksemia, asidemia, atau imaturitas


otot

arteriol,

yang

gagal

untuk

konstriksi sebagai respons terhadap


peningkatan kadar oksigen.
-

Memberikan pemantauan noninvasive

Gunakan pemantau oksigan transkutan

konstan

terhadap

kadar

atau oksimeter nadi. Catat kadar setiap

(Catatan

jam. Ubah sisi alat setiap 3-4 jam.

biasanya memburuk selama 24-28 jam

Insufisiensi

oksigen.
pulmonal

pertama, kemudian mencapai plateu).


-

Mungkin

perlu

untuk

Hisap hidung dan orofaring dengan

mempertahankan

hati-hati, sesuai kebutuhan.batasi waktu

nafas, khususnya pada bayi praterm

obstrukasi jalan nafas dengan kateter 5-

tidak

10

terkoordinasi

detik.

Observasi

pemantauan

kepatenan

mengembangkan
untuk

jalan
refleks

menghisap,

oksigen trnskutan atau oksimeter nadi

menelan dan bernafas sampai sampai

sebelum

penghisapan.

gestasi pada minggu ke 32 sampai 34.

Berikan kantung ventilasi setelah

Silia tidak berkembang dengan penuh

penghisapan.

atau mungkin rusak dari penggunaan

dan

selama

selang

endotrakeal.

Fase

eksudat

berhubungan dengan RDS pada kirakira

48

jam

mengatasi

sekresi.penghisapan dapat merangsang


saraf vagus, menyebabkan bradikardi,
hipoksemia
Kantong

atau
ventilasi

bronkospasme.
meningkatkan

perbaikan kadar oksigen yang cepat.


-

Stres dingin meningkatkan konsumsi


17

oksigen bayi, dapat meningkatkan


-

Pertahankan

kenetralan suhu dengan

asidosis

suhu tubuh pada 97,7 F.

dan selanjutnya merusak

produksi surfaktan.
-

Dehidrasi merusk kemampuan untuk


membersihkan

jalan

nafas

saat

Pantau masukan dan haluaran cairan,

menjadi kental. Hidrasi berlebih dapat

timbang berat badan sesuai indikasi

memperberat

berdasarkan protokol

pulmonal. Penurunan berat badan dan


peningkatan

intra

alveolar/edema

haluran

urin

dapat

menandakan fase diuretic dari RDS,


biasanya mulai pada 72-96 jam dan
mendahului resolusi kondidi.
-

Menurunkan

laju

metabolic

dan

konsumsi oksigen.
-

Tingkatkan

istirahat,

minimalkan

Memungkinkan

ekspansi

dada

optimal.

rangsangan dan penggunaan energi.


-

Posisikan bayi pada abdomen bila


mungkin. Berikan matras tidak rata-

Sianosis adalah tanda lanjut dari PO2

sesuai indikasi.

rendah dan tidak tampak sampai ada


sedikit lebih dari 3 g/dl penurunan Hb

Observasi terhadap tanda dan lokasi

pada darah arteri senral atau 4-6 g/dl

sianosis.

pada kapiler atau sampai saturasi


oksigen

hanya

75%-85%

dengan

kadar PO2 42-41 mmHg


-

Penyimpanan pernafasan tiba-tiba atau


tidak diperkirakan dapat menandakan
awitan pneumotoraks.

Selidiki penyimpangan tiba-tiba dari


kondisi yang dihubungkan dengan
sianosis penurunan atau tidak adanya-

Hipoksia dapat menyebabkan paru


18

bunyi nafas, pergeseran titik nadi,

darah ke otak, sehingga sirkulasi ke

penonjolan dinding dada, hipotensi

usus, dengan akibat lanjut kerusakan

atau disritma jantung.

sel usus dan invasi oleh bakteri

Pantau tanda nekrosisi enterikolitis.

pembentuk gas.

KOLABORASI
-

Pantau

Hipoksia, hiperkapnea dan asidosis


menurunkan

pemerikasaan

laboratorium

produksi

surfaktan.

Kadar PO2 harus 50-70 mmHg atau

dengan tepat:

lebih tinggi dan saturasi oksigen haru

92%-94%.

Grafik AGD
-

Penurunan

simpanan

besi

pada

kelahiran, pengulangan pengambilan


sample darah, pertumbuhan cepat, dan
episode

hemoragik

meningkatkan

kemungkinan bahwa bayi praterm

Hb/Ht

akan anemik, sehingga menurunkan


kapasitas pembawa oksigen darah.
-

Hipoksia dan asidemia dapat berlanjut


menurunkan produksi surfaktan dan
vasokonstriksi

dan

menyebabkan

duktus arteriosus tetap terbuka.


-

Kadar oksigen serum tinggi yang lama

kebutuhan

disertai dengan tekanan yang lama

dengan masker, kap, selang endotrakel

diakibatkan dari alat ventilasi dan

atau ventilasi mekanik.

dapat

Berikan

oksigen

sesuai

memprediksikan

bayi

pada

displasia bronkopulmonal.
-

Menurunkan

kebutuhan

oksigen,

Pantau jumlah pemberian oksigen dan

meningkatkan istirahat, menghemat

durasi pemberian.

energi dan menurunkan resiko aspirasi


karena

perkembangan

refleks
19

gangguan buruk.
Dapat membantu mengembalikan
-

Ph

Berikan makanan dengan nasogastrikkedalam rentang normal.


tube sebagai pengganti ASI, bila tapat.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi


natrium bikarbonat.

Diagnosa Keperawatan 2
Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan saraf, penurunan energi dan
kelemahan.
Tujuan : Pola pernafasan efektif
Kriteria Hasil : Neonatal mempertahankan pola pernafasan periodik (periode
apneu berakhir dalam 5 10 detik diikuti denga nperiode
pendek ventilasi cepat), dengan membran mukosa merah muda
dan frekwensi jantung dbn.
INTERVENSI
Mandiri

RASIONAL

- Kaji frekwensi dan pola pernafasan.-

Membantu

dalam

membedakan

Perhatikan adanya tanda tanda apneu

periode perputaran pernafasan normal

dan

dari serangna apneu sejati, yang

perubahan

frekwensi

jantung,

tonus otot, dan warna kulit berkenaan

terutama

dengan

gestasi minggu ke- 30

Lakukan

prosedur

atau

pemantauan

perawatan.
jantung

sering

terjadi

sebelum

dan

pernafasan yang kontiniu.


- Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan
- Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat

Menghilangkan

mukus

yang

menyumbat jalan nafas

obatan yang dapat memperberat-

Magnesium sulfat dan narkotik dapat

depresi pernafasan pada bayi.

menekan pusat pernafasan.

- Posisikan bayi pada abdomen atau


20

posisi

telentang

popok

dengan

dibawah

gulungan

bahu

untuk-

menghasilkan sedikit hiperekstensi

Posisi

ini

dapat

memudahkan

pernafasan dan menurunkan periode

- Pertahan kan suhu tubuh optimal.

apneu,

khususnya

pada

hipoksia,

asidosis metabolik dan hiperkapneu.


- Berikan rangsangan taktil yang segera-

Sedikit peningkatan atau penurunan

bila terjadi apneu. Perhatikan adanya

suhu dapat menimbulkan apneu.

sianosis, bradikardi atau hipotonia.-

Merangsang SSP untuk meningkatkan

Anjurkan kontak orang tua.

gerakan

tubuh

dan

kembalinya

pernafasan spontan. Kadang kadang


bayi mengalami kejadian apneu lebih
sedikit atau tidak ada, atau bradikardi
bila orang tua menyentuh dan bicara
- Tempatkan

bayi

pada

matras

bergelombang.

pada mereka.
-

Gerakan

memberikan

rangsaangan

yang dapat menurunkan apneik.


KOLABORASI
-

Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi


-

Hipoksia,
hiperkapnea,
memperberat

asidosis
dan

metabolik,
sepsis

serangan

dapat
apneik.

Toksisitas obat yang menekan fungsi


pernafasan
-

Berikan

oksigen

sesuai

kebutuhan

Natrium bikarbonat

Antibiotik

Kalsium glikonat

karena

yang lama.
-

Berikan obat-obatan sesuai indikasi

terjadi

keterbatasan ekspresi dan waktu paruh

dengan masker, kap, selang endotrakel


atau ventilasi mekanik.

dapat

Perbaikan

kadar

oksigen

dan

karbondioksida dapat meningkatkan


fumgsi pernafasan.
-

Memperbaiki asidosis

Mengatasi infeksi pernafasan atau


sepsis
21

Hipoklsemia mempredisposisi bayi


terkena serangan apneu.

Aminofilin
-

Dapat meningkatkan aktivitas pusat


pernafasan

Pankuronium

menurunkan

sensitivitas terhadap karbondioksida,

bromida

menurunkan frekwensi apneu.

(pavulon)

dan

Mengakibatkan relaksasi otot rangka


yang mungkin perlu bayi secara

Larutan glukosa

mekanis terventilasi
-

Mencegah hipoglikemia.

Diagnosa Keperawatn 3
Termoregulasi tidak efektif b.d imaturitas pusat pengatur suhu, kurangnya
lemak subkutan
Tujuan : Suhu tubuh stabil
Kriteria Hasil : Neonatal mampu mempertahankan suhu tubuh dbn, ditandai
dengan suhu kulit/aksila dalm rentang 36,5 37,2 C.
INTERVENSI
Mandiri

RASIONAL

- Kaji suhu dengan sering, periksa suhu-

Hipotermi membuat bayi cendrung

rektal pada awalnya, selanjutnya suhu

pada

stress

dingin,

pengguanaan

aksila atau gunakan alat termostat

simpanan lemak coklat yang tidak

dengan dasr terbuka dan penyebar

dapat diperbaharui bila ada, dan

hangat, ulangi setiap 5 menit selama

penurunan

penghangatan ulang.

meningkatkan kadar karbondioksida

sensitivitas

untuk

(hiperkapnea) atau menurunkan kadar


oksigen (hipoksia).
- Tempatkan

bayi

pada

isolatte,

inkubatior,

penghangat-

tempat

tidur

terbuka dengan penyebar hangat, atau

Mempertahankan
termonetral,

membantu

lingkunagn
mencegah

stress dingin.

tempat tidur bayi yang lebih besar atau


lebih tua. Gunakan bantalan pemanas
22

dibawah

bayi

bila

perlu,

dalam

hubungannya dengan tempat isolatte


atau terbuka.
- Gunakan

lampu

pemanas

selama-

Menurunkan kehilangan panas.

prosedur
- Kurangi pemajanan pada aliran udara;-

Menurunkan kehilangan panas karena

hindari pembukaan pagar isolatte yang

konveksi/konduksi.

tidak semestinya.

kehilangan panas melalui radiasi.


-

- Ganti pakaian atau linen tempat tidur

Membatasi

Menurunkan kehilangan panas melalui


evaporasi.

bila basah. Pertahankan kepala bayi


tetap tetutup.

- Pertahankan kelembapan relatif 50 % -

menurunkan kehilangan cairan yang

80 %. Oksigen lembab hangat 31 41


C.
- Pertahankan

tidak kasat mata.


-

adanya

takipnea

Mencegah evaporasi yang berlebihan,

Tanda-tanda ini menandakan stress

atau

dingin yang meningkatkan konsumsi

apneu, sianosis umum, akrosianosis,

oksigen dan kalori serta membuat bayi

atau kulit belang, bradikardi, menangis

cenderung pada asidosis berkenaan

buruk atau letargi.

dengan metabolisme anaerob.


-

Peningkatan suhu tubuh yang cepat


dapat menyebabkan konsumsi oksigen

- Berikan penghangatan bertahap untuk

berlebihan dengan apnea

bayi dengan stress dingin.


-

Menilai peningkatan atau penurunan

KOLABORASI

GDA, glukosa serum, elektrolit, dan

kadar

Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi

bilirubin

yang

dapat

memperburuk keadaan stress dingin


pada bayi.
-

Untuk memenuhi suply oksigen.

Berikan oksigen sesuai indikasi.

2. DISMATURITAS
23

I. DEFINISI
Adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 10
pada kurva pertimbuhan intrauterine, dan biasa disebut sebagai bayi kecil
untuk masa kehamilan (KMK/SGA).
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan menunjukan bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine.
II. ETIOLOGI
Penyebab dismature adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran
zat antara ibu dengan janin. Ada beberapa factor yang menyebabkan hal ini
terjadi yaitu:

Faktor Ibu
Seperti hipertensi, penyakit kronis lain, perokok atau penderita DM yang
berat, toksemia, hypoxia ibu, ketergantungan obat,anemia sel sabit.

Faktor Janin
Kelainaan kromosom, cacat bawaan, infeksi janin kronik, retardasi,
kehamilan ganda, aplasia pancreas.

Faktor Plasenta
Berat plasenta kurang, plasenta berongga atau keduannya, luas permukaan
berkurang, plasentitis vilus, infark tumor(korio angiona)plasenta yang
lepas, sindrom transfuse bayi kembar.

Keadaan sosek yang lemah


Berhubungan dengan kekurangan gizi dan kurangnya pengawasan
antenatak care.

III. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya permasalahan yang muncul pada bayi dismature dengan bayi
premature tidak begitu berbeda, karena bayi sama-sama lahir dengan berat
badan dibawah normal. Namaun pada bayi dismature lebih disebabkan oleh
24

keadaan yang menyebabkan terganggunya pertukaran zat ibu dan janin. Pada
umummya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa kehamilannya
namun sedikit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan didalam uterus.
Waluapun demikian, harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi.
Adapun beberapa masalah pada bayi dismature seperti:
1. Ganggguan Pernafasan
Hipoksia intrauterine akan mengakibatkan janin mengalami gasping dalam
uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan
amnion. Cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam
paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan
pernafasan kerena melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan. Selain itu
pada bayi dismature juga terdapat defisiensi surfaktan yang nantinya bisa
mengakibatkan kolapsnya alveolus.
2. Gangguan Metabolisme
Biasanya akan terjadi hipoglikemi simtomatik pada bayi dismature.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki. Penyebab pasti belum jelas.
Diagnosis dibuat setelah pemeriksaan kadar gula darah, dinyatakan
hipoglikemi bila kadar gula darah kurang dari 20 mg/ dl pada bayi berat lahir
rendah. Bayi dismature juga dapat menderita hiperbilirubinemia. Kejadian
hiperbilirubinemia lebih sering pada bayi dismature daripada bayi yang
beratnya sesuai masa kehamilan. Berat bayi dismature kurang dibandingkan
bayi biasa, mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati
3. Gangguan Perfusi Jaringan
Bayi dengan hipoksia kronis akan memproduksi eritropoetin dalam jumlah
yang banyak dalam rangka kompensasi. Produksi SDM yang berlebihan dari
bayi ini akan menyebabkan polisitemia yaitu meningkatnya jumlah SDM bayi.
Bayi mengalami hiperviskositas darah. Sebagai akibatnya aliran darah akan
kurang ke jaringan atau sel. Akibatnya sel/jaringan akan mengalami gangguan
perfusi.
IV. MANIFESTASI KLINIS

25

Manifestasi klinis yang tampak sangat bervariasi karena dismature


dapat terjadi preterm, term dan post-term. Bayi dismature preterm akan
terlihat gejala fisik bayi premature itambah gejala retardasi pertumbuhan dan
pelisutan. Pada bayi cukup bulan dan post-term dengan dismature, gejala
yang paling menonjol adalah pelisutan. Gejala insufisiensi plasenta
bergantung pad berat dan lamanya bayi menderita deficit, retardasi
pertumbuhan akan terjadi bila deficit berlangsung lama (kronis).
Gejala yang paling menonjol pada bayi dismature adalah wasting atau
insufisiensi plasenta. Bayi dismature dengan tanda wasting atau insufisiensi
plasenta dapat dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringannya wastint
tersebut yaitu :
a. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang, kulitnya longgar, kering
seperti perkamen, tetapi belum terdapat tanda noda mekonium
b. Stadium II
Terdapat tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta
dan umbilicus. Hal ini disebabkan mekonium yang bercampur dalam
amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilicus, dan
plasenta sebagai akibat anoksi intrauterine.
c. Stadium III
Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit yang berwarna kuning,
begitu pula dengan kuku dan tali pusat, ditemukan juga tanda anoksia
intra uterin yang lama.
V. KOMPLIKASI

Sindroma aspirasi mekonium


Hipoksia intarauterin akan mengakibatkan janin akan mengalami gasping
dalm uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan
cairan amnion. Cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk
ke dalm paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir, akan menderita
gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
26

Hipiglikemi simtomatik
Keadaan ini terutam terdapat pada bayi laki-laki. Penyebabya belum jelas,
mungkin karena cadangan glikogen yang berkurang pada bayi dismatur.
Diagnosa dibuat setelah pemeriksaan kadar gula darah, dinyatakan
hipoglikemia bila kadar gula darah < 25 mg/dl pada bayi berat lahir
rendah.

Penyakit membrane hialin


Penyakit ini diderita bayi dismatur yang preterm terutama bila masa
gestasi < 35 minggu. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan surfaktan paru
yang belum cukup.

Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering menderita hiperbilirubinemia dibandingkan
bayi yang beratnya sesuai dengan masa kehamilan. Berat hati bayi
dismatur kurang dibandingkan bayi biasa, mungkin disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.

Asfiksia Neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan
bayi biasa. Asfiksia ini berhubungan dengan plasenta yang berukuran kecil
yang kurang efisien dalam pertukaran gas.

VI. WOC
Terlampir
VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hitung darah lengkap
Dapat menunjukan Ht vena sentral meningkat diatas 65%, Hb vena sentral
20 gr/dl berkenaan dengan polisitemia/hiperviskositas.

Dekrostik
Menyatakan hipoglikemia bila hasil dekstrostik < 25 mg/dl

Bilirubin
Mungkin meningkat sekunder terhadap polisitemia
27

Gas darah arteri


Untuk menentukan efektivitas ventilasi dan status asam basa

Sinar X dada
Menunjukan penampilan ground-glass RDS

Pemeriksaan koagulasi (PT, PTT )


Dapat menunjukan koagulasi intravaskuler diseminata khususnya pada
bayi polisitemia atau asfiksia.

VIII.

PENATALAKSANAAN
Pada umummya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti

pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dll. Akan tetapi,


oleh karena bayi ini mempunyai problematik yang agak berbeda dengan bayi
lainnya, maka harus diperhatikan hal hal berikut ini :
1. Janin di minotor sepanjang proses persalinan dengan menggunakan elektroda
yang dipasang

pada kulit kepala janin untuk meneruskan impuls denyut

jantung (monitoring maternal).


2. Kala II dipersingkat dengan menggunakan forsep (persalinan dengan alat) dan
episiotomi.
3. Bayi harus menjalani resusitasi yang dilakukan dengan hati-hati dan cermat.
Pengobatan asidosis dengan larutan natrium bikarbonat dan hipoglikemia
dengan larutan glukosa harus dilakukan.
4. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding) untuk mencegah
hipoglikemia; pemeriksaan dekstrosik dilakukan selama 4-6 jam pertama,
kemudian setiap kali sesudah menyusu selama sedikitnya 24 jam.
5. Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam harus diawasi guna mengetahui
sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernafasan idiopatik. Frekuensi
nafas sebaiknya dihitung setiap jam, dan bila frekuensi pernafasan lebih dari 6
kali permenit dibuat foto thoraks.
6. Melakukan trachel- washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium
7. Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan Ig G dari ke janin terganggu.

28

8. Suhu diawasi, bayi jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur mudah
hipotermik akibat dari luas pemukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari lemak
subkutan.
9. Memeriksa kadar gula darah ( true glucose) dengan dekstrostik atau di
laboratorium. Bila terbukti adanya hipoglikemia, harus segera diatasi.
10. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya
11. Ikterus diobati secara dini dan waspada terhadap kelainan kongenital.
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DISMATURITAS
I. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan Ibu
- Riwayat kehamilan
Riwayat penyakit kronik seperti penyakit jantung, paru, ginjal, anemia,
hipertensi, diabetes mellitus, malnutrisi, merokok, penyalahgunaan
zat/obat
Kondisi kehamilan : kehamilan ganda, infeksi janin kronik
- Riwayat persalinan
Berat plasenta kurang, plasenta berongga, luas permukaan berkurang,
plasentitis vilus, infark tumor (korio angioma) plasenta yang lepas.
b. Pemeriksaan Neonatus
Kondisi janin : cacat bawaan, disotonomia familial, kelainan kromosom,
retardasi, aplasia pankreas
- Keadaan Umum
Disproposi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
(tampak panjang dan kurus dengan lingkar kepala normal)
Skor Apgar pada 1 5 menit , 0 3 menunjukan kegawatan yang parah,
4 6 kegawatan sedang, dan 7 10 normal.
- Kepala
Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung
pendek mencuat, bibir atas tipis, dagu maju (menandakan sindrom
alkohol janin / FAS). Sutura tengkorak dan fontanel tampak lebar,
rambut kulit kepala jarang, adanya pelebaran tampilan mata.
29

- Integumen
Kulit kering, pecah-pecah, dan terkelupas dengan hilangnya lipatan kulit
dan tidak adanya jaringan.
- Muskuloskeletal
Penurunan masa otot, khususnya pada pipi, bokong, paha. Tonus otot
dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas atas dan bawah,
abnormalitas minor sendi / tungkai, dan keterbatasan gerakan.
- Pencernaan
Abdomen dapat tampak skafoid atau konkaf. Dapat menunjukan
ketidakstabilan metabolik dengan hipoglikemia/hipokalsemia
- Neurologis
Reflek tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
usia gestasi minggu 32, koordinasi reflek untuk menghisap, menelan,
dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32 , komponen
pertama dari reflek Moro tampak pada minggu ke 28, komponen kedua
tampak pada minggu ke 32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 37.
- Pernafasan
Tanda-tanda distres pernafasan mungkin ada, khususnya pada adanya
sindrom aspirasi mekonium. Mukus mungkin hijau pekat.
- Aktivitas/ Istirahat
Tingkat aktivitas mungkin berlebihan dengan menangis keras /
menghisap dengan lapar yang dapat menandai hipoksia intrauterus
kronis
- Keamanan
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat
dengan warna kehijauan. Tali pusat mungkin mempunyai arteri tunggal
dan/tipis, agak kuning, dangkal dan kering. Anomali kongenital/infeksi
mungkin ada.
ANALISA DATA
NO DATA
1.
DO:

MASALAH KEP
Kerusakan pertukaran gas
30

Bayi tampak hiperkapnea, takipnea


Bayi tampak sianosis
Pernafasan tidak teratur
Ada

retraksi

suprasternal

/substerrnalsubstersunsternal
Kadar PO2 dan PCO2 abnormal
DS:

Ibu

mengatakan

bahwa

bayinya

kebiruan

sesak nafas

.
2..

Ibu mengatakan bayinya tampak

DO:

Perubahan

nutrisi:

Berat badan < BB usia gestasi

keburuhan tubuh

Tonus otot buruk

Kadar glukosa < 60 mg/dl

Reflek menghisap buruk

Bayi tampak lemah

Mungkin ada distress pernafasan

kurang

dari

DS:
Ibu mengatakan bayinya lemah
Ibu mengatakan bayinya tidak bisa
3.

menghisap
DO:

Resiko

Bayi tampak kemerahan atau pucat

jaringan

Takikardi

Hipotensi

Mungkin ada distress pernafasan

tinggi

perubahan

perfusi

DS:
Ibu mengatakan

bayinya tmapak
31

kemerahan atau pucat

II. DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1. Kerusakan pertukaran gas b.d penurunan surfaktan, cairan pulmonal
tertahan dan aspirasi mekonium
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan simpanan
nutrisi.
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d peningkatan viskositas darah
karena polisitemia
4. Termoregulasi tidak efektif b.d penurunan simpanan glikogen.
5. Resiko tinggi infeksi b.d kurangnya pertahanan atau kekebalan tubuh.
6. Resiko tinggi cidera (asfiksia, aspirasi mekonium) b.d

retardasi

pertumbuhan intrauterin.
7. dll
II. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan 1
Kerusakan pertukaran gas b.d penurunan surfaktan, cairan pulmonal
tertahan dan aspirasi mekonium
Tujuan : Kerusakan pertukaran gas dapat teratasi
Kriteria Hasil : Neonatal akan menunjukan upaya pernafasan spontan, usaha
pernafasan reguler tanpa bantuan dengan frekwensi 30 50
x/mnt, dan GDA dbn.
INTERVENSI
Mandiri
- Tinjau

ulang

RASIONAL
terhadap

pola-

BBLR atau bayi dengan IUGR menderita

pertumbuhan pranatal dan atau

asfiksia intrauterus kronis, mengakibatkan

penurunan jumlah cairan amnion

hipoksia/malnutrisi. Kontribusi janin pada

seperti yang dideteksi USG.

penumpukan amnion dikurangi pada bayi


yang mengalami stres.
-

Bayi dengan hipoksia kronis akan lebih


32

- Perhatikan

jenis

kejadian

kelahiran

intrapartum

dan

rentan

yang

terhadap

asidosis/depresi

pernafasan setelah kelahiran. Kelahiran

menandakan hipoksia.

sesaria

meningkatkan

resiko

mukus

berlebihan karena kompresi torakal oleh


jalan lahir tidak terjadi pada kelahiran
pervagina.
- Perhatikan waktu awitan dan skor

Bayi dengan asfiksia intrapartum dapat


terlihat

Apgar. Observasi pola pernafasan

dengan

pernafasan

perlambatan

dan

awitan

perubahan

pola

pernafasan. Apgar score membantu dalam


evaluasi derajat depresi atau asfiksia bayi
baru lahir.
- Kaji

frekwensi

pernafasan,

lebih rentan pada distres pernafasan

kedalaman, upaya. Observasi dan

berkenaan dengan asfiksia kronis pada

laporkan tanda-tanda dan gejala

bayi SGA..

distres pernafasan.
- Auskultasi

bunyi

nafas

secara

pernafasan

dan

kebutuhan

terhadap intervensi.
-

- Hisap
nasofaring/endotrakeal
kebutuhan,

setelah

keoatenan

menghilangkan

sesuai

Suplemen

pemberian

jalan

kelebihan

oksigen

nafas
mukus.

menurunkan

efek

hipoksia dari prosedur.


-

- Auskultasi nadi apikal, perhatikan

Takipnea, bradikardi, dan sianosis dapat


terjadi pada respon terhadap perubahan

adanya sianosis.

kadar oksigen

KOLABORASI
pembacaan

Menjamin

selang

suplemen oksigen pertama

Pantau

Adanya krekels / ronki dapat menandakan


kongesti

teratur.

Bayi dengan perubahan pertumbuhan

oksimeter

Mengidentifikasi kebutuhan /keefektifan


terapi.

nadi/oksigen transkutan
-

Pantau pemerikasaan laboratorium


sesuai indikasi :

Mendeteksi adanya asidosis metabolik


33

yang

PH serum

terjadi

dari

ketidakadekuatan

oksigen.

GDA

Menunjukan derajat hipoksi/hiperkapnea.

Polisitemia yang terjadi pada 50% bayi


SGA b.d kelebihan produksi SDM dalam

respon

Ht

terhadap

hipoksia

intrauterin

kronis. optimal.
-

Memperbaiki/mencegah

hipoksemia,

hiperkapnea dan ketidakseimbangan asam


-

Berikan

oksigen

hangat

dan

lembab, berikan bantuan ventilasi

basa pernafasan.
-

mekonium

sesuai indikasi.
-

Tinjau ulang sinar X

Berikan obat-obatan sesuai indikasi

natrium bikarbonat.

Derivat xantin

Dapat memastikan pneumoni aspirasi

Memperbaiki

ketidakseimbangan

metabolik/asidosis yang diakibatkan oleh


asidosis respiratorik lama.
-

Vasodilator kuat yang merelaksasikan


otot polos untuk memaksimalkan upaya

Tolazolme HCI (Priscolin)

sirkulasi.

Diagnosa Keperawatan 2
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan simpanan
nutrisi.
Tujuan : Nutrisi dapat dipenuhi dengan adekuat
Kriteria Hasil : mempertahankan dan meningkatkan berat badan dengan
penambahan

BB

tetap

sedikitnya

20-30

gr/hari

mempertahankan glukosa serum dalam batas normal ( 60-100


mg/dl
INTERVENSI
Mandiri
- Kaji

BB

RASIONAL
dalam

hubungannya-

Mengidentifikasi

adanya

derajat

dan
34

dengan usia gestasi dan ukuran.

resiko

Dokumentasikan

grafik

pertumbuhan. Bayi SGA mungkin telah

pertumbuhan. Timbang BB setiap

mengalami penurunan BB dalam uterus

hari.

atau mengalami penurunan simpanan

pada

terhadap

perubahan

pola

lemak/glikogen.
- Pertahankan

lingkungan-

Bayi

SGA

tidak

adiposa

inkubator sesuai indikasi. Pantau

mempunyai area permukaan tubuh yang

suhu dan lingkungan dengan sering.

luas.

hipotermi

untuk

jaringan

termonetral, termasuk penggunaan

Perhatikan

adekuat

memiliki

insulin

dan

atau

hipertermi.
- Lakukan pemberian makan awal
dan sering dan lanjutkan sesuai-

Membantu

toleransi.

keseimbangan
memenuhi

- Kaji toleransi terhadap makanan.

dalam

mempertahankan

cairan/elektrolit

kebutuhan

kalori

dan
untuk

mendukung proses metabolik.

Perhatikan warna feses, konsistensi,-

Pertambahan jumlah dan komposisi kalori

dan frekwensi, adanya penurunan

dari makanan tergantung pada toleransi.

substansi: lingkar abdomen, muntah


dan residu lambung.
- Pantau
Hitung

masukan

dan

konsumsi

haluaran.

kalori

dan-

elektrolit setiap hari.

Memberikan informasi tentang masukan


aktual

dalm

hubungannya

dengan

perkiraan kebutuhan untuk digunakan


- Pantau kadar dekstrostik segera

dalam penyesuaian ketentuan diet.

setelah kelahiran dan secara rutin-

Hipoglikemia

sampai glukosa serum stabil.

kelahiran karena keterbatasan simpanan

- Kaji

terhadap

hipoglikemi

tanda-tanda

spt:

takipnea,-

dapat

terjadi

setelah

glukosa pada bayi SGA.


Karena glukosa adalah sumber utama dari

pernafasan tidak teratur, apnea,

bahan bakar untuk otak, kekurangan dapat

letargi, sianosis, fluktuasi suhu,

menyebabkan kerusakan SSP permanen.

menangis nada tinggi,dll.


35

KOLABORASI
-

Pantau

pemeriksaan

lab

sesuai

indikasi

Glukosa serum

Hipoglikemi dapat terjadi paling awal 3


jam setelah kelahiran pada bayi SGA.

Kalsium

Frekwensi skrining tergantung pada faktor


resiko spt asfiksia intrapartum, atau bayi
preterm.

Berikan suplemen elektrolit sesuai-

Ketidakstabilan

metabolik

pada

bayi

indikasi

SGA, dapat diatasi dengan pemberian


suplemen spt kalsium, natrium,dll.

Berikan nutrisi parenteral

Bayi dengan penyimpangan pertumbuhan


intrauterus yang berat mungkin tidak
mampu mengkonsumsi cairan dan nutrisi
melalui rute enteral.

Diagnosa Keperawatn 3
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d peningkatan viskositas darah
karena polisitemia
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria Hasil : Neonatal mampu mempertahankan TTV dbn, dengan nadi perifer
yang adekuat dan Ht. dbn..
INTERVENSI
Mandiri

RASIONAL

- Perhatikan adanya polisitemia

Polisitemia diakibatkan dari peningkatan


produksi

eritypoetin

dalam

respon

terhadap hipoksia intrauteri yang kronik.


- Kaji

warna

kulit

terhadap

Membantu

mendeteksi/mencegah

kemungkinan komplikasi polisitemia.

kemerahan atau pucat. Perhatikan


hipertermi,

distress

hipertensi/hipotensi,

pernafasan,
takikardi,

penurunan nadi, oliguri, hematuri,


36

atau perubahan temuan neurologis.


- Pantau suh, masukan/haluaran danBJ urin. Perhatikan turgor kulit,
kondisi

membran

mukosa

Pencegahan atau perbaikan dehidarsi


menurunkan resiko hiperviskositas

dan

fontanel.
KOLABORASI
-

Pantau

HDL

(hitung

darah-

lengkap), dan bilirubin

Menandakan

derajat

polisitemia/hiperviskositas.
Hiperbilirubinemia

sering

diakibatkan

dari polisitemia (Ht sentral > 65%, Hb >


22gr/dl) saat pemecahan SDM berlebihan.
-

Siapkan/bantu

dengan

transfusi

Plasma beku segar menggantikan darah


dalam jumlah yang sama, sehingga

takar bila perlu.

melarutkan volume darah sisa bayi..


Biasnya 10% dari volume darah bayi
dibuang/ditukar pada sekali waktu.
-

Pantau

terhadap

Memberikan deteksi/intervensi awal.

komplikasi

prosedur, meliputi reaksi transfusi,


komplikasi kateter, dll.pemeriksaan
lab sesuai indikasi

37

38

DAFTAR PUSTAKA
Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. (2000) Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan klien. Ed 2 . Jakarta:
EGC
Farrer, Helen.(1999). Perawatan Maternitas: Ed. 2. Jakarta : EGC.
Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Ngastiyah, (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Staf Pengajar IKA-FKUI, (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika

39

Anda mungkin juga menyukai