Fluor Albus
Fluor Albus
FLUOR ALBUS
Disusun oleh:
Septian Kristyana (201310401011030)
Pembimbing:
dr. Moch Maroef, SpOG
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
Makalah ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Bedah RSU haji
Surabaya .
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan selama
mengikuti kepaniteraan di SMF Bedah RSU Haji Surabaya.
Kami mengucapkan terima kepada dr. Moch Maroef, SpOG selaku dokter
pembimbing dalam penyelesaian tugas makalah ini, terima kasih atas bimbingan
dan waktunya, sehingga kami dapat menyeleseikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan kami semoga tugas
kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada
khususnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Surabaya,
Agustus 2014
BAB 1
3
PENDAHULUAN
Leukorea merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita
mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang berobat
ke klinik-klinik ginekologi di Indonesia mengeluh adanya leukorea (fluor albus)
dan lebih dari 80% diantaranya adalah yang patologis. Leukorea yang patologis
diakibatkan oleh infeksi pada alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang
lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi gonokokkus, trikomonas,
kandida, klamidia, treponema, human papiloma virus, herpes genitalis.
Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual. Leukorea patologis dapat
juga disebabkan oleh neoplasma/keganasan, benda asing, menopause, dan erosi.
Leukorea fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi,
karena rangsangan seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi
hormonal, pembilasan vagina yang rutin.1
Penelitian secara epidemiologi, leukorea patologis dapat menyerang
wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak
mengenal tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini
lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang rendah. Dalam program keluarga berencana leukorea juga merupakan salah
satu efek yang sering dikeluhkan oleh akseptor pemakai kontrasepsi hormonal dan
IUD, namun masih dianggap steril (fisiologis). Leukorea juga sering merupakan
komplikasi yang dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus dan pemakai
kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama.1
Masalah leukorea ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam
kehidupannya sehari-hari maupun dalam hubungan dengan suami. Rasa tidak
nyaman, ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan
kanker, publikasi atau cerita tetangga atau teman di kantor tentang akibat adanya
leukorea ini menyebabkan sebagian kecil wanita mencari pertolongan pada dokter
tetapi sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan tradisional
seperti dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu. Kendala yang dihadapi
oleh para wanita dan para dokter adalah seringnya dijumpai kasus yang kronis
karena ketidaktahuan dari wanita dan terapinya tidak adekuat.1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Leukorea (fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal discharge/duh
tubuh vagina) adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa
darah. Cairan ini dalam keadaan normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan
yang keluar dari vagina tidak semua merupakan keadaan yang patologis. Gardner
menyatakan bahwa leukorea adalah keluhan penderita berupa pengeluaran sekresi
vulvovagina yang bervariasi baik dalam jumlah, bau, maupun konsistensinya.1
Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh
yang keluar tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau
keluhannya disertai dengan nyeri, kemugkinan itu merupakan tanda adanya
sesuatu yang salah. Duh tubuh vagina merupakan kombinasi dari cairan dan sel
yang secara berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari duh tubuh vagina adalah
untuk membersihkan dan melindungi vagina.5
2.2. Etiologi
albicans.
3. Sexually transmitted infection:
Chlamydia trachomatis
Neisseria gonorrhoeae
Trichomonas vaginalis
10
Kanker
akan
menyebabkan
leukorea
patologis
akibat
gangguan
11
2.5.1. Anamnesis1
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
a. Usia. Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita
atau pada wanita dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh
estrogen yang tinggi dan merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita
dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit
hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya.
b. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
c. Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal
dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat
dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan
infeksi atau iritasi pada serviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks
menjadi meningkat.
d. Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti
gonorea, kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang
perlu ditanyakan adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa
dilakukan.
12
e. Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan temantemannya kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan
terjadinya leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik
adalah tukar menukar peralatan mandi atau handuk.
f. Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah
berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara
detail karena dengan mengetahui hal hal tersebut dapat diperkirakan
kemungkinan etiologinya.
g. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada
kedua keadaan ini leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang
fisiologis.
h. Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi
atau pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.
2.5.2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam1
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi
lainnya yang mungkin berkaitan dengan leukorea. Pemeriksaan yang kusus harus
dilakukan adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi: inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna; pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks;
pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari
kontaminasi dengan lendir serviks.
Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah
orifisium uretra eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio
mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini
ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan
melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab.
Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak
sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance.
Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau
sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina
yang berwarna hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat
13
sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan
erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan
vagina, pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna
putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,
berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu
tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks
lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi
seperti IUD, tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya.
2.5.3. Pemeriksaan laboratorium1
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Penentuan pH. Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 4,5)
b. Penilaian sediaan basah. Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan
basah dengan KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam
fisiologis. Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis
sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang
cepat. Sedangkan kandida albikans dapat dilihat jelas dengan KOH 10%
tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis nonspesifik yang
disebabkan gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa
kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak, dan banyak sel-sel
epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini
disebut clue cell yang merupakan ciri khas infeksi gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram. Neisseria gonorrhea memberikan gambaran adanya
gonokokkus intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan
gambaran batang-batang berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat
dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa
ditemukan laktobasil.
d. Kultur. Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam
penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi
herpes genitalis dan human papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.
14
mendapatkan
kecukupan
bahan
pemeriksaan
dan
untuk
meningkatkan akurasi pap smear ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pasien, diantaranya:
1. Sebaiknya datang diluar menstruasi.
2. Tidak diperkenankan memakai bahan-bahan antiseptik pada vagina.
3. Wanita paska persalinan, paska operasi rahim, paska radiasi sebaiknya
datang 6-8 minggu kemudian.
4. Wanita yang mendapatkan pengobatan lokal seperti vagina supostoria atau
ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum pap smear.
5. Dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum
pemeriksaan pap smear.13
Teknik pengambilan sediaan berperan penting dalam kemungkinan
terjadinya kesalahan pada pap smear, oleh karena itu harus diperhatikan hal-hal
tersebut di bawah ini: 12
a. Pengambil sediaan harus kompeten
b. Keahlian yang baik dan menggunakan teknik/kriteria pengambilan Tes Pap
yang benar
c. Pelatihan rutin
d. Audit untuk adekuasi sampel
Alat dan Bahan
Dalam membuat sediaan pap smear diperlukan bahan dan alat sebagai
berikut:12
1)
2)
3)
4)
5)
15
dalam
smear, atau bila terpaksa mengirim ke dua laboratorium yang berbeda, maka
sertakan hasil pap smearnya.
Interpretasi Pap Smear
Analisis dan laporan pap smear semua didasarkan pada sistem terminologi
medis yang disebut Sistem Bethesda. Sistem ini dikembangkan (di Institut
Kesehatan Nasional (NIH) di Bethesda, Maryland) untuk mendorong semua
profesional medis menganalisis pap smear menggunakan sistem pelaporan yang
sama. Standardisasi mengurangi kemungkinan bahwa laboratorium yang berbeda
mungkin melaporkan hasil yang berbeda untuk pulasan yang sama. Sehingga,
membingungkan bagi dokter yang meminta tes dan bagi pasien.
Sistem Bethesda merupakan hasil dari Institut Kanker Nasional yang digelar
pada tahun 1988 dalam upaya untuk membakukan laporan pap smear. Pedoman
mengatasi banyak aspek dari tes pap smear dan hasilnya. Pada tahun 2001,
pedoman direvisi dan diperbaiki. Penerimaan dari sistem pelaporan Bethesda di
Amerika Serikat adalah hampir universal.
Kategori-kategori utama untuk pap smear yang abnormal dilaporkan dalam
Sistem Bethesda adalah sebagai berikut:
a. ASC-US (Atipical Squamous Cells of Undetermined Significance).
Di bawah sistem lama klasifikasi, kategori ini disebut sel skuamosa atipikal,
hanya ASC. Sistem baru membutuhkan pembaca untuk memilih salah satu
dari dua pilihan untuk menambahkan pada akhir ASC: ASC-US, yang berarti
signifikansi belum ditentukan.
b. LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion)
Di bawah sistem lama klasifikasi, kategori ini disebut CIN grade I.
c. HSIL (High-grade Squamous Intraepithelial Lesion).
Di bawah sistem lama klasifikasi, kategori ini disebut CIN grade II, CIN grade
III, atau CIS.
Kata "squamous" menggambarkan, sel tipis datar yang terletak pada
permukaan serviks. "Intraepithelial" menunjukkan bahwa lapisan permukaan sel
terpengaruh. Sebuah "lesi" berarti bahwa adanya jaringan abnormal.14
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Preventif1
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Memakai alat pelindung. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan
tertularnya penyakit karena hubungan seksual, salah satunya dengan
17
18
19
20
21
2.7. Komplikasi
Pada kasus yang tidak diobati, infeksi vagina sederhana dapat menyebar ke
traktus reproduksi bagian atas dan menybabkan penyakit lain yang lebih
BAB 3
KESIMPULAN
Leukorea merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita
mulai dari usia muda sampai usia tua. Leukorea (fluor albus/white
discharge/keputihan/vaginal discharge/duh tubuh vagina) adalah pengeluaran
cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Kebanyakan duh tubuh vagina
adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh yang keluar tidak seperti biasanya baik
23
akan
disesuaikan
dengan
penyebabnya.
Sedangkan
pemeriksaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah penentuan pH, penilaian sediaan basah,
pewarnaan gram, kultur, pemeriksaan serologis, tes pap smear.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan
Oleh infeksi Pada Penderita Rawat Jalan Di Klinik Ginekologi Rumah
Sakit Umum Dr.Kariadi Semarang. Semarang: Bagian Obstetri Dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004. (Diakses
tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh dari:
25
http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf.
2. Tjitra E, Reny M, Dewi R M. Karakteristik Penderita Fluor Albus di
Puskesmas Cempaka Putih Barat I Jakarta. Jakarta: Pusat Penelitian
Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen kesehatan RI. (Diakses tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh
dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_074_kulit_%28i%29.pdf
3. Nasution M A. Mikologi Dan Mikologi Kedokteran Beberapa pandangan
Dermatologis. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam
Bidang Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Pada Fakultas Kedokteran,
Diucapkan Di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara.
Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU. 2005. (Diakses tanggal 10
Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb_2005_mansur_amirs
yam_nasution.pdf.
4. Anonim. Vaginal Discharge. Reviewed June 2010, Pubished October 2010.
Pharmaceutical Society Of Australia. Self Care Health Advice For Live.
(Diakses tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.nationalpharmacies.com.au/library/Vaginal_Discharge_Oct201
1_V4.pdf
5. Mayo clinic staff. Vaginal discharge. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011).
Diunduh dari:
http://www.mayoclinic.com/health/vaginal-discharge/MY00097.
6. Tidy C. vaginal discharge. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011). Diunduh
dari:
http://www.patient.co.uk/doctor/Vaginal-Discharge.htm.
7. Anonim. Vaginal Discharge: Whats Normal? Whats Not?. KFL & A
Public Health. An Accredited Local Public Health Agency Affiliated With
Queens University. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.kflapublichealth.ca/Files/Resources/224_vaginal_discharge.pd
f.
8. Anonim. Vaginal Discharge. (Diakses tanggal 8 Maret 2011). Diunduh
dari:
http://www.groupeelva.org/uploads/Articles/Vaginal_Discharge
%5B2%5D.pdf
9. Anonim. Patient Advisories: Vaginal Discharge. (Diakses tanggal 8 Maret
2011). Diunduh dari:
http://www.rafflesmedicalgroup.com/ImgUpd/Vaginal_Discharge.pdf.
26
Pap
Smear.
(online)
27