Oleh:
Kiki Rizky
Pembimbing:
dr. M. Arief Nugroho, SpJP
RESUME
Seorang wanita 25 tahun datang dengan keluhan utama sesak
nafas yang memberat sejak 5 hari yang lalu yang makin bertambah berat.
Sesak terus-menerus, memberat dengan aktivitas, PND (+), OP(+). Sesak
disertai berdebar-debar, kedua tungkai bengkak. Keluhan disertai dengan
batuk dan demam. Penderita sebelumnya telah mengalami DOE sejak 3
tahun SMRS namun tidak kontrol selama 1 tahun terakhir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak sesak, T: 100/70, N:
108x, Rr: 30x, S: 38.1oC. JVP R+4 cmH2O, Pemeriksaan jantung
didapatkan S1 meningkat, S2 (P2) meningkat, bising: PSM 3/6 LLSB
meningkat dengan inspirasi, MDM 3/4 di apek. Abdomen : hepatomegali
(+), ekstremitas : edema inferior (+).
Pada pemeriksaan penunjang, EKG didapatkan irama sinus,
normoaksis dengan dilatasi atrium kiri, dan RVH. Rontgen thorak :
gambaran kardiomegali (LA,RV,RA) dengan hipertensi pulmonal dan efusi
pelura dextra dan penumoni. Ekokardiografi didapatkan dilatasi seluruh
ruang jantung dengan LVEF 57% ; MS severe, PH severe, TR Moderate,
AR mild.
Pasien kami diagnosa dengan gagal jantung kongestif et causa MS
severe, PH severe, TR Moderate, AR mild dan Bronkopneumoni
.
ILUSTRASI KASUS
A. Identitas Pasien:
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
MRS
Jaminan
:
:
:
:
:
:
:
o
o
o
o
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Mata:
o Konjungtiva palpebra anemis - | o Sklera ikterik - | Bibir : Sianotik (-)
Pernapasan Cuping Hidung (+)
Leher:
o JVP = 5 + 4 cmH2O
o Hepatojugular reflux (+)
Dada: bentuk dan gerak simetris
o Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tampak di spatium intercostal V 2 cm
lateral linea midclavicula kiri
Palpasi:
Ictus kordis teraba di spatium intercostal V 2 cm lateral
garis midclavicula kiri
Pulsasi parasternal (+)
Pulsasi epigastrial (+)
Perkusi : konfigurasi jantung kanan dan kiri kesan melebar
Auskultasi:
S1 meningkat
S2 (P2) meningkat
Opening snap (-)
Pansystolic murmur, grade 3/6, thrill (-), high pitch di linea
parasternal kiri bagian bawah (SIC 4-5) meningkat dengan
-
inspirasi
Mid diastolic murmur, grade 3/4, thrill (-),low pitch di apeks
paru.
Ronki basah halus: didapatkan pada 1/3 basal kedua
lapang paru
Abdomen:
o Inspeksi: datar
o Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-)
Hepar teraba pembesaran 3 cm bawah arcus costa dextra dan
lien tidak teraba pembesaran.
Perkusi:
Pekak alih (-)
Pekak sisi (-)
Auskultasi: BU (+) N
Ekstremitas:
o Clubbing : tidak didapatkan
o Sianosis: tidak didapatkan
o Pitting oedema: (+/+) minimal pada ekstremitas inferior
D. Pemeriksaan Penunjang:
Elektrokardiografi (EKG): (30 Maret 2013)
Deskripsi EKG:
o Irama sinus
o Rate: 100 kali/menit
o Aksis normal
o Gelombang P (+), negative terminal force di V1, P Mitral (+)
o Interval PR 0,16 detik
o Durasi QRS: 0,06 detik
o Morfologi QRS: normal
o Gelombang R/S persisten di V1-V5
o ST-T changes: isoelektris
o T inverted di V1-V3
Kesan EKG: sinus takikardia dengan dilatasi atrium kiri, ventrikel kanan
Foto toraks dada: (10 April 2013)
dan atrium kanan dengan Hipertensi pulmonal dan efusi pluera dextra
Hasil laboratorium:
PEMERIKSAAN
27/03
13/4
SATUAN
NILAI
NORMAL
KET
gr%
12-15
HEMATOLOGI
Hemoglobin
9,49
Hematokrit
29,5
35-47
Eritrosit
3,72
juta/mmk
3,9-5,6
MCH
25,49
Pg
27-32
MCV
79,10
fL
76-96
MCHC
32,22
g/dL
29-36
Lekosit
20,60
ribu/mmk
4-11
Trombosit
375,3
ribu/mmk
150-400
RDW
14,59
11,6-14,8
MPV
7,57
fL
4-11
Glukosa sewaktu
83
mg/dl
74-106
Ureum
17
mg/dl
15-39
Creatinin
0,60
mg/dl
0,6-1,3
KIMIA KLINIK
Albumin
4,6
g/dl
3,4-5,0
Globulin
2,0
g/dl
2,3-3,5
Protein Total
6,6
g/dl
6,4-8,2
Elektrolit
Natrium
137
mmol/L
136-145
Kalium
4,5
mmol/L
3,5-5,1
Chlorida
99
mmol/L
98-107
Calcium
1,90
mmol/L
2,12-2,52
Magnesium
0,86
mmol/L
0,74-0,99
E. Diagnosis Kerja:
Diagnosis fungsional
: CHF functional class NYHA IV
Diagnosis anatomis
: Suspect MS,TR,PH
Diagnosis etiologis
: Penyakit Jantung Rematik
Bronkopneumoni dengan efusi pleura dextra
F.
Follow Up:
Echokardiografi: (30 Maret 2013)
I.
M-Mode:
1. Dimension:
DIMENSION
VALUE
NORMAL VALUE
Ao
23
20-37 mm
LA
48
19-40 mm
RVDd
7-26 mm
IVSd
14
7-11 mm
LVIDd
48
38-56 mm
LVPWd
10
7-11 mm
LVIDs
34
22-40 mm
LVPWs
16
LVEF (Teich)
57%
53-77%
FS
30%
>25%
LVMI (g/M2)
184
M<120, F<105
Trombus (-)
LASEC (+)
Pericardial Effusion (-)
Wilkins Score:
leaflet mobility
leaflet thikening
leaflet calsification
subvalvular thickening
total = 6
:1
:2
:1
:2
Kesan:
o LA dilatasi, dengan LVH eksentris
o Fungsi sistolik LV global normal dengan LVEF 57% (Teichz)
o Fungsi diastolik sulit dinilai, FS RV menurun.
o MS severe, PH Severe, TR moderate, AR mild
o LASEC (+), Wilkins Score 6
o Suatu Rheumatic Heart Disease
G. Diagnosis Akhir:
Diagnosis fungsional
Diagnosis anatomis
Diagnosis etiologis
:
:
mild
Penyakit Jantung Rematik
10
I.
Pendahuluan
Demam rematik dan penyakit jantung rematik merupakan suatu penyakit
akibat komplikasi non supuratif dari infeksi Streptococcus beta hemolyticus group
A pada saluran pernafasan bagian atas akibat adanya respon imun lambat dalam
tubuh.1 Insidensi penyakit ini pada negara-negara maju mengalami penurunan
yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir ini seiring dengan penurunan
transmisi dan perkembangan teknologi termasuk pengobatan dalam bidang
kedokteran yang lebih baik.2 Akan tetapi penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan di banyak negara-negara berkembang khususnya pada anak-anak dan
remaja.1,2
Berdasarkan data dari WHO, diperkirakan sekitar 500.000 orang
menderita demam rematik akut tiap tahunnya dimana 97 % berasal dari negara
berkembang yang mempunyai insiden lebih dari 50 orang tiap 100.000 anak
pertahun. Sedangkan insiden di negara-negara industri kurang dari 10 tiap 100
ribu anak.3 Penelitian terbaru menyebutkan bahwa 1,9 juta orang mempunyai
riwayat demam rematik akut tanpa karditis, 470.000 kasus baru tiap tahun dan
lebih dari 230.000 kasus kematian per tahun akibat komplikasi penyakit jantung
rematik khususnya dinegara berkembang.2
Penyakit ini dan gejala sisanya, yaitu penyakit jantung rematik, merupakan
jenis penyakit jantung didapat yang paling banyak dijumpai pada populasi anakanak dan dewasa muda. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok
usia 5-15 tahun; penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan
usia di atas 35 tahun.4 Serangan berulang atau relaps paling sering didapatkan
pada usia remaja dan dewasa muda dan jarang didiagnosa setelah usia 45 tahun.3
II. Definisi
Penyakit jantung rematik merupakan suatu kelainan atau penyakit yang
mengenai katup jantung yang merupakan suatu sekuele dari infeksi bakteri
Streptococcus grup A (GAS) pada demam rematik akut sebelumnya 2
Kerusakan jantung pada penyakit jantung rematik terbanyak mengenai
katub mitral dan aorta dan keadaan ini menetap meskipun episode akut telah
11
akan mengakibatkan
konsekuensi
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari demam rematik akan muncul paling cepat 3 minggu
12
Karditis
Diantara kriteria major Jones, karditis merupakan manifestasi klinis yang
utama dan spesifik pada DRA. Secara patologi, DRA akan mengakibatkan
peradangan pada hampir seluruh bagian jantung (pankarditis) yang meliputi
perikardium, miikardium, maupun endokardium. Sedangkan manifestasi klinisnya
13
akan bervariasi tergantung tingkat keparahan, mulai dari yang paling ringan yaitu
tingkat subklinis, sampai yang paling berat dan mengancam nyawa. 1 Diagnosis
klinis karditis didasarkan pada terdapatnya bising jantung yang jelas (terutama
regurgitasi mitral dan atau aorta), perikardial rub, kardiomegali tanpa sebab yang
jelas disertai CHF.1,6
Tabel 2. Gambaran Klinis Karditis Rematik
Pada auskultasi dapat ditemukan adanya bising baru atau bising yang
mengalami perubahan dari sebelumnya. Lesi valvular yang paling umum
ditemukan pada fase akut adalah regurgitasi mitral yang menghasilkan bising
pansistolik di apeks jantung. Sedangkan pada fase kronis banyak ditemukan bising
mid diastolik pada apeks yang sebagai penanda adanya stenosis pada katup
mitral.1
KELAINAN KATUP PADA PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Pada banyak pasien dengan penyakit jantung rematik kronis, katup mitral
dan aorta dapat terlibat baik salah satu maupun keduanya. Secara umum,
manajemen harus berdasarkan identifikasi dari dominan lesi dan lokasi kelainan
katup. Kelainan katup multipel lain yang dapat terjadi yaitu mitral stenosis dengan
14
15
16
Hipertensi
pulmonal
merupakan
komplikasi
yang
sering
terjadi
padastenosis mitral. Pada awalnya hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat
kenaikan tekanan atrium kiri, terjadi perubahan pada vaskular paru berupa
vasokonstriksi
akibat
bahan
neurohormonal
seperti
endotelin
atau
berat
ringannya
stenosis
mitral,
selain
berdasarkan
gradientransmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta
hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian
opening snap.
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua dari normal (<2-2,5 cm). Hubungan antara
gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat
pada tabel berikut:16
Derajat
A2-OS interval
Area
Stenosis
Ringan
Sedang
> 1.5cm2
>1 dan
Gradien
< 5mmHg
<1.5 5-10mmHg
cm2
Berat
< 80 msec
<1 cm2
>10 mmHg
A2-OS :Waktu antara penutupan katup aorta dan pembukaan katup
mitral
17
fisik,
dan
pemeriksaan
penunjang
seperti
foto
Dyspneu deffort.
Hemoptisis.
Nyeri dada.
Palpitasi.
Malar flush, perubahan warna kebiruan pada atas pipi karena saturasi
oksigen berkurang
Opening snap
Diastolic rumble.
18
Respiratory distress.
Digital clubbing.
Systemic embolization.
Askultasi:
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah 'opening snap dan bising
diastol kasar ('diastolic rumble') pada daerah mitral. Tetapi sering pada
pemeriksaan rutin sulit bahkan tidak ditemukan rumbel diastol dengan nada
rendah, apalagi bila tidak dilakukan dengan hati-hati. 6,8,10
Walaupun demikian pada kasus-kasus ringan harus dicurigai stenosis
mitral ini bila teraba dan terdengar SI yang keras. SI mengeras oleh karena
pengisian yang lama membuat tekanan ventrikel kiri meningkat dan menutup
katup sebelum katup itu kembali ke posisinya. Di apeks rumbel diastolik ini dapat
diraba sebagai thrill. 6,8,10
Dengan lain perkataan katup mitral ditutup dengan tekanan yang keras
secara mendadak, Pada keadaan di mana katup mengalami kalsifikasi dan kaku
maka penutupan katup mitral tidak menimbulkan bunyi SI yang keras. Demikian
pula bila terdengar bunyi P2 yang mengeras sebagai petuniuk hipertensi
pulmonal, harus dicurigai adanya bising diastol pada mitral. 6,8,10
Beberapa usaha harus dilakukan untuk mendengar bising diastol antara
lain posisi lateral dekubitus, gerakan-gerakan atau latihan ringan, menahan napas
dan menggunakan bell dengan meletakkan pada dinding dada tanpa tekanan
keras.6,8,10
Derajat dan bising diastol tidak menggambarkan beratnya stenosis tetapi
waktu atau lamanya bising dapat menggambarkan derajat stenosis. Pada stenosis
ringan bising halus dan pendek, sedangkan pada yang berat holodiastol dan
aksentuasi presistolik. Waktu dari A2-OS juga dapat menggambarkan berat
ringannya stenosis, bila pendek stenosis lebih berat. 6,8,10
19
Bising diastol pada stenosis mitral dapat menjadi halus oleh karena
obesitas, PPOM. edema paru, atau status curah jantung yang rendah. Beberapa
keadaan yang dapat menimbulkan bising diastol antara lain aliran besar meialui
trikuspid seperti pada ASD, atau aliran besar melalui mitral seperti pada VSD,
atau regurgitasi mitral. Pada AR juga dapat terjadi bising diastol pada daerah
mitral akibat tertutupnya katup mitral anterior oleh aliran balik dari aorta (murmur
Austin-Flint). Bising diastol pada MR atau AR akan menurun intensitasnya bila
diberikan amil nitrit karena menurunnya after load dan berkurangnya derajat
regurgitasi. 6,8,10
Dari pemeriksaan penunjang :
20
21
Regurgitasi Trikuspid
Keterlibatan katup trikuspid pada PJR akibat DRA umumnya sangat jarang
bila dibandingkan dengan katup mitral maupun aorta dan biasanya disertai dengan
kelainan yang lain. Secara statistik, kelainan katup trikuspid yang terjadi bersama
dengan kelainan katup mitral dan atau aorta ditemukan sebanyak 10-20% dari
seluruh kasus. Dimana katup trikuspid mengalami penebalan dan daun katup
berkontraksi akibat fibrosis maupun fusi dari komisura. Seperti pada katup mitral,
kalainan trikuspid akibat demam rematik, katup akan mengalami regurgitasi yang
pada pemeriksaan fisik akan ditemukan bising sistolik halus, frekuensi medium
dan meningkat dengan manuver inspirasi.6,8,10
Peran Ekokardiografi Dalam Diangnosis Kelainan Katup
Ekokardiografi mempunyai peranan yang penting dalam membantu
menegakkan diagnosis kelainan katup khususnya pada penyakit jantung rematik. 11
Ekokardiografi berguna untuk mengevaluasi mekanisme dan beratnya regurgitasi
dan atau stenosis katup, daun katup, ukuran anulus, ukuran dan fungsi ruangruang jantung, adanya efusi perikardium, dan tekanan arteri pulmonal. 11 Untuk
mendiagnosis
rematik
karditis
dan
menilai
kelainan
katup,
M-mode,
ekokardiografi 2D, Doppler, dan Doppler dengan warna cukup sensitif dan
menyediakan informasi yang spesifik yang tidak didapatkan pada pemeriksaan
sebelumnya. Dalam hal ini M-Mode ekokardiografi mempunyai parameter untuk
menilai
fungsi
ventrikel,
dimana
ekokardiografi
2D
berperan
dalam
22
katup, prolaps daun katup, gangguan koaptasi, restriksi dari mobilitas daun katub,
dan disfungsi ventrikel. Ekokardiografi juga dapat membantu klinisi dalam
menentukan dilakukan tindakan operasi pada kelainan katup.1,12
23
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Expert Consultant Team. Rheumatic Fever and
Rheumatic Heart
24
15. BLAND EF, DUCKETT JONES T. Rheumatic fever and rheumatic heart
disease; a twenty year report on 1000 patients followed since childhood.
Circulation 1951; 4:836.
16. Binder TM, Rosenhek R, Porenta G, et al. Improved assessment of mitral
valve stenosis by volumetric real-time three-dimensional echocardiography. J
Am Coll Cardiol 2000; 36:1355.