Anda di halaman 1dari 36

ABSES LEHER DALAM

Abstrak
Abses leher dalam adalah kumpulan nanah (pus) yang terbentuk dalam ruang potensial di
antara fasia leher dalam sebagai akibat penyebaran infeksi. Abses leher dalam dapat
dibagi sesuai letak abses yaitu abses peritonsiler, parafaring, retrofaring, mastikator,
submandibula, submental, sublingual dan sebagainya. Abses leher dalam merupakan
salah satu kegawatan di bidang THT Keterlambatan diagnosis atau terapi yang tidak
sesuai dan tidak adekuat dapat mengakibatkan komplikasi membahayakan menyebabkan
risiko kematian Diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang anatomi fasia dan
ruang potensial leher secara baik, serta faktor penyebab

abses leher dalam untuk

diagnosa dan penatalaksanaan


Kata Kunci: Abses leher dalam, anatomi, penatalaksanaan
Abstract
Deep neck absess disease is necrotizing group of cells in potential space caused
by extended of infections.. Deep neck absess is consist of peritonsil, parapharing ,
retropharing , masticator, submandibula absess, etc. Deep neck absess is one of
emergency at ENT-HN department . Delayed of diagnoses or theraphy make
complication and high risk to die. So,needing more knowledge for anatomy potential
space and risk factor the deep neck absess to diagnose and treatment.
Key Word: Deep neck absess, anatomy, treatment
. DEFENISI
Abses

secara
leher

hematogen,

atau

adalah

limfogen. Abses leher dalam dapat

kumpulan nanah (pus) yang terbentuk

dibagi sesuai letak abses yaitu abses

dalam ruang potensial di antara fasia

peritonsiler,

leher dalam sebagai akibat penyebaran

mastikator, submandibula, submental,

infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,

sublingual dan sebagainya.1-4Abses leher

sinus

telinga

dalam dapat mengenai salah satu ruang

terjadi

potensial atau lebih.2-4

paranasal,

dll.Penyebaran

infeksi

dalam

langsung,

leher,
dapat

parafaring,

retrofaring,

Sejak

ditemukan

antibiotika

angka kesakitan (morbiditas) dan angka


kematian (mortalitas) kasus abses leher
menurun drastis, walaupun demikian
abses leher dalam tetap merupakan salah
satu

kegawatan

di

bidang

THT.Keterlambatan diagnosis atau terapi


yang tidak sesuai dan tidak adekuat
dapat

mengakibatkan

membahayakan

seperti

komplikasi
mediastinitis

yang akan menyebabkan risiko kematian


sebesar 40 %.2-4
Diperlukan

pengetahuan

dan

pemahaman tentang anatomi fasia dan


ruang potensial leher secara baik, serta
faktor penyebab

abses leher dalam

untuk dapat memperkirakan perjalanan


penyebaran infeksi dan penatalaksanaan
yang adekuat.2-4
Gambar 1. Anatomi ruang leher dalam1

Secara

anatomi

leher

terdiri

dari

beberapa fasia dan ruang potensial. Fasia


servikal

terdiri

dari

fasia

servikal

superficial (superficial fascia) dan fasia


servikal profunda (deep fascia) yang
dipisahkan

oleh

m.platisma.

Fasia

servikal superficial terletak di bawah


kulit leher, terdiri dari pembuluh darah
dan saraf superficial. Sedangkan fasia
servikal profunda terbagi menjadi 3
bagian, yaitu lapisan luar (external
layer),

lapisan

tengah

(visceral/

Gambar. Lapisan Fasia Leher Dalam

pretracheal layer) dan lapisan dalam

(posterior/ prevertebral layer).2-6

Ruang Retrofaring
Ruang retrofaring merupakan

ruang potensial yang terletak

Ruang

parafaring

posterior

diantara lapisan media fasia servikal

dibentuk oleh selubung karotis. Dasar

profunda yang mengelilingi faring dan

tengkorak merupakan batas superior dan

esophagus

serta

ruang leher visera merupakan batas

servikal

inferior. Di sebelah lateral berbatasan

profunda disebelah posterior. Di superior

dengan fasia parotis sedangkan disebelah

berbatasan dengan dasar tengkorak dan

medial berbatasan denagn fasia yang

di inferior berbatasan dengan vertebra

membatasi ruang retrofaring. Ruang

torakal pertama atau kedua. Ruang ini

parafaring posterior berisi a. karotis

berisi kelenjar getah bening retrofaring.2-

interna, v.jugularis interna, a. faring

4-7-8

asenden,

bagian

alar

disebelah
lapisan

anterior
fasia

Ruang Parafaring
Ruang parafaring disebut juga

n.hipoglosus,

n.vagus

dan

n.glosofaringeus.

sebagai ruang faringomaksila, ruang

Ruang parafaring dibagi 2 oleh

faringeal lateral atau ruang perifaring.

os Stiloid yaitu Prestiloid dan poststiloid.

Ruang parafaring dibagi dua yaitu ruang

Ruang parafaring prestiloid dibatasi oleh

parafaring anterior dan posterior. Ruang

basis

parafaring anterior berbatasan

dengan

mandibula. Anteromedial dibatasi oleh

dasar tengkorak di bagian superior dan

fasia m. konstriktor superior Pada

angulus

posterior :dibatasi fasia yang malapisi m.

mandibul

Disebelah

dibagian inferior.

anteromedial

berbatasan

kranii

sampai

ke

angulus

stiloid dan dinding anterior selubung

dengan fasia bukofaringeal sedangkan

karotid.

sebelah posterior berbatasan dengan

Pterigodeus

fasia yang melapisis muskulus stiloid

dengan ligamen Posteromedial dengan

dan dinding anterior selubung karotis.

divisi alar. Sedangkan ruang parafaring

Fasia yang melapisi muskulus pterigoid

poststiloid dibatasi

internus merupakan batas anterolateral

sedangkan ligamentum stilomandibula

vagus).Posteromedial

merupakan

dengan

batas

posterolateral.

Di

a.

Anterolateral:

karotis,

Selubung karotid
v.

jugularis,

fasia alar. Ruang parafaring anterior

ruang mastikator

n.

berhubungan

retrofaring

submandibula.Bagian

m.

interna.Posterolateral

bagian posteromedial berbatasan dengan


berisi kelenjar limfe dan jaringan ikat.2-4

fasia

lateral

inferior
dengan

posterior adalah muskulus stilohioid

Ruang Submandibula

serta muskulus digastrikus posterior.2-4


Ruang submandibula terdiri dari
ruang

sublingual,

submental

dan

submaksila. Ruang sublingual dibatasi


oleh mandibula dibagian anterior dan
lateral. Lidah merupakan batas superior
sedangkan

muskulus

milohioid

merupakan batas inferior. Di dalam


ruang sublingual terdapat kelenjar liur
sublingual beserta duktusnya.2-4
Ruang submental berbatasan
dengan fasia leher dalam dan kulit dagu

di sebelah anterior. Batas superior adalah


muskulus milohioid anterior dan batas

melapisi

inferior adalah tulang hioid. Muskulus

berhubungan

digastrikus anterior merupakan batas

ruang

posterior

melalui

kelenjar

limfe

langsung dengan ruang parafaring. Arteri


karotis interna, v.fasialis serta n.fasialis

submandibula beserta duktusnya yang


ke

dan

kelenjar sehingga terdapat hubungan

submaksila

terdapat kelenjar liur submaksila atau


berjalan

dengan

parotis

menutup secara rapat pada bagian atas

terdapat kelenjar limfe submental.2-4


dalam

kelenjar

membentuk ruang parotis. Fasia ini tidak

lateral. Di dalam ruang submental


Di

Ruang Parotis
Fasia superfisial leher dalam

melalui ruang ini.2-3

tepi

posterior muskulus milohioid kemudian


masuk

ke

ruang

sublingual.

Batas

adalah

Ruang mastikator
Ruang mastikator berisi ramus

muskulus

pterigoid dan badan mandibula, tendon

inferior

muskulus temporalis, muskulus maseter

berbatasan dengan lapisan anterior fasia

saraf serta pembuluh darah alveolaris

leher dalam, kulit leher dan dagu. Batas

anterior. Terletak di sebelah anterior dan

medial

lateral ruang parafaring serta sebelah

superior

ruang

muskulus

submaksila

milohioid

hipoglosus.

Di

ruang

dan

sebelah

submaksila

adalah

muskulus digastrikus anterior dan batas

inferior ruang temporal.2-3


5

abses

Ruang peritonsiler
Di sebelah medial,

peritonsil

berbatasan

dengan

muskulus

konstriktor

ruang

THT FK-UI RSUPN-CM , usia berkisar

faring

antara 15-35 tahun terdiri dari 20 pasien


laki-laki dan 13 wanita.Angka kekerapan
abses leher dalam mulitipel belum

pilar posterior tonsil.2,3

diketahui secara pasti. Di poliklinik Sub-

Ruang Temporal

Bagian Laring Faring FK-UI RSUPNfasia

CM, periode I Januari 2002 31 Maret

temporalis.

2002 didapat 6 kasus abses leher dalam

Muskulus temporalis membagi ruang ini

dan 1 kasus diantaranya merupakan

menjadi 2 bagian yaitu bagian superfisial

abses leher dalam multipel.

temporalis

di

angka

Januari 1991-Desember 1993 di Bagian

dan posterior adalah pilar anterior serta

Terletak

dengan

33 kasus abses leher dalam selama

tonsil

superior. Batas superior, inferior, anterior

dalam

kematian 22%. Fachruddin9 melaporkan

palatina dan disebelah lateral berbatasan


dengan

leher

dan

antara

tulang

dan profunda. Di dalamnya terdapat


III. ETIOLOGI

a.maksilaris interna dan pembuluh darah

Sebelum ditemukan antibiotik,

serta saraf madibula.2,3

tujuh puluh persen dari kasus abses leher


dalam

disebabkan

oleh

penyebaran

infeksi yang berasal dari faring dan


II. EPIDEMIOLOGI

tonsil. Setelah ditemukan antibiotika ,


Har-El7,

infeksi gigi merupakan sumber infeksi

melakukan penelitian retrospektif pada

terbanyak yang merupakan infeksi leher

210 kasus abses leher dalam dari tahun

dalam. Penyebab lain dari abses leher

1991-1998. Berdasarkan hasil penelitian

dalam adalah infeksi yang berasal dari

tersebut didapatkan jumlah kasus abses

kelenjar liur, saluran saluran nafas

parafaring

Parhiscar

dan

menempati

urutan

bagian atas, sinus paranasal , kelenjar

diikuti

abses

tiroid, telinga tengah , trauma infeksi

Angina

lokal rongga mulut dan penggunaan

(17%) dan abses retrofaring (12%). Sethi

jarum suntik yang tidak steril pada

dan Stanley8 melaporkan pada periode

tonsilektomi dengan anastesi lokal. Dua

Januari 1991-juli 1989 terdapat 55 kasus

puluh persen kasus abses leher dalam

pertama(43%),
mandibula(28%),

Ludwigs

tidak diketahui penyebabnya. Pada anak-

jaringan

lunak

leher.

Keterbatasan

anak penyebab tersering adalah tonsilitis

pemeriksaan foto polos leher adalah

akut dan infeksi gigi.2-4

tidak dapat membedakan antara selulitis

Sebagain besar abses leher dalam

dan pembentukan abses. Pemeriksaan

disebabkan oleh campuran beberapa

foto thoraks dapat digunakan untuk

jenis kuman aerob maupun anaerob. Dari

mendiagnosis

golongan aerob penyebab terbanyak

pneumotoraks, pneumomediastinum atau

adalah

pembesaran

kuman

Stafilokokkus,
Neiseria.
anaerob

Streptokokkus,

Dipthteriodes

Sedangkan
penyebab

Bakterioides,
Eubakterium,

dari

Pemeriksaan

menggambarkan lokasi dan perluasan

dan

abses. Pada gambaran CT-scan dapat


ditemukan

adanya

daerah

densitas

rendah, peningkatan gambaran kontras


pada dinding abses dan edema jaringan

Diagnosis abses leher dalam

lunak

ditegakkan berdasarkan anamnesis yang

resonans(MRI)

gambaran

peningkatan

inflamasi dibandingkan dengan jaringan

letak ruang leher dalam yang terkena.

normal. Pemeriksaan MRI relatif mahal

pemerikasan

dan tidak setiap rumah sakit mempunyai

penunjang memegang peranan penting.2-

alat ini, sehingga pemeriksaan MRI pada

5-6-7-10

lunak

Pemeriksaan

densitas pada jaringan yang mengalami

klinik yang ditimbulkan sesuai dengan

jaringan

abses.

magnetik

memberikan

penunjang. Gejala

demikian

sekitar

pencitraan

cermat, gejala klinik, pemeriksaan fisik

Foto

Tomografi

Peptostreptokokus,

IV. DIAGNOSIS

kasus

bening

Komputer (CT-scan) dapat membantu

Pseudomonas.2-4-10

Pada

getah

paru,

adalah

Fusobakterium

dan pemeriksaan

kelenjar

edema

hilus.2-5

dan

golongan

tersering

adanya

kasus

leher

abses

merupakan

anteroposterior dan lateral merupakan

leher

dalam

prosedur

bukan
baku.

Ultrasonografi (USG) adalah sarana

prosedur diagnostik yang terpenting.

penunjang diagnostik yang tidak invasif

Pada pemeriksaan foto jaringan lunak

dan relatif murah. USG digunakan

leher pada kedua posisi tersebut dapat

sebagai pemandu pada saat aspirasi atau

diperoleh gambaran deviasi trakea, udara

drainase abses. Pemeriksaan kultur dan

di daerah sub kutis, cairan di dalam


7

tes

resistensi

dilakukan

untuk

Abses peritonsil sering terjadi pada usia

mengetahui jenis kuman dan pemberian

30 40 tahun. Untuk kasus pada anak

antibiotik yang sesuai.2,3,7-8-9-10

anak sering terjadi pada usia di atas 10


tahun.
Etiologi

I. ABSES PERITONSIL
Proses
Abses

peritonsil

adalah

peritonsil

yang

terjadi

sebagai

komplikasi tonsilitis akut atau infeksi

akumulasi pus yang berlokasi pada


jaringan

ini

yang bersumber dari kelenjar mukus

terbentuk

Weber di kutub atas tonsli. Biasanya

sebagai hasil dari tonsilitis supuratif.

kuman penyebab sama dengan penyebab

Abses peritonsil merupakan abses leher

tonsilitis.

dalam yang sering ditemui

Bakteri yang paling sering

ditemukan adalah Streptococcus beta


hemolitikus A. Bakteri lain yang juga
sering ditemukan adalah stafilokokkus,
pnemukokkus dan hemofilus.

Epidemiologi
Insiden

abses

Patofisiologi

peritonsil

diperkirakan mencencapai 30 kasus per


Abses

100.000 pada pasien berumur 5 59

juga bisa terjadi pada titik tengah atau

Insiden pada anak anak kurang dari 18

kutub inferior tonsil atau multipel di

tahun sekitar 14 kasus per 100.000

ruangan

populasi. Sekitar 20 35% pasien

peritonsillar.

Abses

terjadi

secara bertahap, dengan stadium awal

dengan abses peritonsil berasal dari

adalah selulitis peritonsil.

kelompok anak anak.


mortalitas

umumnya

terjadi pada kutub superior tonsil. Abses

tahun per tahunnya di Amerika Serikat.

Tingkat

peritonsil

Abses peritonsil sering terjadi

abses

akibat dari penyebaran langsung dari

peritonsil tidak diketahui. Mortalitas

tonsilitis yang tidak diobati secara

sering dikaitkan dengan aspirasi pada

adekuat. Daerah superior dan lateral fosa

abses yang ruptur atau sekuel dari sepsis.

tonsilaris
8

merupakan

jaringan

ikat

longgar,

oleh

karena

infiltrasi

dapat membengkak dan menonjol ke

supurasi ke ruang potensial peritonsil

depan, dapat teraba fluktuasi, uvula

sering menempati daerah ini, sehingga

bengkak dan terdorong ke kontralateral,

tampak

palatum

membengkak.

itu

mole

yang

tonsil bengkak, hiperemis dan mungkin

Keterangan

lain

terdapat banyak detritus, pembesaran

menyebutkan abses peritonsil dibentuk

KGB

submandibula

dan

leher

di kelenjar saliva di fossa supratonsillar,


yang disebut dengan kelenjar Weber.
Pemeriksaan laboratorium
Manifestasi klinis
Pemeriksaan laboratorium tidak
Anamnesis

terlalu penting pada abses peritonsil


karena pada kebanyakan kasus, pasien

Pasien

biasanya

mempunyai

riwayat faringitis akut yang diikuti


dengan tonsilitis dan rasa tidak nyaman
di

faring

unilateral.

Pasien

berespon

terhadap

drainase

antibiotik.

Pemeriksaan

dan

laboratorium

yang dapat dilakukan adalah:

juga

mengalami malaise, kelelahan dan sakit

Hitung

darah

lengkap:

kepala, dan demam. Halitosis, disfagia,

leukositosis dengan banyaknya

odinofagia dan suara gumam (hot potato

sel predominan.

voice) juga dapat terjadi.


Banyak
mengalami

pasien

nyeri

alih

yang
di

juga

Pemeriksaan

kultur

dan

sensitivitas:

pemeriksaan

ini

sering baru dilakukan pada kasus

telinga

yang sudah komplikasi, atau

ipsilateral, nyeri leher, mengorok saat

pada

tidur dan trismus. Trismus terjadi akibat

pasien

yang

imunocompromise.

iritasi pada m. Pterygoid dan dinding


faring lateral.

Pemeriksaan pencitraan

Pemeriksaan fisik

Sama

halnya

dengan

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan


Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

pencitraan juga tidak terlalu penting

demam, trismus, halitosis, palatum mole

pada kasus abses peritonsil. Pemeriksaan


9

pencitraan yang bisa dilakukan adalah

hari sesudah drainase abses, disebut

CT Scan dengan kontras dan USG.

tonsilektomi

Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis

tonsilektomi 4 6 minggu sesudah

masih

drainase abses, disebut tonsilektomi a

belum

jelas,

pasien

tidak

kooperatif dan adanya infeksi pada

atiede,

dan

bila

froid.

struktur yang lebih dalam.

Pada

umumnya

tonsilektomi

dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2

Terapi

-3 minggu sesudah drainase abses.


Pada stadium infiltrasi, diberikan

Komplikasi

obat antibiotika golongan penisilin atau


klindamisin selama 7 10 hari, dan obat
simtomatik

seperti

analgetik

dan

dingin leher. Pemberian cairan intravena

dapat

perdarahan,

Penjalaran infeksi ke daerah


parafaring atau ke mediastinis

juga diberikan sampai pasien asupan oral


pasien sudah adekuat.

terbentuk

spontan,

aspirasi paru atau piemia

dengan cairan hangat dan kompres

sudah

pecah

mengakibatkan

antipiretik. Juga perlu kumur kumur

Jika

Abses

Penjalaran ke intrakranial, yang


dapat mengakibatkan trombus

abses,

sinus kavernosus, menigitis dan

dilakukan pungsi pada daerah abses,

abses otak.

kemudian diinsisi untuk mengeluarkan


nanah. Tempat insisi ialah daerah yang
paling menonjol dan lunak, atau pada

2.ABSES RETROFARING
Abses
retrofaring

pertengahan garis yang menghubungkan

ditemukan pada anak yang berusia tiga

dasar uvula dengan geraham atas pada

bulan sampai lima tahun. Pada bayi dan

sisi yang sakit.

anak-anak
mengandung

Kemudian
untuk

operasi

pasien

dianjurkan

tonsilektomi.

ruang
kelenjar

biasanya

retrofaring
getah

bening

masing-masing 2-5 buah terletak di

Bila

kanan dan kiri setinggi vertebra servikal

dilakukan bersama bersama tindakan

dua tiga, yang terdapat aliran dari

drainase abses, disebut tonsilektomi a


chaud. Bila tonsilektomi dilakukan 3 4
10

hidung, sinus paranasal, faring, tuba

Penatalaksanaan

Eustachius dan telinga tengah.2-4


Penyebab abses retrofaring,

Pemilihan antibiotik yang ideal

sebagian besar kasus adalah penjalaran

tentu saja harus didasarkan pemeriksaan

infeksi dari rongga mulut dan tenggorok.

mikrobiologi yang sudah pasti (definitif

Gejala klinis
Berupa demam, pembengkakan

therapy), tetapi hal tersebut tidak mudah

di daerah leher,pergerakan leher yang

dapat diindikasikan pada abses leher

terbatas, nyeri tenggorok, odinofagi dan

dalam, terutama pada pasien yang

disfagi. Pada pemeriksaan fisik di

mengalami komplikasi atau setiap kasus

dapatkan

yang tidak ada kemajuan setelah 48 jam

posterior
bening

pembengkakan
faring,
leher

dinding

pembesaran
dan

untuk dilakukan.

posisi

getah

pemberian antibiotik parenteral.

kepala

Pada

hiperekstensi serta miring sisi yang

narcosis.

disertai dengan sumbatan jalan nafas.2-4


Pemeriksaan Penunjang
Penelitian Wholey yang dikutip
dari

Scoot ,

menyimpulkan

Shumrick ,

Facruddin

bahwa foto

abses

retrofaring

insisi

dilakukan dengan anestesi lokal atau

sehat. Pada kasus yang berat dapat

Tindakan drainase

Untuk

mencegah

aspirasi,

posisi pasien tredelenberg dengan kepala


hiperekstensi. Dilakukan pungsi dan

aspirasi

jaringan

pada

bagian

yang

paling

berfluktuasi kemudian dilakukan insisi

lunak leher juga didapatkan penebalan

vertikal

jaringan lunak leher ukuran lebih dari 7


mm pada vertebra servikal ke dua
(retrofaring) baik pada anak maupun

sepanjang

menonjol.

Pasca

sebaiknya

dipasang

daerah

yang

tindakan

yang

pipa

hidung-

lambung(nasogastric tube/NGT). 1-5-8-9

dewasa. Tebal jaringan lunak setinggi


vertebra

servikal

ke

enam

(ruang

3.ABSES PARAFARING

retrotrakea) lebih 14 mm pada anak dan


22 mm pada dewasa, menunjukan

Gejala klinis

adanya proses patologik di retrofaring.


Pemeriksaan

CT-Scan

Abses

membantu

parafaring

hampir

meyerupai gejala dan tanda pada abses

menentukan batas-batas dan perluasan

peritonsil, namun pada abses parafaring

abses.

pembengkakan lebih ke arah inferior dan

11

palatum molle tidak terlalu edem. Secara

b. Pembengkakan dan indurasi di

anamnesis didapatkan adanya riwayat

belakang angulus mandibula atau

demam, bengkak, dan nyeri di leher,

di ujung bawah glandula parotis,

trismus, nyeri atau sulit menelan. Pada

c.

pemeriksaan fisik ditemukan trismus dan


pembengkakan
mandibula,

di

sekitar

demam

tonsilaris

angulus

tinggi,

Prolaps

tonsil

dan

karena

terdesak

fossa

ke

arah

medial.

dan

2. Abses parafaring posterior

pembengkakan dinding lateral faring


sehingga menonjol ke arah medial dan

Terutama

edema uvula.

pembengkakan
palatoglossus,

Pada abses parafaring bagian

ditandai
di

dengan

posterior

plika

pembengkakan

pada

trismus,

lateral faring bagian posterior dan

pembengkakan, dan indurasi di belakang

pembengkakan daerah parotis , tanpa

angulus mandibula atau di ujung bawah

trismus dan prolaps tonsil.9

anterior

terdapat

trias

kelenjar parotis, dan prolaps tonsil dan

Apabila

fossa tonsilaris karena desakan ke arah


medial.

Abses

parafaring

komplikasi,

posterior

posterior

pembengkakan
faring

plika

bagian

gejala-gejala meningitis, perdarahan dari

palatoglosus,

pada dinding
posterior

di samping tanda-tanda

tersebut di atas dapat dijumpai juga

terutama ditandai dengan pembengkakan


di

terjadi

a. Karotis interna, trombosis v. Jugular

lateral

interna, sesak nafas atau asfiksi bila

dan

abses meluas ke laring atau terjadi

pembengkakan daerah parotis, tanpa

mediastinitis

trismus dan prolaps tonsil. Paparela et al

Pemeriksaan Penujang

(1991) membedakan tanda-tanda abses


parafaring anterior dan posterior sebagai

Pemeriksaan foto jaringan lunak

berikut :

leher

biasanya

informasi

1.Pada abses para faring yaitu

yang

tidak

memberikan

cukup.

Penggunaan

tomografi komputer sangat membantu

a.trismus, karena iritasi pada

penegakan diagnosis. Tanda khas yang

muskulus pterigoid medialis/internus,

dapat

12

ditemukan

pada

pemeriksaan

tomografi komputer adalah gambaran air

anestesi umum. Pada kasus demikian

fluid

yang

diperlukan tindakan trakeostomi dengan

rendah,

anestesi lokal terlebih dahulu, untuk

penyengatan pada dinding abses, edema

selanjutnya diberikan anestesi umum dan

jaringan sekitar, atau gambaran lokulasi.

dilakukan eksplorasi abses.2-5

level,

pusat

menunjukkan

abses

densitas

Pada pemeriksaan

Insisi

foto polos

drainase

leher bisa didapatkan pergeseran trakea


leher.

Penggunaan

sangat membantu

dan sejajar dengan mandibula sampai di


batas

anterior

muskulus

sternokleidomastoideus

serta keterlibatan pembuluh darah. CT-

dilanjutkan

dengan garis vertikal di sebelah anterior

Scan pada abses parafaring dapat berupa


tunggal

parafaring

daerah kurang lebih 1-2 cm di bawah

mendiagnosis abses

abses dengan massa tumor atau selulitis

kistik

abses

pada

seperti huruf T yang dilakukan pada

CT-Scan

leher dalam, karena dapat membedakan

gambaran

eksterna

dianjurkan

adalah teknik Mosher (1929) yaitu insisi

ke anterior an pembengkakan jaringan


lunak

yang

muskulus

atau

sternokleidomastoideus.

Struktur anatomi yang penting dan harus

multiokulasi, densitas rendah ,udara atau

diidentifikasi adalah selubung karotis

cairan pada abses dan pemeriksaan

(carotid sheat), hal ini disebabkan

dengan kontras terdapat penyengatan

karena

pada dinding.

ketiga

membentuk

Penatalaksanaan

sehingga

Tindakan drinase pada abses

fasia

leher

selubung
selubung

dalam

karotis

karotis

ini

disebut

sebagai Lincoln highway of the neck. 2-6

parafaring dilakukan dengan pendekatan


ekstraoral/eksterna. Insisi intraoral dapat

4. ABSES SUBMANDIBULA

dilakukan bila terdapat penonjolan ke

Pada abses submandibular, ruang

dalalm rongga faring. Drainase eksterna

potensial ini terdiri dari ruang sublingual

dilakukan

dan submaksila yang dipisahkan oleh

dalam

narkosis.

Dengan

terdapatnya trismus dan edema faring

otot milohioid

akan

kesulitan

Ruang submandibula memiliki batas

memasukkan pipa endotrakea sehingga

inferior yaitu lapisan superficial fascia

mempersulit

leher dalam memanjang dari hyoid ke

menyebabkan
prosedur

pemberian

13

Untuk golongan aerob terdiri dari :5

mandibula, batas lateral dibentuk oleh


mandibula itu sendiri dan batas superior
yaitu mukosa dari dasar mulut.2
Etiologi

(odontogenic

dari

infection)

gigi-geligi
faring,

Stafilokokus

Bakteroides
yang

termasuk

kedalam

golongan bakteri anaerob yaitu:3

terjadi pada ruang faring.Sumber infeksi


berasal

Alfa Streptokokus hemolitikus

Sedangkan

Infeksi leher dalam potensial


dapat

atau

akibat trauma pada saluran nafas dan


organ cerna atas (upper aerodigetive

Peptostreptokokus

Peptokoki

Fusobakterium nukleatum

trauma), dimana terjadi perforasi pada


Patofisiologi

membrana mukosa pelindung mulut atau


ruang faring. Selain itu, infeksi kelenjar

Ruang submandibula terdiri dari

liur, infeksi saluran napas atas,benda

ruang sublingual dan ruang submaksila.

asing dan intervensi alat-alat medis


(iatrogenic)

dapat

menjadi

Ruang sublingual dipisahkan dari ruang

factor

submaksila oleh otot milohiod. Ruang

penyebab abses leher dalam. Namun

submaksila selanjutnya dibagi lagi atas

masih terdapat sekitar 20% dari kasus

ruang submental dan ruang submaksila

yang terjadi, penyebabnya belum dapat

(lateral) oleh otot digastrikus anterior.

diketahui. Kemudian penyalahgunaan

Abses

pemakaian obat-obatan intravena dapat


juga menyebabkan

terjadinya

dapat

submandibula

kasus

terbentuk
atau

diruang

salah

satu

komponennya sebagai kelanjutan infeksi

penyakit ini. Pada abses submandibula,

dari dareah kepala dan leher.1

infeksi terjadi akibat perjalan dari infeksi

Abses leher dalam dapat terjadi

gigi dan jaringan sekitarnya yaitu pada


P1,P2,M2,M2 namun jarang terjadi pada

karena berbagai macam

M3. Beberapa jenis bakteri yang menjadi

melalui beberapa proses, diantaranya: 2

penyebab abses submandibula ini dibagi

penyebab

1. Penyebaran abses leher dalam

menjadi golongan bakteri Aerob dan

dapat

Anaerob.1-4-5

timbul

dari

rongga

mulut ,wajah atau infeksi leher


14

superficial ke ruang leher dalam

1. efek

melalui system limfatik.

dan

dapat
terjadi

akhirnya

supurasi

menjadi

2. keterlibatan daerah sekitar abses

abses

dalam proses infeksi.


Anamnesis

3. Infeksi yang menyebar ke ruang

Beberapa

leher dalam melalui celah antar

massa atau limfadenopati pada

Karena kontinuitas dasar mulut

sekitar 70%.

dan regio submandibularis yaitu daerah

2. Trismus karena proses inflamasi

muskulus

pada m.pterigoides

mielohioideus dan dalamnya akar-akar

3. Torticolis dan penyempitan ruang

gigi molar dibawah mielohioideus, maka


infeksi supurativa pada mulut dan gigi

gerak

geligi

inflamasi pada leher.

dapat

timbul

di

trigonum

leher

karena

Riwayat penyakit dahulu

submandibularis. 3

proses
sangat

bermanfaat untuk melokalisasi etiologi

Diagnosis

dan perjalanan abses pasien seharus


ditanya : 1

Diagnosis abses submandibula


gejala

dapat

1. Asimetris leher karena adanya

karena trauma tembus.

posterior

berikut

submandibula adalah : 1

4. Infeksi langsung yang terjadi

batas

gejala

ditemukan pada pasien dengan abses

ruang leher dalam

ditegakkan

inflamasi

sekitar struktur abses.

fokal.

sekeliling

atau

jaringan atau cavitas abses pada

2. Limfadenopati
menyebabkan

massa

berdasarkan

klinis,

dan

anamnesis,

1. Tentang riwayat tonsillitis dan

pemeriksaan

peritonsil abses.

penunjang seperti foto polos jaringan

2. Riwayat

lunak leher atau tomografi komputer.4

trauma

retrofaring

contoh intubasi

Tanda dan gejala dari suatu abses

3. Dental caries dan abses.

leher dalam timbul oleh karena : 4

Gejala klinik
Diagnosis untuk suatu abses
leher

15

dalam

kadang-kadang

sulit

ditegakkan bila hanya

berdasarkan

Abses

akan

tampak

anamnesis dan pemeriksaan fisik saja.

sebagai bangunan atau lesi, air

Ditemukan

fluid level, dan lokulasi.

pembengkakan

dibawah

rahang baik unilateral maupun bilateral

Pemerksaan fisik yang

dan berfluktuasi. Karena itu diperlukan

ditunjang

studi

sensitivitas 95%.

radiografi

untuk

membantu

menegakkan diagnosis, menyingkirkan


kemungkinan

penyakit

lainnya

CT-scan

Komplikasi

dan
Infeksi

perluasan penyakit. 2

leher

penatalaksanaan
Pemeriksaan
komputer

dapat

tomograpi

ditemukan

memiliki

dalam

dengan

inadekuat

dapat

menyebar ke ruang leher dalam lainnya,

daerah

ditambah dengan keterlambatan dalam

dengan densitas rendah, peningkatan

mendiagnosis

gambaran kontras pada dinding abses

beresiko tinggi untuk meliki berbagai

dan

komplikasi yang mengancam jiwa yaitu:

edem

jaringan

sekitar

abses.

Pemeriksaan kultur dan sensitivitas test

dilakukan untuk mengetahui jenis kuman

Pemeriksaan penunjang
anjuran

yang

Terdapat

gambaran

Komplikasi

Defisit
otonom

CT-scan
Dengan

Aspirasi yang dapat terjadi pada

vaskular

seperti

neurologis

seperti

disfungsi saraf kranial atau saraf

bayangan radioopak.

akibat

erosi dan ruptur arteri carotid.

tissue swelling, tampak sebagai


2.

nafas

trombosis vena jugularis interna,

Rongen leher posisi lateral

jalan

intubasi endotracheal

digunakan di antaranya: 1,3


1.

Obstruksi

penatalaksanaan

tertekannya trakea

dan antibiotik yang sesuai. 2

Pemeriksaan

dan

di

leher

yang

menimbulkan

disfoni

akibat

terkenanya nervus vagus atau

menggunakan

Sindrom

kontras, merupakan gold standar

Horners

akibat

pengaruh saraf simpatis.

untuk mengevaluasi infeksi pada

daerah leher dalam.

Emboli septik pada paru-paru,


otak.

16

Shock sepsis

Necrotizing
yaitu

nafas, dan
Cervical

nekrosis

pada

kematian tinggi bila tidak

Fasciitis

ditangani secara tepat.

jaringan

Patofisiologi

penyambung akibat penyebaran

infeksi melalui fasia. Hal ini

Pada Angina ludovici terjadi

memiliki angka morbiditas dan

selulitis polimikrobial yang berjalan

mortalitas yang cukup tinggi.

progresif,
ruang

Osteomyelitis akibat penyebaran

submandibula

yang

dapat

mengancaman jiwa pada jalan nafas.

lansung pada tulang belakang,

Bakteriologi yang sering ditemukan

mandibula, atau tengkorak.

pada ruang sublingual dan

polimikrobial dan predominan pada flora

Sindrom Grisel akibat subluxasi

mulut. Namun kuman paling sering

servikal.

adalah

Beberapa faktor memiliki resiko

Streptococcus

viridans

dan

staphylococcus aureus. Terdapata kuman

yang lebih tinggi untuk timbulnya

Anaerob

komplikasi, yaitu jenis kelamin dimana

seperti

peptostreptococcus

wanita lebih sering dari pria, pasien

dan

bacteroides,
peptococcus.

Sedangkan bakteri gram (+) antara lain

dengan pembengkakan pada leher, serta

Fusobacterium nucleatum, Aerobacter

penderita diabetes yang memperburuk

aeruginosa, Spirochetes dan Vellonella,

keadaan umum.

Candida, Eubacteria, Clostridium sp.


Bakteri gram (-) antara lain Neisseria
sp, E coli, Pseudomonas sp, H influenza

5. ANGINA LUDOVICI
Angina

Ludovici

dan Klebsiella sp 7-8


(Ludwings

Anatomi

Angina) merupakan penyakit infeksi


pada dasar mulut dan leher yang serius
dan

jiwa.

meliputi ruang sublingual serta ruang

Wilhelm Frederick von Ludwig (1836)

submandibula yang terdiri dari ruang

menyatakan bahwa Angina Ludovici

submental dan ruang submaksila.

adalah

berpotensi

penyakit

mengancam

Merupakan ruang yang terlibat

yang

agresif,

Ruang

berkembang cepat membahayakan jalan

:anterior
17

dan

sublingual
bagian

dibatasi

lateral

oleh

mandibula,

posterior

oleh lidah,

M.palatoglosus, M.stiloglosus dan


hioid, superior
inferior

systemic lupus erythematosus. Sering

os

mengenai usia 20-60 tahun, laki-laki

oleh lidah sedangkan

lebih sering dari pada perempuan dengan

oleh M.milohioid. Di dalam

perbangdingnan 3-4 :1

ruang sublingual terdapat kelenjar liur


sublingual

dengan

duktusnya

Etiologi

yang
Ruang

Berasal dari infeksi odontogenik

submental letaknya berbatasan anterior

molar 2 dan molar 3 bawah. Akar gigi

oleh lapisan anterior (luar, investing)

tersebut terletak setinggi otot milohioid,

fasia

leher dalam dan kulit dagu, dan

dan abses disini dapat menyebar ke

sebelah lateral dengan M.digastrikus

ruang submandibula. Sialedinitis, abses

anterior,

peritonsil, fraktur mandibula terbuka,

bermuara

di

dasar

sebelah

mulut.

superior

dengan

M.milohoid dan sebelah inferior dengan

infeksi

Os hioid. Didalamnya terdapat kelenjar

epiglotitis, trauma bronkoskopi, injeksi

limfe submental. Ruang submaksila

obat pada leher, laserasi mulut,ISPA,

letaknya berbatasan

dengan

trauma dasar mulut, tusukan pada lidah.

M.digastrikus anterior, sebelah posterior

Pada infeksi yang lanjut dapat terjadi

dengan M.stilohioid dan M.digastrikus

trombosis sinus cavernosus dan abses

posterior, superior dengan M.milohioid

otak

medial

dan M.hioglosus inferior dengan lapisan

kista

duktus

tiroglosus,

Gejala Klinik

anterior fasia leher dalam, kulit leher dan


dagu. Didalamnya terdapat kelenjar liur

Riwayat ekstraksi gigi, higiene

submaksila atau submandibula dengan

mulut yang jelek, sakit gigi. Pasien dapat

duktusnya berjalan ke posterior, melalui

sepsis,

tepi posterior M milohioid masuk ke

Pasien mungkin anxious, agitasi dan

ruang sublingual.1-2-3

bingung. Gejala lain dapat bengkak dan

demam,

takipnea,

takikardi.

nyeri pada dasar mulut dan leher

Epidemiologi

anterior, demam, disfagia, odinofagia,


hipersalivasi, trismus, sakit gigi, nafas

Predisposisi: diabetes melitus,


aplastik,

berbau busuk. Suara parau,hot potato

glomerulonefritis, dermatomiositis dan

voice, stridor, distress pernafasan,aliran

neutropenia,alkoholik,anemia

18

udara berkurang,sianosis dan sniffing

ruang fasia dari

position. Pemeriksaan mulut; lidah

yang elegan yg selektif dapat dipakai

terangkat, perabaan keras, indurasi dasar

untuk beberapa pasien.9-10

mulut dan leher anterior dan bengkak

pada sistem limfatik,

Komplikasi

suprahioid nonfluktuasi. Khas terdapat

Dapat terjadi sepsis hingga syok,

edema submandibula bilateral,tenderness


emfisema

sumbatan jalan nafas. Infeksi sarung

subkutan. Pembengkakan pada jaringan

karotis dan ruptur arteri, tromboplebitis

lunak anterior leher diatas tulang hioid

supuratif

(bulls neck). Adenopati dan fluktuasi

mediastinitis, empiema, perikardial dan

tidak biasa ditemukan.7

pleural efusi, osteomielitis mandibula,

pada

palpasi,

kadang

vena

jugular

interna,

abses subprenik,pnemonia aspirasi.


Penatalaksanaan

Diagnosis
Diagnosis

ditegakkan

Penderita

dari

leher

dan

thorax

aerob dan anaerob seperti Penisilin 600-

ditemukan

1200000 unit/hari atau Ampisilin 2-4 x

pembengkakan jaringan lunak, adanya

500 1000mg/hari atau Gentamisin 2

gas,penyempitan jalan nafas. Pada foto

x40-80 mg/hari, Metronidazole 3 x250-

Panoramic dapat melihat fokus infeksi

500 mg/hari. Atasi Komplikasi bila ada

gigi. CT Scan untuk melihat luasnya

seperti sumbatan jalan nafas atas. Syok

pembengkakan jaringan lunak, adanya

sepsis diatasi dengan pemberian infus

gas,kumpulan cairan,dan gangguan jalan

Ringer laktat. Bila terapi konservatif

nafas. Sedangkan MRI modalitas tanda

dalam 2x24 jam tidak ada kemajuan

utama Angina LudoviciTerjadi bilateral


mengenai lebih dari satu

Pemberian

antibiotik dosis tinggi untuk kuman

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Foto


polos

dirawat.

/tampak memburuk. Tindakan Drainase

ruang leher

(dalam narkose). Insisi pada garis tengah

dalam, terdapat gangren dengan cairan

dibawah dagu

serosanguinis, berbau busuk, jarang

Eksplorasi

didapatkan pus. Melibatkan jaringan

sampai

ikat, fasia dan otot tetapi tidak mengenai

kurang lebih 3 cm.

dilakukan

mencapai

secara

ruang

tumpul

sublingual

dengan memisahkan m.milohioid. Pus

kelenjar. Penyebaran biasanya melalui


19

biasa tidak ada atau hanya sedikit dan

drain. Obati fokal infeksi biasanya dari

jaringan nekrotik dikeluarkan pasang

gigi. 7-10

6. ABSES PAROTIS

Penjagaan terhadap jalan nafas


yang adekut merupakan tujuan pertama

Infeksi ini sering terjadi pada pasien-

dari penatalaksaan dari abses leher

pasien dehidrasi dan kebersihan mulut

dalam.

yang buruk. Pada pasien akan ditemukan


adanya

pembengkakan

yang

Sedangkan

pemakaian

dari

intubasi endotrakeal menjadi sulit karena

nyeri,

tertutupnya saluran nafas atas oleh abses.

kemerahan pada arkus faring dan nanah

Jika

biasanya dapat terlihat dari saluran

memang

tidak

memungkinkan

untuk itu maka dilakukan trakeostomi

parotis, serta tidak terdapat trismus.

atau krikotirotomi. Setelah masalah jalan

7. ABSES MASTIKATOR

nafas dapat diatasi maka selanjutnya


penatalaksanaan

Infeksi di ruang ini kebanyakan

ditujukan

untuk

mengatasi infeksi dan komplikasinya.

berasal dari infeksi gigi, terutama pada

Untuk kedua hal tersebut biasanya

gigi molar. Terdapat trismus yang hebat

pasien dirawat selama sekitar 11 hari.

akibat iritasi muskular maseter dan


pembengkakan di daerah mandibula dan

Untuk

pemilihan

antibiotik,

dasar mulut bagian posterior. Infeksi

biasanya dilakukan kultur darah, aspirasi

dapat menyebar ke ruang temporal,

abses

parotis

gejala

antibiotik parenteral. Antibiotik awal

infeksi umum juga terdapat nyeri di

yang diberikan biasanya dapat mengatasi

daerah muskulus temporalis dan trismus.

bakteri gram negatif atau yang positif,

1-2

bakteri aerobic atau anaerob. Contohnya

dan

parafaring.Selain

PENATALAKSANAAN

seperti

ABSES

dengan

jarum,

pemberian

ampicilin-sulbactam

atau

clindamicin dengan generasi ketiga dari

LEHER DALAM

cephalosporin yakni ceftazidine.

20

Tindakan

drainase

dapat

sulfonamid

dan

trimetoptrim,

diindikasikan pada abses leher dalam,

metronidazole, kuinolon, sefalosporin

terutama pada pasien yang mengalami

dan golongan lainnya.1-2-3-8

komplikasi atau setiap kasus yang tidak

Pemilihan antibiotik yang ideal

ada kemajuan setelah 48 jam pemberian

tentu saja harus didasarkan pemeriksaan

antibiotik parenteral.

mikrobiologi yang sudah pasti (definitif

Secara umum terapi abses leher

therapy), tetapi hal tersebut tidak mudah

dalam terdiri dari medikamentosa dan

untuk dilakukan. Pada sebagian besar

drainase. Barakate dkk(2001) secara

kasus, diagnosis klinik dapat ditegakkan

lebih

tetapi pemeriksaan mikrobiologi belum

terinci

mengatakan

bahwa

penatalaksanaan yang adekuat suatu

diperoleh

hasil

abses leher dalam yang tergantung pada

antibiotik

dapat

pengenalan

proses

perkiraan ilmiah (educated guess) atau

pemberian

antibiotik

mencegah
saluran

dan

nafas

sedini

mungkin,

yang

mengatasi

dimulai

dengan

Di Sub-Bagian Laring Faring

yang

FK-UI RSUPN-CM, antibiotika harus

intensif. Terapi medikamentosa meliputi

segera diberikan dalam dosis adekuat

pemberian antibiotika baik untuk kuman

secara parenteral. Sebelum ada hasil

aerob maupun kuman anaerob dan

kultur dan resistensi, diberikan antibiotik

simtomatis sesuai keluhan serta gejala

berdasarkan pengalaman jenis kuman

klinik yang timbul. Pemberian cairan

yang sering ditemukan yaitu untuk

untuk memperbaiki keseimbangan cairan

kuman aerob dan anaerob.

dan elektrolit sangat diperlukan.1-4-5-7

pemberian

secara empiris (empirical therapy).1-2-3-4

tepat,

sumbatan

dan perawatan

maka

Penisilin G 300.000-1.200.000

Pemberian antibiotik

unit/hari

atau

amoksisilin

25-30

mg/kgBB/hari atau sefalosporin 25-50

Secara garis besar, antibiotika


berdasarkan

mg/kgBB/hari atau gentamisin 20-80 mg

susunansenyawa kimianya, antara lain:

1-2 kali sehari. Metronidazol dapat

golongan

tetrasiklin,

diberikan per infus, per rektal atau oral

aminoglikosida,

3x 62,5-500 mg/hari. Pada infeksi

digolongkan
penisilin,

kloramfenikol,
makrolida,

linkosamid,

tuberkulosis diberikan tuberkulostatika.

polipeptida,
21

seperti huruf T yang dilakukan pada

Drainase abses
Tindakan

drainase

daerah kurang lebih 1-2 cm di bawah

dapat

dan sejajar dengan mandibula sampai di

dilakukan dengan anestesi lokal atau

batas

umum. Pada abses peritonsil insisi

muskulus

yang ditarik dari uvula ke gigi molar tiga

diidentifikasi adalah selubung karotis

dilebarkan dengan kuman dan pus

(carotid sheat), hal ini disebabkan

dikeluarkan sebanyak-banyaknya. Bila

karena

infeksi sudah tenang dianjurkan untuk

sehingga

parafaring dilakukan dengan pendekatan

selubung

dalam

karotis

karotis

narcosis.

dalalm rongga faring. Drainase eksterna

disebut

abses

retrofaring

insisi

Untuk

mencegah

aspirasi,

posisi pasien tredelenberg dengan kepala

Dengan

hiperekstensi. Dilakukan pungsi dan

terdapatnya trismus dan edema faring

aspirasi

kesulitan

pada

bagian

yang

paling

berfluktuasi kemudian dilakukan insisi

memasukkan pipa endotrakea sehingga

vertikal

pemeberian

anestesi umum. Pada kasus demikian


diperlukan tindakan trakeostomi dngan

sepanjang

menonjol.

Pasca

sebaiknya

dipasang

daerah

yang

tindakan

yang

pipa

hidung-

lambung(nasogastric tube/NGT). 1-5-8-9

anestesi lokal terlebih dahulu, untuk


selanjutnya diberikan anestesi umum dan

KOMPLIKASI ABSES LEHER

dilakukan eksplorasi abses.1-4

DALAM

Insisi
drainase

yang

eksterna

dianjurkan
abses

ini

dilakukan dengan anestesi lokal atau

dilakukan bila terdapat penonjolan ke

prosedur

leher

selubung

Pada

ekstraoral/eksterna. Insisi intraoral dapat

mempersulit

fasia

sebagai Lincoln highway of the neck. 1-5

Tindakan drainase pada abses

menyebabkan

ketiga

membentuk

dilakukan tonsilektomi.1-4

akan

sternokleidomastoideus.

Struktur anatomi yang penting dan harus

atas pada sisi yang sakit. Luka insisi

narkosis.

dilanjutkan

dengan garis vertikal di sebelah anterior

berfluktuasi atau pada pertengahan garis

dalam

muskulus

sternokleidomastoideus

dilakukan pada tempat yang paling

dilakukan

anterior

Komplikasi

pada
dalam

parafaring

kebanyakan

dari

abses

terjadi

leher
karena

keterlambatan diagnosis dan meluasnya

adalah teknik Mosher (1929) yaitu insisi


22

infeksi pada daerah primernya. Hal ini

Tindakan yang dilakukan hendaknya

lebih

adanya

seminimal mungkin merusak struktur

yang

neurovaskular. Pada saat preoperasi juga

utama,

dilakukan pemberian antibiotik inisial

termasuk di dalamnya vena jugularis

untuk menurunkan insiden septikemia.

interna, arteri carotis, saraf simpatis, dan

Jaringan parut yang tidak diinginkan

saraf kranial 9 sampai 12.

dapat juga terjadi selesai tindakan bedah.

dimungkinkan

hubungan

pada

melibatkan

karena

fasia

leher

neurovaskular

Pasien abses leher dalam yang

Berbagai

komplikasi

dapat

perjalanan penyakitnya telah melibatkan

terjadi pada abses leher dalam sebagai

saraf simpatis atau saraf kranial akan

akibat

memberikan gambaran sindrom Horner.

penatalaksanaan yang tidak tepat dan

Selain itu osteomilitis pada mandibula

tidak

atau tulang servikal mungkin dapat

daerah

terjadi

menimbulkan erosi sarung karotis dan

jika

lambatnya

tatalaksana

diberikan.4-5-6

yang

sering

terjadi

atau emboli v. jugularis

menyebar

hiperpireksia

ke

paru-paru

dan

menimbulkan abses paru. Jika infeksi


menyebar ke rantai simpatis atau saraf

infeksi ke mediastinum, pneumothorak,

kranial dapat terjadi sindroma horner.

atau pneumomediastinum. Pasien yang

Komplikasi lain yang dapat terjadi

ke

adalah

mediastinum akan mengalami dispneu,


meningkatnya

dan

dan tanda-tanda sepsis. Emboli dapat

melihat apakah telah terjadi perluasan

sampai

terjadi

ke

perdarahan.Adanya

sternokleidomastoideus,

foto thorak seharusnya dilakukan untuk

telah

infeksi

gejala demam, nyeri sepanjang muskulus

untuk terjadinya komplikasi ini. Maka

dan

dapat

diagnosis,

interna dapat dikenali dengan adanya

adalah

dalam memiliki resiko untuk terjadi

hipoksia,

karotis

trombosis

mediastinitis. Semua pasien abses leher

perluasannya

adekuat.Penjalaran

menyebabkan

Komplikasi lain dari abses leher


dalam

keterlambatan

osteomielitis

mandibula,

osteomielitis vertebra, mediastinitis, dan

gejala

dehidrasi.Komplikasi

infeksi lainnya.6

antara

Komplikasi dapat juga muncul

lain

pembedahan

kerusakan

sistem

neovaskuler, infeksi, aspirasi, septikemia

sebagai akibat dari intervensi bedah.

dan pembentukan jaringan parut.1-3


23

Komplikasi ke mediastinum
Mediastinum

dan

adalah

walau

mediastinum

yang

(gambar 1 dan
potensial

dari

amat

(lapisan dalam fasia leher), terletak di

sukar.

belakang hipofarings dan esofagus dari

Mediastinitis akut dapat dibagi menjadi


supuratif

(abses)

Mediastintis

dan

supuratif

dasar

nonsupuratif.
disebut

penyebarannya

tengkorak

mediastinum

juga

merupakan

mediastinitis flegmonia lebih sering


didapatkan,

adalah

dalam dan di posterior oleh fasia alar

penyakit yang jarang dan diagnosis dini


ini

terpenting

batas anterior lapisan tengah fasia leher

mediastinitis).Mediastinitis akut adalah


penyakit

yang

retrofaringeal atau retroviseral dengan

mediastinitis akut dan kronik (fibrosing

pada

3), pada jenis ini

mortalitas dapat diatas 50%. Ruang

daerah

terdiri

Necrotizing

melalui ruang - ruang potensial di leher

mediastinum,
di

"Descending

di leher yang menyebar ke mediastinum

terdiri dari tiga area : anterosuperior

peradangan

yang

orofaringeal yang menyebabkan sepsis

inferior oleh diafragma. Mediastinum

adalah

terapi

Mediastinitis" (DNM) akibat infeksi

superior oleh "thoracic inlet" dan di

Mediastinitis

dengan

menjadi

sebelah lateral kiri dan kanan, di

mediastinum.

lama.

terbaik.Mediastinitis dapat berkembang

sebelah belakang, pleura mediastinal di

posterior

yang

menjadi fulminan dan tak berespon

sebelah depan, kolumna vertebralis di

middle

pemulihan

Mediastinitis akut dapat berkembang

ruang

ekstrapleura yang dibatasi sternum di

mediastinum,

proses

sampai

superior.
rute

dengan

Ruang

utama

ini

penyebaran

infeksi orofaringeal ke mediastinum.

dapat

Dari

terlokalisasi atau difus dengan atau tanpa

kepustakaan

dinamika

pembentukan abses.3-7-8-10

pernafasan

penyebaran

Komplikasi yang paling tinggi

tersebut.

dikatakan

infeksi

Fluktuasi

bahwa

mempengaruhi
melalalui
tekanan

fasia
negatif

mortalitasnya pada abses leher dalam

introtoraks menarik udara, air liur, dan

adalah

mikroorganisme

mediastinitis.

mediastinitis

di

Amerika

Mortalitas

tertarik

ke

dalam

serikat

mediastinum menyebabkan infeksi dan

bervariasi antara 19 - 47 %, pasien

nekrosis, tetapi tidak seluruh infeksi

sering membutuhkan perawatan di ICU

24

mengikuti jalannya fasia leher dalam


penyebarannya ke mediastinum.

25

DAFTAR PUSTAKA

1.

Scott BA, Steirberg CM. Deep neck

5.

space infection. In: Bailey JT ,kohut

Infection. In: Byron J. Bailey, MD

RI et al editors. Head and neck

editor. Head and neck surgery-

surgery-

otolaryngology, Philadelphia: JB.

otolaryngology

Philadelphia:

JB.Lippin

Cott

Lippin Cott.Co.1998: 671-80

Company. 1993; 2: 738-53


2.

6.

abscess; a retrospective review of

infection.

In

Paparella

210 cases, Ann. Otol. Rhinol.

Shumrick

DA

Gluckmann
WL,

MM,
JL,

Laryngol 110: 2001:1051-1054

editor.

7.

Otolaryngology . Philadelphia : WB

Barakate MS, Hemli J, Jensen,


Graham AR, ludwigs Angina :

Sauders 1991: 2545-62

Report of a case and review of

Facruddin DR: Abses Leher Dalam.

management

Dalam iskandar M, Soepardi AE

Oto.Rhinol. Laryngology 110:2001:

editor. Buku ajar ilmu penyakit

453-6

telinga hidung tenggorok. Edisi ke

8.

5. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI

Dennis

issue.

YK,

Ann

Kuo

Sun

Lu.

Submandibular Mass Excision in an

2001; 185-8.
4.

Parhiscar. A, Har-el, G.deep nevk

Shumrick KA, Sheft SA. Deep neck

Meyerhoff

3.

Lawson W, Reino AJ. Odontogenic

Asian

Population:

10-year

Ballengger JJ. Infection of facial

Review.

space of neck and floor of the

Otolaryngology,

mount. In : Ballenger JJ editors.

Hospital, Singapore 2010;39:33-7

Disease of the nose, throat, ear,head

9.

and neck. 14 th ed. Philadelphia

Department
Changi

of
General

Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh


m. Odontogenic infection pathway

,London: Lea and Febinger. 1991 :

to the submandibular space: imaging

234-41

assesment. Int.J.Oral Maxillofacial


Surgery.2002;31:165-169

26

10. David M, Lemonick. Ludwings


Angina: Diagnosis and Treatment.
2002: 31-37

27

28

29

30

31

32

33

ABSES PERITONSIL

34

Abses retrofaring

Abses parafaring

35

Abses submandibula

36

Anda mungkin juga menyukai