Anda di halaman 1dari 13

MANIFESTASI KLINIS

Tampakan klinis pada anak dengan genu varum dan genu valgum yang paling utama
adalah pendeknya psotur tubuh anak, karena pada esktremitas bawah anak, terbentuk garis
kesejajaran tibia dan femur yang abnormal (membentuk sudut ke arah medial atau ke arah
lateral). Biasanya anak dengan genu varum menunjukkan postur tubuh pendek yang lebih
abnormal dibandingkan pada anak dengan genu valgus.1
Keluhan lain pada anak adalah pola jalan yang abnormal, pola jalan abnormal ini
sering menimbulkan kesulitan berjalan pada anak, karena langkah anak akan melambat.
Kesulitan berjalan ini sering nampak pada anak dengan sudut antara femur dan tibia lebih
dari 15 baik pada genu varum dan genu valgus. 1
Pada kondisi yang progresif, yaitu angulasi yang dibentuk sangat progresif, terjadi
gangguan titik tumpu berat tubuh terhadap sendi lutut, baik perpindahan titik tumpu ke arah
medial dari pusat sendi lutut pada genu varum dan ke arah lateral dari pusat sendi lutut pada
genu valgum, akan mengakibatkan penekanan berlebihan pada sendi lutut dan struktur yang
ada di sekitarnya. Pada kondisi ini dapat muncul keluhan nyeri pada sendi lutut karena
penekanan berlebih, juga dapat terjadi dislokasi atau subluksasi patella yang berulang. 2,3

Tampakan anak dengan genu varum


(pada gambar sebelah kiri) dan anak
dengan genu valgum (pada gambar
sebelah kanan)

DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis lebih ditekankan untuk menyingkirkan diagnosis banding yang mungkin
ada pada anak dengan kelainan posisi kaki ini. Riwayat-riwayat trauma atau fraktur perlu
ditanyakan, karena pertumbuhan tibia yang abnormal dapat terjadi pasca fraktur tibial pada
anak, sehingga mungkin pula terjadi genu valgus. Kemudian perlu ditanyakan adanya
kelainan metabolik pada anak, karena pada genu valgum dan vrum sering didapati postur
anak yang pendek. Pada beberapa penyakit metabolik, seperti kelainan hipotiroid, akan
didapati postur tubuh yang pendek juga. 1,4

Pemeriksaan Fisik

Pada permeriksaan awal dilakukan penilaian penilaian tinggi badan anak, kemudian
dilakukan pengecekan sesuai dengan kurva tinggi badan sesuai umur. Biasanya didapati
tinggi badan anak dibawah persentil normal dari tinggi badan anak terhadap umur yang
seharusnya.1
Selanjutnya dilakukan evaluasi ektremitas bawah pada anak. Pada awal pemeriksaan
untuk dapat mengevaluasi secara keseluruhan ekstremitas bawah anak, maka pakaian yang
menghalangi pemeriksaan ekstremitas harus dilepas. Dinilai pola berdiri anak, apakah ada
posisi abnormal dari kesegarisan ekstremitas bawah anak, dinilai ada atau tidaknya
keabnormalan cara jalan anak. Jika didapatkan keabnormalan, kemudian anak diminta untuk
berbaring pada meja pemeriksaan untuk menilai apakah ada genu varum dan genu valgus.
Untuk penentuan kelainan pada anak dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
dengan mengukur sudut femoral-tibia, yaitu sudut yang dibentuk antara paha dan kaki bagian
bagian bawah; atau dapat dinilai dengan menghitung jarak antar tulang, yaitu jarak
interkondilar (pada genu varum): jarak yang ada diantara kondilus medial femur dari kedua
lutut atau dengan mengukur jarak intermaleolar (pada genu valgum), yaitu jarak antara
malleolus medial pada pada pergelangan kaki. 4 Pada pemeriksaan jarak interkondilar untuk
menentukan adanya genu varum, pasien dalam posisi berdiri dengan kedua pergelangan kaki
saling bersentuhan, sedangkan untuk pemeriksaan jarak intermalleolar, anak diminta berdiri
dengan lulut yang dirapatkan dan saling bersentuhan.1 Pemeriksaan ini dilakukan, karena
harusnya pada saat anak berdiri dalam posisi kedua kaki saling merapat, seharusnya baik lutut
dan pergelangan kaki (kondilus dan maleolar) akan saling bertemu. Pada anak usia 10 sampai
dengan 16 tahun, jarak interkondilar normal kurang dari 4 cm pada anak perempuan dan
kurang dari 5 cm pada anak laki-laki, sedangkan untuk jarak intermelleolus normal adalah
kurang dari 8 cm untuk anak perempuan dan kurang dari 4 cm untuk anak laki-laki.5

Pemeriksaan jarak interkondiler pada


anak dengan Genu Varus.

Pemeriksaan jarak intermalleolus pada


anak dengan Genu Valgum.

Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiologi dilakukan jika anak memiliki tinggi badan dibawah persentil
25 (berdasarkan kurva tinggi badan terhadap umur). Untuk genu varum maupun genu
valgum, pemeriksaan radiologis dilakukan dengan mengambil foto antero-posterior paha
hingga pergelangan kaki untuk kedua esktremitas. Aksis mekanikal dan juga aksis anatomik
dari ekstremitas bawah diukur untuk penentuan diagnosis. Pada anak-anak dengan genu
varum, dilakukan pengukuran sudut metafisis-diapfisis (metaphyseal-diaphyseal angle).4
Pada anak dengan kecurigaan memiliki kelainan genu varum, dapat dilakukan penilaian sudut
metafisis-diafisis (metaphysical-Diaphysial Angle, MDA) untuk membedakan antara genu
varum dan tibia vara, pada genu varum sudut yang dibentuk biasanya kurang dari 11 derajat,
sedangkan pada tibia vara sudut yang dibentuk melebihi 11 derajat.6

Metaphyseal-Diaphyseal (M-D) angle. Gambar sebuah garis pada


radiograf melalui fisis tibia proksimal. Gambar garis lain sepanjang
korteks tibia lateral. Kemudian, gambar garis perpendicular seperti
yang ditunjukan pada gambar.

Gambaran radiologis Genu Varum


Pada pemeriksaan genu valgum, dilakukan pengukuran aksis mekanikal, yaitu aksis
yang digambar dari tengah kepala femur hingga pada pertengahan dari sendi pergelangan
kaki; harusnya garis ini akan tepat membagi dua dari sendi pergelangan kaki. Pada variasi
normal, seharusnya garis tersebut masih berada pada 50% tengah dari sendi pergelangan kaki.
Genu valgum didefinisikan sebagai deviasi lateral dari aksis atau deviasi diluar dari margin
sendi kruris. Deformitas mungkin terjadi pada femur, tibia, atau keduanya. Sudut normal dari
femoralis distal adalah 84 (6 dari valgus), dan sudut proksimal tibial medial 87 (3 dari
varus).6

Genu valgum ditunjukkan oleh daerah


arsir, gambar ini menunjukkan sudut yang
dibentuk oleh tibia dan femur.
DIAGNOSIS BANDING
Pada genu varum, untuk panduan diagnosis, dapat ditanyakan lima hal utama
sebagai berikut7
1. Apakah anak tersebut pendek atau mengalami disproporsi tinggi badan akibat skeletal
dysplasia atau diakibatkan karena gangguan endokrin?
2. Apakah deformitas terjadi unilateral atau asimetris, atau mungkinkah deformitas terjadi
mengkuti trauma atau infeksi?
3. Apakah ada riwayat keluarga dari syndrome familial hypophosphatemic rickets?
4. Apakah deformitas berlebihan untuk usia anak tersebut? (varum progresif dapat muncul
setelah usia 3 tahun)
5. Apakah angulasi yang dibentuk sesuai dengan pola fisiologis umur anak?
Untuk genu varum pada usia 1 hingga 2 tahun dengan tidak8ada8riwayat
diagnosis8sebelumnya, makda dapat diduga kemungkinan diagnosis bandingnya antara
lain:18 8

Genu varum fisiologis (merupakan variasi dari perkembangan normal anak, umumnya
akan menghilang sekitar umur 3 sampai dengan 4 tahun dengan derajat sudut yang
dibentuk biasanya dalam batas bawah dari genu varum patologis)

Tibia vara infantil (depresi pertumbuhan dari aspek medial proksimal fisis tibia; lebih
sering pada anak keturunan Afrika Amerika, pada anak yang obsitas, dan pada anak yang
dipaksakan untuk bisa berjalan lebih awal dari usia seharusnya)

Ricketsia Hipofosfatemik (biasanya anak tumbuh dengan tampilan fisik pendek,


pelebaran dari daerah fisis tulang, dan ditandai dengan level serum fosfor yang rendah)

Displasia Metafisis (biasanya anak tumbuh dengan tampilan fisik pendek, pelebaran dari
daerah fisis tulang, pada pemeriksaan serum fosfor didapatkan level serum dalam batas
normal)

Displasia Fibrokartilaginosa (kelainan proksimal tibial, disertai dengan peningkatan


densitas dari aspek medial dari proksimal metafisil tibial)

Sedangakan untuk anak dengan kecurigaan genu valgum pada usia 2 hingga 3
tahun tanpa riwayat diagnosis sebelumnya:1,7

Genu valgum fisiologis (variasi normal dari perkembangan anak

Ricketsia Hipofosfatemik (biasanya anak tumbuh dengan tampilan fisik pendek,


pelebaran dari daerah fisis tulang, dan ditandai dengan level serum fosfor yang rendah)

Displasia Epifisis Multipel (biasanya anak tumbuh dengan tampilan fisik pendek,
penurunan tinggi dari epifisis, dan disertai osifikasi karpal yang terlambat)

Pseudoakondroplasia (anak dengan perawakan pendek, lutut gemetar atau mengalami


kelemahan windswept knees, wajah anak biasanya normal, dan pada ekstremitas
bawah didapatkan deformitas berat, vertebrae datar)

Stimulasi pertumbuhan setelah terjadinya fraktur proksimal metafisis tibial (dapat terjadi
genu valgum progresif unilateral)

TATALAKSANA
Genu varum dan genu valgus pada anak usia 6 tahun merupakan kejadian yang
normal dan tidak membutuhkan tatalaksana. Untuk kondisi fisiologis, tatalaksana umumnya
berupa observasi dari sudut yang bentuk oleh lutut dan tibia, jika sudut yang dibentuk lebih
dari sudut normal yang seharusnya, anak dapat dievaluasi kembali. Pasien dengan genu
varum namun memiliki metaphyseal-diaphyseal angle (MDA) yang normal, hanya
diobservasi selama kurang lebih enam hingga delapan minggu. 8,9 Jika didapati keabnormalan
MDA, pada kondisi ini perlu dilakukan tatalaksana lanjutan, pada tatalaksana lanjutan ini
dilakukan pencarian diagnosis yang tepat dan rencana pemberian teapi. Jika diagnosis telah
ditegakkan, maka tatalaksana yang akan diberikan dapat berupa:

Observasi

Stapling hemiepifisis

Hemiepifisiodesis

Osteotomi tibial dan/atau femoral


Tatalaksana ini harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dalam perencanaan

dan dalam pelaksaan prosedur yang dibutuhkan dan mampu untuk menyediakan waktu untuk
melakukan observasi lanjutan pasca tatalaksana.4
Pada pasien genu varum dengan MDA yang abnorma dan instabilitas lateral
ditatalaksanai dengan penggunaan brace atau penjepit. Penjepit ini dibuat untuk memberikan
tekanan pada tiga titik terhadap ekstremitas, untuk memberikan gaya valgus terhadap
ekstremitas, dimana akan menyebabkan pembukaan dari bagian fisis medial tulang. Hal yang
mejadi kontroversi adalah kapan penjepit ini harus dipergunakan, apakah penggunaannya
harus sepanjang waktu, atau apakah pemakaiannya saat dilakukan fisioterapi dengan
penggunaan angkat beban (weight bearing), atau hanya dipergunakan saat pasien dalam
kondisi tidur. Penggunaan penjepit ini efektif dalam sekitar 50% kasus, dimana
perkembangan hasil terapinya dapat diobservasi antara tiga sampai dengan enam bulan. 9 Pada
kasus dimana penggunaan penjepit ini tidak efektif, umumnya dilakukan proses pembedahan
untuk mengkoreksi abnormalitas pada kaki anak tersebut.10

Pada pasien genu valgum, angka penyembuhan spontannya sekitar 99%. Umumnya
pasien yang ditatalaksanai dengan modifikasi sepatu, tidak memberikan hasil yang efektif.
Pada pasien ini, kriteri untuk penentuan pakah harus dilakukan koreksi bedah sangat
individual, namun dikatakan bahwa jika jarak intermalleolar lebih dari 15 cm dan sudut
valgus yang dibentuk 15, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan,
mengingat gangguan fungsi fisiologis ekstremitas yang dapat terjadi pada kondisi seperti ini.
Nyeri ligamen medial, kepincangan, dan onset dari subluksasi patella mempengaruhi
keputusan operasi, walaupun fisiotoreapi, pengurangan berat badan jika diperlukan dan
mungkin, serta modifikasi sepatu terbukti efektif. Jika genu valgum abnormal menetap, dapat
dilakukan hemiepifisiodesis ketika anak telah berusia 10 hingga 13 tahun. Atau kondisi
progresif ini dapat dikoreksi dengan stappling hemiepifisis. Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa stappling dengan pemasangan implant yang adekuat, dapat menurunkan hingga 10 cm
jarak intermalleolar setelah satu tahun. Namun, yang harus diperhatikan adalah efek
pertumbuhan yang muncul dengan penggunaan stappling ini, untuk mencegah efek
pertumbuhan berlebih, setelah dirasa mencapai kesegarisan yang bersifat fisiologis (jarak
intermalleolar normal), maka implant stappling harus segera dilepas. Walaupun stappling
telah dilepaskan tepat pada waktunya, efek dari stappling ini, yaitu pertumbuhan berlebih
dapat terjadi, sehingga diperlukan pengawasan yang ketat dengan pencitraan radiologis dan
berdasarkan gambaran klinis pasien hingga dicapai maturitas tulang skeletal ini. Pada akhir
usia pertumbuhan anak, jika dilakukan prosedur bedah, maka pilihannya adalah osteotomi.
Kelainan valgus ini dapat bersifat sekunder terhadap kehilangan abduksi akibat kekakuan dari
sendi panggul ispsilateral atau dapat muncul sebagai deformitas kompleks pada dysplasia
skeletal, membutuhkan abdukssi (valgus) osteotomi pada proksimal femur dan juga
osteotomi korektif diatas dan dibawah sendi lutut.1,7
KOMPLIKASI
Pada genu varum, dimana terjadi angulasi medial dari pergelangan kaki dengan
hubungannya ke paha, femur bisanya menjadi vertical secara abnormal dan sebagai akibatnya
akan terjadi ketidakseimbangan berat tubuh: titik imbang berat tubuh akan jatuh pada secara
medial ke bagian tengah atau pusat dari lutut. Kondisi ini akan mengakibatkan tekanan
berlebih yang terjadi pada bagian medial (titik pusat) dari sendi lutut, dimana dapat
menyebabkan artrosis (penghancuran dari kartilago pada lutut), dan stress berlebih pada
ligamen kolateral fibular. Sedangkan pada genu valgum terjadi angulasi lateral dari
pergelangan kaki terhadap hubungannya dengan paha (sudut berlebihan dari lutut). Karena

adanya sudut berlebihan yang dibentuk oleh lutut ini pada genu valgum, maka titik tumpu
berat tubuh akan berada pada bagian lateral dari pusat sendi lutut. Konsekuensinya, ligamen
kolateral tibial akan mengalami stretching berlebihan, dan juga terjadi stress berlebihan pada
meniscus lateralis dan kartilago dari dari femoralis lateralis dan stress berlebihan pada
kondilus tibial. Patella, yang pada normalnya terdorong ke arah lateral oleh tendon dari
vastus lateralis, pada individu dengan genu valgum akan terdorong lebih jauh ke arah lateral
ketika pergelangan kaki ekstensi, sehingga artikulasi dengn femur akan menjadi abnormal.
Kondisi keabnormalan sendi ini akan dapat menyebabkan terjadinya artrosis dari kartilago
artikular.2
Jika genu varum atau genu valgum menetap dan dan tidak dilakukan koreksi, maka
osteoarthritis dapat berkembang saat usia dewasa sebagai akibat dari stress intraartikular
abnormal. Genu varum dapat menyebabkan gangguan pola jalan (pola jalan yang aneh) dan
dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya sprain dan fraktur. Genu valgum yang tidak
dikoreksi dapat subluksasi dan dislokasi berulang dari patella, dengan meningkatkan
predisposisi untuk kemunculan kondromalasia dan nyeri serta fatigue pada sendi.3

PROGNOSIS
Pada genu valgum prognosisnya cukup baik, karena angka penyembuhan
spontannya sekitar 99%. Genu valgum dapat persisten dengan derajat ringan baik pada anak
dan usia dewasa. (children). Prognosis untuk genu varum dan genu valgum cukup baik
dengan tatalaksana menggunakan penjepit epifisis. Pada kondisi genu valgum dan genu
varum fisiologis umumnya akan terjadi perbaikan seiring dengan pertumbuhan anak. 1 Yang
perlu dikhawatirkan apabila terjadi genu valgum dan genu varum yenag menetap dengan
perkembangan progresif. Pada kondisi ini walaupun telah dilakukan perbaikan biasanya
komplikasi seperti artritis maupun dislokasi dan subluksasi patella yang berulang sering
terjadi.2

KEPUSTAKAAN
1. Greene, WB., Netter, FH, 2006, Netters Orthopaedics, First Edition, Elsevier Saunders,
Philadelphia.

2. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F, 2006, Clinically Oriented Anatomy, 5th Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, USA-Philadelphia.
3. Porth, Carol, 2004, Pathophysiology: Concepts of Altered Health States, Lippincott
Williams & Wilkins, USA
4. Swiontkowski, Marc F.; Stovitz, Steven D, 2001, Manual of Orthopaedics, 6th Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, USA-Philadelphia.
5. McRae, Ronald, 2004, Clincal Orthopaedic Examination, 5th Edition, Churchill
Livingstone, USA-Philadelphia.
6. Behrman, Kliegman, Jensons, 2003, Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition, Elsevier
Saunders, Philadelphia-USA.
7. Benson, Fixsen, Macnicol, Parsch, 2010, Childrens Orthopaedics and Fractures Third
Edition, Springer, UK.
8. Skinner, Harry, 2003, Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics 3rd Edition,
Apleton & Lange, USA
9. Brunicardi F Charles et all, 2008, Schwartz Principles of Surgery 8th ed, Mc Graw Hill,
New York.
10. Weinstein, Stuart L.; Buckwalter, Joseph A, 2005, Turek's Orthopaedics: Principles and
Their Application, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Anda mungkin juga menyukai