Anda di halaman 1dari 48

PERANCANGAN KONSEPTUAL

PESAWAT BIZZJET 16
Tugas Besar
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pengantar Perancangan Pesawat Terbang
semester VI, Tahun Akademik 2015 / 2016

Disusun Oleh:
Kelompok 1 TP B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rahmat Suwandi ( Market Studies ),


Putri Febriana ( Konfigurasi Fuselage ),
Hermansah ( Konfigurasi Wing ),
Dessi Fitriani ( Konfigurasi Tail ),
Alfian Febrianto Nugroho ( Drawing ),
Andry Renaldy Pandie ( Initial Sizing ),

13050030
13050124
13050090
13050079
13050048
13050060

JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2016
PERANCANGAN KONSEPTUAL

PESAWAT BIZZJET 16
Tugas Besar
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pengantar Perancangan Pesawat Terbang
semester VI, Tahun Akademik 2015 / 2016

Disusun Oleh:
Kelompok 1 TP B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rahmat Suwandi ( Market Studies ),


Putri Febriana ( Konfigurasi Fuselage ),
Hermansah ( Konfigurasi Wing ),
Dessi Fitriani ( Konfigurasi Tail ),
Alfian Febrianto Nugroho ( Drawing ),
Andry Renaldy Pandie ( Initial Sizing ),

13050030
13050124
13050090
13050079
13050048
13050060

JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2016
Prakata

Segala hormat dan pujian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan
anugerah Nya semata maka laporan dengan judul Perancangan Konseptual
Pesawat Bizzjet 16 ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Terimakasih juga kepada orang tua yang telah mendukung dalam hal doa dan
finansial.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar
Perancangan Pesawat Terbang . Laporan ini hanya membahas tentang perancangan
pesawat secara konseptual ( masih sekedar literature study ), yang membahas tentang
studi pasar, konfigurasi ( fuselage, wing, tail ), dan initial sizing ( weight sizing ).
Tim penyusun menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan
( informasi, penulisan ) dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan agar pesawat rancangan ini ( Bizzjet 16 ) dapat dilanjutkan ke
tahapan perancangan selanjutnya sampai pada perealisasian menjadi sebuah pesawat
komersial yang laik untuk digunakan. Tim penyusun juga berharap agar laporan ini
dapat bermanfaat bagi setiap pembaca yang membacanya.

Yogyakarta, Juli 2016

Tim Penyusun

Daftar Isi

Halaman Judul..
Prakata...................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
Daftar Gambar......................................................................................................
Daftar Tabel...........................................................................................................
Daftar Singkatan...................................................................................................
Daftar Satuan........................................................................................................
BAB I Pendahuluan..............................................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................................
1.2. Tujuan............................................................................................................
1.3. Rumusan Masalah..........................................................................................
1.4. Batasan Masalah............................................................................................
1.5. Metode Pengumpulan Data...........................................................................
1.6. Sistematika Penulisan...................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
v
1
1

BAB II Market Studies.......................................................................................... 1


2.1. Dasar Pemilihan Pesawat............................................................................... 1
2.2. Target Market................................................................................................
2.3. Spesifikasi Pesawat Pembanding dan BizzJet 16.......................................
BAB III Konfigurasi..............................................................................................
3.1. Konfigurasi Fuselage.....................................................................................
3.2. Konfigurasi Wing...........................................................................................
3.3. Konfigurasi Tail.............................................................................................
3.4. Kesimpulan Konfigurasi Pesawat Rancangan...............................................
3.5. Drawing.........................................................................................................
BAB IV Weight Sizing...........................................................................................
4.1. Dasar Teori....................................................................................................

1
1

1
1

4.2. Mission Profile Pesawat Bizzjet 16............................................................


4.3. Data Pesawat Rancangan..............................................................................
4.4. Perhitungan...................................................................................................
4.5. Design Point Pesawat Bizzjet 16.............................................................
BAB V Penutup..................................................................................................... 1
5.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
Daftar Pustaka

Daftar Gambar

Daftar Tabel

Daftar Singkatan

Daftar Satuan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan bisnis di suatu negara secara langsung akan memepengaruhi
terbukanya lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di negara yang dimaksud.
Pertumbuhan bisnis ini dimotori oleh para pebisinis / wiraswasta yang terus diberi
kemudahan oleh pemerintah untuk mengembangkan usahanya. Begitupula dengan
pertumbuhan pebisnis di Indonesia yang tiap tahun mengalami pertumbuhan 1. Salah
satu cara untuk memudahkan para pebisinis untuk melakukan transaksi / business
deal dengan pelanggannya maka diperlukan moda transportasi yang sesuai ( tepat
waktu, aman, dan nyaman ) untuk digunakan. Moda transportasi yang dimaksud
adalah pesawat terbang khusus ( business jet ) yang mampu memenuhi persyaratan

1 http://www.rmol.co/read/2016/03/09/238791/Kementerian-Koperasi-OptimisJumlah-Pengusaha-Jadi-2-Persen-Di-2016-

seperti tepat waktu, aman, dan nyaman, karena hanya digunakan khusus untuk
mengakomodir perjalanan bisnis dari pebisnis yang dimaksud.
Untuk menjawab kebutuhan akan moda transportasi ( pesawat terbang jet bisnis )
yang menunjang perjalanan bisnis, maka tim penyusun tertarik untuk merancang
sebuah pesawat terbang yang mampu mengakomodir kebutuhan tersebut.
Perancangan pesawat ini masih dalam tahapan conceptual design. Pesawat yang
dirancang ini diberi nama Bizzjet 16 , yang mana Bizzjet berarti bahwa
pesawat ini digunakan pada kelas business jet, sedangkan 16 berarti bahwa
pesawat ini memulai tahapan perancangannya pada tahun 2016.
Pada tahapan conseptual design pesawat Bizzjet 16 ini, tim penyusun memilih
tiga buah pesawat sejenis ( kelas bisnis ) yang digunakan sebagai pembanding.
Pesawat pesawat yang dimaksud terdiri atas Dassault Falcon 2000, Cessna 560
Citation Encore, dan Bombardier CL 600 Challenger 604. Data data yang diambil
dari tiap pesawat pembanding tersebut berupa konfigurasi ( fuselage, wing, dan tail ),
dan spesifikasi berat pesawat ( WE, WPL, WTO, WLM, WF used ) serta cruising speed
dari pesawat tersebut. Dari data data tersebut, dilakukan analisis sehingga
didapatkan DRO pesawat rancangan Bizzjet 16.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk:
1. Mendapatkan spesifikasi pesawat kelas bisnis yang diminati oleh pasar
berdasarkan data forecasting 10 tahun kedepan.
2. Mendapatkan DRO ( pangsa pasar, konfigurasi, weight sizing ) pesawat
rancangan Bizzjet 16.
1.3. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini meliputi:
1. Seperti apa data forecasting kebutuhan spesifikasi pesawat yang diminati
oleh pasar ( khususnya kelas bisnis ) pada 10 tahun mendatang?

2. Bagaimana proses mendapatkan DRO pesawat rancangan Bizzjet 16?


1.4. Batasan Masalah
Untuk menjaga agar pembahasan terarah, maka tim penyusun membatasi
pembahasan hanya sampai pada permasalahan:
1. Pemilihan konfigurasi secara konseptual berdasarkan pada analisa data data
yang diperoleh dari pesawat pesawat pembanding.
2. Data data yang diperoleh hanya dikhususkan sampai pada tahapan produksi
nantinya, sedangkan permasalahan politik suatu negara diabaikan.
3. Initial sizing hanya membahas tentang estimasi berat / weight sizing.

1.5. Metode Pengumpulan Data


Data data yang digunakan sebagai referensi pada tahapan ini diperoleh dari:
1. Studi pustaka / literatur dari buku buku yang membahas tentang proses
perancangan, data dan spesifikasi pesawat.
2. Pencarian dan pengambilan data dari internet ( dari web dan blog yang
membahas tentang pesawat dan penerbangan ).
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk menyajikan laporan ini, tim penyusun menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I

Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang, tujuan, rumusan masalah , batasan
masalah, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan.

BAB II

Market Studies
Pada bab ini berisi tentang dasar pemilihan pesawat, target market,
dan data pesawat pembanding.

BAB III

Konfigurasi
Bab ini berisi tentang konfigurasi fuselage, wing, tail, kesimpulan
konfigurasi pesawat rancangan, dan drawing pesawat rancangan.

BAB IV

Weight Sizing
Bab ini berisi tentang mission profile pesawat rancangan, data pesawat
rancangan, perhitungan, point design pesawat rancangan.

BAB V

Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulisan laporan
pesawat rancangan Bizzjet 16.

BAB II
MARKET STUDIES

2.1. Dasar Pemilihan Pesawat


Adapun dasar pemilihan jenis pesawat yang diambil merupakan business jet
dengan kapasitas seat kurang dari 50, dengan pertimbangan kemampuan pesawat
yang mampu mengangkut penumpang yang berkelas bisnis dan VIP. Oleh karena itu
tim penyusun membuat pesawat rancangan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar
dan sebagai moda transportasi yang dapat membangun sebuah kawasan baru serta
mengembangkan kawasan industri perkotaan. Pesawat yang dirancang bernama
Bizzjet 16 .

Gambar 2.1 Global business jet market


Sumber: Embraer_Market_Outlook_2015_2034
Dari data yang diperoleh, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir negara negara di
kawasan Amerika Utara, Eropa, Cina dan Amerika Latin diperkirakan mengirimkan
80% dari total pengiriman pesawat jet bisnis.

Gambar 2.2 Grafik historical and forecast dari tahun 2001 2021
Sumber: http://m.aviationweek.com/nbaa-2015/honeywell-trims-10-yearbusiness-jet-forecast
Dari grafik di atas, dapat diprediksikan bahwa pesawat Bizzjet - 16 nantinya akan
menjadi pesawat yang akan laris terjual pada 10 20 tahun mendatang dikarenakan
permintaan pasar yang banyak terhadap pesawat kelas jet bisnis.
2.2. Target Market
Adapun target market pesawat Bizzjet 16 ini yakni untuk kawasan benua
Amerika dan Asia, khususnya Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna
jasa transportasi pesawat tansport jet di wilayah Amerika, dan geografis Indonesia
yang berbentuk kepulauan, sehingga menjadikan kawasan - kawasan tersebut sebagai
target market pesawat rancangan ini. Selain itu juga dikarenakan banyaknya negara
negara maju dan negara berkembang yang sangat membutuhkan transportasi privat
atau kelas bisnis untuk menunjang perjalanan bisnis sehingga pasaran pada kawasan
tersebut sangat menjanjikan.

Gambar 2.3 Pangsa pasar pesawat bisnis jet


Sumber: Embraer_Market_Outlook_2015_2034
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa pangsa pasar pesawat bisnis jet
di dunia dari tahun 2011 2014 memiliki peningkatan sebanyak 45% dan didominasi
oleh negara negara di kawasan Amerika Utara, Eropa dan Asia / MEA.

Gambar 2.4 Pertumbuhan ekonomi dunia dengan permintaan pesawat bisnis jet
Sumber: Embraer_Market_Outlook_2015_2034
Bila dilihat pada gambar 2.4, pertumbuhan ekonomi dunia juga sejalan dengan
perkembangan penjualan pesawat bisnis jet dari tahun ke tahun. Maka dari itu seiring

semakin tingginya tingkat ekonomi masyarakat dunia maka akan membuat pesawat
bisnis jet semakin diminati oleh kalangan pebisnis dan orang - orang privat executive
class.
2.3. Spesifikasi Pesawat Pembanding dan BizzJet - 16 2.3.1. Spesifikasi Pesawat
2.3.1. Dassault Falcon 2000
Berikut adalah tabel spesifikasinya:
Tabel 2.1 Spesifikasi pesawat Dassault Falcon 2000
NO
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
WE
WPL
WTO
WLM
WFused
Max Cruising Speed
Seat

Nilai
20885 lbs
7060 lbs
35800 lbs
33000 lbs
12154 lbs
481 kt
19 + 2 crew

2.3.2. Spesifikasi Pesawat Cessna 560 Citation Encore


Tabel 2.2 Spesifikasi pesawat Cessna 560 Citation Encore
NO
1
2
3
4

Parameter
WE
WPL
WTO
WLM

Nilai
9977 lbs
910 lbs
16630 lbs
15200 lbs

Tabel 2.2 Lanjutan


NO
5
6
7

Parameter
WFused
Max Cruising Speed
Seat

Nilai
5400 lbs
429 kt
11 + 2 crew

2.3.3. Spesifikasi Pesawat Bombardier CL 600 Challenger 604

Tabel 2.3 Spesifikasi pesawat Bombardier CL 600 Challenger 604


NO
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
WE
WPL
WTO
WLM
WFused
Max Cruising Speed
Seat

Nilai
21620 lbs
4815 lbs
47600 lbs
38000 lbs
20000 lbs
470 kt
19 + 2 crew

2.3.4. Spesifikasi Pesawat Pembanding dan Bizzjet - 16


2.3.4.1. Fuselage
Tabel 2.4 Perbangingan fuselage pesawat pembanding dengan pesawat Bizzjet - 16
Negara

Perancis

USA ( Cessna

Canada( Bombar

Indonesia

Pembuat

( Dassault

Citation 560

dier 600

( BizzJet 16 )

Dimensi

Falcon 2000 )
Tinggi = 1.9 m

Encore )
Tinggi = 4,7 m

Challenger 604 )
Tinggi = 1,85 m

Kabin

Lebar = 2.3 m

Lebar = 4,8 m

Lebar = 2,48 m

Jumlah Engine
Seat
Aisle
Kapasitas

Panjang = 8m
Twin-Engine
19 pax 2 crew
Single Aisle
3,79 m3

Panjang =17,3 m
Twin-Engine
11 pax 2 Crew
Single Aisle

Panjang =8,61 m
Twin-Engine
19 pax 2 Crew
Single Aisle
3,25 m3

Bagasi

Twin-Engine
Single Aisle
(dari perhitungan
initial sizing )

Terlihat di dalam tabel bahwa engine yang digunakan adalah twin engine dan single aisle. Dimensi, seat dan kapasitas
bagasi diprediksi pada bab selanjutnya.

2.3.4.2. Wing
Tabel 2.5 Perbangingan wing pesawat pembanding dengan pesawat Bizzjet - 16
Pesawat
Dassault falcon 2000

Bentuk Wing
Swept back

Letak Wing
Low Wing, Dihedral

Wing Tip
Conventional

Cessna citation-encore
Bombardier Challenger 604
BizzJet 16

straight wing
Swept back
Swept back

Low Wing, Dihedral


Low Wing, Dihedral
Low Wing, Dihedral

Conventional
Wing tip Extension
Wing tip Extension

Terlihat di dalam tabel bahwa Bizzjet - 16 menggunakan bentuk wing swept back, dengan wingtip extension dan low
wing ( dihedral ).
2.3.4.3. Tail
Tabel 2.6 Perbangingan tail pesawat pembanding dengan pesawat Bizzjet - 16
Dassault falcon 2000

Cessna citation-

Bombardier

BizzJet 16

Cruciform tail

encore
Cruciform tail

Challenger 604
T - tail

T - tail

Terlihat di dalam tabel bahwa Bizzjet 16 menggunakan T tail.

BAB III
KONFIGURASI

3.1. Konfigurasi Fuselage


Fuselage adalah struktur utama pesawat udara yang disebut body atau badan.
Dalam fuselage tersebut tersedia ruang untuk barang ( cargo ) , pengendali ( control )
atau istilah lain adalah cockpit, perlengkapan ( accessories ) , penumpang (
passengers ) istilah lainnya adalah cabin dan ruang perlengkapan lainnya.
Untuk itu fuselage harus kuat, handal, aerodinamis dan mempunyai berat yang
seringan mungkin. Hal itu dikarenakan fuselage adalah bagian terbesar dari pesawat
yang menerima beban dan menyerap gaya yang terjadi baik akibat gesekan dengan
udara maupun gravitasi dan juga gaya - gaya lain yang bekerja akibat pergerakan
pesawat itu sendiri.
Fuselage suatu pesawat terdiri dari structural members, yaitu struktur penyusun
pesawat yang berupa frame, bulkhead, former, stringer ( pada konstruksi monocoque
). Umumnya kontsruksi monocoque hanya terdiri dari former ( pembentuk ) dan
bulkhead ( penahan ) yang dilapisi oleh skin. Konstruksi ini memungkinkan
terjadinya konsentrasi gaya yang sangat besar pada skin. Dalam hal ini skin harus
dapat menyerap semua gaya yang terjadi pada pesawat. Hal ini memungkinkan skin
akan cepat mengalami deformasi akibat gaya - gaya tersebut. Oleh karena itu pesawat
- pesawat saat ini menggunakan kontruksi semi monocoque.
Konstruksi semi monocoque seperti halnya konstruksi monocoque, hanya saja
pada konstruksi semi monocoque diberi tambahan stringer. Stringer yaitu berupa
elemen penghubung antar former / frame dan bulkhead yang memanjang searah
longitudinal.
Dengan konstruksi ini, load / beban dan gaya-gaya yang diterima oleh skin dapat
didistribusikan ke semua element dengan perantaraan stringer. Jadi skin tidak lagi

menerima gaya yang berlebihan karena sebagian akan di netralisir oleh semua elemen
pada pesawat.
Sebagai pesawat yang difungsikan untuk perjalanan bisnis, maka perancangan
fuselage dan kabin menjadi sangat penting. Hal ini karena menyangkut kenyamanan
penumpang. Beberapa pertimbangan dalam perancangan layout fuselage dan kabin
penumpang:
a) Fuselage memiliki penampang yang optimum sehingga cukup luas agar kabin
penumpang cukup nyaman dan dapat menampung payload yang diinginkan,
tetapi gaya hambat pesawat tidak terlalu besar.
b) Fuselage memiliki ruang yang cukup untuk penempatan komponen komponen sistem penunjang pesawat seperti sistem elektronik, hidrolik dan
roda pendarat.
c) Fuselage harus memenuhi persyaratan regulasi, dalam hal keamanan seperti
peletakan pintu darurat, jangkauan pandang pilot dll.
3.1.1. Konfigurasi Pesawat Pembanding
Berikut adalah interior pesawat pesawat pembanding:

Gambar 3.1 Interior pesawat Dassault Falcon 20002

2 http://d16bsf97ryvc45.cloudfront.net/Media/2013/01/2000_interior.jpg

Gambar 3.2 Interior pesawat Bombardier CL 600 Challenger 6043

Gambar 3.3 Interior pesawat Cessna 560 Citation Encore4

3 http://d16bsf97ryvc45.cloudfront.net/Media/2012/10/challenger_604_interior.jpg

4 http://d16bsf97ryvc45.cloudfront.net/Media/2012/10/encore_interior.jpg

Berikut adalah perbandingan dimensi pesawat pesawat pembanding dengan pesawat Bizzjet 16:
Tabel 3.1 Perbandingan dimensi pesawat pesawat pembanding dengan pesawat Bizzjet 165
FUSELAGE

DASSAULT

CESSNA 560

BOMBARDEIR

FALCON 2000

CITATION

CL-600

ENCORE

CHALLENGER

BIZZJET - 16

604
Struktur
fuselage
Aircraft Length
Cabin Length
Cabin Height
Cabin width
Max seat
Aisle
Class

Semi Monocoque
20,21 m
8, 016 m
1,89 m
2,3 m
17 pax + 2 crew =
19
1
Business

Semi Monocoque

Semi Monocoque

Semi

14,905 m
5,27 m
1,43 m
1,46 m
9 pax + 2 crew = 11

20,85 m
8,66 m
1,86 m
2,48 m
17 pax + 2 crew

Monocoque
26,33 m
19 m
1,82 m
2,10 m
13 pax + 5 crew

1
Business

= 19
1
Business

= 18
1
Business

5 http://jetav.com/dassault-falcon-2000-specs-and-description/#

3.1.2. Konfigurasi Pesawat Rancangan Bizzjet 16

2.10 m

4.5
m
2.5
m

4.5 m

4.5 m

1.5 m

19 m

2.5
m

Gambar 3.4 Konfigurasi kabin pesawat Bizzjet 16


Pesawat rancangan ini memiliki 13 seat yang terbagi dalam 3 zone, automatic
portable desk.

Gambar 3.5 Konfigurasi seat pesawat Bizzjet 16

3.2. Konfigurasi Wing


Reference wing ( trapezoidal ) adalah bentuk dasar geometri wing yang digunakan
untuk memulai perancangan. Reference wing area meliputi bagian reference wing
yang menancap ke fuselage. Untuk reference wing, root airfoil - nya adalah airfoil
dari trapezoidal reference wing yang terletak di aircraft centerline, bukan ditempat
dimana actual wing berpotongan ( intersection ) pada fuselage. Sedangkan mean
aerodynamic chord adalah chord dari airfoil yang terletak pada jarak Y dari aircraft
center line. Wing ( secara keseluruhan) memiliki MAC yang terletak di bagian yang
sama pada MAC seperti halnya pada airfoil itu sendiri. Aerodynamic chord penting
untuk perhitungan stabilitas. Bentuk reference wing dipengaruhi oleh AR, taper ratio,
dan wing sweep ( A ).
Wing sweep

itu ada dua macam definisinya, yang pertama dalam kondisi

supersonic flight, dimana sweep adalah sudut yang terbentuk antara wing leading

edge dan horizontal ( planform position ). Semakin besar sweep tersebut maka
semakin kecil drag yang terjadi. Definisi kedua adalah dalam kondisi subsonic flight,
dimana sweep adalah sudut antara quarter chord line dan horizontal ( planform ).
Pada dasarnya wing sweep digunakan untuk mengurangi efek yang merugikan
dari aliran transonik dan supersonik. Dalam aliran transonik dan supersonik akan
timbul shock formation ketika pesawat mencapal kecepatan suara. Shock formation
tersebut mengakibatkan adanya penambahan yang besar pada drag, penurunan lift
dan perubahan pitching moment. Alasan lain penggunaan wing sweep adalah guna
mencapai kesetimbangan pesawat. Pada pesawat dengan konfigurasi canard dan
pusher engine biasanya sebagian besar distribusi berat pesawat berada di belakang.
Distribusi berat seperti itu memerlukan wing sweep untuk menggeser aerodynamic
center jauh ke belakang untuk mencapai kesetimbangan. Wing sweep bersama aspect
ratio akan mempengaruhi karakteristik pitch - up suatu wing, yang merupakan
tendensi yang sangat dihindari. Pitch - up merupakan kecenderungan bertambah
besamya AoA suatu pesawat secara tiba - tiba dan tak terkontrol ketika mendekati
kecepatan stall -nya. Pesawat akan mengalami efek pitch - up secara kontinyu hingga
terjadi stall dan keluar total dari kontrol.
Hedral adalah sudut yang terbentuk antara wing dengan horizontal ( tampak
depan ). Seringkali sudut dihedral diatur berdasarkan besamya sudut yang diperlukan
untuk menghindari agar wing tip tidak menyentuh landasan selama bad landing.
Sebenarnya penerapan dihedral

dan wing sweep mempunyai efek negatif pada

pesawat, yaitu menimbulkan dutch roll. Dutch roll merupakan gerakan dari samping
ke samping yang berulang-ulang, yang meliputi gerakan yaw dan roll. Untuk
melawan tendensi dutch roll, maka luasan dari vertical tail harus ditambah ( sebagai
control rudder ), yang berarti menambah berat dan drag.
Lokasi vertikal sayap terhadap fuselage pada umumnya ditentukan oleh
kebutuhan atau disesuaikan dengan kondisi dimana pesawat itu akan dioperasikan.

Low wing memiliki keunggulan yaitu menyediakan tempat penyimpanan landing


gear. Dengan konfigurasi low wing, maka sendi pada landing gear ketika ditarik
dapat ditahan secara langsung oleh wing box yang kokoh struktumya sehingga tidak
memerlukan penguatan tambahan. Pada saat ditarik kembali, landing gear dapat
masuk dalam wing itu sendiri. Hal ini dapat mengeliminasi keberadaan external
blister yang hampir selalu digunakan dalam konfigurasi high wing.
Wing tip mempunyai dua pengaruh pada unjuk kerja aerodinamika pesawat pada
daerah subsonik. Pertama, bentuk tip mempengaruhi wetted area pesawat, namun
hanya dalam jumlah yang relatif kecil. Kedua, pengaruh yang jauh lebih penting
adalah pengaruh bentuk tip terhadap lateral spacing ( jarak kesamping ) dari tip
vortex. Tip vortex tersebut sebagian besar ditentukan oleh mudah tidaknya udara
bertekanan tinggi dibawah wing untuk mengalir ke atasnya, terutama di sekitar tip.
Semakin mudah udara untuk mengalir ke atas maka semakin besar tip vortex - nya,
yang berarti drag - nya ( induceg drag ) bertambah.
Penggunaan model model wing tip mempunyal tujuan yang sama, yaitu untuk
meminimalkan pengaruh tip vortex pada wing. Tetapi dilain pihak, pemakaian wing
tip ini akan mendatangkan kerugian, terutama karena konstruksi wing yang lebih
sulit. Selain itu pemakaian wing tip terutama model end plate dan winglet akan
menimbulkan tendensi flutter. Tendensi flutter identik dengan kibasan sayap, yang
sangat tidak dibenarkan terjadi pada pesawat.

Gambar 3.6 Tipe tipe wing tip


Sumber:

3.2.1. Konfigurasi Wing Pesawat Pembanding dan Pesawat Bizzjet 16


Tabel 3.2 Perbandingan konfigurasi wing pesawat pembanding dengan pesawat rancangan
Dassault Falcon 2000
Swept back

Cessna 560 Citation

Bombardier CL 600

Encore
straight wing

Challenger 604
Swept back

Bizzjet - 16
Swept back

Alasan : Karena dari beberapa pilihan pesawat sekelas bisnis jet lebih efekif memakai konfigurasi wing dengan
bentuk swept back wing yang lebih baik dari pada straight wing dan konfigurasi wing lainnya dan disini karena
kami ingin pesawat yang terbangnya lebih cepat agar sampai ke tempat tujuan.

Tabel 3.3 Perbandingan wing location pesawat pembanding dengan pesawat rancangan
Dassault Falcon 2000
Low wing

Cessna 560 Citation

Bombardier CL 600

Encore
Low wing

Challenger 604
Low wing

Bizzjet - 16
Low wing

Alasan : Karena terletak pada tersedianya tempat penyimpanan landing gear. Dengan konfigurasi low wing, maka
sendi pada landing gear dimana gear ditarik kemball, dapat ditahan secara langsung oleh wing box yang kokoh
struktumya, sehingga tidak memerlukan penguatan tambahan.

Tabel 3.4 Perbandingan hedral wing pesawat pembanding dengan pesawat rancangan
Dassault Falcon 2000
Dihedral

Cessna 560 Citation

Bombardier CL 600

Encore
Dihedral

Challenger 604
Dihedral

Bizzjet - 16
Dihedral

Alasan :Karena untuk menghindar wing tip tidak menyentuh landasan selama bad landing landing yang tidak
Sebenarnya, penerapan dihedral ( dan wing sweep ) serta cocok dengan low wing sempurna

Tabel 3.5 Perbandingan wing tip pesawat pembanding dengan pesawat rancangan
Dassault Falcon 2000
Conventional

Cessna 560 Citation

Bombardier CL 600

Encore
Conventional

Challenger 604
Wing tip Extension

Bizzjet - 16
Conventional

Alasan : Karena convensional wing lebih efektif dan desainnya lebih mudah serta dalam kegunaanyapun untuk
pesawat kami yang hanya digunakan untuk rute pendek dan pesawat berukuran kecil lebih efisien sebab bila
menggunakan wing tip atau tipe wing tip lainnya dalam desain rumit sertauntuk kegunaanya dalam menguraingi
vortex sangat kecil.

3.3. Konfigurasi Tail


3.3.1. T Tail dan Cruciform Tail
3.3.1.1. T - Tail
T-tail pada pesawat terbang memiliki beberapa kelebihan di banding bentuk tail
yang lain. Beberapa kelebihan dari T - tail adalah:
a) Konfigurasi T - tail jauh atau tidak berdekatan dengan daerah wing wake, wing
downwash, wing vortices; serta jauh dari aliran udara yang keluar dari engine.
b) Horizontal tail akan memiliki efisiensi yang lebih besar dan memiliki struktur
yang lebih aman.
c) Dapat mengurangi buffet ( hantaman ) pada horizontal - tail yang mana akan
mengurangi fatigue ( kelelahan ) baik pada pilot maupun pada struktumya.
d) Memungkinkan untuk memasang engine yang diletakkan pada skin aft fuselage.
Selain keuntungan, terdapat juga kerugian yang dimiliki oleh T tail yaitu:
a) Memiliki struktur vertikal tail yang lebih berat.
b) Terjadi deep stall yang disebabkan oleh bending momen yang ditimbulkan oleh
horizontal tail yang harus di transfer ke vertical tail. Maka dari itu vertical tail
harus memiliki struktus yang lebih kuat.
Solusi design untuk menghindari deep stal pada konfigurasi T - tail adalah:
a) Memastikan pitch down dalam keadaan stabil pada initial stall.
b) Menambah panjang rentang horizontaal tail hingga melampaui substansial pada
nacelles.
c) Menggunakan mekanisme agar mapu membuka penuh sudut elevator jika deep
stall terjadi. Selain itu pesawat harus dilengkapi oleh sistem pelindung dari initial
stall seperti stick shaker, light, dan stall horn.

3.3.1.2. Cruciform Tail

Konfigurasi pada cruciform tail menggabungkan kelebihan dari conventional tail


dan T - tail. Dengan cucriform tail maka horizontal tail jauh dari jet exhaust atau
membebaskan rudder bawah agar tidak terganggu aliran udara yang keluar dari
engine. Sebenarnya hal tersebut dapat diselesaikan dengan T - tail, tetapi cruciform
tail lebih ringan.
Meskipun cruciform tail lebih ringan namun konfigurasi T - tail masih lebih efektif
dibanding dengan curciform tail. Pada konfigurasi curciform tail lebih rentan
mengalami fatigue pada ekor pesawatnya karena berdekatan dengan aliran udara yang
keluar dari engine.
3.3.2. Perbandingan Tail Pesawat Pembanding dengan Pesawat Bizzjet 16
Tabel 3.6 Perbandingan tail pesawat pembanding dengan pesawat rancangan
Dassaut Falcon 2000
Cruciform Tail

Bombardier CL - 600
Challenger 604
T - Tail

Cesna 560 Citation Encore


Cruciform Tail

Dari ketiga macam tail pesawat pembanding tersebut, T tail yang dipilih karena
dapat dilihat dari segi konfigurasi pesawat rancangan. Pada konfigurasi wing pesawat
rancangan dipilih konfigurasi low wing, dan engine diletakan pada fuselage bagian
belakang. Jika dipilih konfigurasi yang lain, seperti konvensional tail maka aliran
udara yang keluar dari engine akan merusak struktur tail pada pesawat.

3.4. Kesimpulan Konfigurasi Pesawat Rancangan


Dari pembahasan konfigurasi konfigurasi di atas, dapat disimpulkan onfigurasi yang digunakan pada pesawat
rancangan Bizzjet 16 yaitu:
Tabel 3.7 Kesimpulan konfigurasi pesawat rancangan
Parameter

Weight

Dassault Falcon 2000

Pesawat Pembanding
Cessna 560 Citation

Bizzjet - 16
Bombardier CL - 600

WTO = 35800 lbs


WE = 20885 lbs

Encore
WTO = 16630 lbs
WE = 9977 lbs

Challenger 604
WTO = 47600 lbs
WE = 21620 lbs

WTO = 60343 lbs


WE = 31719.68586

Performance

WPL = 7060 lbs


WFused = 12154
Cruising speed = 481

WPL = 910 lbs


WFused = 5400 lbs
Cruising speed = 429

WPL = 4815 lbs


WFused = 20000 lbs
Cruising speed = 470

lbs
WPL = 2106 lbs
WFused = 23,275.62 lbs
Cruising speed = 460

Fuselage

kt
Range = 3090 nm
Struktur fuselage: Semi

kt
Range =
Struktur fuselage:

kt
Range = 4027 nm
Struktur fuselage:

kt
Range = 3000 nm
Struktur fuselage:

Monocoque
Cabin Length: 8, 02 m

Semi Monocoque
Cabin Length: 5,27 m

Semi Monocoque
Cabin Length: 8,66 m

Semi Monocoque
Cabin Length: 19 m

Configuration

Tabel 3.7 Lanjutan


Parameter
Dassault Falcon 2000

Pesawat Pembanding
Cessna 560 Citation

Bizzjet - 16
Bombardier CL - 600

Encore

Challenger 604

Cabin Height: 1,89 m


Cabin width: 2,3 m
Max seat: 17 pax + 2

Cabin Height: 1,43 m


Cabin width: 1,46 m
Max seat: 9 pax + 2

crew = 19
Aisle: 1

crew = 11
Aisle: 1

Cabin Height: 1,86 m


Cabin width: 2,48 m
Max seat: 17 pax + 2
crew = 19
Aisle: 1

Cabin Height: 1,82 m


Cabin width: 2,10 m
Max seat: 13 pax + 5
crew = 18
Aisle: 1

Wing Configuration
Konfigurasi wing:

Konfigurasi wing:

Konfigurasi wing:

Konfigurasi wing:

Swept back

Straight wing

Swept back

Swept back

Lokasi wing: low

Lokasi wing: low

Lokasi wing: low

Lokasi wing: low

wing

wing

wing

wing

Hedral wing:

Hedral wing:

Hedral wing:

Hedral wing:

dihedral wing

dihedral wing

dihedral wing

dihedral wing

Tabel 3.7 Lanjutan


Parameter
Dassault Falcon 2000
Tipe

wing

Pesawat Pembanding
Cessna 560 Citation

tip: Tipe

Encore
wing

Bizzjet - 16
Bombardier CL - 600

Challenger 604
tip: Tipe wing tip: wingtip

Tipe

wing

tip:

Tail Configuration

conventional wing tip

conventional wing tip

Bentuk tail:

Bentuk tail:

Cruciform Tail

Cruciform Tail

extention

conventional wing tip

Bentuk tail: T tail

Bentuk tail: T tail

3.5. Drawing
Berikut adalah drawing dari pesawat Bizzjet 16:

Gambar 3.7 Tampak atas, samping dan bawah pesawat Bizzjet 16

Gambar 3.8 Tampilan pesawat Bizzjet - 16

BAB IV
WEIGHT SIZING

4.1. Dasar Teori


Dalam disain pesawat, perkiraan berat awal pesawat digunakan sebagai referensi
bagi tahap-tahap optimasi disain selanjutnya. Pada tahap awal, berat diperkirakan atas
dasar spesifikasi dan misi pesawat. Harga berat yang diperoleh di sini akan dijadikan
acuan untuk perhitungan berat komponen-komponen pesawat. Perbedaan yang terjadi
akan dievaluasi apakah berat pesawat akan diubah yang berarti mengubah pula
spesifikasi dan misi pesawat.
Persamaan persamaan yang digunakan untuk menghitung weight sizing pesawat
rancangan semuanya diambil dari buku tulisan Jan D. Roskam yang berjudul
Airplane Design Part I ( Preliminary Sizing of Airplanes ).
Berikut adalah persamaan persamaan yang digunakan ( untuk pesawat business
jet ):

Mff cruise =

W5
W4

e{

1
R

[( ) ( ) ]
V
L

Cj
D

4.1

Mff loiter =

W6
W5

1
E

[( ) ( ) ]
1
L

Cj
D

4.2
WFused = ( 1- Mff ) * WTOguess

4.3

WFtotal = WFused + % WFused

4.4

x = log WTOguess

4.5

y = log WE

4.6

m=

1
B

4.7

c=-

A
B

4.8
WPL = ( W rataan orang Indonesia * Seat ) + (Seat * Bagasi )

4.9

Wcrew = (( a + b ) * W rataan orang Indonesia ) + (( a + b ) * Bagasi )

4.10

Wtfo = 0,5% * WTOguess

4.11

WOEtentative = WTOguess - WFtotal Wpayload

4.12

WE tentative = WOEtentative - Wtfo - Wcrew

WE allow = inv log [


4.14

logWtoguess A
B

4.13

Tollerance = 0,5% * WE allow

4.15

Error = WE tentative - WE allow

4.16

Delta = error tolerance

4.17

4.2. Mission Profile Pesawat Bizzjet 16


Mission profile dari pesawat Bizzjet 16 ini sama seperti mission profile
kebanyakan pesawat yang ada, yang mana direferensi dari buku Jan D. Roskam yang
ditampilkan pada gambar berikut:

Gambar 4.1 Mission profile pesawat Bizzjet 16


Sumber: Jan Roskam, 1985, Airplane Design Part I Preliminary Sizing of Airplanes

4.3. Data Pesawat Rancangan


a) W rataan orang Indonesia = 60 kg = 132 lbs6
b) Seat = 13
Bagasi = 30 lbs / seat
Pilot + Copilot = a = 2
}7
Flight Attendant = b = 3
c) WPL = ( W rataan orang Indonesia * Seat ) + (Seat * Bagasi ) = 2106 lbs
d) Wcrew = (( a + b ) * W rataan orang Indonesia ) + (( a + b ) * Bagasi ) = 810 lbs
e) WFreserved = 2% * WFused 8
f) Wtfo= 0,5% * WTOguess9
g) Range of Cruise = 3000 nm10
h) Cruising Speed = rataan kecepatan pesawat pembanding11
481+470+429
=
3
= 460 kt
i)
j)
k)
l)
m)
n)

Cjcruise = 0,75
Cjloiter = 0,5
}12
( L / D )cruise = 11
( L / D )loiter= 13
Loiter endurance = E = 0,5 hour13
Nilai regresi14: A = -( B * C ) = -0,268536175

6 Asumsi
7 Asumsi
8 Asumsi
9 Jan Roskam, 1985, Airplane Design Part I Preliminary Sizing of Airplanes
10 Asumsi
11 Asumsi
12 Jan Roskam, 1985, Airplane Design Part I Preliminary Sizing of Airplanes
13 Asumsi
14 Slide power point Initial Sizing

B=

1
= 1,121704992
m

C = gradien = m
Datanya diperoleh dari logaritma WE dan WTO pesawat pesawat
pembanding yang kemudian diplot dalam grafik regresi ( log WE di sumbu y
dan log WTO di sumbu x ). Setelah itu didapatkan persamaan garis linier y =
mx + C.

4.4. Perhitungan

4.5. Desing Point Pesawat Bizzjet 16


Tabel 4.1 Perbandingan weight antara pesawat pembanding dengan Bizzjet - 16
Weight ( lbs )
Dassault
Falcon 2000

WTO
WE
WF

35800
20885
12154

Pesawat Pembanding
Cessna 560
Bombardier
Citation

CL - 600

Encore

Challenger

16630
9977
5400

604
47600
21620
20000

Bizzjet - 16

60343
31719,68586
23275,62

Hasil Perbandingan
35000
30000
25000

31719.69
f(x) = 0.46x + 2429.83
21620
R = 0.94
20885

20000
WE 15000

9977

10000
5000
0
10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

WTO

Gambar 4.2 Grafik design point pesawat Bizzjet 16

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan dan berdasarkan tujuan yabg telah dibuat, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dalam jangka waktu 10 tahun ke depan permintaan terhadap pesawat pesawat
business jet akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan adanya
pebisnis pebisnis baru yang membutuhkan akomodasi untuk perjalanan bisnis
mereka.
2. DRO yang didapatkan untuk pesawat Bizzjet 16:

WTO = 60343 lbs, WE = 31719,68586 lbs, WPL = 2106 lbs, WF used = 23275,62
lbs, cruising speed = 460 kt, range = 3000 nm, struktur fuselage = semi
monocoque, cabin length = 19 m, cabin height = 1,82 m, cabin width = 2,10 m,
max seat = 13 pax + 5 crew = 18, aisle = 1, lokasi wing = low wing, hedral wing =
dihedral wing, tipe wing tip = conventional wing tip, bentuk tail = T tail.

Daftar Pustaka

1. Roskam, Jan, 1985, Airplane Design Part I Preliminary Sizing of Airplanes,

Roskam Aviation and Engineering Corporation, Kansas.

Anda mungkin juga menyukai