Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

ANALISIS TURN AROUND TIME (TAT) PADA MAINTENANCE


OVERHAUL PESAWAT BOEING 737-900ER DI PT. GMF
AEROASIA

Firman Faqih Nosa 2511.100.184

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Putu Dana Karningsih S.T

PEMBIMBING EKSTERNAL:
Anandita Sulistya Priyatama S.T

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2015
LEMBAR PENGESAHAN I

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

PT. GARUDA MAINTENANCE FACILITY AEROASIA

Periode : 18/06/2015 – 18/09/2015

Disusun Oleh :

Firman Faqih Nosa (NRP. 2511.100.184)

Menyetujui,
Pembimbing Eksternal

Anandita Sulistya Priyatama S.T

PT. GMF AEROASIA I


(Halaman ini sengaja dikosongkan)

PT. GMF AEROASIA II


LEMBAR PENGESAHAN II

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

PT. GARUDA MAINTENANCE FACILITY AEROASIA

Periode : 18/06/2015 – 18/09/2015

Disusun Oleh :

Firman Faqih Nosa (NRP. 2511.100.184)

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Internal

Dr. Putu Dana Karningsih S.T


NIP. 197802072003122001

Koordinator Kerja Praktik

Anny Maryani, ST, MT

PT. GMF AEROASIA III


(Halaman ini sengaja dikosongkan)

PT. GMF AEROASIA IV


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT selalu penulis panjatkan atas berkat dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan kegiatan magang industri ini. Shalawat dan salam juga senantiasa
penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Laporan kegiatan magang industri ini disusun untuk memenuhi salah satuh mata kuliah
pilihan di Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya. Selama proses pengerjaan laporan kegiatan magang
industri ini, banyak sekali bantuan, saran dan kritik yang membangun, serta motivasi yang diberikan
kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
 Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya selama pelaksanaan kegiatan magang
industri hingga proses penyelesaian laporan kegiatan magang industri.
 Kedua orang tua dan keluarga penulis, yang selalu memberikan motivasi dan semangat
dalam kegiatan magang industri.
 Bapak Prof. Ir. Budi Santosa, MS, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya.
 Bapak Anny Maryani, ST, MT, selaku Koordinator Magang Industri Jurusan Teknik Industri ITS
Surabaya.
 Ibu Dr. Putu Dana Karningsih, ST, selaku dosen pembimbing internal yang telah bersedia
membimbing dan meluangkan waktu dalam kegiatan magang industri yang dilakukan oleh
penulis.
 Bapak Anandita Sulistya S.T, selaku pembimbing eksternal dari PT. GMF AeroAsia yang telah
bersedia memberikan pengetahuan dan ilmu yang banyak kepada penulis.
 Bapak Sajono, Bapak Aryo Bagus S, Bapak Yogi, Ibu Dewi, Ibu Riri, Ibu Rara, Ibu Linanda, Ibu
Fitri, Bapak Tri, Ibu Nana, Bapak I Gusti Made Darmasana, Bapak Arif, Bapak Ari, Bapak Tito,
Bapak Agra, Bapak Edi Tri, Bapak Tri Subekti, Bapak Darsono, Bapak Ony Saputra, Bapak Fuad
Fachrurozi, Bapak Anas Hanurawan, Bapak Sudjono, Bapak Djoko Martoyo, selaku Tim Base
Maintenance (TB) yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
 Bapak Dinar, selaku Tim Knowledge Management (TW) yang telah memberikan bimbingan
dan masukan kepada penulis.
 Teman-teman Jurusan Teknik Industri ITS angkatan 2011 yang sama-sama berjuang tanpa
kenal lelah.

Apabila dalam penulisan laporan kegiatan magang industri ini terdapat kesalahan, penulis
mohon maaf dan penulis juga dengan senang hati akan menerima setiap saran dan kritik yang
membangun agar laporan kegiatan magang industri ini menjadi lebih baik. Harapan penulis yaitu agar
laporan kegiatan magang industri ini bermanfaat bagi pihak perusahaan, pihak Jurusan Teknik
Industri ITS, dan pembaca dalam meningkatkan pengetahuan.

Jakarta, 24 September 2015

Penulis

PT. GMF AEROASIA V


(Halaman ini sengaja dikosongkan)

PT. GMF AEROASIA VI


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN I …………………………………………………………………………………………………………………. I


LEMBAR PENGESAHAN II ………………………………………………………………………………………………………………… III
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………………….. V
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………………………….. VII
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………………………………………. VIII
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………………………………………………. X
ABSTRAK …………………………………………………………………………………………………………………………………….…… 1
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………………………….…… 1
KAJIAN LITERATUR ………………………………………………………………………………………………………………………….. 2
a. Profil ………………………………………………………………………………………………………………………………………. 2
b. Visi, Misi, dan Values ………………………………………………………………………………………………………………. 2
c. Struktur Organisasi …………………………………………………………………………………………………………………. 3
d. Dinas Base Maintenance …………………………………………………………………………………………………………. 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ……………………………………………………………………………………… 7
a. TAT Tracker …………………………………………………………………………………………………………………………….. 7
b. Project Team ………………………………………………………………………………………………………………………... 13
c. Project Charter …………………………………….………………………………………………………………………………... 13
d. Barchart …………………………………………………………………………………………………………………………………. 16
ANALISIS DAN INTEPRETASI ………………………………………………………………………………………………………….… 17
a. Analisis Perhitungan TAT pada Perawatan C-Check Pesawat Berbagai Tipe ………………………...… 17
b. Analisis Faktor Pengaruh TAT ………………………………………………………………………………………………… 29
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………………………………………………………………………………………. 34
DAFTAR PUSAKA ………………………………………………………………………………………………………………………….… 35

PT. GMF AEROASIA VII


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe Pemeriksaan …………………………………………………………………………………………………………… 4


Tabel 3.1 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………… 8
Tabel 3.2 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………... 8
Tabel 3.3 Perhitungan TAT pada perawatan C03-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………... 8
Tabel 3.4 Perhitungan TAT pada perawatan C04-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………... 8
Tabel 3.5 Perhitungan TAT pada perawatan C05-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………... 8
Tabel 3.6 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………... 8
Tabel 3.7 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat GA bertipe B737-CL …………………... 9
Tabel 3.8 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe B747-CL …………………... 9
Tabel 3.9 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe B747-CL …………………... 9
Tabel 3.10 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe A330 ……………………… 9
Tabel 3.11 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat GA bertipe A330 ……………………… 9
Tabel 3.12 Perhitungan TAT pada perawatan C06-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG ……..… 10
Tabel 3.13 Perhitungan TAT pada perawatan C07-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG ..……… 10
Tabel 3.14 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG ..……… 10
Tabel 3.15 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL …………. 10
Tabel 3.16 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL …………. 10
Tabel 3.17 Perhitungan TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL …………. 10
Tabel 3.18 Perhitungan TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL …………. 11
Tabel 3.19 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL …………. 11
Tabel 3.20 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 11
Tabel 3.21 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 11
Tabel 3.22 Perhitungan TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 12
Tabel 3.23 Perhitungan TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 12
Tabel 3.24 Perhitungan TAT pada perawatan C05-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 12
Tabel 3.25 Perhitungan TAT pada perawatan C07-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 12
Tabel 3.26 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL …………. 12

PT. GMF AEROASIA VIII


(Halaman ini sengaja dikosongkan)

PT. GMF AEROASIA IX


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. GMF AeroAsia …………………………………………………………………………. 4


Gambar 2.2 Struktur organisasi TB ………………………………………………………………………………………………….. 5
Gambar 2.3 Struktur organisasi Base Maintenance Planning & Control (TBS) …………………………………. 5
Gambar 2.4 Bussiness Process TB …………………………………………………………………………………………………… 7
Gambar 2.5 TAT Tracker …………………………………………………………………………………………………………………. 7
Gambar 3.1 Struktur Tim Proyek Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH …………….. 13
Gambar 3.3 Project Charter Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH ……………………. 14
Gambar 3.4 Term and Condition Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH ……………. 15
Gambar 3.5 Barchart Awal Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH ……………………... 16
Gambar 4.1 TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe A330 Tahun 2010-2015 …………... 17
Gambar 4.2 TAT pada perawatan C02-Check pesawat GA bertipe A330 Tahun 2010-2015 …………... 18
Gambar 4.3 TAT pada perawatan C07-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG Tahun 2010-2015 19
Gambar 4.4 TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015 .. 20
Gambar 4.5 TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015 .. 21
Gambar 4.6 TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015 .. 22
Gambar 4.7 TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015 .. 23
Gambar 4.8 TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015 .. 24
Gambar 4.9 TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015 .. 25
Gambar 4.10 TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015 26
Gambar 4.11 TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015 27
Gambar 4.12 TAT pada perawatan C05-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015 28
Gambar 4.13 Faktor-faktor Dalam TAT …………………………………………………………………………………………... 29

PT. GMF AEROASIA X


Abstrak – PT. GMF AeroAsia merupakan Selain itu, penulis juga diharapkan dapat
perusahaan Maintenance, Repair, and mengusulkan standar nilai TAT untuk kategori
Overhaul (MRO) plat merah yang melayani pesawat jenis Boeing 737-900ER di dinas Base
jasa perawatan pesawat untuk berbagai tipe, Maintenance (TB) PT. GMF AeroAsia. Hal ini
termasuk Boeing 737-900ER. Pada tanggal 1 dilakukan atas dasar kebutuhan perusahaan
Juli 2015, dimulai proses maintenance pada untuk menentukan besaran nilai TAT yang
produk pabrikan Boeing itu dimana memiliki ideal sehingga bisa dijadikan acuan dalam
Turn Around Time (TAT) terjadwal selama 25 pengerjaan proyek dan jenis pesawat serupa.
hari berdasarkan perhitungan sebenarnya di Selain itu, batasan pada penyusunan laporan
waktu kalender. Maka dilakukanlah magang industri ini adalah kegiatan magang
penelitian yang menganalisis kondisi TAT industri dilaksanakan pada dinas Base
aktual sehingga dapat dijadikan salah satu Maintenance (TB) PT. GMF AeroAsia dan
acuan untuk membantu menekan perbedaan dimulai dari tanggal 18 Juni 2015 hingga 18
lama TAT perencanaan dengan lama TAT September 2015. Terdapat pula asumsi yang
aktual yang terjadi. Penelitian dimulai digunakan pada penulisan laporan kegiatan
dengan menganalisis data historis TAT untuk magang industri yakni data yang didapatkan
periode 5 tahun silam (2010-2015) dan adalah bersifat benar (valid)
dilanjutkan melalui pengamatan, observasi, Selanjutnya, dalam penyusunan laporan
serta pengambilan sampel data di lapangan kegiatan magang industri sistematika
selama proyek berlangsung. Hasil dari kedua penulisan laporan dimulai dari pembuatan
tahapan aktivitas tersebut adalah diketahui abstrak dimana pada bagian ini berisi tentang
adanya selisih yang cukup signifikan antara tujuan pokok analisis yang dilakukan, masalah
lama TAT perencanaan dengan kondisi pokok yang diangkat, metode yang digunakan
aktual. Kondisi demikian diperparah dengan serta temuan hasil analisis /riset yang
kurang mendukungnya sistem dan budaya dilakukan. Lalu, terdapat bagian pendahuluan
kerja serta karakteristik teknisi yang memiliki yang berisi latar belakang, masalah pokok
status kinerja fluktuatif. yang diangkat, ruang lingkup, dan asumsi yang
ada di dalam laporan ini. Kajian literatur
I. PENDAHULUAN adalah bagian selanjutnya yang berisi literatur
Kegiatan magang industrI merupakan yang relevan dengan materi yang dibahas,
salah satu mata kuliah pilihan di Jurusan dapat dituliskan secara spesifik nama mata
Teknik Industri ITS Surabaya dengan bobot 3 kuliah yang diacu. Kemudian, bagian
SKS yang diarahkan untuk memperkenalkan pengumpulan dan pengolahan data menjadi
mahasiswa pada bidang keahlian Teknik bagian lanjutan yang berisi ringkasan data
Industri dan melatih mengerjakan pekerjaan- yang diperoleh, perhitungan-perhitungan
pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh pokok ataupun proses pembuatan grafik yang
seorang sarjana. Kegiatan ini termasuk bagian diacu dalam bagian analisis.
dari kurikulum Jurusan Teknik Industri ITS Adapun bagian analisis dan intepretasi
Surabaya periode 2014-2019. Pengetahuan yang menjelaskan analisis data dan informasi
dan keterampilan yang didapatkan mahasiswa yang telah didapatkan disertai juga intepretasi
diharapkan memberi bekal untuk memahami pengolahan data atau informasi tersebut.
bidang keilmuan secara lebih nyata. Sehingga temuan/hasil analisis terhadap
Dalam pelaksanaannya, laporan kegiatan pengolahan data yang diperoleh
magang industri ini dikhususkan pada topik diinterpretasikan penulis terhadap pola
Analisis Turn Around Time (TAT) Pada hubungan temuan/hasil analisis tersebut
Maintenance Overhaul Pesawat Boeing 737- terkait materi yang dibahas.
900ER Di PT. GMF AeroAsia. Sehingga kegiatan Setelah itu, terdapat bagian kesimpulan
magang industri ini memiliki beberapa tujuan dan rekomendasi yang menjelaskan
yang salah satu diantaranya adalah untuk rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan
menganalisis data TAT pada tahun 2010-2015 perusahaan dalam rangka pengembangan
di dinas dinas Base Maintenance (TB) PT. GMF bisnis proses berdasarkan penugasan dan
AeroAsia. pengamatan yang telah dilakukan selama

PT. GMF AEROASIA 1


kegiatan magang industri dilaksanakan. B. Visi, Misi, dan Values
Sehingga ringkasan temuan/hasil analisis Berikut akan dipaparkan apa saja Visi,
serta jawaban terhadap masalah pokok yang Misi, dan Values yang dimiliki oleh PT. GMF
diangkat akan dilanjutkan dengan AeroAsia.
rekomendasi untuk penelitian/pembuatan  Visi
laporan selanjutnya. Laporan ini diakhiri oleh World Class MRO of Customer Choice
bagian daftar pustaka yang akan menuliskan in 2015.
semua sumber referensi yang akan digunakan
untuk membantu pengerjaan laporan magang  Misi
industri ini To provide integrated and reliable
aircraft maintenance solution for a
II. KAJIAN LITERATUR safer sky and secured quality of life of
mankind.
A. Profil
Lokasi magang industri yaitu di PT. GMF  Values
AeroAsia yang terletak di Soekarno-Hatta o Concern for People
International Airport, Cengkareng. PT. GMF
Insan GMF harus saling
AeroAsia merupakan anak perusahaan PT.
menghargai, peduli, memberi
Garuda Indonesia, Tbk yang bergerak pada
kesempatan, membangun
unit MRO pesawat terbang. Sebagai
hubungan tulus, dan percaya
perusahaan MRO terkemuka, PT. GMF
melalui sistem perekrutan,
AeroAsia menjadi salah satu perusahaan
penempatan, pengembangan,
terbesar di Asia. Sehingga tidak heran bila
dan pemberdayaan SDM
perusahaan ini memiliki pelanggan berskala
secara terbuka, adil, obyektif,
internasional. Seperti maskapai penerbangan
dan proporsional.
Lion Air, Sriwijaya Air, Air Asia, KLM, Cathay
o Integrity
Pacific, Sky Aviation, dan maskapai
Insan GMF harus memiliki
penerbangan lainnya. Bahkan, perusahaan
kelurusan hati yang
memiliki beberapa kantor perwakilan selain
diekspresikan melalui satunya
kantor pusat yang berada di Indonesia yaitu,
kata dengan perbuatan dalam
Singapura, Riyadh, dan Jeddah.
menerapkan nilai-nilai, etika
Lebih lanjut, PT. GMF AeroAsia bermula
bisnis, dan profesi serta
dari unit bernama Garuda Maintenance
peraturan perusahaan secara
Facilities Support Center yang dinaungi PT.
konsisten meskipun sulit
Garuda Indonesia, Tbk di tahun 1984 dan
sehingga dapat dipercaya.
berfungsi sebagai pusat pemelihara dan unit
o Professional
perbaikan berbagai pesawat. Hingga tahun
2002, resmi berganti nama menjadi PT. GMF Insan GMF harus piawai dan
AeroAsia sebagai salah satu anak perusahaan sungguh-sungguh dalam
maskapai penerbangan berplat merah di menuntaskan tugas sesuai
Indonesia. standar teknis, bisnis, dan
PT. GMF AeroAsia terletak di Soekarno- etika yang berlaku.
Hatta International Airport yang berdiri di o Teamwork
lahan seluas 480.000 m2 dan terdiri dari Insan GMF harus senantiasa
gedung perkantoran, workshop, warehouse, 4 bekerjasama secara kompak
buah hangar pesawat, ground support, dilandasi rasa saling
equipment building, penyimpanan bahan menghormati, memahami
kimia, engine test cell, dan utility building, fungsi dan perannya agar
apron berkapasitas 50 pesawat, taxiways, run- pekerjaan tuntas dengan
up bay, dan penampungan limbah hingga memberdayakan seluruh
mencapai luas area sebesar 1.150.000 m2 sumber daya yang dimiliki
dengan 2.800 karyawan (2011). untuk mencapai tujuan.

PT. GMF AEROASIA 2


o Customer Focused c. Memiliki akses langsung kepada
Insan GMF harus senantiasa accountable manager dan executive
melakukan segala upaya dan vice president apabila ditemukan
tindakan untuk memenuhi penyimpangan pekerjaan.
kebutuhan bahkan lebih dari  Corporate Secretary, berperan untuk:
yang diharapkan pelanggan, a. Memberikan masukan kepada
secara tulus dan penuh Team Leader atas hasil
semangat. pendekatannya dengan national
society.
C. Struktur Organisasi b. Memberikan masukan kepada
Pada PT. GMF AeroAsia, struktur direksi.
organisasi yang digunakan termasuk struktur  Internal Audit & Control, berperan
organisasi fungsional, karena pembagian untuk:
arahan kerja dilakukan sesuai dengan fungsi- a. Mengendalikan program kerja.
fungsinya masing-masing. Pembagian tersebut b. Mengendalikan masalah anggaran
disebut dengan unit. Unit-unit tersebut yaitu: dana dan internal audit.
 Corporate Development & Marketing,  Human Capital Management,
berperan untuk: berperan untuk:
a. Pengembangan bisnis perusahaan. a. Perencanaan pemenuhan
b. Mencari pekerjaan dari pelanggan. kebutuhan SDM, rekrutmen dan
c. Meningkatkan hubungan bisnis. seleksi, serta people and talent
 Base Operation, berperan untuk: development.
a. Menyelenggarakan dan b. Mengurus administrasi data-data
melaksanakan pembinaan data. karyawan, perijinan, promosi,
b. Menyelenggarakan karyawan keluar, pensiun, dan travel.
pekerjaan/kegiatan staf dalam c. Bertanggung jawab atas reward,
manajemen operasional. payroll, dan bonus.
c. Melaksanakan pengkajian masalah-  Learning Center & Knowledge Man.,
masalah yang berkaitan dengan unit berperan untuk:
operasional. a. Menyiapkan para pekerja yang
 Finance, berperan untuk: professional dari segi teknis maupun
a. Mencatat penerimaan dan bisnis secara cepat.
pengeluaran. b. Memfasilitasi proses sharing
b. Mengecek mutasi dan saldo bank session dan workshop.
setiap hari.  Base Maintenance, berperan untuk:
c. Mengontrol dan menerima a. Kegiatan perawatan struktur repair
penagihan dan pembayaran dari dan overhaul.
pelanggan.  Component Maintenance, berperan
d. Melakukan pembayaran hutang dan untuk:
pengeluaran perusahaan. a. Perawatan dan testing komponen.
 Human Capital and Corporate Affairs, b. Berkaitan dengan keteknikan dan
berperan untuk: dokumen yang harus ditetapkan
a. Komunikator antar personal dan secara efisien dan efektif.
divisi dalam organisasi. c. Kelengkapan peralatan dan material
b. Mitra strategis dan mitra bisnis. untuk perawatan komponen.
 Quality Assurance, berperan untuk: d. Memiliki hak mendelegasikan
a. Memonitor kinerja quality tugas-tugas kepada seorang asisten.
management system perusahaan.  Engine Maintenance, berperan untuk:
b. Melaporkan hasil kerjanya kepada a. Jasa perawatan mesin pesawat.
accountable manager dan executive  Aircraft Maintenance & Planning
vice president. Control, berperan untuk:

PT. GMF AEROASIA 3


a. Menganalisis proses perawatan D. Dinas Base Maintenance (TB)
pesawat secara langsung sehingga Base Maintenance adalah tempat dimana
meningkatkan keandalan pesawat. penulis melakukan kegiatan magang industri.
 Line Maintenance, berperan untuk: Dinas ini menangani segala jenis perawatan
a. Mengecek dan memastikan kondisi pesawat yang termasuk ke dalam heavy
pesawat dalam keadaan baik. maintenance. Umumnya jenis perawatan ini
b. Mengecek dan memastikan bahwa berlangsung selama lebih dari 24 jam yang
pesawat layak terbang. terdiri dari C-Check dan D-Check/Overhaul.
 Material Management, berperan Unit ini dapat melakukan perawatan untuk
untuk: tipe pesawat Fokker (F-28, M-100), Boeing
a. Merencanakan dan mengendalikan (737-2/3/4/5/6/7/8/900, 747-1/2/3/400),
material sesuai jumlah dan mutu. Airbus (A330, A310, A330), Mc Donnel
b. Mendapatkan harga sesuai dan Douglas (MD 80 seri, DC 10). Jenis perawatan
barang tersebut ada saat dibutuhkan. tersebut dapat ditunjukkan melalui hierarki
 Engineering Service, berperan untuk: dari frekuensi pemeriksaan dan ground time.
a. Melaksanakan proses analisis
perawatan berjalan efektif dan efisien. Tabel 2.1 Tipe Pemeriksaan
 Accounting, berperan untuk: Tipe Ground
Interval
a. Membuat laporan keuangan. (Check) Time
b. Membuat laporan penjualan.
 Treasury Management, berperan Setelah 1.000-3.000
1–2
untuk: C-Check jam terbang (flight
a. Memenuhi kebutuhan pendanaan Minggu
dan menghindari resiko. hours)
b. Memperoleh informasi keuangan. 3–6
c. Menjaga spread margin pada titik D-Check 4 – 5 tahun
maksimal. minggu
 Sales & Marketing, berperan untuk: Sumber:Database Perusahaan (2010)
a. Mencari, memperoleh, dan
bernegosiasi dengan pelanggan. Ground time adalah waktu sebuah
 Corporate Development and ICT, pesawat untuk diperiksa dan diperbaiki
berperan untuk: sebelum digunakan terbang kembali. Tabel di
a. Memberikan keyakinan pada klien. atas menjelaskan interval waktu dan ground
b. Mengoordinasikan berbagai upaya time yang bergantung pada jenis dan operasi
untuk meningkatkan probabilitas. pesawat. Lebih lanjut, D-check adalah suatu
paket perawatan total yang mencakup paint
renewal, cabin refurbishment, control surface
removal, dan inspeksi struktur internal.
Sedangkan C-check adalah suatu paket
perawatan yang mengacu pada jumlah flight
hours yang telah dicapai. Pun demikian,
secara struktural dinas ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. GMF AeroAsia


Sumber:Database Perusahaan (2013)

PT. GMF AEROASIA 4


 Persiapan fase pra-eksekusi dan
eksekusi
Menentukan orang yang akan menjadi
bagian dari proyek. Manajer program
bertanggung jawab untuk
mempersiapkan, mengatur, dan
mengontrol seluruh program
pemeliharaan agar berjalan sesuai
dengan jadwal TAT dan target
Gambar 2.2 Struktur organisasi TB kualitas. Selain itu, manajer program
Sumber:Database Perusahaan (2010) harus mempersiapkan tenaga kerja
dan sumber daya lain, seperti alat-alat
dan material-material yang
dibutuhkan untuk eksekusi.
 Inspeksi pendahuluan
Inspeksi pendahuluan dilakukan untuk
mencari kerusakan sesuai dengan
instruksi ataupun kerusakan lain di
luar instruksi yang diterima (hidden
Gambar 2.3 Struktur organisasi Base Maintenance damage). Inspeksi ini akan
Planning & Control (TBS) memastikan hidden defect itu dapat
Sumber:Database Perusahaan (2010) ditemukan segera dan diinformasikan
tepat waktu pada pihak-pihak yang
Unit ini terdiri dari dua hanggar, workshop yang dibutuhkan, seperti bagian
cabin, dan metal workshop. Fasilitas ini perencanaan material, engineering,
digunakan dalam perbaikan struktur utama, dan pelanggan. Nantinya, hal ini juga
modifikasi utama, pengecatan bagian luar akan mempengaruhi pembiayaan
pesawat, refurbishment cabin, perawatan yang diterima oleh operator dan
pesawat, dan overhaul. Pada tahun 2007, unit perusahaan akan melayangkan bea
ini melakukan perawatan untuk pesawat GA tagihan sesuai dengan temuan yang
dan non-GA dengan total lebih dari 90 didapat.
pesawat, 64 pesawat tipe narrow-body dan 30  Pemindahan atau pengeluaran
pesawat tipe wide-body. Penghasilan total dari komponen untuk kepentingan akses
unit ini merupakan yang terbesar di PT. GMF dan pemeliharaan terjadwal dan tidak
AeroAsia, mencapai US$ 40,83 juta atau 31% terjadwal
dari total pendapatan, dengan 19% profit Pengeluaran atau pemindahan
margin pada saat itu. Lebih lanjut, terdapat komponen-komponen ini dilakukan
beberapa proses yang terjadi dalam rangka untuk kepentingan akses ataupun
perawatan pesawat di PT. GMF AeroAsia pada untuk pemeliharan terjadwal dan
dinas Base Maintenance, diantaranya: tidak terjadwal. Tidak semua bagian
 Rapat persiapan yang harus diperiksa ada pada bagian
Rapat persiapan ini diadakan dengan terluar dari pesawat, ada beberapa
tujuan untuk mempersiapkan estimasi bagian yang berada di atau di bawah
seluruh proses pemeliharaan, man- dalam komponen tertentu. Oleh
hours yang dibutuhkan, dan alokasi karena itu, komponen perlu dilepas
pekerja. Rapat ini diikuti oleh dinas atau dipindahkan untuk bisa
Account Manager Sales dan Customer mengakses bagian tersebut.
Service (AMSCS), PPC, produksi,
manajer program, departemen Selain itu, terdapat proses yang dilakukan
keuangan, dan pelanggan yang untuk menentukan tipe pemeriksaan apa yang
mengajukan letter of intent. dibutuhkan dan menentukan kebutuhan
material berikut availabilitasnya.

PT. GMF AEROASIA 5


 Inspeksi dan pemeriksaan rutin  Rektifikasi kerusakan
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan Ada dua jenis rektifikasi, yaitu
sesuai dengan job cards berdasarkan rektifikasi untuk kerusakan yang
maintenance data. Pemeriksaan itu tercakup dan tidak tercakup pada
mengevaluasi cacat ditemukan dan maintenance data yang telah tersedia
atau disfungsi serta menentukan sebelumnya. Jika kerusakan yang
disposisi yang dibutuhkan untuk ditemukan tidak tercakup pada
mengatasi cacat tersebut. Beberapa maintenance data, maka dilakukan hal
disposisi tersebut adalah: tersebut masuk ke dalam finding
o Serviceable, terjadi ketika report dimana nantinya akan di
tidak ada kerusakan yang follow-up lebih lanjut kepada
ditemukan atau kerusakan operator. Setelah skema tersedia
masih berada di dalam batas ataupun kerusakan tersebut tercakup
yang masih dapat diterima. pada maintenance data, yang
Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan berikutnya adalah membuat
ada tindakan perbaikan yang rectification order untuk kerusakan-
perlu diambil. kerusakan tersebut. Setelah itu,
o Repairable, terjadi ketika memverifikasi semua pekerjaan,
ditemukan adanya kerusakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
dan dapat diperbaiki  Instalasi komponen dan sistem
berdasarkan approved Menyediakan dan memastikan
maintenance data. Setelah komponen dan material untuk
itu, Maintenance Discrepancy instalasi pesawat sesuai dengan
and Rectification (MDR) kebutuhan konfigurasi pesawat
dikeluarkan sebagai laporan tersebut. Setelah itu, komponen dan
dari kerusakan yang material dipasang sesuai dengan job
ditemukan. cards, MDR, dan maintenance data.
o Pending repair instructions, Kemudian, hasil instalasi komponen
terjadi ketika ditemukan dan material itu diperiksa ulang dan
adanya kerusakan dan tidak dipastikan bahwa konfigurasi pesawat
dapat diperbaiki berdasarkan setelah perbaikan itu sesuai dengan
approved maintenance data. instruksi dari operator dan kebutuhan.
Setelah itu, Maintenance  Inspeksi atau pemeriksaan akhir
Discrepancy and Rectification Inspeksi ini dilakukan oleh personil PT.
(MDR) dikeluarkan sebagai GMF AeroAsia yang berwenang yang
laporan dari kerusakan yang ditunjuk atau diakui oleh operator.
ditemukan. Selanjutnya yang Pemeriksaan ini mencakup run-up
harus dilakukan adalah test, flight control checks, engine run
memberitahukan unit up, dan on-wing engine test run.
engineering dan maskapai Selain itu, pemeriksaan itu juga
pemilik pesawat/ operator. mencakup penentuan berat dan pusat
Kemudian menentukan skema gravitasi pesawat sesuai dengan
perbaikan yang mungkin instruksi operator.
dilakukan sesuai dengan  Tes terbang pesawat
prosedur operator. Skema Operator menentukan rencana tes
tersebut baru diterima dan terbang untuk pesawat. Rencana
digunakan jika sudah tersebut mencakup urusan dengan Air
mendapat persetujuan dari Traffic Control (ATC) dan pengisian
operator atau authority atau bahan bakar yang sesuai dengan
pemilik Type Certificate (TC) panduan dan pemeliharan dari
pesawat. perusahaan manufaktur pesawat dan
prosedur dari operator.

PT. GMF AEROASIA 6


 Pengeluaran tagihan (invoice) kontrak kerja yang akan disepakati selama
Setelah semua tahapan dilakukan, proyek berlangsung.
pihak GMF akan mengajukan tagihan Lalu, kesepakatan nilai TAT diperoleh
atau invoice kepada operator. berdasarkan perhitungan yang dilakukan PPC
(TBS 3) yang juga disetujui oleh customer.
Aliran proses-proses di atas dapat
divisualisasikan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 TAT Tracker


Sumber:Database Perusahaan (2015)

Gambar 2.4 Bussiness Process TB


Sumber:Database Perusahaan (2010) Flow chart di atas menerangkan bahwa
pada tahap awal, proses pembuatan TAT
III. PENGUMPULAN DAN diinisiasi oleh Project Manager yang nantinya
PENGOLAHAN DATA setelah jangka waktu TAT telah diestimasikan,
maka selanjutnya akan dibuat jangka waktu
A. TAT Tracker TAT aktual yang diperlukan. Dalam hal ini,
Seperti diketahui, yang dimaksud dengan Project Manager juga akan mengkorelasikan
TAT adalah lama waktu perawatan pesawat berbagai deviasi atau pertimbangan yang
yang dibutuhkan sejak pertama kali pesawat berhubungan dengan jangka waktu TAT yang
masuk (docking) hingga dikeluarkan (released) telah dibuat dalam kurun waktu tertentu
dari dalam hanggar maintenance. Dalam hal (umumnya panjang).
ini, flow chart di bawah akan menjelaskan Setelah itu, akan dilakukan review
langkah-langkah apa saja yang diperlukan mengenai akar permasalahan pada temuan-
ketika membuat TAT. Di PT. GMF AeorAsia temuan deviasi dalam TAT yang dilakukan
sendiri, pembuatan TAT melibatkan beberapa oleh beberapa unit kerja dan tugas. Yaitu
unit kerja dan tugas yang ada di perusahaan, Project Manager, Production Manager, PPC,
seperti Project Manager, Production Manager, dan Maintenance Shift Manager. Baru setelah
PPC, dan Maintenance Shift Manager. ditemukan solusi atas permasalahan-
Nantinya, setiap unit kerja dan tugas tersebut permasalahan deviasi yang ada selama proses
akan saling berkoordinasi dalam membuat review berlangsung, dilakukan langkah-
skema TAT yang sesuai dengan wilayah langkah penanggulangan selanjutnya. Jika
kerjanya masing-masing. Lalu, selanjutnya status permasalahan itu selesai (closed) maka
akan dilakukan conduction meeting bersama langkah pembuatan TAT dinyatakan berakhir.
dengan customer untuk menentukan kontrak- Sebaliknya, bila permasalahan gagal
dipecahkan, akan dilakukan review ulang dan
siklus kembali akan dikerjakan.

PT. GMF AEROASIA 7


Tabel 3.1 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe B737-CL

Tabel 3.2 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat GA bertipe B737-CL

Tabel 3.3 Perhitungan TAT pada perawatan C03-Check pesawat GA bertipe B737-CL

Tabel 3.4 Perhitungan TAT pada perawatan C04-Check pesawat GA bertipe B737-CL

Tabel 3.5 Perhitungan TAT pada perawatan C05-Check pesawat GA bertipe B737-CL

Tabel 3.6 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat GA bertipe B737-CL

PT. GMF AEROASIA 8


Tabel 3.7 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat GA bertipe B737-CL

Tabel 3.8 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe B747-CL

Tabel 3.9 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe B747-CL

Tabel 3.10 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe A330

Tabel 3.11 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat GA bertipe A330

PT. GMF AEROASIA 9


Tabel 3.12 Perhitungan TAT pada perawatan C06-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG

Tabel 3.13 Perhitungan TAT pada perawatan C07-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG

Tabel 3.14 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG

Tabel 3.15 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL

Tabel 3.16 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL

Tabel 3.17 Perhitungan TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL

PT. GMF AEROASIA 10


Tabel 3.18 Perhitungan TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL

Tabel 3.19 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL

Tabel 3.20 Perhitungan TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

Tabel 3.21 Perhitungan TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

PT. GMF AEROASIA 11


Tabel 3.22 Perhitungan TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

Tabel 3.23 Perhitungan TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

Tabel 3.24 Perhitungan TAT pada perawatan C05-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

Tabel 3.25 Perhitungan TAT pada perawatan C07-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

Tabel 3.26 Perhitungan TAT pada perawatan C08-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

PT. GMF AEROASIA 12


B. Project Team
Di bawah ini merupakan struktur tim yang bertanggung jawab atas perawatan pesawat Lion Air
B737-900ER dengan kode registrasi PK-LFH melalui status maintenance Phase 32 + Additional Check
(Setara Maintenance Overhaul) yang menjadi bagian dari objek pengamatan penulis dalam kegiatan
Magang Industri ini.

Gambar 3.1 Struktur Tim Proyek Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH
Sumber : Database Perusahaan (2015)

Seperti ditunjukkan dalam gambar di atas, proses maintenance pesawat melibatkan beberapa
unit kerja dan tugas yang umumnya berasal dari wilayah hangar 3 di PT. GMF AeroAsia. Diantaranya
adalah Project Manager, Quality Control Project Coordinator, Planning Coordinator, Planning
Engineering, Production Engineer, Job Control, Shop Support, dan Tool Equipment. Adapun bagian
lainnya yakni Material Purchaser, Fleet Logistic Coordinator, Material Preparation, Supervisor AP, EA,
Structure, dan Cabin. Selain itu, beberapa staf juga turut meliputi yaitu Staf Engine L/G HYD, Fuselage
& Cargo, Tail & APU, serta Wings.

C. Project Charter
Project Charter adalah salah satu muatan proyek yang disediakan PT. GMF AeroAsia sebagai
akses informasi yang bisa dijangkau oleh customer dalam rangka pengawasan dan keterlibatan
secara aktif selama proses maintenance berlangsung. Di dalamnya berisi informasi singkat meliputi
Statement of Work & Performance Objective, Assigned Maintenance Teams & Responsible Managers,
Responsible Certifying Staff, serta Information & Communication Channels.

PT. GMF AEROASIA 13


Gambar 3.3 Project Charter Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH
Sumber:Database Perusahaan (2015)

PT. GMF AEROASIA 14


Gambar 3.4 Term and Condition Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH
Sumber:Database Perusahaan (2015)

Gambar 3.4 merupakan bagian tak terpisahkan dari Project Charter yang dimiliki oleh perusahaan
MRO. Umumnya, pada bagian ini menjelaskan mengenai beberapa term and condition yang biasa
dialami selama proses maintenance berlangsung dan telah dilakukan sebagai bentuk pengalaman
perusahaan dimana diikuti oleh informasi treatment yang dapat dilakukan terhadap permasalahan-
permasalahan berbeda yang terjadi di lapangan.

PT. GMF AEROASIA 15


D. Barchart
Guna menjalankan sebuah proyek secara baik, terstruktur, dan terorganisir, dibuatlah rancangan kegiatan berbasis waktu yang disediakan melalui
barchart proyek maintenance. Di dalamnya terdapat beberapa informasi kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka menyelesaikan proyek seperti
aktivitas Preliminary & Pre-Docking, Access Removal, Inspection, Defect Rectification, Installation, Operational & Functional Test, serta Aircraft Run Test.

Gambar 3.5 Barchart Awal Maintenance Setara Overhaul Lion Air Berkode PK-LFH
Sumber:Database Perusahaan (2015)

PT. GMF AEROASIA 16


IV. ANALISIS DAN INTEPRETASI

A. Analisis Perhitungan TAT pada Perawatan C-Check Pesawat Berbagai Tipe

Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C01-Check Pesawat GA Bertipe A330

C01-Check
4
3
3

Deviation
2
2 TAT Act
1 TAT Customer Agreed
1
0
1 2 3 4 5 6
Project No.

Gambar 4.1 TAT pada perawatan C01-Check pesawat GA bertipe A330 Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan
aktual (TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 3 & 5 dimana meskipun prosentase TAT sama-
sama bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed
sehingga data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya
menjadi target perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi
aktual pada proyek no. 3 adalah 11, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 8 sehingga terdapat deviasi senilai 3 hari. Begitupun yang terjadi
pada proyek selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 17 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 15
sehingga memiliki deviasi sebesar 2. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-
masing adalah 72,73% & 88,24%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 17


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C02-Check Pesawat GA Bertipe A330

C02-Check
3

Deviation
2

TAT Act
1
TAT Customer Agreed
1

0
1 2 3 4
Project No.

Gambar 4.2 TAT pada perawatan C02-Check pesawat GA bertipe A330 Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan
aktual (TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1 & 2 dimana meskipun prosentase TAT sama-
sama bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed
sehingga data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya
menjadi target perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi
aktual pada proyek no. 1 adalah 9, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 8 sehingga terdapat deviasi senilai 1 hari. Begitupun yang terjadi
pada proyek selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 14 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 12
sehingga memiliki deviasi sebesar 2. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-
masing adalah 88,89% & 85,71%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 18


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C07-Check Pesawat Non-GA Bertipe B737-NG

C07-Check
90
80
70
60
50

Deviation
40 TAT Act
30 TAT Customer Agreed

20
10
0
1 2 3
-10
Project No.

Gambar 4.3 TAT pada perawatan C07-Check pesawat Non-GA bertipe B737-NG Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan
aktual (TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 2 & 3 dimana meskipun prosentase TAT sama-
sama bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed
sehingga data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya
menjadi target perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi
aktual pada proyek no. 1 adalah 46, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 21 sehingga terdapat deviasi senilai 25 hari. Begitupun yang
terjadi pada proyek selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 100sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing
adalah 21 sehingga memiliki deviasi sebesar 79. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang
dihasilkan masing-masing adalah 45,65% & 21%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 19


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C01-Check Pesawat Non-GA Bertipe B737-CL

C01-Check
50
40
30
Deviation 20
TAT Act
10
TAT Customer Agreed
0
1 2 3 4
-10
-20
Project No.

Gambar 4.4 TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada seluruh proyek yakni pada no. 1 ; 2; 3; & 4 dimana meskipun prosentase
TAT sama-sama bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer
Agreed sehingga data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana
sejatinya menjadi target perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada
kondisi aktual pada proyek no. 1 adalah 68, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 22 sehingga terdapat deviasi senilai 46 hari. Begitupun yang
terjadi pada proyek selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 32; 35; & 27 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing
adalah 21; 21; & 13 sehingga memiliki deviasi sebesar 11; 14; & 14. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status
TAT yang dihasilkan masing-masing adalah 32,35%; 65,63%; 60%; & 48,15%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan
dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 20


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C02-Check Pesawat Non-GA Bertipe B737-CL

C02-Check
50
45
40
35
30
Deviation
25
TAT Act
20
TAT Customer Agreed
15
10
5
0
1 2
Project No.

Gambar 4.5 TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1 & 2 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama bernilai
100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga data
yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek
no. 1 adalah 53, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 30 sehingga terdapat deviasi senilai 23 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek
selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 42 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 21 sehingga memiliki
deviasi sebesar 21. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-masing adalah 56,60%
& 50%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 21


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C03-Check Pesawat Non-GA Bertipe B737-CL

C03-Check
18
16
14
12

Deviation
10
8 TAT Act
6 TAT Customer Agreed
4
2
0
1 2 3
Project No.

Gambar 4.6 TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1; 2; & 3 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama
bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga
data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek
no. 1 adalah 30, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 22 sehingga terdapat deviasi senilai 8 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek
selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 31 & 32, sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 28 & 21
sehingga memiliki deviasi sebesar 3 & 11. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-
masing adalah 73,33%; 90,32%; & 65,63%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 22


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C04-Check Pesawat Non-GA Bertipe B737-CL

C04-Check
200

150

100
Deviation TAT Act
50 TAT Cutomer Agreed

0
1 2 3 4 5 6

-50
Project No.

Gambar 4.7 TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B737-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1; 2; 3; 4; & 5 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama
bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga
data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek
no. 1 adalah 36, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 25 sehingga terdapat deviasi senilai 11 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek
selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 45; 206; 53; & 41 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 18; 21;
18; & 21 sehingga memiliki deviasi sebesar 27; 185; 35; & 20. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT
yang dihasilkan masing-masing adalah 69,44%; 40%; 10,19%; 33,96%; & 51,22%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang
dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 23


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C01-Check Pesawat Non-GA Bertipe B747-CL

C01-Check
35

30

25

Deviation
20

15 TAT Act
TAT Customer Agreed
10

0
1 2 3 4 5
Project No

Gambar 4.8 TAT pada perawatan C01-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1; 2; 3; 4; & 5 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama
bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga
data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek
no. 1 adalah 30, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 21 sehingga terdapat deviasi senilai 9 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek
selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 53; 48; 39; & 40 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 21; 30;
21; & 28 sehingga memiliki deviasi sebesar 32; 18; 18; & 12 Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang
dihasilkan masing-masing adalah 70%; 39,62%; 62,50%; 53,85%; & 70%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan
dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 24


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C02-Check Pesawat Non-GA Bertipe B747-CL

C02-Check
40

35

30

25

Deviation
20
TAT Act
15
TAT Customer Agreed
10

0
1 2 3
Project No.

Gambar 4.9 TAT pada perawatan C02-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1; 2; & 3 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama
bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga
data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin.Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek no.
1 adalah 51, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 29 sehingga terdapat deviasi senilai 38 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek selanjutnya,
terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 47 & 46 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 29 & 32 sehingga memiliki
deviasi sebesar 18 & 14. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-masing adalah
35,59%; 61,70%; & 69,57%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 25


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C03-Check Pesawat Non-GA Bertipe B747-CL

C03-Check
70

60

50

Deviation
40

30 TAT Act
TAT Customer Agreed
20

10

0
1 2 3
Project No.

Gambar 4.10 TAT pada perawatan C03-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1 & 2 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama bernilai
100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga data
yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek no.
1 adalah 27, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 20 sehingga terdapat deviasi senilai 7 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek selanjutnya,
terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 97 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 35 sehingga memiliki deviasi
sebesar 62. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-masing adalah 74,07% &
36,08%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 26


Analisis Perhitungan TAT Pada Perawatan C04-Check Pesawat Non-GA Bertipe B747-CL

C04-Check
50
45
40
35
30
Deviation
25
TAT Act
20
TAT Customer Agreed
15
10
5
0
1 2 3 4
Project No.

Gambar 4.11 TAT pada perawatan C04-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1; 2; & 3 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama
bernilai 100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga
data yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek
no. 1 adalah 44, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 21 sehingga terdapat deviasi senilai 23 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek
selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 37 &75 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 28 & 30 sehingga
memiliki deviasi sebesar 9 & 45. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-masing
adalah 47,73%; 75,68%; & 40%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 27


Analisis Perhitungan TAT pada perawatan C05-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL

C05-Check
250

200

150
Deviation
TAT Act
100
TAT Customer Agreed

50

0
1 2
Project No.

Gambar 4.12 TAT pada perawatan C05-Check pesawat Non-GA bertipe B747-CL Tahun 2010-2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat selisih yang terjadi antar nilai deviasi dari TAT yang disetujui bersama customer (TAT Customer Agreed) dan aktual
(TAT Act). Berdasarkan data tersebut, diketahui selisih yang paling mencolok terjadi pada proyek no. 1 & 2 dimana meskipun prosentase TAT sama-sama bernilai
100%, namun hal itu terjadi lantaran perhitungan deviasi dilakukan dengan membandingkan nilai TAT Actual dengan nilai TAT Customer Agreed sehingga data
yang dihasilkan bernilai positif. Hal sebaliknya akan terjadi apabila nilai TAT Customer Agreed dibandingkan dengan TAT Plan dimana sejatinya menjadi target
perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan performa seprima mungkin. Sebagai contoh, perolehan TAT yang dihasilkan pada kondisi aktual pada proyek
no. 1 adalah 73, sedangkan yang tertera pada TAT perencanaan bernilai 15 sehingga terdapat deviasi senilai 58 hari. Begitupun yang terjadi pada proyek
selanjutnya, terlihat bahwa masing-masing memiliki nilai TAT aktual sebesar 160 sedangkan nilai TAT perencanaannya masing-masing adalah 21 sehingga memiliki
deviasi sebesar 139. Alhasil, status yang diberikan pada tabel menjadi "Overrun", bukan "On Time" dengan status TAT yang dihasilkan masing-masing adalah
20,55% & 13,13%. Hal ini sangat bergantung kepada seberapa banyak selisih deviasi yang dimunculkan dalam perhitungan.

PT. GMF AEROASIA 28


B. Analisis Faktor Pengaruh TAT Kondisi demikian umumnya terjadi
Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan sebelum musim puncak penerbangan sipil
selama menjalani magang industri dan dimulai lantas berbagai pesawat mengalami
observasi berkala di proyek perawatan fase perbaikan demi optimalisasi pelayanan
pesawat Lion Air berkode PK-LFH, diperoleh dari maskapai.
beberapa faktor yang mempengaruhi TAT Berdasarkan hasil observasi selama 78
yang dihasilkan pada sebuah proyek hari atas proyek perbaikan setara overhaul
perawatan. dari pesawat miliki operator Lion Air berkode
Faktor-faktor ini sendiri bersifat relatif PK-LFH, ditemukan sejumlah kejadian dimana
mempengaruhi nilai dari TAT suatu proyek. beban kerja yang harus dihadapi cenderung
Hal ini dikarenakan ada banyak unit yang lebih tinggi daripada kesiapan perusahaan
terlibat dalam proses perawatan pesawat di dalam menyiapkan sejumlah man-power,
perusahaan. Sehingga faktor ini lebih terbatasnya fasilitas, certifying staff, dan
difokuskan terhadap tantangan-tantangan ketersediaan area untuk menampung pesawat
yang kerap dialami unit di bagian produksi di dalam hangar juga kerap menjadi pemicu
hangar 3 perusahaan. terjadinya overload atas workload yang
Setidaknya ada 9 faktor yang dimaksud, dialami man-power yang ada.
yaitu Workload Managing, PEU Managing, Hal ini dikarenakan man-power dituntut
Material Availability, Finding Managing, untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
Material Fulfillment Logistic, Production COQ, sesegera mungkin agar area kerja dan
Company/Engineering Availability, Plan peralatan yang dibutuhkan dapat bergantian
Managing, dan Slot Availability. dengan proyek perawatan pesawat lainnya.
Nantinya, ketujuh faktor tersebut yang Tentu kondisi tersebut berpotensi
akan mempegaruhi hasil-hasil proyek seperti menyebabkan tekanan pekerjaan yang dialami
tingginya kualitas produk, efisiensi biaya, dan man-power yang berujung workload yang
besaran TAT yang berjalan secara on time. tidak sebanding dengan kesanggupan
perusahaan dalam mengerjakan tugasnya.
Workload Managing
Setiap perawatan pesawat tentu PEU Managing
memerlukan kebutuhan akan tenaga kerja di Productivity, Efficiency, and Utility (PEU)
dalamya guna menyelesaikan pekerjaan yang Managing adalah upaya perusahaan
dibutuhkan. Hal serupa turut terjadi di PT. melakukan proses maintenance suatu
GMF AeroAsia. Dalam pelaksanaannya, pesawat secara cepat, tepat, dan seideal
terdapat sejumlah man-power yang telah di- mungkin sesuai dengan target PEU yang telah
deploy oleh Maintenance Shift Manager ditentukan. Umumnya, hal ini mengacu
(MSM) sesuai dengan level spesifikasi dan terhadap tingkat performansi yang bisa
kebutuhan perawatan. Hanya saja, di dalam dihasilkan personil mekanik dalam
kurun waktu tertentu, terjadi penumpukan menjalankan tugasnya. Meski begitu,
antrean pesawat yang akan memasuki hangar ketersediaan material dan kelengkapan
guna menjalani fase maintenance dimana fasilitas tetap turut mempengaruhi proses
tidak seiring dengan kapasitas atau berjalannya PEU Managing secara maksimal.
kemampuan yang dimiliki oleh man-power di Secara umum, proses perawatan pesawat
area kerja. sendiri terdiri atas 3 tahap, yakni tahap pre-
Sehingga terjadi penumpukan beban yang maintenance, in-maintenance, dan post-
tak sesuai dengan kondisi optimal yang maintenance (test flight). PT. GMF AeroAsia
diharapkan untuk melakukan perawatan. sendiri memiliki patokan agar ketiga tahapan
Dengan kata lain, muncul kondisi overload tersebut dimulai sejak 1 bulan sebelum
atas pekerjaan yang ditangani man-power. Hal tenggat waktu pelaksanaan maintenance
ini tentu memerlukan strategi khusus guna dimulai. Dengan kata lain, tahapan pre-
mengantisipasi dan menekan akibat atas maintenance diharapkan dimulai sesegera
tingginya workload yang dialami man-power mungkin sejak 1 bulan sebelumnya.
dalam menyelesaikan pekerjaannya.

PT. GMF AEROASIA 29


Dimana pada 1 minggu sebelum Lantaran faktor tersebut juga turut
maintenance dimulai harus dilakukan mempengaruhi keseimbangan dan
pemenuhan material-material yang kenyamanan line perawatan pesawat lainnya.
dibutuhkan dan yang menjadi tanggung jawab Mau tidak mau, pesawat yang sudah
dari PT. GMF AeroAsia. berada jauh dari batas TAT perawatan di
Selanjutnya, akan dilanjutkan tahap in- dalam hangar tentu akan dikeluarkan secara
maintence dimana proses tersebut terhitung paksa dengan harapan bisa digunakan oleh
sejak D-Day pelaksanaan maintenance hingga pesawat lainnya. Hal itu pun berimbas
berakhirnya masa TAT yang telah ditentukan. terhadap lokasi pesawat yang kerap
Kedua tahapan tersebut juga nantinya akan berdekatan dengan posisi pesawat lainnya
diakhiri oleh tahap post-maintenance sesaat sehingga menimbulkan efek domino, pesawat
sebelum otoritas MRO memberikan lainnya pun harus dipindahkan ketika pesawat
keterangan relased untuk pesawat terkait. PK-LFH ini ingin dikeluarkan.
Dalam hal ini, dilakukan pengamatan dan Selain itu, utilitas juga diindikasi menjadi
observasi secara umum guna mengetahui biang keladi merosotnya nilai performa PEU
realisasi ketiga tahapan perawatan pesawat Managing suatu proses. Lalainya tenaga
dalam proyek maintenance pesawat Lion Air mekanik untuk mengikuti sistem kerja yang
berkode registrasi PK-LFH. Dimana ketika ada tak ayal berdampak pada utilitas proyek
merunut pada kebijakan yang seharusnya, yang rendah. Pasalnya, sistem tembak
maka hal-hal yang berkaitan dengan daily barcode sebelum dan sesudah melakukan
menu seperti job card, set man-power, dan pekerjaan seharusnya dapat mendorong
ketersediaan material sebelum proyek dimulai kedisiplinan taat administrasi oleh kalangan
adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh mekanik.
kedua belah pihak. Khususnya faktor material Tak bisa dipungkiri, melalui sistem inilah
yang wajib dipenuhi sesuai dengan domain perusahaan berusaha merekam lama waktu
masing-masing. mekanik dalam menyelesaikan tugasnya.
Sehingga apabila material merujuk pada Apalagi, ditemukan bahwa prosentasi waktu
kewajiban pemenuhan oleh customer, maka kerja tersedia dan aktual terlampau jauh
sudah seyogiannya kebijakan tersebut berbeda sehingga disimpulkan bahwa realisasi
dipatuhi. Begitu pun sebaliknya. Akan tetapi, waktu yang digunakan mekanik untuk bekerja
hal berbeda justru terjadi. Alih-alih ingin terhadap lama waktu kerja yang tersedia
melaksanakan perawatan sesuai jadwal yang terpaut jauh lebih rendah. Hal ini tentu
telah disusun, hal ini justru dimulai dengan menjadi salah satu sorotan yang memilukan
suatu ketergesa-gesaan perawatan pesawat di apabila melihat faktor-faktor dari PEU
dalam hangar. Managing yang ada.
Dalam pelaksaannya, pengajuan
permintaan perawatan pesawat jenis ini justru Material Availability
terjadi pada hari ketiga sebelum jadwal Industri perawatan pesawat terbang
perawatan dimulai. Hal ini tentu berefek pada (MRO) seperti PT. GMF AeroAsia merupakan
faktor lainnya seperti ketersediaan man- bisnis usaha yang menuntut ketersediaan
power, material dan space di dalam hangar material perawatan yang dibutuhkan secara
untuk perawatan pesawat. cepat dan tepat. Hal ini didasari karena pada
Dengan kata lain, dampak aktivitas yang umumnya momentum perbaikan pesawat
tidak sesuai dengan perencanaan perawatan dilakukan oleh operator pemilik pesawat atas
pesawat yang seharusnya, berbuntut pada dasar upaya menjalankan bisnis secara efektif
molornya waktu perawatan dari jadwal TAT dan seefisien mungkin.
yang sudah disusun. Program perawatan yang Namun, hal ini tidak akan terjadi apabila
semula memiliki muatan waktu selama 28 hari saat pesawat harus menjalankan perawatan,
dalam kalender yang sebenarnya, namun lama waktu TAT yang diharapkan terlalu jauh
belum ditemui titik terang hingga hari ke-78. meleset atau tidak sesuai dengan perkiraan
awal.

PT. GMF AEROASIA 30


Sehingga tak heran, kondisi ideal yang Pada umumnya, perusahaan MRO telah
diharapkan maskapai penerbangan ketika menyiapkan material, part, atau komponen
memutuskan merawat pesawatnya adalah yang bersifat rutin karena intens untuk
ketepatan pengerjaan maintenance sesuai digunakan atau secara bisnis lebih bersifat
TAT yang telah ditetapkan salah satunya ekonomis. Sehingga material, part, atau
melalui terjaminnya ketersediaan material komponen yang bersifat non rutin akan
yang dibutuhkan selama proses maintenance disediakan oleh customer (customer supply),
berlangsung. Dengan kata lain, apabila proses umumnya material, part, atau komponen jenis
maintenance berlangsung dan suatu material ini relatif jarang ditemukan finding atau
tertentu dibutuhkan, material hanya saja bernilai tinggi secara ekonomis sehingga
tinggal mengambil dan menggunakannya operator maskapailah yang lebih umum
karena sudah tersedia. memilikinya. Dalam hal ini, ditemukan fakta
Karena itu, hal ini menjadi concern bahwa sebagian besar alasan terjadinya
perusahaan terlebih apabila vendor penyedia keterlambatan TAT disebabkan oleh
suku cadang berada pada lokasi yang jauh penyediaan customer supply yang minim
bahkan di luar benua. Perusahaan perlu dimana item-item material, part, atau
menyiapkan suku cadang sesuai dengan komponen umumnya terlambat disediakan
kebutuhan yang ada agar hukum efektivitas atau diperlukan waktu yang lama untuk
dan efisiensi terlaksana. Lebih lanjut, mendapatkannya.
perusahaan juga memerlukan waktu yang
cukup untuk mendatangkan material dalam Finding Managing
jumlah dan spesifikasi yang dibutuhkan. Dalam proses perawatan pesawat, tak
Walau bagaimanapun, jauhnya lokasi jarang ditemukan suatu kesalahan atau
penyedia suku cadangan berbanding lurus kerusakan yang menyebabkan pesawat harus
dengan waktu pengiriman suku cadang sejak menjalani maintenance di dalam hangar. Di
awal pemesanan. dunia industri MRO, temuan tersebut lazim
Berdasarkan hasil observasi selama 38 disebut sebagai finding. Akan tetapi,
hari atas proyek perbaikan setara overhaul pekerjaan ini sangatlah menantang mengingat
dari pesawat miliki operator Lion Air berkode ada banyak sekali job card atau task card yang
PK-LFH, diketahui apabila pengiriman akan dimiliki oleh sebuah pesawat.
berlangsung dari 1 hingga berminggu-minggu Puluhan bahkan ratusan item pekerjaan
lamanya bergantung pada jarak yang itulah yang mengawali ditemukannya finding
ditempuh. Waktu ini biasanya didapat setelah dalam sebuah pekerjaan maintenance. Dalam
mengkalkulasi besaran waktu pengiriman riil hal ini, finding bisa diklasifikasikan
dan proses pengawasan bea dan cukai di berdasarkan muatan perbaikannya. Yaitu
pelabuhan. Cina, Jerman, Singapura, dan finding untuk significant item dan sebaliknya.
Amerika adalah beberapa contoh base vendor Karena itu, diperlukan kontrol atas finding-
penyedia suku cadang pesawat di dunia. finding tersebut guna memperlancar dan
Akibatnya, minimnya ketersediaan merapikan pekerjaan sehingga meniadakan
material ini yang paling sering menyebabkan keberadaan bottleneck suatu unit akibat
keterlambatan TAT. Umumnya, ketersedian lamanya waktu perbaikan.
material dipengaruhi oleh dua pihak, yaitu PT. Sebagai contoh, setelah diinspeksi pada
GMF AeroAsia sebagai perusahaan MRO dan fase preliminary maintenance, ditemukan
customer sebagai operator maskapai pemilik adanya korosi pada badan pesawat dan
pesawat yang dirawat. termasuk significant item. Dalam hal ini, perlu
Seperti diketahui, penyediaan material dilakukan pengaturan supaya masa perawatan
bisa dilakukan baik oleh perusahaan MRO finding significant item tersebut tidak begitu
maupun operator maskapai, bergantung mempengaruhi perawatan untuk non
kepada jenis material, part, atau komponen significant item lainnya. Jadi, lama waktu
jenis apa yang dibutuhkan. Apakah bersifat perbedaan dua item perbaikan tersebut tidak
rutin atau non rutin. terpaut jauh sehingga tidak mempengaruhi
target TAT yang ada.

PT. GMF AEROASIA 31


Berdasarkan hasil observasi selama 38 Dengan kata lain, apabila pemenuhan
hari atas proyek perbaikan setara overhaul material logistik bisa diperoleh maka sudah
dari pesawat miliki operator Lion Air berkode tentu terdapat material di dalam gudang atau
PK-LFH, diketahui bahwa terjadi korosi pada berada dalam kondisi available.
badan pesawat yang mengakibatkan perlunya
penanganan sedini mungkin guna Production COPQ
mengantisipasi molornya jadwal perawatan Cost of Poor Quality (COPQ) merupakan
yang sudah ditentukan sebelumnya. kondisi dimana perusahaan harus
Akibatnya, setelah finding tersebut membayarkan sejumlah biaya akibat kerugian
ditemukan, unit yang menangani perawatan yang ditimbulkan saat pekerjaan berlangsung.
korosi langsung menangani perbaikan korosi Kerugian ini merunut terhadap kesalahan yang
tersebut sehingga pesawat tersebut dapat terjadi di lingkungan kerja lantaran buruknya
melanjutkan perawatan ke fase selanjutnya. kualitas kerja man-power atau kerusakan
fasilitas.
Material Fulfillment Logistic Dalam hal ini, pembahasan lebih
Material fulfillment logistic merupakan difokuskan terhadap ketersediaan fasilitas
suatu kondisi dimana terjadi keterpenuhan utama dan pendukung selama proses
logistik dari material yang dibutuhkan selama maintenance pesawat berlangsung. Selama
proses maintenance pesawat berlangsung. ini, ditemukan bahwa belum semua prosedur
Umumnya, hal ini berkaitan dengan komitmen dijalankan secara maksimal oleh semua
PT. GMF AeroAsia sebagai MRO bersangkutan pekerja. Sebut saja seperti penggunaan tangga
untuk memenuhi kebutuhan stok material di berlapis karet guna keamanan dan kualitas
dalam gudang. pesawat terjamin atau penggunaan masker
Tidak menentunya jangka waktu yang maupun wearpack yang tertutup rapi tanpa
diperlukan untuk menyelesaikannya ada resleting atau bagian pakaian yang sobek.
menjadikan hal ini sebagai salah satu faktor Dengan kata lain, masih ditemukan
yang mempengaruhi frekuensi TAT yang potensi kerugian akibat kesalahan COPQ yang
dihasilkan dalam suatu proyek mungkin terjadi akibat kasus-kasus unsafety di
Sebagai informasi, PT. GMF AeroAsia atas. Hal ini tentu berhubungan dengan
memiliki kebijakan yakni bagi setiap pesawat pencapaian TAT yang direncanakan.
non-GA, maka perusahaan tidak akan Sebagai contoh apabila kasus fasilitas
menyediakan stok sebelum proses tangga tanpa karet berakibat pada tergerus
maintenance dilakukan. Artinya, pemesanan atau lecetnya badan pesawat maka tentu
dan pembelian material terkait hanya kerugian perusahaan tidak hanya dialami
dilakukan sesaat setelah dilakukan deal untuk secara finansial, melainkan aspek TAT yang
melakukan maintenance. Tak ayal, hal ini pun karena kejadian tersebut menyebabkan
berdampak terhadap kelancaran proses pesawat harus menjalani perbaikan ulang.
produksi di lapangan. Bahkan, bukan tidak mungkin apabila material
Walau bagaimanapun, dibutuhkan waktu repair tidak tersedia, maka akan memicu
sekian lama untuk bisa mendapatkan material keterlambatan proses akibat tenggat waktu
pesanan menuju MRO. Terlebih, kebijakan pemesanan material.
pengecekan material dari luar negeri ke dalam
negeri yang masih berbelit kerapkali Company/Engineering Availability
menyebabkan keterlambatan material di Yang dimaksud Company/Engineering
gudang persediaan PT. GMF AeroAsia. Availability adalah ketersediaan kemampuan
Terlebih, apabila terjadi down pada sistem yang dimiliki perusahaan untuk melaksanakan
yang terdapat di dinas bea dan cukai bandara fungsi maintenance pesawat. Dalam hal ini,
Soekarno-Hatta. Lebih lanjut, sebagai imbas kemampuan perusahaan dalam memperbaiki
dari terpenuhi faktor ini otomatis pesawat sangat menentukan sehingga apabila
mempengaruhi kelancaran dari material ada item kerusakan yang tidak bisa perbaiki
availability yang menjadi faktor lain atas perusahaan, maka tentu akan mempengaruhi
pencapaian TAT suatu maintenance pesawat. lama waktu TAT yang telah ditentukan.

PT. GMF AEROASIA 32


Sebagai contoh ketika ditemukan Apabila keliru merencanakan aktivitas
permasalahan kerusakan pesawat, sebut saja preliminary misalnya, maka aktivitas
korosi di badan pesawat, dalam hal ini teknisi setelahnya seperti fase removal tentu juga
di lapangan atau perusahaan tidak memiliki akan terpengaruh, begitu pula selanjutnya.
kemampuan untuk memperbaikinya, padahal
proses maintenance harus tetap dilakukan, Slot Availability
maka, umumnya perusahaan akan langsung Slot Availability merupakan aktivitas yang
menanyakan ke pabrikan pesawat terkait tergabung dalam bagian Plan Managing
setelah unit engineering pusat yang dimana memiliki peran cukup krusial dalam
dimilikinya tidak mampu menangani trouble mempengaruhi lama waktu TAT. Hal ini
itu. Sehingga hal ini tentu akan menyedot dikarenakan meskipun faktor ini relatif hanya
waktu dikarenakan perusahaan harus berkontribusi pada saat sebelum pesawat
menunggu jawaban dari pabrikan pesawat memasuki hangar, namun efek keputusan
mengenai permasalahan tersebut. Dengan dimana lokasi pesawat akan ditempatkan
kata lain, tentu akan mempengaruhi lama ternyata turut mempengaruhi pencapaian
waktu TAT selain menimbulkan TAT.
ketidakekonomisan biaya. Semisal adalah ketika pesawat A
ditempatkan di line 7 dengan tingkat
Plan Managing keterisian hangar mencapai 100% dan
Sebagaimana tertuang dalam basic berdekatan, maka tentu apabila terjadi
planning training handbook, dapat diketahui perpindahan pesawat dari line awal untuk
bahwa yang dimaksud dengan istilah plan sekedar melakukan uji terbang hingga
adalah suatu aktivitas pengorganisasian kerja bertukar posisi dengan pesawat lainnya, maka
yang terjadi sebelum hal itu benar-benar sudah tentu memakan waktu yang tidak
dilakukan. Dalam hal ini, Plan Managing, sedikit. Sehingga jelas hal ini akan
menjadi sebuah aktivitas penting yang mempengaruhi nilai TAT itu sendiri.
menginiasi berjalannya proyek perbaikan Dalam pelaksanaannya, pesawat berkode
pesawat. Karena itu, tidak heran bila hal registrasi PK-LFH tercatat telah beberapa kali
tersebut menjadi salah satu faktor yang melakukan perpindahan posisi dikarenakan
mempengaruhi lama waktu TAT sebuah adanya pesawat lain yang harus menempati
proyek maintenance. posisinya yang sebelumnya, namun, hal itu
Sebagai contoh apabila kegiatan planning berujung pada turut dipindahkannya pesawat
tidak mengindahkan potensi melonjaknya di sebelah kanan, kiri, dan belakangnya
order pesawat yang akan melakukan lantaran terbentur sayap pesawat milik
perbaikan di dalam hangar, maka tentu akan maskapai Lion Air itu.
mempengaruhi TAT seiring dengan Dengan kata lain, jarak pesawat tersebut
berjalannya pelaksanaan maintenance. tidaklah memiliki gap yang membiarkan
Apabila perencanaan pesawat A yang perpindahan itu bergerak leluasa tanpa
membutuhkan TAT 25 hari dengan kondisi berakibat menabrak pesawat di sekitarnya.
tingkat keterpenuhan hangar mencapai 100%, Sehingga selain isu keterbatasan lahan
misalnya, dilakukan tanpa maupun fasilitas yang dimiliki perusahaan,
mempertimbangkan bahwa pada hari ke-15 permasalahan Slot Availability turut
setelah pelaksanaan maintenance pesawat A menyumbang potensi keterlambatan TAT dari
dimulai, akan muncul pesawat B yang hendak target yang telah direncanakan dengan
melakukan aktivitas sama maka sudah tentu tentunya bergantung pada kondisi-kondisi
akan mengganggu target pencapaian TAT yang yang telah disebutkan di atas.
ditentukan untuk pesawat A.
Karena itu, aktivitas Plan Managing
menjadi satu faktor yang tidak bisa
dikesampingkan. Terlebih, aktivitas ini juga
menyulut atau menggerakkan aktivitas lain.

PT. GMF AEROASIA 33


V. KESIMPULAN DAN Pada bagian ini khususnya akan diketahui
REKOMENDASI rangkuman secara singkat atas hasil analisis
Di dalam proses maintenance pesawat yang telah dilakukan, yakni :
Lion Air berkode PK-LFH yang seyogianya  TAT sangat rentan dipengaruhi oleh
dirilis setelah 25 hari masa perawatan, namun, berbagai faktor. Terlebih, hasil
pada akhirnya masih belum dirilis pada hari pencapaian TAT merupakan kontribusi
ke-78 saat laporan ini dibuat. Beberapa hal dari berbagai unit yang ada di PT. GMF
yang menjadi sorotan dalam kasus ini adalah AeroAsia.
ditemukannya fakta bahwa hampir seluruh  Terjadinya keterlambatan TAT pada
faktor penyebab keterlambatan TAT pesawat dengan kode registrasi PK-
dipengaruhi baik oleh pihak internal maupun LFH sebagian besar disebabkan oleh
eksternal. kurangnya komitmen positif dari
Setidaknya, terdapat 2 faktor yang maskapai Lion Air.
dimaksud, yakni ditemukan adanya  Ditemukan late finding yang
keterlambatan customer supply dimana pada mengakibatkan rekomendasi
awalnya seperti telah tertuang dalam hasil pemberian verification flight untuk
rapat koordinasi dengan Technician pesawat ini.
Representative (Techrep), pihak operator
pesawat berjanji akan bertanggung jawab Untuk menekan dampak dan jumlah TAT
terhadap beberapa item non-routine yang yang ditimbulkan, terdapat beberapa
dibutuhkan selama proses maintenance. rekomendasi berdasarkan hasil analisis TAT
Akan tetapi, dalam kenyataannya, hingga yang telah dilakukan, yaitu :
2 pekan lamanya setelah persetujuan  Diperlukan langkah tegas kepada
pemenuhan material yang dimaksud disahkan, customer yang tidak patuh terhadap
namun supply material tak kunjung didapat. ketetapan-ketetapan yang berlaku.
Secara sepihak, operator yang dalam hal ini Peraturan tersebut seperti tertuang
diwakili oleh Techrep mengakui pada kebijakan teknis di lapangan
ketidaktersediaan material yang dimaksud. yang menyesuaikan ketersediaan
Imbasnya, operator meminta pemenuhan personil man-power, fasilitas, dan line
kebutuhan material tersebut diatasi oleh PT. di dalam hangar dengan kondisi
GMF AeroAsia terhadap perusahaan pabrikan pemenuhan demand yang ada.
pesawat, Boeing Inc.  Dibuatnya kebijakan pembaharuan
Faktor kedua yang menjadi perhatian administrasi terhadap temuan
adalah adanya temuan Boeing setelah (finding) yang diperoleh selama masa
melakukan inspeksi terhadap pesawat ini yang proses maintenance berlangsung
menyatakan pesawat tidak dapat menerima dimana berada di luar paket
izin revenue flight (terbang berpenumpang) perawatan pesawat yang sedang
sebelum dilakukan perawatan terhadap dilaksanakan perusahaan.
permasalahan yang terjadi pada bagian perut  Kontrol kemajuan maintenance check
pesawat. di setiap fase mengacu kepada
Dalam hal ini, PT. GMF AeroAsia sebagai barchart yang ada.
pihak yang diberi kewenangan memberikan  Identifikasi potensi keterlambatan TAT
berita acara pelepasan (released) pesawat aktual dengan TAT yang telah
hanya akan memberikan verification flight diperkirakan sebelumnya lalu review
(terbang tanpa penunmpang) pada pesawat rencana aksi pada review meeting
berkode PK-LFH ini sebelum nantinya harian.
diberikan keputusan oleh operator terkait.  Material yang kemungkinan
Berdasarkan hasil pengamatan, penelitian, dibutuhkan (berdasarkan experience)
dan observasi yang telah dilakukan selama
harus sudah tersedia.
menjalankan kegiatan Magang Industri,
penulis mendapatkan kesimpulan dan  Inspector harus ada yang selalu
beberapa rekomendasi. incharger di proyek.

PT. GMF AEROASIA 34


 Harus sudah dapat dipastikan
kesiapan penggunaan sistem yang
baru terutama untuk AMEL Holder ,
Inspector dan Production Engineering
(Pesawat Pihak ke 3) sudah
menggunakan SWIFT (SAP).
 Jumlah personil untuk inspeksi harus
cukup (karena menjadi fase awal
keberhasilan maintenance).
 Access Removal harus mengacu ke
barchart dan area yang ada potensi
significant finding.
 Rectification Order (R/O) agar
diprioritaskan untuk significant item.
 Production Engineering juga harus
monitor dan koordinasi langsung ke
TEA (bagian engineering) apabila ada
yang harus dikoordinasikan dan
koordinasi dengan produksi.
 Tim Material harus bisa
menyampaikan/update material
secara rutin tanpa harus diminta.
 Item Finding yang membutuhkan
komunikasi ke Boeing harus
diprioritaskan.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Intra PT. GMF AeroAsia
Author. 2011. PT. Garuda
Maintenance Facility AeroAsia Annual Report
2011.
Author. 2014. PT. Garuda
Maintenance Facility AeroAsia Annual Report
2011.
Tim Base Maintenance (TB). PT.
Garuda Maintenance Facility AeroAsia Hangar
3. 2015.
Tim Dosen Sistem Manufaktur TI ITS.
2013. Sistem Manufaktur . Diakses pada 25
Juni 2015
Tim Dosen Manajemen Proyek TI ITS.
2013. Project Management. Diakses pada 25
Juni 2015
Tim Dosen Manajemen Proyek TI ITS.
2013. Performance Analysis. Diakses pada 26
Juni 2015

PT. GMF AEROASIA 35

Anda mungkin juga menyukai