Anda di halaman 1dari 15

TATA KALIMAT DAN PARAGRAF

1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap. Contoh kalimat Lengkap :
- Presiden SBY (S) membeli (P) buku gambar (O)
- Si Jarwo (S) Pergi (P)
- PKI (S) digagalkan (P) TNI (O)
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kamilat yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek
saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa
semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman.K alimat tidak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas sebagian dari kalimat
lengkap. Kalimat tidak lengkap hanya menampilkan satu unsur atau satu fungsi. Unsur
atau fungsi yang ditampilkan, misalnya unsur subjek atau keterangan.
Contoh kalimat tak lengkap :
Kalimat tidak lengkap dapat terdiri atas bermacam-macam bentuk, sebagai berikut.
1. Kalimat Jawaban
Kalimat jawaban dapat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan saja.
Contoh Kalimat Jawaban:
a. Raka dan Nanda. (Subjek saja)
b. Ke toko buku. (Keterangan saja)
c. Sedang mengetik. (Predikat saja)
d. Surat undangan rapat. (Objek saja)
2. Kalimat Perintah
Contoh Kalimat Perintah:
a. Tutup!
b. Cepat tutup!
c. Ayo, cepat tutup pintunya!
3. Kalimat Salam
Contoh Kalimat Salam:
a. Selamat malam!
b. Selamat pagi!
4. Kalimat Semboyan
Contoh Kalimat Semboyan:
a. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

b. Maju terus pantang mundur!


5. Kalimat Lanjutan
Contoh Kalimat Lanjutan:
a. Kalau begitu . . . masuk saja.
b. Kak Disti . . . jangan begitu.
6. Kalimat Umpatan
Contoh Kalimat Umpatan:
a. Kurang ajar!
b. Dasar sial!
7. Kalimat Seruan
Contoh Kalimat Seruan:
a. Aduh!
b. Ya, bagus!
Kalimat lengkap terdiri atas subjek, predikat, objek, atau
keterangan. Kalimat lengkap yang paling sederhana terdiri atas subjek dan predikat.
Perhatikan contoh berikut ini!
1.
a) Raka dan Nanda. (Kalimat Tidak Lengkap)
b) Raka dan Nanda bermain di halaman. (Kalimat Lengkap)
2.
a) Selamat malam! (Kalimat Tidak Lengkap)
b) Saya ucapkan selamat malam. (Kalimat Lengkap)
3.
a) Silakan masuk! (Kalimat Tidak Lengkap)
b) Silakan Anda masuk dahulu! (Kalimat Lengkap)

Read more: http://www.artikelbagus.com/2011/10/kalimat-tidak-lengkap-dan-kalimatlengkap.html#ixzz3GTyJClBS

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan sesuatu. Sedangkan kalimat
pasif adalah kalimat subjeknya dikenai sesuatu pekerjaan.
Contoh:
Kalimat aktif: Rani sedang menyiram tanaman.

Kalimat pasif: Tanaman sedang disiram Rani.

Kalimat aktif: Danu membeli buku pelajaran.

Kalimat pasif: Buku pelajaran dibeli Danu.

Kalimat aktif: Kakak sedang membaca buku.

Kalimat pasif: Buku sedang dibaca Kakak.


kalimat aktif adalah Kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan
perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai pelaku.
Helsa Situmorang membaca buku. (Helsa sebagai pelaku)
2. Predikatnya berawalan me- atau ber-.
3. Predikatnya tergolong kata kerja aus.
Contoh :
1. Adik membaca buku.
2. Tatang bermain bola.
3. Yuli mandi di kolam renang.
4. Wawan telah membeli buku gambar.
Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau dikenai
perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai penderita.
2. Predikatnya berawalan di-, ter-, atau ,ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata
kerja yang kehilangan awalan).
Cara
mengubah
kalimat
aktif
menjadi
kalimat
pasif
:
1. Subjek
akan
menjadi
Objek
2. Predikat
berimbuhan
me

~
di3. Bila subjeknya berupa kata ganti orang pada kalimat aktif maka predikat pada
kalimat aktif tidak menggunakan awalan di-. Kata ganti orang tersebut diletakkan
sebelum predikat tanpa imbuhan.

Contoh :
1. Andi membaca novel di kamar. (Kalimat aktif)
S
P
O
K
Novel dibaca Andi di kamar. (kalimat pasif)
S
P
O
K
2. Saya menulis cerita di teras rumah. (aktif)
S P O K (kalimat aktif dengan subyek kata ganti orang )
Cerita saya tulis di teras rumah. (pasif)
S O P K (kalimat pasif kata kerja imbuhan di hilangkan)
Saya sudah membeli buku itu. (aktif)
Buku itu sudah kubeli. (pasif)

http://bagas.wordpress.com/2007/09/05/kalimat-aktif-dan-pasif/

Kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.

Jenis
1. Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata
awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh:
tetangga, leluhur, leluasa.
2. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata
dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
3. Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah
satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik,
sayur-mayur.
4. Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga
pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
5. Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil
pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu,
empek-empek.

Kata ulang utuh[sunting]


contoh:

Anak-anak

Jalan-jalan

Makan-makan

Kata Ulang Sebagian[sunting]


Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang dialami oleh
sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya terjadi pada suku awal kata
dasar, seperti:
Lelaki
Tetua
Seseorang
Di dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata ulang yang mendapat
akhiran, seperti:
Pepohonan
Rerumputan

Kata Ulang Berubah Bunyi [sunting]

Kata Ulang Berubah Bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan
bunyi pada akhir kata perulangan. contoh:

Sayur-mayur

bolak-balik

Makna[sunting]
6. Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata
awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh:
tetangga, leluhur, leluasa.
7. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata
dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
8. Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah
satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik,
sayur-mayur.
9. Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga
pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
10. Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil
pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu,
empek-empek.

Rujukan[sunting]

Keraf, Gorys. 1991. "Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia". Jakarta:


Grasindo.

http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kata_ulang

KATA ULANG
Proses pengulangan (reduplikasi) adalah pengulangan satuan gramatik atau
suatu bentuk kata, baik seluruhnya maupun sebagian baik disertai variasi fonem
maupun tidak. Hasil proses pengulangan adalah kata ulang.
1. Prinsip Dasar Pengulangan
a. Selalu mempunyai dasar yang diulang.
b. Pengulangan tidak akan mengubah jenis (kelas kata).
Contoh :
Rumah-rumah (KB) : bentuk dasarnya rumah (KB)
c. Bentuk dasar dan pengulangan itu selalu berupa satuan yang bersifat gramatis
artinya selalu berupa satuan kebahasaan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Contoh :
Kekanak-kanakan bentuk dasarnya kekanakan bukan kekanak
2. Macam-macam Kata Ulang
a. Kata Ulang Seluruhnya (penuh atau dwilingga)

Kata ulang seluruhnya adalah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan
fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Hasilnya kata ulang
sempurna.
Contoh:
buku-buku
b. Kata Ulang Sebagian
Kata ulang sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.
Contoh:
menulis-nulis : bentuk dasarnya menulis
c. Kata Ulang Berimbuhan (pembubuhan afiks)
Kata ulang berimbuhan adalah pengulangan yang terjadi bersama-sama dengan
pembubuhan afiks dan sekaligus secara bersama-sama membentuk satu fungsi.
Dengan kata lain, bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks.
Contoh :
kereta kereta-kereta kereta-keretaan
d. Kata Ulang dengan Perubahan Fonem (berubah bunyi atau dwi lingga salin suara)
Kata ulang berubah bunyi adalah pengulangan yang salah satu unsur yang diulang itu
berubah bunyi.
Contoh :
Gerak-gerik kata ulang berubah bunyi vokal
e. Kata Ulang Dwipurwa (pengulangan atas suku kata awal)
Bentuk ulang ini vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke
posisi tengah menjadi e (pepet).
Contoh :
tanam-tanaman tatanaman tetanaman
3. Makna Kata Ulang
a. menyatakan banyak tak tentu
Contoh : Sapi-sapi di kandang itu sedang diberi makan.
b. menyatakan banyak dan bermacam-macam
Contoh : Membeli buah-buahan di pasar harganya lebih murah.
c. menyatakan menyerupai
Contoh : Daffa senang bermain mobil-mobilan dari balok kayu.
d. menyatakan agak (melemahkan)
Contoh :Walaupun sudah dewasa, orang itu masih kekanak-kanakan.
e. menyatakan intensitas
Contoh: Pukullah dia kuat-kuat ( intensitas kualitatif)
f. menyatakan resiprokal
Contoh : Kedua anak itu sedang berkejar-kelaran di taman.
g. menyatakan anti seperti pada bentuk dasamya (hal)
Contoh : SMKK I Yogyakarta menyelenggarakan kursus masak-memasak untuk
remaja.
h. menyatakan perbuatan seenaknya
Contoh : Lelaki itu santai-santai di beranda rumahnya.
i. menyatakan paling (superlatif)
Contoh : Untuk dapat dicacat MURI, wanga Kaliurang membuat Wajik sebesarbesarnya.
j. menyatakan kumpulan

Contoh : Kerjakan tugas ini secana kelompok, masing-masing anak lima-lima.


k. menyatakan walaupun
Contoh : Panas-panas begini, dia tetap bertahan.
l. menyatakan selalu
Contoh : Mereka-mereka memang tidak dapat diharapkan.
http://mylhia.blogspot.com/2008/05/kata-ulang.html

Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi
menampilkan unsur yang diiringinya. Dalam bahasa Indonesia, ada empat partikel penegas,
yaitu -kah, -lah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama adalah klitik sedangkan yang keempat tidak.

-kah
Dipakai dalam kalimat interogatif dan berfungsi menegaskan.
1. Mengubah kalimat deklaratif menjadi kalimat interogatif: Diakah yang akan datang?
2. Bersifat manasuka dalam kalimat interogatif yang telah memiliki kata tanya
seperti apa, di mana, dan bagaimana: Apakah ayahmu sudah datang?
3. Memperjelas kalimat interogatif yang tidak memiliki kata tanya: Akan datangkah dia nanti
malam?

-lah
Dipakai dalam kalimat imperatif atau deklaratif.
1. Menghaluskan sedikit nada perintah kalimat imperatif: Pergilah sekarang, sebelum hujan
turun!
2. Memberikan ketegasan yang lebih keras dalam kalimat deklaratif: Dari ceritamu, jelaslah
kamu yang salah.

-tah
Dipakai dalam kalimat interogatif. Bersifat retoris: penanya tidak berharap mendapat jawaban
dan seolah hanya bertanya pada diri sendiri. Partikel -tah banyak digunakan dalam sastra lama
tapi kini tak banyak dipakai lagi.
Contoh: Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?

pun
Dipakai dalam kalimat deklaratif.
1. Mengeraskan arti kata yang diiringinya: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
2. Menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi jika dipakai bersama lah: Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.

Paragraf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di
samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai
dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang
dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai
oleh pilcrow ().
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan
kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih
spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal
dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari
tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal.
Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir.
Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari
satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali
orang yang dikutip berganti.

Kerangka paragraf[sunting | sunting sumber]

Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.

Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.

Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.

Macam-macam paragraf[sunting | sunting sumber]


Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya

Berdasarkan jenisnya [sunting | sunting sumber]

Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya:
ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Contoh:

Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan
memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika
daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir
panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut
karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan
seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh
tak sadarkan diri.

Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca


seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang
dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang
digambarkan. Contoh:

Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit
wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang
tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita Palestina.

Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau
petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada
informasi. Contoh:

Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di
pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan
keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik
yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan
agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya
merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif
agama.

Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.


Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:

Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal
yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak
kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana
yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju
karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca


agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
Contoh:

Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap
tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru danguest house.
Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat
tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup
untuk itu.

Berdasarkan letak kalimat utamanya [sunting | sunting sumber]

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan


pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya membuka usaha baru.

Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasanpenjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam
tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.

Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus
untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat
nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak
seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga
cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
1. Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain
merupakan peristiwa khusus.
2. Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
3. Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai
mengarang.
4. Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex,
Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena
Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau
delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam
2 jenis bentuk paragraf generalisasi
Jenis Jenis Paragraf Generalisasi [sunting | sunting sumber]
1.Loncatan Induktif[sunting | sunting sumber]
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari
beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi.
Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah
lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
2.Tanpa Loncatan Induktif[sunting | sunting sumber]
Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi
yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan.
Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang
lengkap.

Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki

sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai
segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan
binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin
yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya,
yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan
mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan
sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada
penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula
penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan
Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan
fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan
sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas,
yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.

Sebab-Akibat

Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan
sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan
hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi
nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia
menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah
menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup
menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai
pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah
kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.

Akibat-Sebab

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita
analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli
obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.

Sebab-Akibat-1 Akibat-2

Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab
yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak
tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin
mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal.
Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika
biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk
transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh
rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan
pendapatan masyarakat.

Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan


pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan
kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal
paragraf. Contoh:

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun
yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang
sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju
seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat


utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat
penjelas. Contoh:

Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang
banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat
terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat
itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

Paragraf dalam HTML[sunting | sunting sumber]


Di XHTML, elemen p menandakan blok teks sebagai paragraf- tag pembuka <p> menandakan
awal paragraf, dan tag penutup </p> menandakan akhir paragraf. Tag akhir bersifat opsional
untuk HTML, sebagaimana penjelajah secara otomatis memulai paragraf lain di tag <p>
berikutnya, atau elemen blok berikutnya.

Perubahan Makna
11

Nov

Kata-kata dalam bahasa tertentu mengalami perubahan arti.


Perubahan makna kata terdapat 6 jenis perubahan arti,
antara lain :

1.

1.

Perluasan makna (Generalisasi)

Generalisasi adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang khusus ke yang
lebih umum atau dari yang lebih sempit ke yang lebih luas.
Contoh :

Kata bapak dahulu bermakna ayah, sekarang semua orang yang lebih tinggi
kedudukannya disebut bapak.

Kata berlayar dahulu bermakna mengarungi laut dengan kapal yang memakai
layar, sekarang mengarungi laut dengan semua jenis kapal, tanpa layar sekalipun.

Bapaksaya mempunyai adik tiga orang.


(makna dasar/ lama : orang tua laki-laki makna sekarang/baru :
semua laki-laki yang lebih tua/ lebih tinggi
kedudukannya)

Pemimpin rapat adalah Bapak Amirudin.

Para peserta umumnya bapak-bapak.

Apakah Saudara mempinyai Saudara kembar ?


(saudara : anda, kamu makna asal/ lama : famili/ hubungan darah)

1.

2.

Penyempitan makna (Spesialisasi)

Spesialisasi adalah proses penyempitan makna kata.


Contoh :

Kata sarjana dahulu bermakna cendekiawan/orang pandai, sekarang gelar


kesarjanaan.

Kata pembantu dahulu bermakna semua orang yang membantu, sekarang


hanya terbatas pada pembantu rumah tangga.

Nasinya bau jangan dimakan. (makna baru : basi, bau busuk)

Anak kami yang pertama lulus sarjana. (makna baru : sarjana/ lulusan perguruan
tinggi makna asal/ lama : orang pandai)

Di desa itu didirikan madrasah oleh yayasan Islam. (makna baru : sekolah
berasaskan agama Islam/ TPA, MAN, MTS)

Tetangga saya baru saja membeli TV berwarna. (makna lama : TV hitam putih
makna baru : berwarna : warna selain hitam putih)

Peranan ulama sangat penting dalam masyarakat. (ulama : orang yang berilmu,
orang yang ahli dalam agama Islam)

1.

3.

Ameliorasi/ Amelioratif

Ameliorasi adalah makna yang baru dianggap lebih baik, lebih terhormat
daripada makna yang lama /semula (yang bermakna sama).
Contoh :

Kata istri dianggap lebih baik dan terhormat daripada bini.

Kata melahirkan dianggap lebih baik daripada beranak.

Kata tunawisma dianggap lebih baik daripada gelandangan.

wafat

putri

tunadaksa tunanetra

wisma

gugur

tunagrahita

wanita

pria

tunaghukum tunaasa

pramuniaga

pramuwisma

pramucara

warakawuri

putra

tunarungu

1.

4.

tunakarya
tunaaksara

Peyorasi/Peyoratif

Peyorasi adalah proses perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah
daripada makna semula atau kata-kata yang dipandang lebih rendah/ buruk jika
digunakan.
Contoh :

Kata cerai dirasakan lebih kasar daripada kata talak.

Kata mendengkur dirasakan lebih kasar daripada kata nyenyak.

Kata penjara dirasakan lebih kasar daripada kata lembaga pemasyarakatan.

minggat

gerombolan

kawin

1.

dll.

beranak
jongos
bunting

perempuan

bini

babu

laki

Sinestesia

Sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan dua indra yang
berbeda /perubahan makna kata yang timbul karena tanggapan dua indera yang
berbeda.
Contoh :

Kata-katamu sungguhpedas untuk didengar.

Kata pedas seharusnya ditanggapi oleh indra perasa (bibir/mulut) tetapi justru ditanggapi
oleh indra pendengaran.

Pendengaranmu sungguh sangat tajam.


Kata tajam seharusnya ditanggapi oleh indra perasa (kulit), tetapi justru ditanggapi
oleh indra pendengaran.

Sorot matanya cukup tajam menatapku.

Dengan senyum pahit kuterima keputusan itu.

Dengan sikap dingin kami diterima.

Dengan kata masam kami ditolaknya.

1.

6.

Asosiasi

Asosiasi adalah perubahan makna kata akibat persamaan sifat (makna yang
dihubungkan dengan benda lain yang dianggap mempunyai kesamaan sifat. (makna
kias).
Contoh :

Ia memberi amplop kepada petugas sehingga urusannya cepat selesai. Kata


amplop berasosiasi dengan sogok atau suap. (uang)

Nilai matematikaku merah.


Kata merah berasosiasi dengan jelek, tidak baik.

Perkaranya sudah dipetieskan. (sudah tidak diselidiki lagi)

Masa lalunya yang hitam sudah berlalu (pengalaman buruk)

Dia masih terlalu hijau untuk berumah tangga. (muda)

Dari kacamata hukum, perbuatan itu dianggap melanggar UU. (sudut pandang)

Anda mungkin juga menyukai