Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
oleh:
Rudy Manggasa
03.37470.00126.09
Pembimbing:
dr. Emil Bachtiar Moerad, Sp.P
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini hampir selalu fatal tanpa pengobatan, data terbaru di Indonesia tahun
2001 di kemukakan oleh Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan penyehatan lingkungan
Dep Kes RI, Prof.Dr Umar Fahcri Ahmadi, MPH kasus terbaru penderita TBC di Indonesia
sekitar 583.000 kasus per tahun. Secara nasional TBC membunuh kira-kira 140.000 orang per
tahun atau setiap hari 43 orang meninggal karena penyakit TBC ini.
Insidensi Tuberculosis dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini
di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup
lama
Jika tidak ditangani secara tepat, mortalitas penyakit ini mendekati 100%, tetapi
dengan pengobatan yang dini dan adekuat mortalitas dapat di tekan, Karena itu
penanggulangan TBC tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan
mencakup masalah sosial, ekonomi, sikap dan prilaku penderita perlu mendapat perhatian.
Karena itu sangat penting untuk mengenal, mendiagnosa, secara dini dan melakukan
pengobatan yang adekuat terhadap penderita TBC. Dan di harapkan kepada tenaga medis
agar angka-angka tersebut dapat di tekan.
BAB II
LAPORAN KASUS
Pasien MRS tanggal 11 januari 2010 . Anamnesa dilakukan tanggal 12 Januari 2010
Identitas pasien:
Nama
: Ny.. S
Umur
: 41 tahun
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
baru
bekerja selama 9 bulan. Pasien dalam bekerja berada dalam satu ruangan tertutup ber
AC dan menurut keterangan pasien di tempat nya bekerja ada salah satu teman kerja
3 | Laporan Kasus TB Paru
nya yang selalu batuk-batuk setiap hari dan menurut pasien orang itu berat badan nya
berkurang dan terlihat kurus daripada sebelum nya.
Riwayat Kebiasaan
-
Pemeriksaan fisik :
General status
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: composmentis
Vital sign
Tekanan darah
: 140 / 90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Kepala
Mata
-
Hidung
-
Epistaksis (-)
Telinga
-
Mulut
-
Sianosis (-)
Epistaksis (-)
Leher
-
Scrofuloderma (-).
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palapasi
Perkusi
: ICS III
Abdomen
Inspeksi
: cembung, sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-), caput
meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), jejas(-)
Palpasi
: soefl, nyeri tekan (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba, balotemen (-)
Perkusi
Auskultasi
Ektermitas
-
Inferior
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
12-01-2010
Hb
: 9,8
Leukosit
: 14.300
Ht
: 32,6
Trombosit
: 421.000
MCV
: 76
MCH
: 28
MCHC
: 32
GDS
: 163
Ureum
: 21
Creatinin
: 0,9
SGOT
: 13
SGPT
:8
Alkali phos
: 44
Bl.Total
: 0,5
Bil. Direk
: 0,2
Bil. Indirek
: 0,3
Kolesterol
: 149
Asam urat
: 3,3
Protein total : 7,5
Albumin
: 2,9
Globulin
: 4,6
Natrium
: 146
6 | Laporan Kasus TB Paru
Kalium
Chlorida
: 4,2
: 98
Rontgen:
PROGNOSIS
Vitam
: dubia ad bonam
Fungsionam : dubia ad bonam
12-01-2010
BTA I = +3
BTA II = +3
BTA III = +3
Leukosit = 14.300
Hb = 9,8
Ht = 32,6
Trombo = 421.000
MCV = 76
MCH =28
MCHC=32
GDS = 163
SGOT = 13
SGPT = 8
Bil total = 0,5
Bil direct = 0,2
Bil indirect = 0,3
Protein total = 7,5
Cholesterol = 149
Asam urat = 3,3
Ureum = 21,0
Creatinin = 0,9
13-01-2010
S:batuk
darah
(-),nyeri
epigastrium (+)
O : composmentis, sakit sedang
TD =120/80 mmHg
N = 88x /menit
RR = 20x / menit
T= 36,8 C
Wheezing (-/-), rhonki (-/-),
A : Hemoptoe + TB paru BTA +3
Planning therapy
IVFD RL 20 tpm
Kalnex 3x500 mg
Cefotaxim 3x1 gr iv
Ranitidin 2x1 iv
Codipront 2x1
Cek DL, KDL, BTA 3x
IVFD RL 20 tpm
Kalnex 3x500 mg
Cefotaxim 3x1 gr iv
Ranitidin 2x1 iv
Codipront 2x1
INH 400 mg
Rifampisin 600 mg
Ethambutol 1000 mg
Pirazinamid 1500 mg
Vit B6 10 mg
Kalnex 3x1
Ranitidin tab 2x1
Cefadroxil 2x1
Codipront 2x1
INH 400 mg
Rifampisin 600 mg
Ethambutol 1000 mg
Pirazinamid 1500 mg
Vit B6 10 mg
Metioson 3x1
Boleh Pulang
BAB III
ANALISA KASUS
Anamnesa
Fakta
Teori
Gejala Respiratorik
Batuk 1 bulan
Berdahak
Batuk darah
Batuk darah
Demam
Nyeri dada
BB turun
Sesak nafas
Riwayat OAT(-)
Riwayat teman kerja batuk lama
Gejala sistemik :
( +)
Demam
Keringat malam
Malaise
Nafsu makan menurun
Berat badan turun
Pada kasus ini didapatkan keluhan yang sama dengan teori yaitu didapatkan gejala
yang sesuai teori TB seperti batuk > 3 minggu, berdahak,batuk darah,berat badan menurun,
demam. Dan ada beberapa hal yang tidak sesuai teori yang ditemukan pada kasus ini yaitu
keringat malam, nyeri dada dan sesak nafas.
Pada pasien ini dating dengan keluhan batuk darah dimana itu merupakan tanda telah
terjadi ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas.
Pemeriksaan fisik
9 | Laporan Kasus TB Paru
Fakta
Composmentis GCS 15
TD : 140 / 90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7 C
Anemia (-/-), ikterik (-/-), cyanosis (-/-)
Paru
Teori
Keadaan umum ditemukan
konjungtiva mata atau kulit
yang pucat karena anemia
Suhu demam ( subfebris )
Badan kurus atau berat badan
menurun
Bila
infiltrat
luas,maka
ditemukan perkusi yang resdup
dan auskultasi suara nafas yang
bronkial
Suara nafas tambahan berupa
ronki basah,kasar dan nyaring
Bila infiltrat di liputi oleh
penebalan pleura maka suara
nafas jadi vesikuler lemah
Bila kavitas besar, perkusi
hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara
amforik.
Tb paru lanjut dan fibrosis luas
ditemukan atropi dan retraksi
otot2 intercostal. Bagian paru
yang sakit akan menciut dan
menarik isi mediastinum atau
paru lainnya,paru yang lain jadi
hiperinflasi.
Bila jaringan fibrotik lebih dari
sejumlah jaringa paru-paru,akan
terjadi pengecilan aliran darah
paru
dan
selanjutnya
peningkatan tekanan arteri
pulmonalis diikuti terjadinya
kor pulmonal dan gagal jantung
kanna.
Inspeksi
Bentuk normal dan simetris,
gerakan nafas simetris
Palpasi
:
pelebaran ICS (-), pergerakan
simetris, fremitus kanan=kiri
Perkusi
sonor hemithorax kanan dan kiri
Auskultasi
:
vesikuler,
ronki
basah
kering(+/-), wheezing (-/-)
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak semua sesuai dengan teori ,hanya
beberapa hal yang sama dengan teori yaitu hanya di temukan ronki kasar pada paru kanan.
menurut literatur , pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan pun
terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik. Demikian
juga bila sarang penyakit terletak lebih kedalam segmen posterior, akan sulit menemukan
pada pemeriksaan fisik ,karena hantaran suara/getaran yang lebih dari 4 cm ke dalam paru
sulit dinilai secara palpasi ,perkusi dan auskultasi.
10 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Pemeriksaan Penunjang
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
GDS
SGOT
SGPT
BTA I = +3
BTA II = +3
BTA III = +3
Fakta
: 9,8
: 14.300
: 32,6
: 421.000
: 76
: 28
: 32
: 163
: 13
:8
Teori
Lab TB :
Leukosit bisa normal Atau
sedikit meningkat
Limfosit normal
LED meningkat
Pemeriksaan sputum BTA 3x
Hasil positif bila 2 dari 3
spesimen dahak ditemukan BTA
(+)
Bila 1 spesimen positif ,perlu
pemeriksaan foto thorax atau
SPS ulang
Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebagian sesuai dengan teori dimana di dapat
kan leukosit yang meningkat dan pada pemeriksaan sputum BTA 3x dimana didapatkan hasil
yang positif pada ketiga spesimen. Pada pemeriksaan hasil rontgen juga didapatkan kavitas
pada paru kanan dan jaringan fibrotik pada hilus serta juga didapatkan kolaps paru lobus
superior dan medius (kesan atelektasis?)
11 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Diagnosa
Diagnosa
Fakta
TB
paru
berdasarkan :
Teori
ditegakkan Berdasarkan gejala klinis , pemeriksaan
fisik, laboratorium, radiologi
1. Gejala klinis
Batuk 1 bulan
Batuk berdahak
Batuk darah
Demam
BB turun
Riwayat tempat kerja ( +)
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Lab
Leukosit meningkat
3 spesimen BTA (+)
4. pemeriksaan Radiologi
Kavitas pada paru kanan
Jaringan fibrotik di daerah hilus
Kolaps paru pada lobus medius
dan
superior
(kesan
atelektasis ?)
Pada pasien ini di temukan gejala klinis yang sesuai dengan gejala TB paru dan pada
pemeriksaan sputum BTA pada ke 3 spesimen di temukan hasil yang positif.selain itu juga
hasil rontgen pasien ini juga mendukung diagnosa ke arah TB paru.
12 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Pengobatan
Fakta
Kalnex 3x500 mg
Ranitidin 2x1 iv
Cefotaxime 3x1 gr
Codipront 2x1
INH 400 mg
Rifampisin 600 mg
Ethambutol 1000 mg
Pirazinamid 1500 mg
Vit B6 10 mg
Metioson 3x1
Teori
Terapi Tb paru :
Kategori I ( 2HRZE/4H3R3 )
Pada kasus ini terapi yang di berikan untuk mengobati TB paru pasien adalah terapi
kategori I yaitu INH, Rifampisin, pirazinamid, dan ethambutol. Hal ini sesuai dengan
literature yang ada. Pemberian kalnex bertujuan untuk mengatasi keluhan batuk berdarah
pasien. Pemberian Ranitidin untuk mengatasi keluhan nyeri epigastrium yang dirasakan oleh
pasien baik karena efek dari batuk darah ataupun dari efek samping obat kalnex. Cefotaxim
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.Codipront juga di tujukan karna pasien menekan
efek batuk pasien agar tidak terjadi perdarahan berulang.Pemberian metioson sebagai
hepatoprotektor. Pemberian Vitamin B6 dimaksudkan untuk mencegah defisiensi vitamin B6
akibat penggunaan INH ( isoniazid ) dalam jangka waktu lama. Karena pemakaian INH
dalam waktu lama berakibat meniadakan efek piridoksin ( vit B6 ). Selain itu juga vitamin ini
diberikan untuk mencegah neuritis perifer akibat penggunaan INH dalam jangka waktu lama.
13 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
HEMOPTOE
Definisi
Hemoptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau sputum
yang berdarah. Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin juga seluruh cairan yang
dikeluarkan paru-paru berupa darah. Setiap proses yang mengakibatkan terganggunya
kontinuitas aliran pembuluh darah paru-paru dapat mengakibatkan perdarahan. Batuk darah
merupakan suatu gejala yang serius. Mungkin ini merupakan manifestasi yang paling dini
dari tuberkulosis aktif. Sebab-sebab lain dari hemoptoe adalah karsinoma bronkogenik,
infarksi, dan abses paru-paru.
Hemoptoe harus dibedakan dengan hematemesis. Hematemesis disebabkan oleh lesi
pada saluran cerna, sedangkan hemoptoe disebabkan oleh lesi pada paru atau
bronkus/bronkiolus.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi,
neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah
penyebab
tersering
hemoptisis,
tuberkulosis
adalah
infeksi
yang
menonjol.
Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses
inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis
dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan
mengakibatkan hemoptisis pula.
Pursel sendiri membagi etiologi batuk darah berdasarkan usie penderita, menjadi :
a. anak- anak dan remaja
Hematemesis
Lung disease
Asphyxia possible
Asphyxia unusual
Sputum examination
Frothy
Rarely frothy
Brown to black
Laboratory
Alkaline pH
Acidic pH
16 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Suggested diagnosis*
Medication effect, coagulation disorder
Catamenial hemoptysis
HIV, immunosuppression
Nausea, vomiting, melena, alcoholism, chronic Gastritis, gastric or peptic ulcer, esophageal varices
use of nonsteroidal anti-inflammatory drugs
Pleuritic chest pain, calf tenderness
Tobacco use
Travel history
Weight loss
1. Tumor :
a. Karsinoma.
b. Adenoma.
c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal.
2. Infeksi
a. Aspergilloma.
b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).
c. Tuberkulosis paru.
3. Infark Paru
4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
5. Perdarahan paru
a. Sistemic Lupus Eritematosus
b. Goodpastures syndrome.
c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis.
d. Bechets syndrome.
6. Cedera pada dada/trauma
a. Kontusio pulmonal.
b. Transbronkial biopsi.
c. Transtorakal biopsi memakai jarum.
7. Kelainan pembuluh darah
a. Malformasi arteriovena.
b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis.
8. Bleeding diathesis.
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok
yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang sering
didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan abses paru. Pada dewasa muda,
tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan penyebab yang sering
didapat. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering
didapatkan, diikuti tuberkulsosis dan bronkiektasis.
Patofisiologi Hemoptoe
18 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan
paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran
gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari
perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya
aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi
membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan
dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. (4)
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi
rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk
darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh
darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada
dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti padaGoodpastures
syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan
aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh
darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh
darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis
pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat
menimbulkan hemoptoe masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke
dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
19 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :
1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak diketahui
Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas penegakan
diagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita, berumur sekitar 30
tahun, biasanya perdarahan dapat berhenti sendiri sehingga prognosis baik. Teori
perdarahan ini adalah sebagai berikut :
a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi.
b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.
c. Infark paru yang minimal.
d. Menstruasi vikariensis.
e. Hipertensi pulmonal.
2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan
a. Pada prinsipnya berasal dari :
b. Saluran napas
i. Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru, pneumonia
dan abses paru.
ii. Menurut Bannet, 82 86% batuk darah disebabkan oleh tuberkulosis
paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.
iii. Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis), silikosis,
penyakit oleh karena cacing.
c. Sistem kardiovaskuler
i. Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.
ii. Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru, aneurisma aorta.
d. Lain-lain
i. Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti
hemofilia, hemosiderosis, sindrom Goodpasture, eritematosus lupus
sistemik, diatesis hemoragik dan pengobatan dengan obat-obat
antikoagulan
Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptoe dapat dibagi atas :
1. Hemoptoe massif
Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.
20 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24 jam, akan
tetapi Hb kurang dari 10 g%.
Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari 10 g%,
tetapi dalam pengamatan 48 jam ternyata darah tidak berhenti.
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh :
Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai dengan
adanya iskemik miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik pada
jantung, maupun aliran darah serebral. Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan
terhadap gas darah, disamping menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu
tingkat kegawatan hemoptoe dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut berupa
asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.
Lamanya perdarahan.
21 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.
1) Anamnesis
Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk
mendapatkan data-data :
- Jumlah dan warna darah
- Lamanya perdarahan
- Batuknya produktif atau tidak
- Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
- Sakit dada, substernal atau pleuritik
- Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk
- Wheezing
- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
22 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Hemoptoe
Rasa tidak
2. Onset
3. Penampilan darah
4. Warna
5. Isi
disertai batuk
Berbuih
Merah segar
Lekosit, mikroorganisme,
enak
Hematemesis
di Mual, stomach distress
dimuntahkan
makrofag, hemosiderin
6. Reaksi
Alkalis (pH tinggi)
7. Riwayat Penyakit Menderita kelainan paru
Dahulu
8. Anemi
9. Tinja
Kadang-kadang
Warna tinja normal
kelainan hepar
Selalu
Tinja bisa berwarna
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat
mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik
dan opening
snap,
pembesaran
kelenjar
limfe,
ulserasi
septum
nasalis,
teleangiektasi.
3. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita
hemoptoe masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya.
4. Pemeriksaan bronkoskopi
23 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Penanganan
Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan biasanya
berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptoe yang masif.
Tujuan pokok terapi ialah :
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
3. Menghentikan perdarahan
Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport kardiopulmaner dan
mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab utama
kematian pada para pasien dengan hemoptoe masif.
24 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam saluran napas
yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptoe paling tinggi dan
menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks
batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan
renjatan hipovolemik.
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :
-
Terapi konservatif
1. Terapi konservatif
Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah
aspirasi darah ke paru yang sehat.
Batuk secara perlahan lahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran saluran
napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi.
Pemberian oksigen
2. Terapi pembedahan
25 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi serat lentur
dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan larutan NaCl fisiologis
pada suhu 4C sebanyak 50 cc, diberikan selama 30-60 detik. Cairan ini kemudian
dihisap dengan suction.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh
tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan
renjatan hipovolemik.
26 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam
jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
Prognosis
Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami hemoptoe yang
rekuren.
Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis :
1) Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis yang
lebih baik.
2) Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe.
3) Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk
menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.(1,14)
TB PARU
DEFINISI
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia
melalui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran
napas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi
pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.
ETIOLOGI
27 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
28 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
( Ranke ). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya
dapat menjadi :
-
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kasifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5
mm dan 10 % di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dormant.
Berkomplikasi dan menyebar secara :
a Perkontuinatum, yakni menyebar ke sekitarnya
b Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang di
sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah
c
d
29 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat :
a
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini
masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat juga
masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya ke usus
jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan
terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema
Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan
sempurna.
Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh
spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali, sebaiknya
diberi pengobatan sempurna juga.
30 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Tidak semua orang yang menghirup kuman TBC akan tertular penyakit tersebut. Pada orang
yang sehat, biasanya kuman tersebut menjadi tidak aktif dan orang itu tetap sehat tetapi
kuman tersebut akan jadi aktif bila:
Kekurangan gizi
Perokok berat
Kuman-kuman akan mulai berkembang-biak dan menimbulkan penyakit TBC.
Timbulnya penyakit bisa langsung terjadi setelah terinfeksi atau butuh waktu tahunan untuk
berkembang.
MANIFESTASI KLINIS
Penderita TB paru akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk
berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri
dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita
bahkan kematian.
Gejala klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1.
Gejala Respiratorik
Batuk lebih dari 3 minggu
Dahak (sputum)
Batuk darah
Sesak nafas
Nyeri dada
Wheezing
2.
Gejala Sistemik
Demam dan menggigil
31 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
ganbaran tuberculosis
aktif
iii. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
i. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
Myccobacterium tuberculosis positif
d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (Relaps)
33 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
BTA (-).
34 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
3) Bekas TB paru
BTA (-).
Gejala klinik tidak ada, ada gejala sisa akibat kelainan paru yang di
tinggalkan.
3. Kategori III:
tuberkulosis kronik.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit tuberculosis didasarkan pada:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:
a.
b.
c.
35 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
d.
Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan
bronchus.
2. Laboratorium
a. Kultur sputum.
b. Mantoux Test/Tuberkulin Test.
c. Biopsi jarum pada jaringan paru.
3. Radiologis
Foto Thoraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB
yaitu:
a.
Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah.
b.
c.
d.
e.
Adanya kalsifikasi.
f.
g.
Bayangan milier.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT.
36 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
37 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama.
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai
selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi
obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan.
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
38 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
39 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan
golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien, baru tanpa indikasi yang jelas
40 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu
dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.
Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak
(follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya
Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak
memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.
Default (Putus berobat)
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan.
EFEK SAMPING OAT DAN PENATALAKSANAANNYA
Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan pendekatan gejala.
42 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
PROGNOSIS
1.
Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin relaps.
KOMPLIKASI
43 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1.
2.
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, dan ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
44 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Pedoman
Nasional
E, Jewetz, Mikrobiology Untuk Profesi Kesehatan edisi 16, Fransisico (terjemahan), EGC,
2004: Jakarta.
Wilson, Price, Patofisiologi,Konsep-konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ed,4. EGC, 2004:
Jakarta.
World Health Organization. Treatment of Tuberculosis Guideline. 2010 : Geneva, Switzerland
World Health Organization. Global Tuberculosis Control. 2011 : Geneva, Switzerland
45 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u