yang mengembara di lautan tropikadan ugahari di seluruh dunia. Ikan ini merupakan salah satu
jenis tuna yang terbesar, meski masih kalah besar jika dibandingkan dengan tuna sirip
biru dan tuna mata besar. Madidihang juga merupakan ikan tangkapan samudra yang penting
karena bernilai ekonomi tinggi. Dalam perdagangan dunia, ikan ini dikenal sebagai yellowfin
tuna (Ingg.) dan juga albacore (Pr. dan Sp.).
Daftar isi
[sembunyikan]
1Pengenalan
2Habitat
4Catatan
5Referensi
6Pranala luar
Sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua berkas, terpisah oleh celah yang kecil saja; berkas yang
kedua segera diikuti oleh 810 sirip-sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip analdiikuti oleh
710 finlet. Pada spesimen berukuran besar, sirip punggung kedua dan sirip anal ini kadangkadang memanjang hingga 20% FL. Sirip dada (pectoral) lumayan panjang (2231% FL),
biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, namun tidak melewati pangkal
bagian belakangnya. Ada dua lipatan kulit (tonjolan interpelvis) di antara sirip-sirip perut. Batang
ekor amat ramping, dengan sebuah lunas samping yang kuat di tiap-tiap sisi, yang masingmasing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.[1] Sirip ekor bercabang kuat (forked, bercagak).
Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan atau
keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang
mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang menjadi asal namanya. Bagian perut kadangkadang dihiasi oleh sekitar 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya. [1]
Madidihang dapat mencapai berat melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh di
bawah tuna sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000 pon
(454 kg), dan juga sedikit di bawah tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna sirip biru
selatan (Thunnus maccoyii). Ukuran madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga
sepanjang 239 cm dan seberat 200 kg.
Madidihang merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra di atas
lapisan termoklin. Penelitian memperlihatkan bahwa meski madidihang kebanyakan mengarungi
lapisan kolom air 100 m teratas, dan relatif jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini
mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Seekor madidihang yang diteliti di Samudra
Hindia menghabiskan 85% waktunya di kedalaman kurang dari 75 m, namun tercatat tiga kali
menyelam hingga kedalaman 578 m, 982 m dan yang paling ekstrem hingga 1.160 m.
Tuna sirip kuning ini mempunyai kebiasaan berenang cepat dan bergerombol bersama ikan yang
seukuran, kadang-kadang juga bercampur dengan tuna jenis lainnya. Musim berbiaknya
berlangsung selama musim panas. Ikan-ikan ini memangsa aneka jenis ikan,krustasea, dan
juga cephalopoda.[1] Di laut Halmahera dan Sulawesi, madidihang terutama memangsa ikan
(malalugis dan teri), udangdan kepiting; dengan ikan malalugis (ikan layang) menempati porsi
terbesar[2].
Madidihang ditemukan di seluruh perairan tropis dan ugahari dunia di antara garis lintang 40 LU
dan 40 LS. Ikan ini merupakan komoditas nelayan yang penting; buku FAO Yearbook of Fishery
Statistics melaporkan antara 1990 hingga 1995 tangkapan madidihang di perairan Pasifik barattengah berkisar antara 323.537 sampai 346.942 ton per tahun.[1]
Indonesia adalah tempat bertemunya stok madidihang dari Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik; kemungkinan tempat pertemuan kedua kelompok itu adalah di sekitar Laut
Flores dan Laut Banda.[3] Potensi tuna sirip kuning yang terbesar di Indonesia memang
diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat Makassar, dengan luas area penangkapan sekitar
605 ribu km. Alat tangkap yang banyak digunakan adalah pancing huhate (pole and line),
pancing ulur (hand line), pancing rawai (long line) dan pukat cincin (purse seine).
Para pemancing berpose dengan ikan tangkapannya; beberapa di antaranya memperoleh madidihang.
Madidihang dipasarkan dalam bentuk ikan segar, tuna beku, atau dikalengkan [1]. Ikan ini
digemari dalam berbagai macam masakan, termasuk untuk dipanggang dan dijadikan sashimi.
Madidihang juga merupakan tantangan yang menarik bagi penggemar olahraga memancing.
https://id.wikipedia.org/wiki/Madidihang
2. Tuna adalah ikan laut pelagik yang termasuk bangsa Thunnini, terdiri dari
beberapa spesies dari famili skombride, terutama genusThunnus. Ikan ini adalah perenang
andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang
memiliki dagingberwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini
karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobindaripada ikan lainnya. Beberapa spesies
tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru Atlantik (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu
darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di
air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan bertubuh
besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Biologi
2Jenis-jenis tuna
3Etimologi
4Penangkapan
5Referensi
6Referensi lanjutan
7Pranala luar
o
7.1Berita
permukaan tubuh dan menjaga otot tetap hangat. Ini menyebabkan tuna mampu berenang lebih
cepat dengan energi yang lebih sedikit.[2]
Ada lebih dari 48 spesies tuna. Marga Thunnus sendiri memiliki 9 spesies:
Thunnus orientalis (Temminck & Schlegel, 1844), tuna sirip biru Pasifik.
Di samping itu, masih ada beberapa anggota marga lain dari familia Scombridae yang juga
digolongkan sebagai tuna:
"Tuna" berasal dari perkataan Spanyol atn, dari bahasa Arab atau ( tun/tunn), dari bahasa
Latin thunnus, dari bahasa Yunani Kuno: yang ditelusuri asal mulanya lagi berasal
dari (thyn), yang berarti "melesat".[3]
Tuna merupakan ikan komersial, komoditas perikanan tangkap yang penting. LSM International
Seafood Sustainability Foundation telah menyusun laporan terinci mengenai stok ikan tuna dunia
pada 2009, yang direvisi secara teratur. Menurut laporan itu,
Jenis-jenis tuna yang terpenting untuk perikanan tangkap dan olahraga memancing
adalah madidihang, tuna mata besar, tuna-tuna sirip biru dan tatihu, albakor, dan
cakalang.
Antara 1940 dan pertengahan 1960an, tangkapan perikanan dunia terhadap lima spesies
tuna terpenting telah meningkat dari angka sekitar 300 ribu menjadi sekitar sejuta ton
pertahun, kebanyakan di antaranya dengan alat pancing. Dengan perkembangan
teknologi alat tangkap pukat cincin (purse-seine), dalam beberapa tahun terakhir
tangkapan tuna melonjak hingga lebih dari 4 juta ton pertahun. Sekitar 68 persen dari
angka tersebut berasal dari Samudra Pasifik, 22 persen dari Samudra Hindia, dan 10
persen sisanya terbagi antara Samudra Atlantik dan Laut Tengah.
Tangkapan cakalang mendominasi hingga 60% tangkapan, diikuti
oleh madidihang (24%),mata besar (10%) dan albakora (5%). Sekitar 62% produksi
dunia ditangkap dengan menggunakan pukat cincin, sebesar 14% dengan menggunakan
pancing rawai tuna (longline), 11% dengan pancing huhate (pole and line), selebihnya
dengan alat lain-lain.[4]
Pada 2006 Pemerintah Australia menuduh bahwa Jepang telah memanen tuna secara
berlebihan (overfishing) dan ilegal, dengan menangkap 1220 ribu ton pertahun, jauh di
atas kuota yang disepakati sebesar 6 ribu ton pertahun. Nilai kelebihan tangkapan itu
ditaksir mencapai 2 miliar dolar (Amerika).[5]Kelebihan penangkapan itulah yang diduga
telah merusak stok tuna sirip biru.[6]
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuna