Anda di halaman 1dari 3

Ciri ciri ikan tuna

Tuna adalah ikan laut pelagik yang termasuk bangsa Thunnini, terdiri dari beberapa spesies dari famili
skombride, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang andal (pernah diukur mencapai 77
km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna
merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin daripada
ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru Atlantik (Thunnus thynnus),
dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka
dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan
bertubuh besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.

Tuna memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit
memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip
punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip
punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet. Sirip
ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua
sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa
spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut
badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik
yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang
(vertebrae) antara 31–66 buah.

Habitat ikan tuna

Habitat ikan tuna berada di lapisan atas dan tengah dari laut sampai kedalaman 1600 kaki atau lebih
500m. Adapun daerah penyebaran ikan tuna dilaut meliputi perairan Samudera Indonesia, Samudera
Pasifik Tengah, hampir diseluruh perairan Indonesia terutama di perairan terbuka, termasuk bagian
barat Sumatera, Selatan Jawa, Timur Sumatera, Laut Natuna, Selat Makassar, Laut Flores, Laut Sulawesi,
dan Perairan Maluku. Persentase pemanfaatan ikan tuna di beberapa daerah adalah sebagai berikut:

1)Samudera Hindia termanfaatkan 48,74 %


2)Laut Sulawesi termanfaatkan 87,54 %
3)Laut Arafura termanfaatkan 67,93 %
4)Laut Banda termanfaatkan 27,95 %
5)Laut seram termanfaatkan 35,17 %

Tingkah laku ikan tuna


Tingkah laku tuna selalu berganti, tergantung kondisi sekitar. Apabila dingin atau di perairan hangat,
maka pada jenis tuna tertentu akan cenderung berpindah mengikuti suhu yang disukai. Tuna relatif
mencari tempat yang nyaman, yaitu perairan yang cenderung kondisi suhu dingin. Oleh karena itu,
melalui pengindraan jarak jauh, pergerakan tuna dapat memberikan gambaran wilayah mana saja yang
mengalami kenaikan suhu. Sebab, praktis, perairan yang mengalami kenaikan suhu, maka akan semakin
sedikit varietas tuna yang tinggal di dalamnya, dan tentunya akan bermigrasi.

Secara kualitas, Tiwi menjelaskan bahwa pengindraan jarak jauh dapat memetakan kondisi laut dan
insturmen yang dapat dideteksi, misalnya suhu, clorofil, salinitas atau tingkat kepekatan air garam, di
mana instrumen tersebut dipetakan dengan pengindraan jarak jauh, yang dintegrasikan dengan
pemetaan jalur migrasi ikan tuna, sehingga dapat disimpulkan nanti hasil dari pergerakan perubahan
suhu di laut yang menentukan tingkat perubahan iklim.

Meskipun tuna memiliki banyak varietas, namun rata-rata tuna selalu bermigrasi dari suhu hangat
menuju ke suhu yang lebih dingin. Sehingga kaitan pergerakan ikan tuna di samudra dengan grafis
perubahan iklim dari suhu lautan sangat erat kaitannya, bahkan bisa diukur serta diprediksi.

Secara general, semua spesies tuna menghindari suhu di atas 29 derajat celcius. Lautan yang dekat
dengan daerah perkotaan memiliki tekanan panas yang jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain
karena efek urban heat island. Tanpa adanya perubahan kebijakan, perluasan level tekanan panas
tertinggi (level tekanan sangat kuat), maka kondisi terburuk dari pemanasan global akan ada
peningkatan, setidaknya lebih dari dua kali lipat pada Tahun 2030, dengan skenario perubahan lahan
dan perubahan iklim. Bahkan, saat kondisi ekstrem, level tekanan panasnya akan meningkat satu level
lagi di atasnya ( tekanan panas extreme).

Namun, upaya pencegahan juga harus diterapkan dan kendalanya adalah, tuna bukanlah jenis ikan yang
dibudi daya, sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan mereka akan alami dalam ekosistem. Dalam
upaya pencegahan peningkatan suhu lautan, dapat dilihat dari kacamata biogeokimia

Penyebaran ikan tuna

Daerah penyebaran ikan Tuna dan cakalang meliputi Laut Banda, Laut Maluku, Laut Flores, Laut
Sulawesi, Laut Hindia, Laut Halmahera, perairan utara Aceh, barat Sumatera, selatan Jawa, utara
Sulawesi, Teluk Tomini, Teluk Cendrawasih dan Laut Arafura. Produksi Tuna dan cakalang terus
meningkat sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Peningkatan produksi Tuna dan cakalang
menunjukkan bahwa tingginya tingkat permintaan terhadap kedua komoditas tersebut. Alat tangkap
yang digunakan untuk menangkap Tuna dan cakalang sangat beragam yang dapat dikelompokkan
menjadi 6 jenis, yaitu rawai Tuna (Tuna long line), rawai hanyut selain rawai Tuna (drift longline other
than Tuna long line), rawai tetap (set long line), huhate (skipjack pole and line), pancing tonda (troll line)
dan pancing yang lain (other pole and line).

Nama ilmiah thunini

Anda mungkin juga menyukai