Perencanaan Kebutuhan Obat PDF
Perencanaan Kebutuhan Obat PDF
Sub. Sie
Pencatatan & Evaluasi
Sub. Sie
Pencatatan & Evaluasi
Formulir IV
permintaan
obat
Catatan :
Waktu tunggu tidak selalu 6 bulan. Waktu tunggu untuk masing masing
daerah dapat berbeda (tergantung pada letak geografis)
ii. Proyeksi kebutuhan untuk perencanaan pengadaan obat menghitung rancangan
pengadaan obat periode tahun yang akan dating dapat menggunakan rumus :
a= b+c+def
a = Rancangan pengadaan obat tahun yang akan datang
b = Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan ( april maret )
c = kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
d = Rancangan stok akhir
e = Stok awal periode berjalan / stok per 31 Maret di GFK dan Unit Yankes
f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan ( april s/d maret )
Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang.
Rancangan stok akhir diperkirakan = hasil perkalian antara waktu tunggu
dengan estimasi pemakaian rata rata / bulan di tambah stok penyangga
Contoh soal :
Andaikan perencanaan dibuat tanggal 1 Januari 2003 dan waktu tunggu
= 6 bulan serta rata rata pemakaian obat tiap bulan x.
Umpama stok awal 8 x, maka dapat dihitung :
Rencana penerimaan obatperiode berjalan = 3x
Rata rata kebutuhan obat tiap bulan = 300 capsul @ Rp. 1.000
b =
c =
d =
e =
f =
Maka
/1 s/d
20,4
6x
8x
3x
a =
=
=
/4 = 3 bulan = 3x
b+c+def
3 x + 20,4 x + 6 x + 8 x + 3 x
40,4 x
4
(3)
Tablet
Kapsul
Tablet salut
Cairan
Salep
- warna berubah
- pot atau tube rusak atau bocor
- bau berubah
Injeksi
(f) Penggunaan
Penggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak dipisahkan dengan
fungsi pengelolaan obat lainnya, yaitu perencanaan, pengadaan dan pendistribusian
obat. Aspek penggunaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya
diletakkan dalam konteks dukungan terhadap kerasionalan peresepan, meliputi halhal sebagai berikut :
Pengendalian kecukupan suplai.
Jaminan mutu obat.
Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas.
Penerapan pedoman pengobatan yang telah ditetapkan.
Penggunaan obat secara rasional
Penggunaan obat yang tepat sesuai pedoman / standar terapi akan dapat
menunjang optimasi penggunaan dana, meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan. Ketepatan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan perlu didukung
antara lain dengan tersedianya obat yang tepat jenis dan jumlahnya serta mutu yang
baik.
Penggunaan obat dikatakan tepat / rasional, jika obat yang diberikan
memenuhi kriteria di bawah ini :
1. sesuai standar terapi yang ditetapkan untuk diagnosa yang di tegakkan.
2. tersedia pada saat dibutuhkan.
3. diberikan dengan dosis yang tepat.
4. cara pemberian dengan interval waktu pemberiaan yang tepat.
5. lama pemberiaan tepat.
6. harus efektif, aman dan mutu terjamin.
Dari keenam kriteria tersebut, maka criteria ketersediaan obat (butir 2) dan jaminan
mutu (butir 6) merupakan kontribusi eksklusif dari aspek pengelolaan obat
yang akan mendukung aspek medik dari pemberiaan obat oleh penulis resep
(butir 1, 3, 4 dan 5)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan obat
yang tidak rasional antara lain adalah :
1. Pemberian pengobatan belum didasarkan pada pedoman terapi yang telah
ditetapkan.
2. Kurangnya sarana penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa yang
tepat.
3. Informasi yang sering bias yang dilakukan oleh industri farmasi akan
berakibat adanya peresepan obat-obat yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan
kebutuhan pengobatan yang diperlukan.
4. Adanya tekanan dari pasien dalam bentuk permintaan untuk meresepkan obatobat berdasarkan pilihan pasien sendiri.
5. Sistem perencanaan dan pengelolahan obat yang lemah juga akan mendorong
terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satu contoh adalah
terbatasnya jumlah obat yang tersedia sehingga peresepan obat hanya
didasarkan pada jenis obat yang ada dalam persediaan.
Dampak ketik rasionalan penggunaan obat terhadap suplai obat.
10
Dari sudut penyediaan obat, dampak ketidak rasionalan penggunaan obat dapat
berakibat pada :
- Kualitas data penyakit akibat dari penetapan diagnosa yang keliru.
- Kualitas data konsumsi yang akan dijadikan dasar bagi perencanaan kebutuhan
obat.
- Pengadaan obat yang tidak cost effective, karena kurang mendukung pola
morbiditas.
- Pemborosan biaya.
Peran Gudang Farmasi dalam peningkatan penggunaan rasional
Gudang Farmasi dapat berperan dalam meningkatkan penggunaan obat secara
rasional melalui :
1. Perencaan obat terpadu di Dati II.
Perencanaan pengadaan obat yang didasarkan pada hasil analisis/evaluasi atas
data pola penyakit dan data penggunaan di UPK yang diolah oleh Gudang
Farmasi dan usulan dari unit pelayanan kesehatan dan unit kerja terkait lainnya
dalam rangka penyusunan rancangan pengadaan obat di setiap Daerah Tingkat
II diharapkan dapat menghasilkan penyediaan obat sesuai kebutuhan di unit
pelayanan kesehatan .
2. Distribusi obat.
Pendistribusian obat secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu akan
sangat membantu upaya peningkatan secara rasional dimana peresepan obat
dapat di laksanakan berdasarkan pada kebutuhan, tidak didasarkan pada obat
yang tersedia.
3. Informasi dini atas pola penggunaan obat di unit pelanan kesehatan.
Berdasarkan evaluasi/analisis data penggunaan obat yang disampaikan melalui
LPLPO/LB2, Gudang Farmasi dapat memberikan informasi kepada Puskesmas
mengenai pola penggunaan obat di masing-masing Puskesmas. Informasi dapat
diberikan secara selektif sesuai prioritas, misalnya :
- pola penggunaan antibiotika antar Puskesmas.
- perbandingan penggunaan antibiotika dengan jumlah kunjungan kasus.
- perbandingan penggunaan jenis antibiotika dengan jenis penyakit.
- tingkat penggunaan obat suntik.
Informasi inidisampaikan oleh kepala Gudang Farmasi Kabupaten/Kotamadya
melalui Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II pada acara pertemuan
bulanan antara Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II dengan dokter Puskesmas
atau disampaikan langsung kepada masing masing unit pelayanan kesehatan.
Dengan penyampaian informasi ini secara berkala dan berkelanjutan diharapkan
penggunaan obat yang lebih tepat di Puskesmas akan dapat di tingkatkan.
Dari kegiatan-kegiatan di atas diharapkan petugas Puskesmas akan dapat :
Mengenal dan mengidentifikasi berbagai masalah penggunaan obat
yang tidak tepat.
Memahami berbagai dampak ketidak tepatan penggunaan obat.
Mengenal dan memahami berbagai factor yang berpengaruh terhadap
terjadinya penggunaan obat yang tidak tepat.
12
: ..
: ..
: ..
: ...
Puskesmas
Kecamatan
Kab/Kodya
: .
: .
: .
Tgl
1
No.
Dokumen
2
Dari /
Kepada
3
Penerimaan
Pengeluaran
Tgl
Kadaluarsa
6
Sisa
Stok
7
Paraf
Ket.
: ...............
: ...............
: ...............
: ............
: .............
No.
Nama Obat
Satuan
Stok
Awal
Penerimaan
Persediaan
Pemakaian
Sisa
Stok
Stok
Opt.
2
Air Raksa
Dental use
Aminofilin inj.
24mg/ml10 ml
Aminofilin
Tablet 10 mg
Amitriptilin
HCl tabb. Salut
25 mg
Amoksisilin
Kaps. 250 mg
Amoksisilin dry
Syr. 125mg/5ml
Ampisilina
Kaplet 500 mg
Ampisilina dry
Syr. 125 mg/ml
Antalgin
Tabl. 500 mg
Antasida
DOEN
tabl. kombinasi
3
Btl
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DOKUMEN
GFK
PUSKESMAS
1
10
PHB
11
NO : ..............
: ...............
: ...............
A
12
Ket
13
Amp
Tab
Tab
Kaps
Btl
Kapl
Btl
Tab
Tab
Umum
Tidak Bayar
PHB
Mengetahui / menyetujui
Kepala Dinkes II
Yang menyerahkan
Kepala GFK
Yang meminta
Pimpinan Puskesmas
( )
( . )
( . )
16
Jumlah
Kamar Obat
Kamar Suntik
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
b). Fungsi Buku Catatan Harian Penerimaan dan Pemakaian Obat :
Mencatat penerimaan dan pemakaian obat
Sumber data untuk menyusun laporan bulanan menggunakan format LPL.PO
c). Kegiatan yang harus dilakukan :
Sediakan sebuah buku tulis ukuran folio dengan tebal 100 halaman dan buat
lajur seperti contoh dibawah ini.
Catat nama obat yang tersedia. Untuk satu jenis obat disediakan 1 2 halaman.
Laksanakan pencatatan atas penerimaan dan pemakaian obat.
Setiap akhir bulan jumlahkan seluruh penerimaan dan pemakaian obat dalam
satu bulan.
d). Format Buku Catatan Harian Penerimaan dan Pemakaian Obat :
Nama Obat : .....................
TGL / TH
1/7 93
.
.
.
dst s/d
31/7 93
Jumlah
PENERIMAAN
PEMAKAIAN
SISA
KET
e). Manfaat :
Untuk pengisian format LPLPO Sub Unit PK.
7. Laporan Obat rusak dan atau Daluarsa
a) Pihak pihak yang menggunakan laporan obat rusak dan atau daluarsa :
Kepala Puskesmaa
Petugas Pengelola Obat
b). Kegiatan yang harus dilakukan :
Mengumpulkan obat obatan yang rusak dan atau daluarsa
Catat jenis dan jumlah obat yang rusak / daluarsa tersebut pada formulir laporan
obat rusak / daluarsa seperti terlampir.
Catat jumlah obat yang rusak / daluarsa pada kartu stok pada kolom
pengeluaran.
Isi format laporan.
Kirimkan obat yang rusak / daluarsa bersama sama laporan ke Dinas
Kesehatan Dati II
c). Manfaat informasi laporan Obat rusak dan atau daluarsa :
17
Untuk memperbarui catatan mutasi obat dalam kartu stok pada satuan kerja
yang melaporkan dan yang menerima kembali obat rusak / daluarsa.
Untuk mengetahui persediaan obat yang betul betul dapat dipakai
Sebagai informasi awal untuk menelusuri penyebab kerusakan obat
Jenis Obat
1
1
2
2
Ampisilin 500mg
Tiamin HCl 50mg
No. Batch /
No. Lot
3
Dp 10012356
Thm 11757
Tgl Daluarsa
Jumlah
Keterangan
4
01 6 92
5
100 Kaplet
700 Tablet
6
Daluarsa
Rusak
Yang menerima
( )
( )
18
Kepala Puskesmas
(12) ______________
( )
( . )
Nama Obat
No. Batch /
No. Lot
Jumlah
Keterangan
Puskesmas
(Gudang Obat)
LPLPO
LPLPO
Kamar Obat
LPLPO
Pusling
Pustu
LPLPO
Posyandu
LPLPO
Kamar Suntik
= jalur pelaporan
= jalur distribusi obat
19
(1) Setiap pembelian obat bebas diberikan tanda bukti transaksi penjualan
berupa bon atau kwitansi penjualan rangkap 3 dan diberi nomor, tanggal,
nama barang, banyak harga satuan dan jumlah.
(2) Bukti transaksi tersebut digunakan untuk membayar pada kasir sejumlah
bon / kwitansi. Tembusan 1 dipegang sbagai arsip kasir setelah diberi
stempel lunas.
(3) Asli dan tembusan 2 diserahlan kepada pelayan apotik untuk pengambilan
barang; setelah tembusan 2 dan asli diberi tanda barang telah diambil.
Tembusan 2 sebagai arsip pelayan apotik yang menyerahkan barang.
(4) Bon yanga sli dan obat obat bebas diserahkan kepada pasien.
b) Penjualan obat dengan resep dokter :
(1) Resep yang diterima dari pasien diberi harga sambil mengontrol
ketersediaan obat dan diserahkan pada pasien lagi
(2) Pasien membayar ke kasir harga obat yang akan diambil sesuai dengan
resep tersebut dan ditandai jumlah yang akan diambil serta diberi nomor
urut R/ dan catat nama, umur, alamat yang lengkap di belakang resep
(3) Resep yang sudah lunas diserahkan kepada asisten apoteker yang bertugas
untuk :
Menghitung komposisi obat
Menyiapkan etiket
Menyiapkan obat / bahan baku obat
Meracik obat sesuai ketentuan yang berlaku
Pengemasan obat yang sudah selesai diracik
(4) Obat yang sudah selesai diracik dikemas dan dikontrol kembali
Resep obat yang sesuai dengan nama pasien
Komposisi obat dan perhitungan dosis
Kelengkapan bahan obat yang sudah diracik
(5) Penyerahan obat oleh petugas yang ditentukan dengan kontrol yang ketat
antara nomor dan nama pasien harus sesuai.
(6) Paraf pasien yang telah memintan / mengambil obat tersebut.
(7) Resep yang sudah dikerjakan dilampirkan dengan kalkulasi perhitungan
harga pokok obat + laba + uang R/ (rangkap 2)
(8) Resep yang sudah dikerjakan dengan kalkulasi harga obat, disimpan secara
teratur sesuai tanggal, bulan dan tahun
(9) Kalkulasi harga pokok obat diserahkan ke bagian pembukuan untuk dicatat.
22