Anda di halaman 1dari 15

Dasar Teori

I. PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi


yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.
Tujuan perencanaan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan
perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
dasar. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar
(PKD) dibiayai melalui berbagai sumber anggaran. Berbagai sumber anggaran
yang membiayai pengadaan obat dan perbekalan kesehatan tersebut antara lain :

a. APBN : Program Kesehatan, Program Pelayanan Keluarga Miskin

b. APBD I

c. Dana Alokasi Umum (DAU)/APBD II

d. Sumber-sumber lain.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, mutlak diperlukan koordinasi dan


keterpaduan dalam hal perencanaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan,
sehingga pembentukan tim perencanaan obat terpadu adalah merupakan suatu
kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana
melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi yang terkait dengan
masalah obat di setiap kabupaten/kota.

A. Manfaat Perencanaan Obat Terpadu

1. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.

2. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan.

3. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran.

4. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.

5. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat.

6. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.


B. Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu

Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu di


Kabupaten/Kota dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.

1. Susunan Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu


Kabupaten/Kota.
Tim Perencanaan Terpadu terdiri dari :
Ketua : Kepala Bidang yang membawahi program kefarmasian di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sekretaris : Kepala Unit Pengelola Obat Kabupaten/Kota atau Kepala
Seksi Farmasi yang menangani kefarmasian Dinas Kesehatan.
Anggota : Terdiri dari unsur-unsur unit terkait:
1) Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota
2) Unsur Program yang terkait di Dinkes Kab/Kota
3) Unsur lainnya
2. Tugas dan Fungsi Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Terpadu
a. Ketua mengkoordinasikan kegiatan Tim Teknis Perencanaan Obat dan
Perbekalan Kesehatan Terpadu.
b. Sekretaris mempersiapkan daftar perencanaan dan pengadaan kebutuhan
obat dan perbekalan kesehatan.
c. Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi
ketersediaan dana APBD yang dialokasikan untuk obat dan perbekalan
kesehatan.
d. Unsur Pelaksana Program Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
memberikan informasi data atau target sasaran program kesehatan.
3. Kegiatan Tim Perencanaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Terpadu.
Tim perencanaan obat dan perbekalan kesehatan terpadu melaksanakan
pertemuan-pertemuan sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota
untuk membahas :
a. Evaluasi semua aspek pengadaan obat dan perbekalan kesehatan tahun
sebelumnya.
b. Evaluasi dilakukan terhadap ketersediaan anggaran, jumlah pengadaan
dan sisa persediaan di kabupaten/kota.
c. Rencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan kabupaten/kota
didasarkan atas hasil estimasi kebutuhan obat untuk unit pelayanan
kesehatan dasar dan program kesehatan untuk tahun berikutnya yang
ditetapkan berdasarkan data yang disampaikan oleh unit pelayanan
kesehatan.
d. Rencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan tersebut dibahas
pada rapat tim untuk penyempurnaan perencanaan kebutuhan obat
dan perbekalan kesehatan.
e. Hasil rapat adalah disepakatinya jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan, serta jumlah kebutuhan dana untuk tahun
anggaran yang akan dilaksanakan, sekaligus sebagai masukan dalam
Rakorbang kabupaten/kota untuk mendapatkan pemecahan masalah
mengenai kebutuhan dana.
f. Pertemuan terakhir dilaksanakan setelah gambaran alokasi dari
berbagai sumber anggaran diketahui.
4. Langkah-Langkah Perencanaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Terpadu,
yaitu:
a.Penyusunan Rencana Kerja Operasional (Plan of Action)
Agar kegiatan dalam perencanaan pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, maka
perlu ditetapkan jadwal kegiatan yang selanjutnya disajikan dalam
Rencana Kerja Operasional (Plan of Action) untuk perencanaan
pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota.
b. Penyusunan Rencana Kerja Operasional dengan jenis kegiatan dimulai dari
persiapan Perencanaan, Pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian
Perencanaan yang dilanjutkan dengan Penyusunan Rencana Kerja
Operasional untuk pengadaan, juga dimulai dari Persiapan Pengadaan,
Pelaksanaan Pengadaan dan Pengendalian Pengadaan dengan
menggunakan (formulir 1), dan masing-masing kolom diisi :
Kolom 1 : Nomor urut kegiatan.
Kolom 2 : Jenis kegiatan pokok yang akan dilaksanakan.
Kolom 3 : Uraian dari masing-masing kegiatan pokok.
Kolom 4 : Pelaksana/Penanggungjawab kegiatan.
Kolom 5 : Instansi terkait.
Kolom 6 s/d 17: Waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan.
c. Melaksanakan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan.

C. Proses Perencanaan Obat

Proses perencanaan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang


disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota diolah
menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik perhitungan
tertentu.

1. Tahap Pemilihan Obat


Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar
diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan
obat yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat
yang meliputi :
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek
samping yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat
dengan indikasi yang sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih
berdasarkan Drug of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi
yang lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut
mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.
Kriteria pemilihan obat :
Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang
dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu :
a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit.
b. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti
ilmiah.
c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal.
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas
maupun bioavailabilitasnya.
e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang
baik.
f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang
serupa maka pilihan diberikan kepada obat yang :
Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan.
Stabilitas yang paling baik.
Paling mudah diperoleh.
g. Harga terjangkau.
h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.

Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan :


a. Kontra Indikasi.
b. Peringatan dan Perhatian.
c. Efek Samping.
d. Stabilitas.
Pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum
dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan berpedoman pada
harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.
2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di
unit pelayanan kesehatan, yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Contoh Formulir LPLPO (Formulir 2).
Kompilasi pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk
menghitung stok optimum. Informasi yang diperoleh adalah :
a. Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan
kesehatan/puskesmas pertahun.
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian
setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat
Kabupaten/Kota secara periodik.
Kegiatan yang harus dilakukan :
Pengisian formulir kompilasi pemakaian obat (formulir 3) dengan cara:
Jenis obat : Nama obat disertai kekuatan dan jenis preparatnya. Contoh :
Amoksisillin 500 mg kaplet.
Kolom 1 : Nomor urut unit pelayanan kesehatan dalam daftar
Kolom 2 : Nama unit pelayanan kesehatan yang dilayani oleh Unit Pengelola
Obat Kab/Kota.
Kolom 3 s/d 14 : Data pemakaian obat bersangkutan di masingmasing unit
pelayanan kesehatan (UPK) termasuk perhitungan untuk
menutup kekosongan obat di tingkat unit pelayanan
kesehatan. Data diperoleh dari kolom pemakaian (7) dari
formulir LPLPO yang dilaporkan oleh unit pelayanan
kesehatan.
Kolom 15 : Jumlah kolom (3) sampai dengan kolom (14).
Kolom 16 : Data pemakaian rata-rata obat per-bulan (kolom 15 dibagi dengan
12).
Kolom 17 : Persentase masing-masing kolom (15) terhadap total kolom (15),
dilakukan pada akhir tahun.
Baris lain-lain : Digunakan untuk mencatat pemakaian obat diluar keperluan
distribusi rutin ke masing-masing UPK. Hal ini mencakup pengeluaran obat
untuk memenuhi keperluan kegiatan sosial oleh sektor lain, misalnya :
kejadian luar biasa (KLB), bencana alam, dll.
3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan
secara tepat. Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa
data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah
obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu
diperhatikan halhal sebagai berikut :
1) Pengumpulan dan pengolahan data.
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati
ketepatan, perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3
(tiga) tahun sebelumnya atau lebih.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode
konsumsi:
1) Daftar obat.
2) Stok awal.
3) Penerimaan.
4) Pengeluaran.
5) Sisa stok.
6) Obat hilang/rusak, kadaluarsa.
7) Kekosongan obat.
8) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.
9) Waktu tunggu.
10) Stok pengaman.
11) Perkembangan pola kunjungan.
Contoh perhitungan dengan Metode Konsumsi :
Selama tahun 2007 (Januari Desember) pemakaian parasetamol
tablet sebanyak 2.500.000 tablet untuk pemakaian selama 10
(sepuluh) bulan. Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan.
Sisa stok per 31 Desember 2007 adalah 100.000 tablet.
a. Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet perbulan tahun 2007
adalah 2.500.000 tablet / 10 250.000 tablet.
b. Pemakaian Parasetamol tahun 2007 (12 bulan) = 250.000
tablet x 12 = 3.000.000 tablet.
c. Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10% - 20%
(termasuk untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan
kunjungan). Misalkan berdasarkan evaluasi data diperkirakan
20% = 20% x 3.000.000 tablet = 600.000 tablet.
d. Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan.
Misalkan leadtime diperkirakan 3 bulan = 3 x 250.000 tablet =
750.000 tablet.
e. Kebutuhan Parasetamol tahun 2007 adalah = b + c + d, yaitu :
3.000.000 tablet + 600.000 tablet + 750.000 tablet = 4.350.000
tablet.
f. Rencana pengadaan Parasetamol untuk tahun 2008 adalah:
hasil perhitungan kebutuhan (e) sisa stok = 4.350.000 tablet
100.000 tablet = 4.250.000 tablet = 4250 kaleng/botol @
1000 tablet. 15
Rumus :

A = ( B+C+D) - E

A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok pengaman 10 % 20 %
D = Waktu tunggu 3 6 bulan
E = Sisa stok

b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah perkembangan pola penyakit, waktu tunggu, dan stok
pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok
umur - penyakit. Kegiatan yang harus dilakukan : Pengisian
(formulir 4) terlampir dengan masing-masing kolom diisi:
Kolom 1 : Nomor urut.
Kolom 2 : Nomor kode penyakit.
Kolom 3 : Nama jenis penyakit diurutkan dari atas dengan
jumlah paling besar.
Kolom 4 : Jumlah penderita anak dibawah 5 tahun.
Kolom 5 : Jumlah penderita dewasa.
Kolom 6 : Jumlah total penderita anak dan dewasa.
2) Menyiapkan data populasi penduduk.
Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin untuk umur antara :
0 s/d 4 tahun.
5 s/d 14 tahun.
15 s/d 44 tahun.
45 tahun.

3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk


seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit


pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang
ada.

5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama


pemberian obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada.

6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun


sanggaran yang akan datang

Contoh perhitungan Metode Morbiditas :

1). Menghitung masing-masing obat yang diperlukan per penyakit. Sebagai contoh
pada pedoman pengobatan untuk penyakit diare akut pada orang dewasa dan
anak-anak digunakan obat oralit dengan perhitungan sebagai berikut :

Anak-anak : Satu episode diperlukan 15 (lima belas) bungkus oralit @ 200 ml.
Jumlah episode 18.000 kasus. Maka jumlah oralit yang diperlukan = 18.000 x
15 bungkus = 270.000 bungkus @ 200 ml.
Dewasa : Satu episode diperlukan 6 (enam) bungkus oralit @ 1 liter. Jumlah
episode 10,800 kasus. Maka jumlah oralit yang diperlukan = 10.800 x 6
bungkus = 64.800 bungkus @ 1000 ml / 1 liter

2). Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing obat (hasil langkah a). Sebagai
contoh : Tetrasiklin kapsul 250 mg digunakan pada berbagai kasus penyakit.
Berdasarkan langkah pada butir a, diperoleh obat untuk :

Kolera diperlukan = 3.000 kapsul


Disentri diperlukan = 5.000 kapsul
Amubiasis diperlukan = 1.000 kapsul
Infeksi saluran kemih = 2.000 kapsul
Penyakit kulit diperlukan = 500 kapsul
Jumlah Tetrasiklin diperlukan = 11.500 kapsul
4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Proyeksi Kebutuhan Obat adalah perhitungan kebutuhan obat secara
komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa
stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang. Stok akhir
diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dengan
estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok pengaman.
b. Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang akan
datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a=b+c+de-f

a = Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang.


b = Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa periode berjalan
(sesuai tahun anggaran yang bersangkutan).
c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang.
d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman).
e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember tahun
sebelumnya di unit pengelola obat.
f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari s/d Desember
).
c. Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara :
1). Melakukan analisis ABC VEN.
2). Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan
anggaran yang tersedia.

d. Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan


melakukan kegiatan :
1). Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat
berdasarkan sumber anggaran.

2). Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat terhadap


masing-masing sumber anggaran.

3). Menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total


anggaran dari semua sumber.

e. Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan menggunakan


formulir lembar kerja perencanaan pengadaan obat ( formulir 5 ) maka
masing-masing kolom diisi :

Kolom 1 : Nomor urut obat dan perbekalan kesehatan dalam daftar

Kolom 2 : Nama obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan daftar

Kolom 3 : Satuan kemasan masing-masing obat dan perbekalan kesehatan

Kolom 4 : Jenis Kemasan masing-masing obat dan perbekalan kesehatan

Kolom 5 : Stok awal pada 1 Januari (hasil perhitungan sisa stok per 31
Desember) di semua sumber

Kolom 6 : Stok awal di seluruh Puskesmas pada 1 Januari (hasil


perhitungan sisa stok per 31 Desember)

Kolom 7 : Jumlah kolom 5 + kolom 6

Kolom 8 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang akan masuk ke


instalasi farmasi yang berasal dari sumber anggaran APBD

Kolom 9 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang akan masuk ke


instalasi farmasi yang berasal dari anggaran obat Askes

Kolom 10 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang akan masuk ke


Instalasi Farmasi yang berasal dari anggaran obat Program

Kolom 11 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang akan masuk ke


Instalasi Farmasi yang berasal dari anggaran PKPS
Kolom 12 : Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang akan masuk ke
Instalasi Farmasi yang berasal dari anggaran lain-lain

Kolom 13 : Jumlah kolom 8 hingga 12

Kolom 14 : Jumlah persediaan obat dan perbekalan kesehatan Instalasi


Farmasi pada periode yang berjalan yang merupakan
penjumlahan dari kolom 8 sampai dengan kolom 12

Kolom 15 : Jumlah pemakaian rata-rata masing-masing obat dan


perbekalan kesehatan di seluruh Instalasi Farmasi setiap bulan

Kolom 16 : Ketersediaan obat = hasil pembagian kolom 14 dengan kolom


15

Kolom 17 : Jumlah total kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan periode


akan datang yang merupakan hasil perkalian kolom 14 20
dengan koefisien tertentu misalnya 18 (Untuk 18 Bulan)

Kolom 18 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang


pengadaannya menggunakan anggaran APBD

Kolom 19 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang


pengadaannya menggunakan anggaran Askes

Kolom 20 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang


pengadaannya menggunakan anggaran Program

Kolom 21 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang


pengadaannya menggunakan anggaran Buffer stok Nasional

Kolom 22 : Alokasi jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang


pengadaannya menggunakan anggaran lain-lain

Kolom 23 : Jumlah pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yang


angkanya didapat dari hasil penambahan kolom 18 sampai
dengan kolom 22

Kolom 24 : Harga obat dan perbekalan kesehatan per kemasan untuk


masing-masing obat dan perbekalan kesehatan yang datanya
diambil dari Daftar Harga Obat PKD atau Obat Program
Kesehatan tahun berjalan

Kolom 25 : Total harga yang merupakan perkalian antara kolom 18


dengan 24

Kolom 26 : Total harga yang merupakan perkalian antara kolom 19


dengan kolom 24

Kolom 27 : Total harga yang merupakan perkalian antara kolom 20


dengan 24

Kolom 28 : Total harga yang merupakan perkalian 21 antara kolom 21


dengan kolom 24

Kolom 29 : Total harga pengadaan obat yang merupakan perkalian antara


kolom 22 sampai dengan kolom 24

Kolom 30 : Total harga pengadaan obat yang merupakan penjumlahan


kolom 25 sampai 29

5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat


Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan jumlah
dana yang tersedia maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk
rencana pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan
kebutuhan obat adalah dengan cara :
a. Analisa ABC
Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang
paling banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili
oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap
pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%)
digunakan untuk pengadaan, 10% dari jenis/item obat yang paling banyak
digunakan sedangkan sisanya sekitar 90% jenis/item obat menggunakan
dana sebesar 30%. Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item
obat berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu :
Kelompok A :Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
Kelompok B :Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar
20%.
Kelompok C :Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
Langkah-Langkah menentukan kelompok A, B dan C:
1). Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat
dengan cara mengalikan kuantum obat dengan harga obat
2). Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang
terkecil 3). Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan
4). Hitung kumulasi persennya
5). Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%
6). Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%
7). Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s/d 100%

b. Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat
yang terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan
kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang
tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam tiga kelompok
berikut :
Kelompok V : Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain : Obat penyelamat (life
saving drugs). Obat untuk pelayanan kesehatan
pokok (vaksin, dll). Obat untuk mengatasi penyakit-
penyakit penyebab kematian terbesar.
Kelompok E : Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat
yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.
Kelompok N : Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya
ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan
kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.

Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :


a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang
tersedia. Obat-obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat
didasarkan atas pengelompokan obat menurut VEN.
b. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok
V agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun
daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan VEN.
Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu tim. Dalam menentukan
kriteria perlu dipertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-
masing wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:
Klinis
Konsumsi
Target kondisi
Biaya Langkah-langkah menentukan VEN
Menyusun kriteria menentukan VEN
Menyediakan data pola penyakit
Merujuk pada pedoman pengobatan

Daftar Pustaka

Depkes RI.2008. Keputusan Menteri Kesehatan No.1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang


PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR.Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai