Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur, saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena saya
dapat membuat makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat memberikan suatu
dampak positif bagi kita semua.
Di sini saya akan membahas mengenai tingkat kosentrasi mahasiswa
politeknik tedc bandung dalam menerima pelajaran di kelas. Mengenai betapa
pentingnya, tujuan dan hasil-hasil yang akan kita dapatkan dari pembuatan Makalah
ini.
Semoga setiap kata dan tulisan yang ada dalam makalah ini dapat memberi
kontribusi yang nyata untuk membawa kehidupan kita bersama ke arah yang lebih
baik.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1

Latar Belakang..................................................................................................................

1.2

Identifikasi masalah..........................................................................................................

1.3

Pembatasan dan perumusan masalah................................................................................


1.3.1 Pembatasan .............................................
1.3.2Rumusan Masalah...............................................................................
1.3.3 Tujuan Penelitian...................................................................................
1.3.4 keguanaan............................................................................................
1.3.5 Hipotesis...............................................................................................

BAB IILLANDASAN TEORI........................................................................................................


2.1

Definisi Kosentrasi Belajar...............................................................................................

2.2

Faktor- faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar....................................................

2.3

Aspek-aspek konsentrasi belajar...........................................................

2.4

Ciri-ciri konsentrasi belajar..............................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................


3.1

Kesimpulan.......................................................................................................................

3.2

Saran..................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
proses belajar merupakan proses perubahan seseorang yang dilakukan
dengan sadar dan dapat dinilai melalui hasil dari perubahan yang telah dilakukan
dengan sadar dan dapat dinilai dengan melalui hasil dari perubahan yang telah
dilakukan. Dalam proses belajar dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang tepat,
sehingga proses belajar dapat dikatakan berhasil dengan baik dan mencapai tujuan
belajar yang optimal. Selain strategi belajar, proses belajar perlu di dukung pula
oleh sarana prasarana yang layak seperti , ruang kelas, kursi, meja, papantulis,
proyetor,atau media pembelajaran lain, dan sebagainya.
Banyak faktor yang memepengaruhi proses belajar seorang peserta didik ,
baik itu dari segi internal maupun eksternal diri peserta didik tersebut. Faktor
internal mempengaruhi peserta didik misalnya motivasi dan konsentrasi peserta
didik untuk belajar, sedangkan eksternal misalnya faktor lingkungan sekolah tempat
peserta didik belajar.
Seperti Kenyamanan suatu ruang kelas, penyampain kuliah dosen, jadwal
perkuliahan, serta sarana dan prasarana yang tersedia. pada hal ini tingkat
konsentrasi belajar lebih diperlukan dari perkuliahan biasa sehari-hari. Ketika
mahasiswa merasa tidak nyaman ketika berada didalam ruang kelas. Maka motivasi
motivasi mereka untuk belajar dan bekarya pun menjadi berkurang. Ketika motivasi
untuk belajar berkurang , maka konsentrasi belajarpun menjadi hilang , sehingga
kegiatan belajar pun menjadi terhambat.
Permasalahan yang sering terjadi pada suatu ruang kelas TEDC dilihat
faktor internal dari dalam diri peserta didik adalah mereka sering kurang mampu
berkonsentrasi atas apa yang dipelajarinya. Entah memikirkan pekerjaan rumah,
orang lain, sesuatu yang akan dikerjakan,. Akibat dari ketidakkonsentrasian siswa,
maka hasil belajar pun tentu sangat rendah atau tidak optimal. Berdasarkan
penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar
1

seseorang, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan orang tersebut


untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu
kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar seseorang sangat bergantung pada
intensitas kemampuan konsentrasi belajar dirinya. Jika seseorang selalu mengalami
kesulitan konsentrasi belajar ketika belajar, bagaimana mau berharap menjadi siswa
yang berprestasi.
1.2 Identifikasi masalah:
Berdasarkan latar belakang diatas , maka penulis dapat mengidentifikasikan
masalah yang menjadi inti dari pembahasan dalam penelitian ini:
1. Terganggu nya konsentrasi belajar mahasiswa saat proses belajar mangajar
berlangsung, dilihat dari faktor eksternal yaitu: tidak nyaman nya dengan
suasana kelas, cara penyampaian dosen yang membosan kan , jadwal kuliah
yang tidak efektif, fasilitas kelas yang kurang memadai atau tidal lengkap, dan
sering terjadi kerusakan.
2. Terganggu nya konsentrasi belajar mahasiswa saat proses belajar mengajar
didalam kelas dilihat dari faktor internal yaitu: tidak memperhatikan guru/
dosen ketika menjelaskan, fikiran mereka yang tidak tertuju pada pelajaran,
mahasiswa yang keluar masuk kelas ketika proses pelajaran berlangsung,
1.3 Pembatasan dan perumusan masalah
1.3.1 Pembatasan
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini
tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian , antara lain:
Banyak dari mahasiswa yang tidak berkonsentrasi belajar dikarenakan
dari faktor dari dalam (internal) diri mahasiswa itu sendiri , banyak yang
kita temui seperti:
1. Pudar nya pikiran mahasiswa ketika menerima pelajaran
2. Fikiran tidak tertuju pada pelajaran atau memikirkan hal-hal lain
diluar kelas.
3. Banyak nya mahasiswa keluar masuk kelas atau izin keluar kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Fisik dalam keadaan kurang sehat
5. Mengantuk pada saat menerima pelajaran
2

6. Sibuk sendiri atau tidak memeperhatikan ketika dosen menjelaskan.


7. Tidak menyukai mata kuliah yang sedang berlangsung .
1.3.2 rumusan masalah
a. Faktor faktor apa yang menyebabkan sehinggga mahasiswa kurang
fokus dalam menerima pelajaran?
b. Bagaimana cara meningkatkan kosentrasi dalam proses belajar
dikelas.?
c. Bagaimana cara mengatasi agar mahasiswa dapat berkonsentrasi
1.3.3

dalam proses belajar berlangsung dikelas?


Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui tingkat konsentrasi mahasiswa TEDC
BANDUNG ketika mgikuti proses belajar mengajar di dalam
kelas.
b. Untuk dapat mengukur seberapa besarkah tingkat konsentrasi

1.3.4

mahasiswa dalam belajar kelas.


Kegunaan
a. Sebagai masukan agar mahasiswa dapat meningkatkan

1.3.5

konsentrasi pada saat menerima pembelajaran dikelas.


hipotesis
a. tingkat konsentrasi mahasiswa sebagian besar belum terfokus
sepenuh nya dalam menerima pelajaran dikelas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 Defenisi Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke
pekerjaannya atau aktivitasnya) (Hornby dan Siswoyo, 1993).
Menurut Slameto (2003) konsentrasi merupakan pemusatan pikiran
terhadap suatu hal dengan mengenyampingkan semua hal lainnya
yang tidak berhubungan. Dimana dalam belajar konsentrasi berarti
pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran dengan
mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan
pelajaran.
3

Hendrata (2007) berpendapat konsentrasi adalah sumber


kekuatan pikiran dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa
dimana pikiran tidak dapat bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu
bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan
cenderung mudah melupakan suatu hal dan sebaliknya apabila
konsentrasi masih cukup kuat maka akan dapat mengingat dalam
waktu yang lama.
Berdasarkan beberapa pengertian konsentrasi belajar diatas

dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan


fungsi jiwa dan pemikiran seseorang terhadap objek yang
berkaitan dengan belajar (penerimaan informasi tentang
pelajaran) dimana konsentrasi belajar ini sangat penting dalam
proses pembelajaran karena merupakan usaha dasar untuk dapat

2.1.2

mencapai prestasi belajar yang lebih baik.


faktor faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Menurut Tonienase (2007) konsentrasi belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini:
a. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam
berkonsentrasi, siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan
konsentrasi. Jika siswa dapat mengetahui faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap konsentrasi, siswa mampu
menggunakan kemampuan siswa pada saat dan suasana yang
tepat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi
belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain
belajar.
b. Suara. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada

yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat


ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat
yang Universitas Sumatera Utara tenang tanpa suara, atau ada juga yang
dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun.
c. Pencahayaan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang

pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara,


tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau
senang belajar ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga
4

digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat


kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan.
d. Temperatur. Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan

faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan


pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar
ditempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga
senang belajar ditempat dingin maupun hangat.
e. Desain Belajar. Desain belajar merupakan salah satu faktor yang

memiliki pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar,
misalnya terdapat seseorang yang senang belajar ditempat santai sambil
duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet. Cara mendesain
media dan sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat membuat
kita lebih dapat berkonsentrasi.
f.

Modalitas Belajar
Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap
informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru
dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran dikelas
belajar mahasiswa sehingga hasil belajar nya pun akan meningkat pula
semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh mahasiswa ,
maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus
dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. banyak cara yang
ditawarkan oleh para ahli dalam meningkatkan konsentrasi belajar
mahasiswa , misalnya dengan cara meningkatkan gelombang alfa agar
setiap mahasiswa dapat berkonsentrasi dengan baik (depokter.dkk dalam
susanto,2006), kemudian dapat dengan mengatur posisi tubuh pada saat
belajar, dan mempelajari materi(informasi) sesuai dengan karateristik
siswa itu sendiri.

g. Pergaulan .Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima

pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi


konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti
faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet,
dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan prilaku siswa.
5

h.

Psikologi .Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap


dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya
masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi kedadaan psikologis siswa, karena siswa akan kehilangan
semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh
terhadap tingkat konsentrasi mahasiswa yang akan semakin menurun.

Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor yang


menyebabkan gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu :
a. Tidak memiliki motivasi diri : Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang
siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa yang
membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang baik dari orangtua ketika
mereka berprestasi. Namun orangtua juga harus hati-hati dalam memberikan
rangsangan berupa hadiah agar anak tetap mau belajar meskipun tidak
diberikan hadiah.
b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif : suasana yang ramai dan
bising tentu saja dapat mengganggu siswa yang ingin belajar dalam situasi
yang tenang. Namun, ada juga tipe siswa yang dapat belajar dengan
mendengarkan musik.
c. Kondisi kesehatan siswa : bila siswa terlihat tidak serius pada materi
pelajaran yang sedang dialaminya, sebaiknya tidak tergesa-gesa untuk
menghakimi bahwa ia malas belajar karena bisa jadi kondisi kesehatannya
yang sedang bermasalah.
d.

Siswa merasa jenuh : beban pelajaran yang ditanggung oleh siswa sangat
banyak, apalagi mereka harus mengikuti kegiatan belajar dilembaga
pendidikan formal (kursus). Oleh karena itu sebaiknya siswa diberikan
waktu istirahat sejenak untuk membuat diri mereka menjadi relaks.

2.1.3

aspek aspek konsentrasi belajar


Nugroho (2007) mengungkapkan aspek aspek konsentrasi belajar
sebagai berikut :
6

a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan


ketenangan, nyaman, perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran
yang dihadapi.
b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak
optimal dalam melakukan pekerjaannya.
d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bkan dari individu
melainkan dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang berasal dari dalam
individu maupun orang sekitar. Misalnya : masalah ekonomi, keluarga,
masalah pribadi individu.
f. Gangguan kepanikan : Hambatan untuk berkonsentrasi dalam bentuk
rasa was-was menunggu hasil yang akan dilakuakan maupun yang sudah
dilakukan oleh orang tersebut.
g. Kesiapan belajar : Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima
pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.

2.1.4

ciri-ciri konsentrsi belajar


Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang
dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi
adalah sebagai berikut:
a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,
informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini,
siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat melalui : Kesiapan
pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, Komprehensif
dalam penafsiran informasi, Mengaplikasikan pengetahuan yang

diperoleh, Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang


diperoleh.
b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada
perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat dari :
- Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu.
- Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan.
- Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari
suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi
belajar dapat dilihat dari adanya :
-

Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan


petunjuk guru,

Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan


yang penuh arti.

Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki


konsentrasi belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang
terkoordinasi dengan baik dan benar.

2.1.5 kondisi internal (internal condition)


adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia
mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses
transformasi (ingat information processing theory Gagne).
Masalah-masalah internal yang dialami mahasiswa yang berpengaruh
pada proses belajar terurai sebagai berikut:
a. Sikap terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang
sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian
terhadap sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian dapat
berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya
siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap belajar.

b. Motivasi Belajar
8

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya


proses belajar. Motivasi belajar sangat berpengaruh pada aktifitas belajar,
bila motivasi tersebut melemah mutu hasil belajar akan menjadi rendah.
Motivasi belajar perlu diperkuat secara terus menerus supaya kuat, untuk
mengoptimalkan perlu didukung pula suasana belajar yang menyenangkan.
c. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Disini diperlukan peran guru dalam menerapkan strategi-strategi
belajar mengajar dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan
istirahat. Maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
d. Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi
dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
kemampuan siswa mengolah bahan belajar akan menjadi baik jika siswa
berpeluang aktif dalam belajar. Disisi guru, pada tempatnya menggunakan
proses, inkuiri, ataupun laboratori.
e. Menyimpan Perolehan Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi
pesan dan perolehan pesan.kemampuan menyimpan pesan ini ada yang
pendek dan ada yang lama, atau bahkan seumur hidup, proses ini merupakan
saat memperkuat hasil belajar. Pebelajar menggunakan berbagai teknik
belajar agar tersimpan dalam ingatan, penghayatan dan keterampilan jangka
panjang. Sikap, konsentrasi, dan pengolahan bahan belajar sangat
mempengaruhi pada fase ini. Ada gangguan pada salah satu fase ini baik
sendiri-sendiri maupun gabungan akan menghasilkan hasil belajar yang
kurang baik.
f. Menggali Hasil Belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah
diterima. Penggalian hasil belajar yang tersimpan ada hubungannya dengan
baik atau buruknya penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan. Siswa
akan mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. jika tidak
memperhatikan pada saat penerimaan, maka akan berpengaruh tidak baik
pada proses penyimpanan dan akan sulit pada proses pengolahan.
g.

Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Kerja


9

Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Kerja merupakan suatu puncak


proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan kemampuanya dalam
proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, penyimpanan, serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses
tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau juga dapat
gagal berprestasi jadi perlu upaya dalam mengoptimalkan proses-proses
tersebut yang sudah dijelaskan diatas.
h. Rasa Percaya diri Siswa
Rasa percaya diri muncul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Pengakuan umum dari keberhasilan dapat membuat rasa percaya
diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi bila kegagalan yang
berulang sering dialami dapat mengakibatkan rasa tidak percaya diri. Pada
tempatnya guru mendorong keberanian terus menerus, memberikan
bermacam-macam penguat, dan memberikan pengakuan dan kepercayaan
bila siswa telah berhasil, disamping itu diperlukan sikap positif dan usaha
keras pada siswa.
i.
Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monk & Knoer, Siti Rahayu Haditiono) Intelegensi
merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan
lingkungan secara efisien. Yang menjadi masalah adalah siswa yang
memiliki intelegensi dibawah normal. Ini akan mempengaruhi perolehan
hasil belajar. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk belajar
di bidang-bidang keterampilan sebagai antisipasinya. Penyediaan
kesempatan belajar diluar sekolah, merupakan langkah bijak untuk
mempertinggi taraf kehidupan warga Indonesia.
j.
Kebiasaan Belajar
Ke-tidak mengertian siswa pada arti dan pentingnya belajar bagi diri sendiri
memunculkan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti belajar tidak teratur,
menyianyiakan kesempatan belajar dll. Hal ini dapat diperbaiki dengan
pembinaan disiplin pembinaan diri. Suatu pepatah dan berbagai petunjuk
tokoh teladan misalnya, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya
belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi
kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.
k. Cita-Cita Siswa
10

Cita-cita merupakan motivasi intrinsik, dan perlu didikan. Didikan cita-cita


harus dimulai sejak sekolah dasar. Disekolah menengah didikan mengenai
cita-cita sudah semakin terarah karena akan sangat bedampak buruk bila
pencapaian cita-cita tidak benar. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita
sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang
sederhana ke hal yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita
dengan kemampuan berprestasi, maka diharapkan siswa berani bereksplorasi
sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
2.2 landasan tori
Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada teori
2.3 kerangka teori
Berdasarkan landasan teori dan permasalahan penelitian,maka kerangka konsep
nya adalah :
Input
Tingkah laku
mahasiswa
ketika proses
belajar
dikelas

Keterangan :

proses
Mengukur
tingkat
konsentra
si belajar
mahasisw
a

output
Hasil
belajar
mahasiswa
dilihat dari
nilai UTS
semester

= variabel yang diteliti


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif (analitik) metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi peada saat sekarang .
dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan pada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian (sudjana,N. dan
Ibrahim,2010:64)
Metode penelitian yang digunakan ialah:
a. Observasi
b. Tinjauan pustaka
c. Wawancara

11

xzUntuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, digunakan metode


observasi, wawancara dan dokumen. Adapun observasi dilakukan diruang kelas D3
Rekam Medis. Wawancara dilakukan dengan beberapa mahasiswa D3 Rekam Medis
tersebut. Untuk menambah informasi, penulis mencari literatur yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.

3.2 Variabel penelitian


1. Variabel penelitian
Variabel adalah ciri atau karateristik dari individu, sampel, peristiwa yang nilainya bisa
berubah ubah(sudjana,N. dan Ibrahim,2010 : 11).
Variabel penelitian dalam penelitian yang diambil dari permasalahan dalam judul
penelitian yaitu:
- Variabel 1 : Gangguan masalah belajar(faktor intern)
- Variabel 2 : konsentrasi belajar
- Variabel 3 : hasil belajar
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap pertama dan tahap kedua.
Tahap penelitian ini maksudnya adalah tahap pengumpulan data variabel, sehingga
dapat diperoleh data-data pada variabel berikutnya , namun tahapan ini bukan
mengacu pada satuan waktu. Pada tahap pertama dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel gangguan masalah belajar dari faktor dalam diri mahasiswa
terhadap veriabel konsentrasi belajar mahasiswa . dan pada tahap kedua,
dilakukan untuk mengetahui keterlibatan (implikasi) antara variabel gangguan
masalah belajar faktor dalam diri mahasiswa dan variabel konsentrasi belajar
mengenai pengaruhnya terhadap variabel hasil belajar siswa . untuk lebih jelasnya
dapat melihat tabel 3.2 dibawah ini.
No

Variabel
Penelitian

Gangguan masalah

Tahap pertama
kategori
kode
independen X

Tahap kedua
kategori
kode
independen x

dependen
-

independen
dependen

belajar ( faktor
2
3

intern)
Konsentrasi belajar
Hasil belajar

Y1
-

Y1
Y2

Dikarenakan penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, maka hubungan ketiga


variabel penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 3.2 dibawah ini.

12

TAHAP PERTAMA

TAHAP KEDUA

Y1

Y1

Gbr .Hubungan variabel dalam dua tahap penelitian

Y2
Keterangan :
X : variabel gangguan masalah belajar (faktor intern)
Y1: variabel konsentrasi belajar
Y2: variabel hasil belajar

3.3 Data dan sumber data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Hasil pengukuran prilaku mahasiswa dikelas ketika proses balajar berlangsung
Data pengukuran rata-rata tingkah prilaku mahasiswa dikelas, dilihat berdasarkan
pengamatan oleh peneliti saat pelajaran berlangsung dikelas D3 Rekam Medis.
2. Konsentrasi belajar
Data mengenai tingkat konsentrasi belajar mahasiswa digunakan untuk mengetahui
tingkat fokus dan perhatian mahasiswa dalam proses balajar berlangsung di kelas,
agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap tingkah laku mahasiswa pada ruang
kelas. Data tingkat konsentrasi siswa ini termasuk jenis data berskala interval. Data
untuk variabel konsentrasi belajar di peroleh dari pengumpulan data tahap III, yakni
melalui wawancara(interviu)
3. Hasil belajar
Data mengenai hasil belajar mahasiswa diperoleh dari dosen atau guru mata
pelajaran yang bersangkutan. Nilai perolehan hasil belajar ini termasuk jenis data
tahap IV, nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa diambil berdasarkan mata pelajaran
dilihat dari hasil nilai UTS mahasiswa D3 Rekam Medis semester Empat.
3.4 Populasi dan sampel
3.4.1 populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian(Arikunto, 2010 :173)
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa ruang kelas D3 rekam medis
politeknik TEDC bandung .
Beberapa karateristik yang menjadi fokus penelitian ini, antara lain:
- tingkah laku mahasiswa didalam kelas Rekam Medis D3 ketika proses belajar
3.4.2

berlangsung.
Tingkat konsentrasi mahasiswa dalam menerima dan mengikuti proses belajar
dikelas.
sampel
13

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas D3 rekam medis politeknik TEDC
bandung .
Teknik yang di ambil dalam penarikan sampel adalah teknik purposive sampling ,
dengan kata lain penarikan sampel bertujuan. Teknik ini digunakan apabila peneliti
mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan
penelitiannya(Nana dan Ibrahim, 2008:96)
Berdasarkan 40 siswa dikelas D3 Rekam Medis, peneliti mengambil sampel sebanyak
15%
Siswa dalam kelas ini nantinya akan dilihat bagaimana presepsi mereka mengenai
konsentrasi belajar dan perolehan hasil belajarnya. Pada kelas penelitian ini
dikumpulkan data yang selanjutnya digunakan pada pengumpulan tahap II- tahap IV
penelitian.
3.5 Teknik pengumpulan dan prosedur pengumpulan data
3.5.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data( Nana dan Ibrahim ,2008:69)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2005), wawancara adalah suatu metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data , dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian
secara lisan dari sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut .
Pada penelitian ini, wawancara akan dilakukan secara terstruktur, dimana peneliti
melakukan wawancara kepada mahasiswa D3 Rekam Medis dengan menggunakan
wawancara berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2. Observasi atau pengamatan
Menurut Notoatmodjo(2010), observasi (pengamatan) yaitu suatu prosedur yang
berencana, yang meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf
aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti yaitu mengamati tentang gangguan masalah belajar dari faktor intern(dalam
diri) yang dihubungkan dalam prilaku mahasiswa ketika mengikuti proses belajar
dikelas.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui perolehan hasil belajar
mahasiswa selama tiga rentang waktu pengukuran. Nilai hasil belajarnya hanya
pada ranah kognitif saja pada hasil UTS, pada mata pelajaran tertentu sesuai dengan
14

jenis mata pelajaran dan jam belajar nya . perolehan hasil belajar siswa kemudian
dihitung rata-rata nya , dan dilihat apakah lulus dari KKM sebesar 75 atau tidak.
3.5.2

Prosedur pengumpulan data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam empat tahap
penelitian, yaitu:
1. Tahap I pengukuran dan penilaian tingkat konsentrasi mahasiswa
dikelas
Dalam tahap ini , peneliti mengukur tingkat konsentrasi pada suasana kelas,
ketika proses belajar berlangsung.
Peneliti mengamati pada saat proses belajar mengajar berlangsung peneliti
menemukan:
a. Masih adanya mahasiswa yang belum siap menerima pelajaran
b. Masih adanya dari beberapa mahasiswa yang megobrol
c. Adanya mahasiswa yang keluar masuk saat belajar berlangsung
2. Tahap II pengumpulan data mahasiswa
Peneliti mengambil dari beberapa mahasiswa yang untuk dijadikan sampel
penelitian ini, akan dicari segala informasi yang berkaitan dengan variabel
variabel dalam penelitian. informasi yang diperlukan dari mahasiswa adalah:
a. Daftar perolehan nilai hasil UTS mahasiswa D3 Rekam Medis
selama semester Empat. dalam mata pelajaran rekam medis tertentu
saja yakni: koding, Metedologi, Patofisiologi .
3. Tahap III : kegiatan interview (wawancara)
Kegiatan interview ini dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa
terhadap gangguan masalah belajar dilihat dari faktor intern (dalam diri)
yang dikaitkan dalam prilaku mahasiswa ketika mengikuti pelajaran dikelas
D3 rekam medis. Sehingga diperoleh data mengenai persepsi konsentrasi
belajar.
Kegiatan wawancara dilakukan satu kali kepada sampel, yakni mahasiswa
dari kelas penelitian.
4. Tahap IV Pengolahan data dan analisis data
Setelah semua data terkumpul, maka tahap selanjutnya yaitu pengolahan dan
analisis data. Pengolahan data adalah langkah untuk mengolah data mentah
menjadi data yang siap digunakan untuk analisis data. Instrumen yang telah
diuji validitas dan reliabilitasnya dapat dilanjutkan kedalam tahap pengujian
selanjutnya sesuai dengan pengolahan parametric atau non- parametrik .
Sesuai dengan paradigma penelitian, maka pada tahap analisis data ini
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu:
15

Tahap I. untuk mengetahui pengaruh gangguan masalah belajar dilihat dari


faktor dalam diri (intern) ,(variabel 1) terhadap konsentrasi belajar
mahasiswa (variabel 2).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 deskripsi data
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang
tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau
orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan
Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Gagne (1984: 77) bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari definisi
masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan
sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan.

16

Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu


berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak
hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi
juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama
keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar
merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana
proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
dria, atau gangguan psikologis lainnya.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya
dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130
140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual
yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

1.

Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap proses belajar:
Faktor-Faktor Internal Belajar
Sikap Terhadap Belajar
Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari
pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan
membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa
ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan be lajar. Sikap yang salah akan
membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan
terjadi proses belajar yang kondusif.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah.
Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Konsentrasi Belajar
17

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada


pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun
proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan
berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta
selingan istirahat. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar
seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan
agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Dengan memberikan
selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi
dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan
belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai
kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan
pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.
Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia
lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas
belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah
diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik.
Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan,
pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan
untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya
pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi
merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan
sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan
baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang
terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul
dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa
memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan
perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang
rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja
yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri.
Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar
dibidang kterampilan.
Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya
dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru.
Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak
teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi,
18

datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaankebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota
besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh
ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki citacita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi
siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi
menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan
kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
2. Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang
studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda
generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang
tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang
pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri
yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah
pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan
prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru
disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran
sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan
tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan
seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan
akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau
perkelahian.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang
disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun
berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan
masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah
perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru.
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan
dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar
mengajar berubah serta evaluasi berubah.
3.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam
berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena guru bertanggung jawab
terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi
19

gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha


memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1)
Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu
sendiri ), antara lain:
Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat
bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi,
asma, dan sebagainya ).
Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ),
pertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya
cenderung kurang.
Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan
diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta
ketidakmatangan emosi.
Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang
perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering
bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2)

Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ),


yaitu :
a). Sekolah, antara lain :
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
Metode mengajar yang kurang memadai
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
Keadaan ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru.
Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar
dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat
menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan
menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari,
guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya,
sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang
menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan
dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar
sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus
benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
20

1)
2)
3)
4)
5)

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar


adalah :
Identifikasi masalah siswa
Diagnosa
Prognosa
Pemberian Bantuan
Follow up (tindak lanjut)
Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar :
1. Perhatikan Mood
2. Siapkan Ruang Belajar
3. Komunikasi
4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya
6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai
kesulitan.
7. Memperkirakan alternatif pertolongan.

3.2 Hasil Observasi


Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab
kesulitan belajar siswa dan untuk mengetahui solusi apa yang diberikan oleh
pihak BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah belajar siswa.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui penyebab kesulitan
belajar siswa, diantaranya sebagai berikut :
1. Keadaan kelas yang kurang kondusif. Penataan ruangan yang tidak menunjang
dalam kegiatan pembelajaran.
2. Cara mengajar guru yang tidak memfasilitasi berbagai gaya belajar siswa dan
sikap guru yang dictator.
3. Pandangan siswa terhadap suatu mata pelajaran yang menganggap mata
pelajaran itu sulit sehingga siswa merasa segan dan terbebani untuk
mempelajarinya.
4. Adanya faktor dari lingkungan luar seperti masalah keluarga dan masalah
ekonomi.

4.2 pengujian hipo


21

PENUTUP
a. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami tarik adalah, bahwa di politeknik TEDC
mahasiswa nya belum sepenuhnya dapat berkonsentrasi ketika belajar dikelas.
Konsentrasi belajar di politeknik TEDC BANDUNG dapat diukur oleh hasil
belajar , dan konsentrasi belajar sangat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
belajar yang dapat diterima.

b. Saran
Untuk dapat meningkatkan konsentrasi belajar, dimulai lah dari dalam diri
kita sendiri.
Hasil penelitian atau pengamatan menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi
belajar di TEDC BANDUNG sudah menuju baik dan belum sepenuhnya optimal,
kondisi demikian minimal dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan memperbaiki
hal-hal yang masih lemah .

22

Anda mungkin juga menyukai