Anda di halaman 1dari 20

Tugas Makalah Kelompok 6 :

“EVALUASI PEMBELAJARAN”

NAMA KELOMPOK 6:

 ONI SULASTRI / A1N118050


 HALJIN / A1N118090
 AISA / A1N118092
 ALI AKBAR / A1N118096
 SINTA / A1N118098
 ARBAIN / A1N118100
 ABDUL SALAM SAHARUDDIN BAINI / A1N118102
 SALEHA / A1N118104
 LA ODE AHMAD SAHRUL / A1N118118

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 2 Januari 2022

Penyusun Kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Masalah ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prinsip-prinsip Pembelajaran ..............................


B. Teori-teori Pembelajaran ................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran dipandang secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan
komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran
merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara
optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sanjaya, 2008: 195).

Pembelajaran pada pokoknya merupakan tahapan-tahapan kegiatan guru dan


siswa dalam menyelenggarakan program pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang
menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok yang secara rinci memuat alokasi waktu,
indikator pencapaian hasil belajar, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran untuk
setiap materi pokok mata pelajaran.

Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pengajaran
dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif diantara dua subjek pengajaran tersebut. Guru sebagai pengarah dan
pembimbing, sedangkan peserta didik yang terlibat aktif untuk memperoleh informasi
dalam pengajaran tersebut.

Oleh karena itu berbicara tentang Prinsip-prinsip pembelajaran sangat berkaitan


dengan segala komponen pembelajaran, baik yang menyangkut apa dan bagaimana peran
pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran, kearah mana sebenarnya pembelajaran
harus dilaksanakan, maupun menyangkut apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta
didik dan pendidik dapat terlibat aktif dan menjalin komunikasi dengan baik antar
keduanya.

Dan yang lebih pentingnya adalah memahami bagaimana struktur teori


pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, baik formal, informal maupun nonformal,
teori pembelajaran memiliki peran yang penting. Teori pembelajaran akan menentukan
bagaimana proses pembelajaran itu terjadi. Sebelum merancang pembelajaran, guru harus
menguasai sejumlah teori tentang belajar, termasuk beberapa pendekatan dalam
pembelajaran. Penguasaan teori ini dimaksudkan agar guru mampu
mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajarnya di depan kelas. Secara
luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau dengan kata
lain, apabila berbicara masalah belajar, berarti membicarakan sosok manusia. Ini dapat
diartikan bahwa ada beberapa aspek yang harus mendapat perhatian. Aspek-aspek
tersebut yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Melalui teori-teori pembelajaran ini, guru
akan memahami berbagai cara bagaimana peserta didik belajar dan seterusnya
menghubungkan prinsip dan hukumnya dengan teknik mengajar untuk mencapai
pembelajaran yang berkesan (Nurifah, diakses pada tanggal 13 Oktober 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari pengertian dan prinsip-prinsip pembelajaran?
2. Bagaimana konsep dari teori-teori pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Memberikan penjelasan dari pengertian dan prinsip-prinsip pembelajaran.
2. Mendeskripsikan konsep dari teori-teori pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prinsip – prinsip Pembelajaran


1) Pengertian Prinsip Pembelajaran

Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti asas (kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar prinsip merupakan sebuah
kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak
atau bertindak. Contohnya Komitmen dalam mengambil keputusan.

Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar.
Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik.
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan:
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”. Prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan
berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses
pembelajaran yang dinamis dan terarah.

2) Prinsip-prinsip Pembelajaran

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran yaitu :

1. Perhatian dan motivasi

Bagi siswa atau peserta didik dituntut memberikan perhatian terhadap ragsangan
yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar. sedangkan bagi seorang guru
menggunakan metode yang bervariasi dn memilih bahan ajar yang diminati siswa.
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan
menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak
guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta
didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya,
apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk
mempelajarinya semakin kuat. Oleh karena itu, sebelum memulai pembelajaran harus
dilakukan pemusatan perhatian dan menganalisis materi yang akan dibahas kepada
peserta didik agar peserta didik fokus terhadap apa yang akan dipelajarinya.
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada
sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini
kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih
mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk
diproduksikan.

Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang


akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dalam dirinya
(internal) dan timbul dari orang lain (eksternal). Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:

a. Mengetahui apa yang akan dipelajari, dan


b. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik
untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk
berhasil. Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat
tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga
pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi
intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau
tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang
tua, teman, buku-buku dan sebagainya.

Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran,


namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat
memotivasi dirinya yang didukung oleh seorang guru dalam merancang pembelajaran
yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan
Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Motivasi
dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyerta.

Contohnya yaitu adalah seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari


mata pelajaran disekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya, dan
seorang siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah.

2. Keaktifan

Bagi siswa atau peserta didik dituntut memproses dan mengolah hasil
belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
Sedangkan bagi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
eksprimen sendiri.

Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman


tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap
lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus
dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia
menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-
ototnya untuk mencapainya.

Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari
kegiatan fisik sampai pada kegiatan psikis. Dengan demikian belajar yang berhasil
harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar
menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan
harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy
sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan.[3] Jadi,
dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan
kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya
merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran. Contohnya
adalah menyimpulkan hasil percobaan.

3. Keterlibatan langsung

Bagi siswa dituntut agar dapat mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh
gurunya. Sedangkan bagi seorang guru dapat melibatkan siswa dalam mencari
informasi dan menyimpulkan informasi. Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal
yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan
belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip
keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik. Prinsip ini
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas
sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.

Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan
sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi
bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta
didik. Contohnya adalah melakukan praktek.

4. Pengulangan

Bagi siswa atau peserta didik kesadaran siswa dalam mengerjakan latihan-
latihan yang berulang-ulang, Sedangkan bagi guru merancang hal-hal yang perlu
diulang. Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah
melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamati,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya
tersebut akan berkembang.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme.


Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu
“law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar
timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons
sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh
Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar
merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap
sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya,
tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam


pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama
menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua
dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan
membentuk kebiasaan.

Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua
bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan
sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan
pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan
bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali
jika jarang atau tidak pernah digunakan.[4] Oleh karena itu, perlu banyak latihan,
pengulangan, dan pembiasaan. Contohnya adalah siswa sebelum memulai
pembelajaran membaca doa terlebih dahulu agar terbiasa dan hal ini dilakukan secara
berulang-ulang.

5. Proses individual

Bagi siswa atau peserta didik dapat belajar menurut tempo kecepatan masing-
masing siswa, Sedangkan bagi seorang guru dapat menentukan metode sehingga
dapat melayani seluruh siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-
sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya
seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih
juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu.
Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan
latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta
didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda.
Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang
cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan
beberapa sifat-sifat individual yang berbeda.

Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti


pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai
pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti
walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan
pelajaran dengan kesanggupan individual:

a) Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan


menurut kecepatan masing-masing
b) Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar
tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c) Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan
minat serta kesanggupannya.
d) Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok
yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.

Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam


mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual
merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Contohnya adalah partisipasi didalam
ruangan.

6. Tantangan

Bagi siswa atau peserta didik diberikan suatu tanggung jawab untuk
mempelajari sendiri dengan melakukan eksprimen, belajar mandiri dan mencari
pemecahan sendiri dalam menghadapi permasalahan, Sedangkan bagi guru
memberikan tugas kepada peserta didiknya memecahkan permasalahan.

Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have
a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan
Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena
peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya
tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik
merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang
diterimanya.

Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga
peserta didik bergairah untuk mengatasinya. Hal ini sejalan dengan prinsip
pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu
inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih
dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarnya. Contohnya adalah siswa
diberikan suatu permasalahan,kemudian siswa sendiri mencari jawabannya.

7. Balikan dan penguatan

Bagi siswa atau peserta didik dapat mencocokkan jawaban yang telah
dikerjakan kepada gurunya, Sedangkan bagi guru dapat memberikan jawaban yang
benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau dibahas.
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan oleh
teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didik akan belajar
bersemangat apabila mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha
belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada
hasil belajar selanjutnya.

Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia
akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk
selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya,
bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak
naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif
yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak
menyenangkan. Oleh karena itu Tanya jawab atau evaluasi penting diperoleh peserta
didik agar memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Contohnya adalah siswa
diberikan format sajian berupa tanya jawab, melakukan diskusi.

Dalam pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah terciptanya suasana yang


kondusif dan menyenangkan. Oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa prinsip
pembelajaran. Adapun beberapa prinsip-prinsip pembelajaran adalah:

a) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar,


baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar
seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar
memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak
agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.
c) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak
dengan jalan mengajaukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
d) Prinsip keterpaduan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran.. oleh
karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu
pokok pembahasan dengan pokok bahasan lain, atau sub pokok bahasan
dengan sub pokok lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam
proses perolehan hasil belajar.
e) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang dihadapkan pada
masalah-masalah. Hal in dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong
mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai
dengan kemampuannya.
f) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak
untuk mencari,mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta atau
informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi
anak tidak akan menyebabkan kebosanan. Sehingga siswa dapat belajar
mandiri dan menemukan informasi.
g) Prinsip belajar sambil bekerja yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman
baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah
dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang
memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan
memupuk kepercayaan diri, gembira, dan puas karena kemempuannya
tersalurkan dengan melihat hasil kerjanya.
h) Prinsip belajar sambil bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan
suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan dan daya fantasi anak berkembang.
Suasana demikian akan mendorong anak dalam belajar.
i) Prinsip perbedaan individu yakni upaya dalam proses belajar mengajar yang
memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat dan kebiasaan
atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak mempelakukan anak
seolah-olah sama semua.
j) Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang
tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar
hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan
suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lainnya.[9] Sehingga
siswa dapat mengenal dan melakukan interaksi dengan lingkungan baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
B. Teori – teori Pembelajaran

Menurut Yuberti, (2014: 25) Teori-teori Pembelajaran akan dijelaskan menjadi


beberapa bagian poin yaitu : 1) Pengertian Teori Deskriptif, 2) Teori Belajar
Behavioristik, 3) Teori Belajar Kognitivistik, 4) Teori Belajar Humanistik, dan 5) Teori
Belajar Konstruktivistik.

1. Pengertian teori deskriptif dan preskriptif

Perbedaan antara teori pembelajaran dengan teori belajar biasa diamati dari
posisional teori-nya, apakah berada pada tataran teori deskriptif atau preskriptif. Bruner
(dalam Dabeng, 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan
teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal sedangkan teori deskriptif karena tujuan
utama belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar hanya menaruh perhatian
pada huungan diantara variabel-variabel hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran
sebalik nya, teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang
lain agar dapat terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan
dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang di spesifikasikan dalam teori belajar
agar dapat memudahkan belajar. (Budiningsih, 2004).

Budiningsih dalam buku Belajar dan Pembelajaran menjelaskan bahwa upaya dari
Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif dan teori pembelajaran
yang perspektif dikembangkan lebih lanjut oleh Reigeluth dan kawan-kawan, menyatakan
bahwa principle and theories of instructional design ray e sttade in either a descriptive or
perspective form (prinsip dan teori desain instruksional baik secara deskriptif atau bentuk
perspektif). Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel
kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens (pemberian) dan menempatkan hasil
pembelajaran sebagai variebel yang diamati. Dengan kata lain, kondisi dan metode
pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
prespkriptif, kondisi dan hasil pembelajaran di tempatkan sebagai givens dan metode
yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang di amati.

Dengan demikian, kondisi dan hasil pembelajaran sebagai variabel bebas,


sedangkan metode pembelajaran di tempatkan sebagai variabel tergantung. Hubungan
antara variabel inilah yang menunjukkan perbedaan antara teori pembelajaran antara yang
deskriptif dan prespkriptif.

2. Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai
proses peruahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol istrumental yang berasal dari
lingkungan. Belajar tidak nya seseorang tergantung pada faktor-faktor tradisional yang di
berikan lingkungan.

Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak
belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah
mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan
perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat
menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau Input yang berupa stimulus
dan keluaran atau Output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman
kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara
stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.

3. Teori Belajar Kognitivistik

Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi pengalaman
kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Menurut
teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibagun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-
patah, terpisah-pisah tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung
menyeluruh. Ibarat seseorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not balok
pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu
kesatuan yang secara utuh masuk kedalam pikiran dan perasaannya (Yuberti, 2014: 35).

Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti
sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,
mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikologi kognitif
berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dapat menentukan
keberhasilan mempelajari informasi/pengetahuan yang baru.

4. Teori Belajar Humanistik

Bagi penganut teori humanistik, teori belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia. Dari teori-teori belajar seperti behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik, teori
inilah yang paling abstrak dan paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
pada kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada gagasan
tentang belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang bisa
diamati dunia keseharian. Karena itu teori ini bersifat eklektik artinya teori apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri)
dapat tercapai.

5. Teori Belajar Konstruktivistik


Teori konstruktivistik memahami proses belajar pembentukan (konstruksi)
pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada didalam diri seseorang yang
sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seseorang guru kepada
orang lain (siswa). Beberapa pemikiran teori belajar konstruktivistik dapat dipahami pada
penjelasan dibawah ini.

Glaserfeld, Dettencourt (1989) dan Matthews (1994), mengemukakan bahwa


pengetahuan yang dimiliki sesesorang (kita) merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita
sendiri. Sementara Piaget (1971), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan
manusia yang di konstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus -
menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru. Sedikit
berbeda dengan para pendahulunya, Lorsbach dan Tubin (1992), mengemukakan bahwa
pengetahuan ada dalam diri seseorang yang mengetahui, pengetahuan tidak dipindahkan
begitu saja dari otak seseorang kepada yang lain. Siswa sendiri yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan konstruksi yang telah dibagi sebelumnya.

Untuk memahami lebih dalam tentang aliran konstruktivistik ini ada baik
dikemukakan tentang ciri-ciri belajar berbasis konstruktivistik. Ciri-ciri tersebut pernah
dikemukakan oleh Driver dan Oldham (1994), ciri-ciri yang dimaksud adalah:

1. Orientasi yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam


mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
2. Elisitasi yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi menulis,
membuat poster dan lain-lain.
3. Restrukturisasi ide yaitu klarifikasi ide dengan ide yang lain, membangun ide baru,
mengevalusi ide baru.
4. Penggunaan ide baru dalam situasi yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk
perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.
5. Review yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi
dengan menambahkan atau mengubah.

Dalam aliran konstruktivistik pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentuk


yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
pemahamanpemahaman baru. Pengetahuan bukanlah sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah
suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai
pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan. Lalu
bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan itu terjadi? Manusia dapat mengetahui
sesuatu 48 Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan
dengan menggunakan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek lingkungan,
misalnya melihat, mendengar, menjamah, membaur atau merasakan. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang ditentukan, melainkan suatu proses pembentukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan


tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan
terarah. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran yaitu: 1) Perhatian dan motivasi, 2)
Keaktifan, 3) Keterlibatan Langsung, 4) Pengulangan, 5) Proses individual, 6) Tantangan,
dan 7) Balikan dan penguatan.

Menurut Yuberti, (2014: 25) Teori-teori Pembelajaran akan dijelaskan menjadi


beberapa bagian poin yaitu : 1) Pengertian Teori Deskriptif, 2) Teori Belajar
Behavioristik, 3) Teori Belajar Kognitivistik, 4) Teori Belajar Humanistik, dan 5) Teori
Belajar Konstruktivistik.

B. Saran

Penyusun makalah sangat menyadari bahwasanya makalah ini masih banyak


kekurangan, maka dari itu kedepannya bisa diperbaiki lagi dengan maksimal kalau ada
koreksi dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Nurfiah, Nani, Tri Teguh. 2011. Seberapa Penting Peranan Teori Pembelajaran?.
https://www.kompasiana.com/triteguhnani/550ec75fa33311b82dba847b/seber
apa-penting peranan-teori-pembelajaran, diakses pada 13 Oktober 2011 pukul
12:06 WIB.
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Cet. 1; Jakarta: BP Panca Usaha, 2003, h. 6.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Yuberti. 2014. Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan.
Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA).

Anda mungkin juga menyukai