Anda di halaman 1dari 3

SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit :
Revisi :
Dibuat oleh :
Nama
:
Paraf
:

PROSEDUR KLINIS
PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Diperiksa oleh :
Nama
:
Paraf
:

No. Dokumen :
Halaman : 168
Disetujui oleh :
Nama
:
Paraf
:

1. Tujuan.
Sebagai pedoman dalam penatalksanaan patuh tulang ( fraktur )
2.

Ruang Lingkup
Pasien di layanan 24 jam puskesmas kecamatan Sine yang menderita (fraktur)
3. Uraian Umum

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat dibagi menjadi:
1. Fraktur tertutup ( closed fracture ) bila tidak terdapat hubungan antara fragnen tulang
dengan dunia luar
2. Faktur terbuka ( open / compound fracture), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit
Fragmen terbuka terbagi atas tiga derajat ( menurut R Gustillo ), yaitu :
Derajat I
- Luka < 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tada ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transverval, oblik atau kominutif rinagn
- Kontaminasi minimal
Derajat II
- Laserasi > 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
- Fraktur komunutif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas
a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas / flap/avulsi atau fraktur segmental / sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka
b. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif
c. Luka pada pembuluh arteri/ saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak

SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit :
Revisi :
Dibuat oleh :
Nama
:
Paraf
:

PROSEDUR KLINIS
PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Diperiksa oleh :
Nama
:
Paraf
:

No. Dokumen :
Halaman : 168
Disetujui oleh :
Nama
:
Paraf
:

3. PROSEDUR
4.1 Anamnesis
4.1.1 Tanyakan riwayat trauma. Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur
patologis
4.1.2 Jika terdapat riwayat trauma., tanyakan kapan terjadinya, di mana terjadinya,
jenisnya, berat ringannya trauma, arah trauma dan posisi pasien atau ekstremitas
yang bersangkutan ( mekanisme trauma )
4.1.3 Tanyakan pula lokalisasi nyeri dan gangguan fungsi yang bersangkutan
4.2 Pemeriksaan fisik
4.2.1 Pemerikaan umum
4.2.11 Cari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada faktur multipel, fraktur
pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami
infeksi
4.2.1.2 Teliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka,
leher, dada dan perut
4.2.2 Pemeriksaan status lokalis
4.2.2.1 Look, cari apakah terdapat
4.2.2.1.1 Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal( misalnya pada fraktur
kondilus lateralis humerus) angulsi, rotasi dan pemendekan
4.2.2.1.2 Functio laesa ( hilangnya fungsi ) misalnya pada faktur kruris tidak dapat
berjalan
4.2.2.1.3 Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan, misalnya
pada tungkai bawah meliputi apparent length ( jarak antara umbilikus dengan
maleolus medialis ) dan true length ( jarak antara SIAS dengan maleolus medialis )
4.2.2.1.4 Pembengkakan, ekskoriasi dan darah yang keluar
Ingat : The fracture is not always at the site of the injury !!!
4.2.2.2 Feel, apakah terdapat nyeri tekan, NVD ( neuraovaskular distal ), pulsasi
arteri dan sensibilitas. Pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan lagi karena akan
menambah trauma
4.2.2.3 Move, untuk mencari :
4.2.2.3.1 Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada tulang spongiosa atau
tulang rawan episifis tidak teraba krepitasi. Pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan
lagi karena akan menambah trauma.
4.2.2.3.2 Nyeri bila digerakkan baik pada gerakan aktif mauapun pasif.

SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit :
Revisi :
Dibuat oleh :
Nama
:
Paraf
:

PROSEDUR KLINIS
PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Diperiksa oleh :
Nama
:
Paraf
:

No. Dokumen :
Halaman : 168
Disetujui oleh :
Nama
:
Paraf
:

4.2.2.3.3 Seberapa jauh gangguan gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak


mampu dilakukan, range of motion ( derajat dari ruang lingkup gerakan sendi ) dan
kekuatan
4.3 Penanganan
4.3.1 Pertolongan pertama :
4.3.1.1 Fraktur biasanya menyertai trauma, untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas ( airway ), proses pernafasan
( breathing ) dan circulation ) apakah terjadi syok atau tidak pastikan airway lancar
4.3.1.2 Jika ada luka, tutup dengan bahan steril
4.3.1.3 Hentikan perdarahan dengan menekan bagian berdarah secara loka;
4.3.1.4 Berikan obat anti nyeri yang kuat
4.3.1.5 Jika terjadi trauma pada leher atau tulang belakang, prevensi gerakan fleksi
untuk menghindarkan kerusakan medula spinalis
4.3.1.6 Lakukan pembidaian, jika ada patah tulang prevensi gerakan ekstremitas
tersebut
4.3.1.7 Golden periode 1-6 jam, bila lebih dari 6 jam komplikasi infeksi semakin
besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara cepat,singkat dan lengkap.
Kemudian lakukan foto radiologis
4.3.1.8 Rujuk ke rumah sakit

DOKUMEN TERKAIT
5.1 Form status pasien dalam rekam medik

Anda mungkin juga menyukai