1.
Abstrak
Afrika Timur Rift System adalah salah satu sistem keretakan paling menonjol dan
signifikan di Bumi dan penampang yang tinggi antara elevasi Ethiopia dan dataran tinggi
Afrika Timur. Pemekaran ini dikembangkan sebagai hasil dari aktivitasl bulu-bulu mantel
yang dimulai dari bawah Afrika Timur. keretakan secara tradisional diinterpretasikan terdiri
dari dua segmen yang berbeda yaitu : yang lebih tua ( vulkanik aktif Cabang Timur) dan
muda ( vulkanik aktif Cabang Barat). vulkanisme terkait retakan dimulai pada Eosen dan
fase utama vulkanisme yang terjadi di Ethiopia. Pembangunan retakan di Cabang Timur
memiliki perbedaan antara perkembangan utara dengan tahap retakan di Tanzania utara, juga
retakan di Kenya dan transisi dari retakan benua. Dan menjadi dasar laut menyebar di
Ethiopia dan Afar. Cabang Barat pada umumnya belum berkembang ke tingkat retakan maju
dan cekungan yang memiliki arsitektur untuk mempertahankan geometri murni. Timbulnya
pengangkatan topografi di Rift Sistem Afrika Timur buruk tanggal tapi tentu mendahului
pembangunan graben. Hal ini secara luas diyakini bahwa topografi telah disebabkan oleh
aktivitas membanggakan. Pengangkatan dari dataran di Afrika Timur mungkin dihubungkan
dengan perubahan iklim Afrika Kenozoikum dan evolusi fauna dan manusia.
PENDAHULUAN
Afrika Timur.
gambaran dimensional.
astenosfer anomali
(Keanehan )panas (Hart et al, 1989;.
Asthenospheric
METODA PERHITUNGAN
Proses
kompilasi
sumberdaya
batubara Indonesia dapat dilihat
pada Gambar 1. Proses ini dimulai
dengan
pengumpulan
data
mengenai
sumberdaya
dan
cadangan batubara Indonesia. Data
yang
digunakan
berasal
dari
laporan-laporan
penyelidikan
batubara, baik itu laporan dari
instansi
pemerintahan
maupun
laporan - laporan dari perusahaan
batubara (PKP2B, KP dan KKB).
Data yang ada kemudian diplot
pada
peta
dasar
dengan
skala1:250.000 atau skala yang
lebih
kecil.
Data
tersebut
selanjutnya
dievaluasi
dengan
cermat
untuk
menghindarkan
duplikasi perhitungan pada satu
wilayah yang sama. Nilai-nilai
sumberdaya
batubara
tersebut
kemudian dikelompokkan dengan
mengacu
kepada
Klasifikasi
Sumberdaya
dan
Cadangan
Batubara (Amandemen 1 - SNI 135014-1998; Tabel 2). Tabulasi
sumberdaya
dan
cadangan
dilakukan
berdasarkan
daerah
administrasi,
yaitu
tiap-tiap
propinsi.
Untuk daerah Sumatera Selatan,
data yang digunakan hanyalah data
hasil
inventarisasi
batubara
bersistem yang dilakukan oleh Sub
Direktorat
Batubara,
Direktorat
Inventarisasi Sumberdaya Mineral,
ditambah dengan data dari PTBA.
Hasil
keseluruhan
kemudian
diperoleh dari penjumlahan nilai
sumberdaya
dan
cadangan
batubara tiap-tiap propinsi.
Gambar 1. Bagan alir proses kompilasi sumberdaya dan cadangan batubara Indonesia
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data
mencakup
pencarian
data
di
kalangan
instansi
sendiri,
pengiriman
surat
permintaan
neraca batubara kepada para
pemegang IUP, serta pencarian
data langsung ke daerah.
SK DJPU No.282.K/20.01/DJP/1999
menyatakan
bahwa
setiap
perusahaan batubara berkewajiban
untuk
menyampaikan
laporan
kegiatannya kepada pemerintah,
baik itu laporan triwulan, laporan
tahunan, RKAB maupun laporan
Laporan
yang
terkumpul
pun
terkadang isinya tidak memberikan
gambaran yang jelas mengenai
5
4. Penjumlahan sumberdaya
dan cadangan
Kompilasi cadangan batubara dari
beberapa
data
perusahaan
menunjukkan
bahwa
saat
ini
cadangan batubara yang ada di
Indonesia adalah sebesar 6.981,62
juta ton. Apabila dilihat dari jumlah
perusahaan
batubara
yang
terdaftar pada saat ini, sumberdaya
dan cadangan batubara Indonesia
diperkirakan akan jauh lebih besar,
mengingat banyaknya perusahaan
batubara yang tidak melaporkan
nilai sumberdaya dan cadangan
batubaranya.
Gambar
2
menunjukkan perbandingan antara
jumlah
wilayah
kegiatan
penyelidikan batubara, baik itu
yang dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh pengusaha swasta,
dibandingkan dengan jumlah data
neraca batubara yang berhasil
dihimpun.
Sumberdaya
Mineral
yang
dilengkapi oleh data dari PTBA,
sehingga nilai sumberdaya dan
cadangan batubara yang turut
diperhitungkan hampir mencakup
seluruh
wilayah
penyelidikan
batubara di Sumatera Selatan.
Namun untuk propinsi lainnya, nilai
sumberdaya
dan
cadangan
batubara yang ikut dihitung belum
mencakup seluruh wilayah kegiatan
penyelidikan batubara yang ada.
Fakta ini menunjukkan bahwa
mungkin saja jumlah sumberdaya
dan cadangan batubara Indonesia
bisa melebihi nilai yang ada
sekarang ini.
Gambar 2. Grafik perbandingan jumlah laporan neraca batubara dibandingkan dengan jumlah
lokasi wilayah penyelidikan yang ada.
Berbagai
faktor
mempengaruhi
keakuratan
perhitungan
sumberdaya
dan
cadangan
batubara Indonesia, diantaranya :
- kepatuhan pengusaha batubara
untuk
melaporkan
kegiatannya
kepada pemerintah
- format pelaporan yang belum
standar.
keterbukaan
dari
pihak
pengusaha
untuk
melaporkan
dan
cadangan
di
wilayah
konsesinya sangat diharapkan bagi
keakuratan
neraca
batubara
Indonesia. Kerjasama antar instansi
pemerintah pun perlu dilakukan
dalam pemutakhiran data batubara
Indonesia.
REFERENSI
Direktorat
Sumberdaya
Indonesia
Coal
Resources,
reserves and calorific values 2003.
Direktorat Pengusahaan Mineral
dan Batubara, 2004. Indonesia
Mineral and Coal Statistics 2004.
Tim Penyusun Neraca Batubara,
2003. Laporan Penyusunan Neraca
Batubara
Indonesia
2003.
Direktorat
Inventarisasi
Sumberdaya Mineral.
Inventarisasi
Mineral,
2004.