Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PEMBAHASAN
3.1

Pengertian Channel Frame


Pada sutau rancang bangun conveyor terutama jenis belt conveyor,

memliki beberapa bagian utama salah satunya channel frame. Channel frame
adalah bagian yang menopang roll penggerak pada belt conveyor. Bisa dibilang
ini merupakan bagian utama pada rancang bangun dari belt conveyor. Channel
frame terletak pada bagian sisi samping dari belt conveyor. Conveyor jenis ini
biasanya dipakai untuk mengangkut material yang ringan seperti baut, mur,
kardus, dan lain sebagainya.

Gambar 3.1 Channel Frame

23

24

3.2

Diagram Alir Proses Produksi

Start

Raw Material

Cutting Material
NO
Proses Bending
YES

Gudang

YES

Quality
Control

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Channel Frame


Pada Belt Conveyor

25

3.3

Raw Material
Bahan utama yang dipakai dalam pembuatan channel frame pada belt

conveyor ini adalah pelat lembaran tipe ss 304. Pelat jenis ini dipilih karena
mudah didapat dipasaran dan pada saat dilakukan proses permesinan pelat jenis
ini mudah dibentuk serta mampu menahan beban yang berat.
Tabel 3.1 Properties Pelat SS 304 [6]

3.4

Proses Cutting Material


Pada bentuk awalnya, pelat ss ini berukuran 1000 mm X 2000 mm dengan

tebal pelat 3mm.Sedangkan pelat yang dipakai pada pembuatan channel frame
berkuran panjang 1,5 m dan lebar 26 cm. Maka pelat tersebut dipotong terlebih
dahulu agar sesuai dengan yang dibutuhkan.
Ukur pelat lembaran yang masih utuh sesuai dengan yang dibutuhkan.
Kemudian gambar atau tandai bagian yang telah diukur. Setelah proses
penggambaran selesai, selanjutnya letakkan pelat tersebut di landasan mesin

26

potong dan garis yang sudah ditandai tadi detempatkan dengan sisi bagian tajam
pisau potong.

Gambar 3.3 Proses Cutting Material


Setelah itu tekan tombol on dan tunggu hingga mesin berputar dengan
stabil, baru pedal potong diinjak atau di tekan. Dalam menggunakan mesin potong
ini, dilakukan secara teliti, ini disebabkan konstruksi mesin yang sudah tua dan
tingkat keamanan yang kurang.

Gambar 3.4 Pelat yang sudah di Cutting

3.5

Proses Bending
Proses bending dapat digambarkan secara sederhana sebagai proses

permesinan yang dilakukan untuk menekuk atau melipat benda kerja. Pada mesin
bending, ada dua komponen utama dalam proses penekukan pelat yaitu punch dan
dies. Punch berfungsi sebagai penekan benda yang di bending dan dies sebagai
pembengkok benda yang di tekan oleh punch. Punch yang ada pada mesin
bending bergerak turun untuk menekan benda hingga mencapai dies yang

27

berbentuk v, sehinnga pelat yang ditekan oleh punch terlipat pada salah satu sisi
yang ditekan. Kekuatan tekan dari punch mesin bending hidrollik memiliki
berbagai ukuran dari tergantung dari yang dibutuhkan.
Dalam proses pembuatan channel frame pada belt conveyor, dibutuhkan
pelat yang sesuai dengan dimensi dari landasan/tempat menaruh pelat yang ada di
mesin bending . Selain itu, panjang bentangan benda yang akan di bending juga
harus diperhatikan, agar pada saat proses bending dilakukan pelat yang di tekuk
tidak miring. Pada pembuatan channel frame ini, panjang bentang antar sisi tekuk
yang satu dengan sisi sudut tekuk yang lain berjarak 10 cm.
Bagian pelat yang diukur pada bagian lebarnya. Jarak sisi tekuk dengan
tepi pelat 7 cm Lalu beri tanda pada sisi yang telah diukur tadi. Kemudian sudut
pada benda yang akan juga di tentukan. Jika semua yang dibutuhkan sudah
ditentukan, maka proses bending dimulai. Berikut ini langkah-langkah proses
bending :
1. Tekan tombol merah yang ada pada panel kontrol mesin bending untuk
menyalakan mesin bending.
2. Pada panel kontrol, ada perintah angle of axis. Pada perintah ini, kita
disuruh memasukan sudut yang dibutuhkan. Masukan besar sudut yang
akan dibentuk. Pada pembuatan channel frame ini, sudutnya 900.
3. Kemudian masukan tekanan dari punchnya yaitu, 5 kN. Ini berdasarkan
rumus gaya bending :
Fmax = K (UTS).L.T2/W
Dimana :
F max

= Gaya maksimum yang diperlukan.

UTS

= Ultimate Tensile Strength dari material (Kg/mm2)

= Lebar benda kerja (mm)

= Tebal benda kerja (mm)

= Konstanta, untuk V-die bending k=1


untuk U-die bending k=2

= Jarak terbuka antara die dan punch.

28

UTS

= Ultimate Tensile Strenght dari SS 304 = 51.50 N/mm2

= Lebar benda kerja = 260 mm

= Tebal benda kerja = 3 mm

= Konstanta = 1 mm

= Die opening = 24 mm

Maka besar gaya bending maksimalnya :

4. Setelah itu, taruh benda pada landasan atau tempat menaruh benda yang
ada di mesin bending. Letakan bagian sisi pelat yang akan dibending tepat
diatas dies.
5. Tekan tombol hijau pada panel kontrol untuk menurunkan punch. Proses
penekanan pelat dimulai.

Gambar 3.5 Proses Penekanan Pelat

Gambar 3.6 Sisi Pelat yang Sudah di Tekuk

29

6. Setelah pelat di tekan, kemudian punch naik lagi ke atas. Pada posisi
punch naik keatas, taruh kembali pelat di pada landasan. Taruh sisi pelat
yang satunya yang belum di bending tepat diatas dies.
7. Jika kedua sisi pelat sudah selesai di bending, matikan mesin bending.
Proses penekukan pelat pun selesai.

Gambar 3.7 Pelat yang Sudah di Bending

30

3.6

Quality Control
Produk-produk yang telah siap selanjutnya akan diperiksa oleh quality

control, untuk menjamin bahwa produk yang akan dikirim benar-benar sesuai
standar, tidak ada cacat fisik, dan sesuai dengan pesanan. Cacat yang sering terjadi
dalam proses pembuatan channel frame pada belt conveyor ini adalah adanya
patahan ataupun sobek pada bagian pelat yang telah dibending dan kemiringan
pada sisi pelat yang dibending..
Pada pemerikasaan kemiringan dari posisi pelat, dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Jarak sisi pelat yang ditekuk dengan sisi pelat yang
ditekuk lainnya adalah 10 cm. Jika ukurannya tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan, maka ada kemiringan kemiringan pada channel frame yang dibentuk
tadi. Maka channel frame tersebut tidak bisa diperbaiki lagi. Kemiringan sisi pelat
yang dibending biasanya terjadi karena pada saat penempatan pelat yang di
landasan mesin bending tidak sejajar antara sisi yang dibending dengan posisi
dies. Channel frame yang miring tersebut disimpan di gudang penyimpanan
barang bekas.
Pemerikasaan selanjutnya yaitu periksaan fisik dari channel frame. Bagian
yang diperiksa adalah bagian sisi pelat yang telah dibending tadi. Jika ada sisi
pelat terdapat sobek atau patah, maka channel frame tersebut disimpan digudang
penyimpanan barang bekas karena tidak bisa diperbaiki lagi. Penyebab patah atau
sobek biasanya disebabkan oleh tekanan pada proses bending terlalu kuat tidak
sesuai dengan kemampuan material. Channel frame yang di anggap baik oleh
quality control, selanjutnya dikirim ke bagian perakitan.

Anda mungkin juga menyukai