Anda di halaman 1dari 38

PERAN GENERASI MUDA DALAM

PENANGGULANGAN BAHAYA NARKOBA

Oleh: I Ketut Gde Adi Saputra


Disampaikan dalam Saresehan Penangulangan narkobaDi Kerta Sabha, 19 Juli 2007 yang
diselenggarakan oleh BITD Prov Bali

I. PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda (generasi muda) senantiasa
memainkan peranan penting dalam setiap etape sejarah. Dimulai dari 20 Mei 1908
dengan didirikannya Perhimpunan Nasional Indonesia yang sekaligus
dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional, dipelopori oleh Pemuda
Pemuda Pelajar Stovia dengan tujuan kemajuan nusa dan bangsa yang
harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, teknik dan industri,
kebudayaan,mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan
bangsa yang terhormat. Berikut tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkannya Sumpah Pemuda
sebagai pernyataan lahirnya bangsa dan kebangsaan Indonesia dalam Kongres Pemuda
Indonesi II oleh organisasi-organisasi pemuda Indonesia (Jong java, Jong Sumarta, Pemuda
Indonesia, Sekar Rukun, Jong Celebes dll. ) Selanjutnya 17 Agustus 1945, Pernyataan
Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesi. Setelah
itu Angkatan 66 : kelompok pemuda merobohkan Order Lama dan penegakan Orde Baru
melalui Tritura. Menyusul 23 Juli 1973 Deklarasi Pemuda Indonesi yang pada intinya
menyatakan berdirinya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Kemudian 15 Januari
1974 yang dikenal dengan peristiwa Malari, sebagai protes pemuda atas kemerosotan situasi
bangsa saat itu menyebabkan beberapa pemuda
ditahan. Akhirnya tahun 1998/1999 (tuntutan reformasi) : Mahasiswa mendesak
Presiden Suharto turun dari kekuasaan dan tepat tanggal 21 Mei 1998 tokoh Orba lengser
keprabon yang disertai dengan 6 poin tuntutan Mahasiswa ; 1) Penghapusan Dwi Fungsi
ABRI, 2) Penegakan Supremasi Hukum, 3) Amademen UUD 45, 4) Pemberantasan KKN,
mengutuk segala bentuk kekerasan (ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan
dan keamanan).
Demikian besar peranan pemuda bagi kehidupan bangsa, tentunya menjadi catatan
penting bagi kita bagaimana upaya melakukan penyelamatan dari pengaruh
berbagai hal negatif seperti miras, sex bebas termasuk narkoba pada era
globalisasi dimana arus komunikasi dan transformasi informasi
sedemikian cepat. Dewasa ini narkoba telah menjadi momok bagi
masyarakat dan pemerintah sebagai sesuatu yang sangat membahayakan.
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan
berbahaya lainnya (narkoba) dengan berbagai implikasi dan dampak
negatifnya merupakan suatu masalahnya internasional maupun mengancam
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara serta dapat melemahkan
ketahanan nasional yang pada mulanya dapat menghambat jalannya
pembangunan.
Penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini telah menjadi
suatu fenomena dari perkembangan remaja dengan pola pemakaian yang
selalu mengalami perubahan. Beberapa tahun di Indonesia (khususnya di
kota besar) ganja dan pil KB sangat populer di kalangan remaja dan
pemuda. Sampai pada kasus meninggalnya Nike Ardila, mulai merebak
penggunaan ecstacy, trend berikutnya marak penggunaan putaw, sabu-sabu
dan heroin.
II. MENGENAL narkoba
1. Narkotika
Istiah narkotika berasal dari bahasa Inggris "Narcotics" yang berarti
obat bius, sama artinya dengan "Narcosis" dalam bahasa Yunani yang

berarti menidurkan atau membiuskan. Secara umum pengertian narkotika


adalah : suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana
pengamatan/penglihatan karena pengaruhnya terhadap susunan saraf pusat.
a.
b.
c.
d.
2.

a.
b.

c.
3.

Dalam Undang-Undang RI No 22/1997 tentang narkotika, yang termasuk narkotika adalah:


Tanaman Papaver Somniverum, Opium mentah, Opium masak, Opium obat, Morfina.
Tanaman Koka, daun Koka, Kokaina mentah, kokaina, Ekgonina
Tanaman Ganja, daun Ganja
Garam-garam dan turunan dari Morfina dan Kokaina.
Bahan-bahan lain baik ilmiah maupun sintetic yang dapat dipakai sebagai pengganti
Morfina dan Kokaina.
Campuaran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan dalam
a,b dan c yang secara keseluruhan dibagi atas tiga golongan (I, II dan
III).
Psikotropika
Psikotropika bukan narkotika, tetapi memiliki efek samping dan bahaya
yang hampir sama dengan narkotika. Secara umum Psikotropika adalah obat
yang dapat menyebabkan ketergantungan, menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah
laku disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi dan gangguan cara
berfikir.
Jenis-jenis narkotika antara lain:
Depressant : bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas susunan saraf pusat, contoh:
Sedati (pil KB),Rohipnol,Mogadom,Valium.
Stimulat : bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat, contoh: amphetamine dan
turunannya (ecstacy).
Ecstacy
merupakan obat yang sangat populer di kalangan para remaja Indonesi.
Nama lain ecstacy dipasaran adalah : Ice, Adam, Eva, Flash, Dolpin,
Dollar dll. Dimana dikalangan Interpol dikenal sebagai obat rekayasa
(Drug Disigner) yang bersifat stimulatia (zat yang dapat meningkatkan
daya tahan psikis dan phisik.
Halusinogen: bekerja menimbulkan perasaan halusinasi atau khayalan, contoh: Lysergid
Acid Diethylamide (LSD).
Bahan Berbahaya
Yang dimaksud bahan berbahaya, yaitu: bahan
kimia meledak, mudah menyala/terbakar (minuman
keras/spritus),oksidator,racun korosif (kosmetik/alat kesehatan),
timbulkan iritasi, sentilasi luka dan nyeri, timbulkan bahaya
elektronik, karsinogentik dan mutagenic (Zat pewarna/pemanis),
etiologik/biomedik.
III. DAMPAK PENYALAH GUNAAN NARKOBA
1. Aspek Yuridis
a.
Tindak Pidana narkotika
Sangsi bagi pelaku penyalahgunaan narkotika sesuai UU. 22 Th 11997,
diklasifikasikan sebagai berikut:

Sebagai pengguna dikenakan ketentuan pidana pasal 78 dengan pidana 4


tahun.

Sebagai pengedar dikenakan ketentuan pidana pasal 81 dengan ancaman


hukuman paling lama 20 tahun/seumur hidup/mati + denda.

Sebagai produsen dikenakan ketentuan pidana pasal 80 dengan ancaman


hukuman paling lama 20 tahun/seumur hidup/mati + denda.

b.
Tindak Pidana Prikotropika
Sangsi bagi pelaku penyalahgunaan Prikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997
sebagai berikut:

Sebagai pengguna dikenakan ketentuan pasal 59 dan 62 dengan ancaman


hukuman minimal 4 tahun, maksimal 15 tahun + denda.

Sebagai pengedar dikenakan ketentuan pasal59 dan 60 dengan ancaman


hukuman maksimal 15 tahun + denda.

Sebagai prodosen dikenakan ketentuan pasal 80, dengan ancaman hukuman


maksimal 15 tahun + denda.
2. Aspek Medis
a.
Kesehatan
Gangguan kesehatan yang bersifat kompleks diantaranya
: merusak organ tubuh seperti jantung, ginjal, susunan saraf pusat,
paru-paru dll, bahkan sampai pada kematian.
b.
Mental
Merubah sikap dan prilaku secara drastic, karena gangguan
persepsi daya piker, kreasi dan emosi sehingga perilaku menjadi
menyimpang dan tidak mampu hidup secara wajar.
3. Aspek Sosial
a.
Terhadap Pribadi

Merubah keperibadian secara drastic,pemurung, pemarah dan tidak takut


dengan siapapun.

Timbul sikap masa bodoh,lupa sekolah ,rumah,tempat tidur.

Semangat belajar/bekerja turun bahkan dapat seperti orang gila.

Tidak ragu melakukan sex bebas karena lupa dengan norma-norma.

Tidak segan-segan menyiksa diri untuk menghilangkan rasa nyeri atau


menghilangkan sifat ketergantungan obat bius.

Pemalas bahkan hidup santai.


b.
Tehadap Keluarga

Tak segan mencuri uang/ menjual barang di rumah untuk beli narkoba.

Tidak menghargai barang milik di rumah, seperti memakai kendaraan


sembrono hingga rusak bahkan hancur sama sekali.

Mengecewakan harapan keluarga, keluarga merasa malu di masyarakat.


c.
Terhadap Kehidupan Sosial

Berbuat tidak senonoh (jahil/tidak sopan) terhadap orang lain.

Tak segan mengambil milik tetangga untuk tujuan yang sama.

Mengganggu ketertiban umum,seperti mengganggu lalu lintas.

Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum misalnya


tidak menyesal bila melakukan kesalahan.
IV. FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN narkoba
1.
Lingkungan
Faktor lingkungan menyangkut teman sebaya, orang tua,dan remaja
(individu) itu sendiri.Pada masa remaja, teman sebaya menduduki peran
uatama pada kehidupan mereka, bahkan menggantikan peran keluarga/orang
tua dalam sosialisasi dan aktivitas waktu luang dengan hubungan yang
bervariasi dan membuat norma dan sistim nilai yang berbeda.
Faktanya:

a.
Pada masa remaja terjadi jarak fisik dan Psikologis yang cendrung
berakibat penurunan kedekatan emosi,dan kehangatan, bahkan cendrung
timbul konflik remaja denganorang tua.
b.
Konflik keluarga membuat remaja tergantung pada teman sebaya
uantuk dukungan emosi.
2.
Faktor Individu
Selain faktor lingkungan,peran genetik juga merupakan komponen yang
berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba, setidaknya untuk beberapa
individu. Sederhananya, orang tua pelaku penyalahgunaan narkoba
cendrung menurun kepada anaknya, terlebih pada ibu yang sedang hamil.
Contoh: Variabel Intra Individu
: Seperti agresifitas, pemberontak, kurang percaya diri. Satu studi
menunjukan bahwa agresi pada anak kelas 1 SD terlibat penggunaan
narkoba pada usia 10 tahu kemudian. Kecemasan dan depresi juga
berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba.
Faktor-faktor individu
lainnya adalah: Sikap positif terhadap "minum*quot;. Sifat mudah
terpengaruh, kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi atau
kebutuhan tinggi terhadap "excitment".
3.
Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki pengaruh yang paling
dasyat terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Anak dari
keluarga baik-baik, nilai sekolah baik, lingkungan baik cenderung
telibat narkoba jika teman-temannya menggunakan narkoba.
4.
Faktor Sekolah, Kerja, dan Komunitas
a.
Kegagalan Akademik
b.
Komitmen rendah terhadap sekolah : datang sekolah hanya untuk
ketemu teman , merokok, lalu bolos.
c.
Transisi sekolah : peralihan jenjang sekolah yang berakibat penurunan
prestasi memberi andil dalam penyalahgunaan narkoba.
d.
Faktor komunitas biasanya akibat : komunitas permisif terhadap
hukum dan norma, kurang patuh terhadap aturan,status sosial ekonomi.
V. STRATEGI PENANGANAN
Secara prinsip penangulangan penyalahgunaan narkoba akan lebih baik
dan efektif jika dilakukan sejak dini (upaya preventif) secara simultan
dan holistik,yaitu sinergi peran keluarga/orang tua, masyarakat
termasuk pemuda, aparat kepolisian dan individu pemakai yang
bersangkutan.
Faktor-faktor penyebab merupakan demand yang mempengaruhi orang menjadi
pemakai.Sementara produsen dan pengedar bertindak sebagai supply.
Ini merupakan mata rantai yang harus diputus sebagai upaya
penanggulangannya. Keluarga dan masyarakat mungkin lebih tepat
melakukan penanganan dari aspek demandsupply. Upaya teknis yang dapat dilakukan
berdasarkan aspek demand antara lain sebagai berikut:
sementara aparat kepolisian dapat terfokus pada
1.
Pendektesian Terhadap Anak
a.
Perhatikan perubahan pada diri si anak (bohong,bolos,bengong bego,
dan bodoh);
b.
Perhatikan prestasi, aspirasi dan masalh yang ada di sekolah.
c.
Perhatikan kegiatan keagamaan si anak dan harga diri si anak.
d.
Perhatikan perubahan emosi dan hubungan anak dan orang tua.
2.
Pendekatan Psikologis

a.

Faktor Individu

Ciptakan hubungan akrab dalam keluarga.

Ciptakan kesadaran bahwa keberhasilan dan kegagalan merupakan


usaha sendiri, orang lain hanya Fasilitator

Libatkan secara intensip si anak terhadap aktivitas keagamaan.


b.
Faktor Keluarga

Ciptakan keharmonisan dalam keluarga , hilangkan jarak antara orang


tua dengan membangun suasana demokratis.

Ciptakan komunikasi yang produktif dan terapkan aturan yang jelas.


c.
Faktor Teman Sebaya, Sekolah dan Lingkungan

Perhatikan prestasi belajar anak dan terus memberi semangat.

Cermati latar belakang dan prilaku teman-teman terdekat si anak.

Cermati jika ada perubahan kebiasaan si anak dari biasanya.

Lakukan pengawasan terhadap alat-alat sekolah, jikalau ada hal yang


aneh.
VI. PERAN PEMUDA
1.
Penting sekali menumbuhkan kesadaran akan bahayanya penyalahgunaan
narkoba, sehingga paling sedikit dapat memproteksi diri dari pengaruh
luar (ajakan teman).
2.
Penting sedikit mengenal dan memahami apa itu narkoba, agar tahu
mana sesuatu yang berbahaya sehingga memperkecil diperdaya orang.
3.
Menjadi yang terdepan dalam keluarga untuk menghidarkan anggota
keluarga dari bahaya penyalahgunaan narkoba, jangan sebaliknya menjadi
pelaku.
4.
Menumbuhkan gagasan-gagasan dalam bentuk kegiatan positif (kreatif)
yang dapat mengalihkan perhatian teman-teman sebaya untuk terpengruh
oleh narkoba.
5.
Dapat menjadi mitra aparat, setidaknya sebagai informasi terhadap indikasi
penyalahgunaan narkoba.

APA YANG PEMUDA HARUS LAKUKAN??


Pemuda memiliki peran yang sangat signifikan dalam sejarah Indonesia. Dimulai
dari sejarah perjuangan kemerdekaan hingga sampai pada fase mengisi
kemerdekaan dan mengawal keutuhan bangsa. Pemuda juga selalu siap untuk maju
kedepan jika ternyata pemegang amanat rakyat tidak menjalankan amanatnya
dengan baik. Orde Lama ditumbangkan oleh kekuatan pemuda/mahasiswa dan
orde baru pun juga ditumbangkan oleh kekuatan pemuda/mahasiswa sehingga
melahirkan reformasi. Terakhir menurut penulis gerakan pemuda kembali
mencapai puncaknya dalam mempertahankan keutuhan KPK dan menghentikan
kriminalisasi pimpinan KPK Bibit Chandra.
Namun apakah peran pemuda saat ini hanya sampai batas dalam tataran aksi
terutama untuk kasus korupsi? Memang pemuda saat ini banyak terjebak dalam
tindakan responsif bersifat aksi ketika terdapat pelanggaran oleh aparatur negara.
Bahkan kondisi yang sangat menyedihkan adalah pemuda saat ini terjebak dalam
pragmatisme sehingga mampu dijadikan alat kekuasaan sehingga menghilangkan
kekritisannya terhadap korupsi, justru menjadi aktor penikmat hasil korupsi.
Pemuda melawan korupsi bukanlah perkara mudah karena korupsi sudah menjalar
ke seluruh lapisan masyarakat. Pemuda harus mampu melawan orang tuanya yang
korupsi, saudaranya yang korupsi, paling tidak teman atau tetangganya yang
korupsi. Pemuda harus mampu melawan dirinya untuk tidak ikut serta menikmati
harta hasil korupsi. Ketika berkendara dan ditilang ia harus mampu untuk tidak
menyuap polentas, tidak menyogok aparatur negara dalam mempercepat urusan
pelayanan, melaporkan gurunya ataupun dosennya yang korup, dan lain
sebagainya. Namun jika hal tersebut dapat dilakukan oleh para pemuda maka
kekuatan pemuda akan menjadi penghalang utama bagi koruptor-koruptor yang
merugikan keuangan negara dan memiskinkan warga negara Indonesia.

Di sekolah, pelajar jangan ragu untuk membuat kelompok studi dan gerakan anti
korupsi menjadi kegiatan ekstrakulikuler. Tindakan konkritnya dimulai dengan
mengawasi penggunaan anggaran sekolah. Organisasi mahasiswa dan kepemudaan
pun harus mampu secara konkrit mengambil bagian. Hal tersebut dapat dimulai
dengan menambah Bidang Anti Korupsi di struktur organisasinya dan kemudian
terjun dalam gerakan anti korupsi. Organisasi pemuda tingkatan daerah haruslah
menjadi pengawas kinerja aparatur di daerah, sedangkan organisasi pemuda di
tingkatan nasional haruslah menjadi pengawas kinerja aparatur di tingkatan
nasional. Lalu bagaimana dengan pemuda yang tidak berorganisasi? Meskipun
hanya sebagai individu, tidak menutup kemungkinan seseorang berperan serta
dalam pemberantasan korupsi. Peran tersebut dapat dimulai dari sikap zero
tolerance terhadap tindakan korupsi, melakukan pengawasan, bahkan sampai
pelaporan kasus korupsi dapat dilakukan oleh setiap orang/individu, tidak hanya
organisasi.
Jika telah terdapat komitmen untuk berperan dalam pemberantasan korupsi, maka
berjejaringlah dengan sesama pemuda yang juga berkomitmen dalam
pemberantasan korupsi. Hal tersebut dikarenakan pemberantasan korupsi tidak
akan berhasil karena individu, kelompok ataupun satu organisasi melainkan oleh
gerakan anti korupsi yang massive, terorganisir dan terkonsolidasi.
Terakhir saya ingin memberikan satu contoh di Athena pada abad ke 5 Sebelum
Masehi. Persoalan korupsi menjadi sarana pengembangan politik dengan
dilakukannya pembaharuan oleh Solon (640-559 SM), seorang pembuat undangundang dan negarawan Athena. Setiap warga negara diperbolehkan menggugat
siapa saja atas nama orang lain atau diri sendiri. Anak-anak muda berlomba-lomba
menggugat para pejabat, dengan motif adalah untuk kemajuan karir politik. Mereka
kemudian disebut kelompok benalu (sycophants). Misalnya Pericles menuntut
Jendral Athena Kimon yang korup. Semakin merajalelanya kegiatan para benalu
tersebut menimbulkan ketakutan psikologis di samping juga menghangatkan

perbincangan mengenai korupsi. [10] Pemuda Indonesia tentunya dapat berperan


sama seperti sycophants tersebut karena banyak saluran yang disediakan oleh
sistem hukum di negeri ini, tentunya dengan motif yang murni untuk memberantas
korupsi.
Akhir kata saya ingin mengucapkan KESEJAHTERAAN INDONESIA BERADA
DI TANGAN PEMUDANYA YANG ANTI KORUPSI.

PERAN GENERASI MUDA DALAM MEMBERANTAS KORUPSI


Generasi muda merupakan aset bangsa, yang menentukan mati atau hidupnya bangsa ini, maju atau
mundurnya Negara ini, sejahtera atau sengsaranya suatu bangsa Indonesia ini kedepannya.
Belajar pada masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa Indonesia tidak lepas
dari peran kaum muda. Seperti pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang telah
menggerakan kesadaran generasi muda untuk bangkit dan berjuang melawan penjajahan yang
dilakukan oleh Belanda.
Pada zaman sekarang dan masa yang akan datang. Musuh terbesar yang harus dilawan oleh generasi
muda adalah praktek Korupsi, dengan cara menanamkan jiwa untuk memberantas korupsi mengikuti
seminar atau edukasi tentang Anti Korupsi yang nantinya akan memompa semangat juang generasi
muda untuk melawan Korupsi, hingga pada suatu hari korupsi itu dapat diberantas di negeri ini,
atau setidaknya dapat ditekan ketingkat serendah mungkin.
Pendidikan anti korupsi dari sejak dini akan memngurangi "BIBIT KORUPTOR" selain itu pendidikan
juga akan menentukan masa depan generasi muda dan menghasilkan para pemikir besar, maka amat
penting pendidikan tentang anti korupsi ini di suguhi kepada para generasi muda untuk memberikan
semangat bahwa pentingnya menghancurkan budaya Korupsi di bangsa ini dengan melalui workshop,
seminar tentang Implementasi dan Pengembangan Produk Program Anti Korupsi. Yang nantinya akan
membuat para generasi muda akan mendapatkan masalah yang besar dan akhirnya berfikir keras
dan timbul kesadaran untuk memberantas Korupsi dengan tegas.
Sebagai Generasi bangsa ini, maka dari itu mari kita berusaha untuk membantu perubahan bangsa
ini untuk menjadi lebih baik dengan cara melawan Korupsi dengan cara menolak segala bentuk
SUAP, PERBUATAN CURANG, dan GRATIFIKASI. Karena ketiga hal tersebut yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar kita.

A. Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak[1].
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:

perbuatan melawan hukum,


penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)
Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman
tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan pemuda. Belajar
dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas
dari peran kaum muda yang menjadi bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh
Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan semangat nasionalisme bahasa, bangsa
dan tanah air yang satu yaitu Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan
inspirasi tanpa batas terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di
Indonesia. Peranan tokoh-tokoh pemuda lainnya adalag Proklamasi Kemerdekaan
tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di
depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki dan jalankan. Untuk konteks sekarang dan mungkin
masa-masa yang akan dating yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah
praktek bernama Korupsi. Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan
dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme.
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change). Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang
mereka miliki, yaitu: intelegensia, ide-ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan
keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki
tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mereka mampu

menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang


koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak
hukum.

B. Keterlibatan Mahasiswa
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.
Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota
keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul,
maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam
keluarga seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat
dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk
komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa diharapkan
dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak
korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan
kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader)
dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama

dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu
Negara.
C. Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam
Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup
setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus
ditaati dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam
mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan
tersebut dan apa akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan
anti korupsi adalah bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik
yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri serta lingkungannya. Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung
jawab, berani, sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi.
Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar.
Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke depannya.
Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak
pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat
merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu
tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya
mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi
gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam
pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa.
Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan
sejarah bangsa. Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna
mencegah tindak pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi
lainnya
menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting guna
mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan moral.
Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya
pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting guna mencegah aksi korupsi.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang. Seperti
yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan
pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah akan memulai proyek percontohan
pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi
dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa depan kasus
korupsi bisa diminimalisir.
D. Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di Lingkungan Kampus
1. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan
kurangnya political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.
2. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
3. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.

4. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasiyang


cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi strukturdan kultur.
5. Peraturan perundang-undangan hanya sekedar menjadi huruf mati yang tidak
pernah memiliki roh sama sekali.
6. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas ataupengontrol, sehingga
tidak ada check and balance.
7. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsipada sistem
politik dan sistem administrasi Indonesia.
8. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga daricontohcontoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari
tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
9. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang
semakin canggih.
10. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan
amanah yang diemban.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.

2.

3.

4.

5.

Kesimpulan
Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan
kasus korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu melaksanakan
Undang-Undang Dasar 45 demi terwujudnya good goverment.
Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru terhadap
generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah
satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti
korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam
perjalanan sejarah bangsa.
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change).

1.

2.
3.

4.

5.
6.

7.

Saran-Saran
Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling
awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan
anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide
inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen
perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan.
Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan
pembelajaran lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas
sosial, masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll.
Sehingga termotivasi untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga
dan lingkungannya untuk proaktif memberantas korupsi.
Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis
untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di
segala aspek kehidupan.
Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.

Bab 2
Pembahasan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengertian Korupsi
Kata korupsi sudah bukan hal yang asing bagi kita. Korupsi berasal
dari bahasa latin Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus
(Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dari bahasa latin itu
turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption, Corrupt
kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie. Kemudian arti kata
korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia
disimpulkanoleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia:
Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti pengertian penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya (Poerwadarminta : 1976).
Sedangkan pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 jo UU No.20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah
perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang
melanggar hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara.
Arti harifiah adalah Kebusukan, keburukan, kebejatan, ke tidak
jujuran, dapat di suap, Tidak bermoral, penyimpangan dari ke
sucian.Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13
pasal ( UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30
bentuk / Jenis tindak pidana korupsi, yang di kelompokan SBB :
Kerugian keuangan negara
Suap menyuap
Penggelapan dalam jabatan
Pemerasan
Perbuatan curang
Benturan kepentingan dalam pengadaan
Gratifikasi
Korupsi sudah merebak di hampir seluruh lapisan masyarakat dan
sepertinya sudah menjadi sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia
maka tidak mengherankan apabila negara seringkali mengalami kerugian
finansial yang cukup signifikan. Misalnya pada tahun 2006, negara
menderita kerugian akibat tindakan korupsi, terutama dalam sektor BUMN
sehingga mencapai angka yang cukup mengejutkan yaitu Rp 161 triliun.
Angka ini mengalami akselerasi yang cukup cepat karena sebelumnya di
tahun 2005 yaitu Rp 125 triliun (data ICW 2006). Akibat tindak kejahatan
korupsi ini juga meletakkan Indonesia pada posisi 134 dari 163 negara
(yang diurutkan dari negara terbersih sampai ke negara terkorup) dan TI
Perception Index Indonesia 2,4. Jumlah kasus juga banyak terjadi,
terutama di daerah Barat, Jakarta, Sumatra Selatan dan Bangka Belitung
yang mencapai 14-17 kasus per tahun. Banyaknya uang negara yang
mengalir di kantong-kantong orang-orang tidak bertanggung jawab tentu
menimbulkan beberapa dampak menurut Soejono Karni yaitu:

a. Rusaknya sistem tatanan masyarakat.


b. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi.
c. Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat.
d. Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi,
administrasi,
politik, maupun hukum yang pada akhirnya menimbulkan sikap
frustasi, ketidak percayaan, apatis terhadap pemerintah yang berdmpak
kontraproduktif terhadap pembangunan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka sangat
penting dalam menangani tindakan korupsi. Maka ada beberapa strategi
menurut Hong Kong dengan ICAC-nya dengan pendekatan tiga pilar yaitu:
a. Strategipreventif
Upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan prosedur dengan
membangun budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip
fairness, transparency, accountability and responsibility yang mampu
mendorong setiap individu untuk melaporkan segala bentuk korupsi yang
terjadi.
b. Strategi Investigative
Upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakan
hukum terhadap para pelaku korupsi.
c. Strategi Edukatif
Upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk
berperan serta memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan
kewenangan masing-masing maka masyarakat perlu ditanamkan nilainilai kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap korupsi melalui pesanpesan moral.

Pentingnya Peran Mahasiswa


Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya
membutuhkan usaha keras dari pemerintah dalam memberantas korupsi
juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi masyarakat/mahasiswa.
Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran
masyarakat dalam memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas
dalam artikel ini adalah masyarakat intelektual atau kaum terpelajar
terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena mahasiwa
adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat
yang sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini
mahasiswa dipandang bisa cukup signifikan dalam mempengaruhi
perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi lain mahasiswa
juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak
mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran
mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai
kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda yang
mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden
pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI
merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu
peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno
mengalami keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian
mahasiswa tampil dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan
Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya, ketika masa orde
baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang kemudian
melahirkan reformasi.
Begitulah
perjuangan
mahasiswa
dalam
memperjuangkan
idealismenya yaitu untuk memperoleh cita-cita dalam menciptakan
keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka tentunya mahasiswa
dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme
mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang
sudah luntur idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan
hedonisme. Hal tersebuut ternyata membuat mereka semakin berfikir dan
bertindak apatis terhadap fenomena yang ada di sekitar mereka dan
kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal perjuangan
mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk
diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas
korupsi. Bentuk bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah
SBB :
1.
Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan tindak pidana korupsi
2.
Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum
3.
Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi

4.

Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di


berikan kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5.
Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
6.
Penghargaan pemerintah kepada mayarakat
Upaya Mahasiswa
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti
negeri kita, korupsi merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan
negara tetapi juga masyarakat. Artinya keadilan dan kesejahteraan
masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan
bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa
adalah:
a.

Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.


Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa
yaitu menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh
melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana,
misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepada teman
jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus
beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada
pola pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih
parah
adalah
menjadisebuahkarakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga
harus memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga
tidak memberikan peluang kepada pihak-pihak yang ingin mendapatkan
keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika penerimaan mahasiswa baru
mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus kepada calon
mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk mempertanyakan dan
menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan hal lainnya. Jadi
posisi mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal
universitas.
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan
sebagai pihak pengontrol kebijakaninternal kampus maka bisa menekan
jumlah pelaku korupsi. Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas
dari korupsi di lingkungan kampus adalah mahasiswa bisa membuat
koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih mengetahui
secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.Mahasiswa
juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus
yang berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi
atau komunitas tersebut diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan
diskusi atau seminar mengenai bahaya korupsi. Selain itu organisasi atau
komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan internal
kampus.
Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM
(semacam BEM) ITB 2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya.
Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, anggota SACW dari UIN Padang
sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula mereka yang berada di

UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap rektorat mereka


yang ternyata memang terjerat kasus korupsi.

b.

c.

d.
e.
f.
g.
h.

Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan


korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada
nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri.
Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti
(berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di
sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis
terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka
masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan
dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya
bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.
Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai
agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu
untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak
memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat
dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan
melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak
pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosial terkait dengan kepentingan publik.
Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan
desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
Membuka
wawasan
seluas-luasnya
pemahaman
tentang
penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan
aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat
luas.

PENUTUP
a.

b.

Kesimpulan
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena
mengancam keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu
peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa adalah salah satu
bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam
memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan
masyarakat yang lain. Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih efektif.
Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa adalah menciptakan lingkungan
bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan kepada
masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat
pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. Maka mahasiwa harus lebih
berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya upaya mereka berjalan
semaksimal mungkin.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi jalan tak
ada ujung, melainkan jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan.
Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari
struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi etika atau
akhlak manusia.
Saran
Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi
di Indo-nesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasi-kannya di dalam kehidupan sehari-hari.

MODUS MAFIA HUKUM & PENYIMPANGANNYA


Apabila mencoba menelaah secara lebih mendalam tentang administrasi peradilan, terutama
sehubungan dengan manajemen perkara semenjak dari tahap penyelidikan sampai dengan
pelaksanaan putusan sebagaimana proses hukum. Dapatlah kita temukan beberapa diskrepansi
( kesadaran palsu/penyimpangan ) dalam pelaksanaan administrasi tersebut di lapangan, yaitu
sebagai berikut:
A. PERADILAN PIDANA
Terdapat beberapa diskrepansi yang bisa kita temukan dalam proses administrasi peradilan
pidana. Dalam hal ini apabila kita melihat menurut tahapan proses beracara di peradilan pidana
dapatlah diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Penyelidikan
Dalam tahap ini beberapa hal yang umum terjadi dan dapat dikategorikan sebaga suatu
diskrepansi. Salah satunya adalah penggelapan perkara yang biasanya dilakukan dengan cara
menghentikan perkara dengan alasan tidak cukupnya bukti, Penanganan perkara dihentikan
setelah ada kesepakatan membayar sejumlah uang kepada polisi.padahal hal tersebut
sebenarnya tidak demikian dan perkara tersebut telah memiliki unsur pidana dan layak untuk
disidik. Permintaan uang jasa Laporan ditindaklanjuti setelah menyerahkan uang jasa.
Penggelapan perkara, dll
2. Tahap Penyidikan
Dalam tahap ini diskrepansi yang umum terjadi adalah adanya rekayasa Berita Acara
Pemeriksaan (BAP). Penyidik biasanya menawarkan pengaburan unsur - unsur pidana dalam
perkara tersebut sehingga dapat meringankan tersangka dalam persidangan. Negosiasi Perkara,
Tawar menawar pasal yang dikenakan terhadap tersangka dengan imbalan uang yang berbedabeda, Menunda surat pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada kejaksaan. Pemerasan oleh
Polisi, Tersangka dianiaya lebih dulu agar mau kooperatif dan menyerahkan uang, Mengarahkan
kasus lalu menawarkan jalan damai. Selain itu, pada tahap penyidikan ini sering kali dilakukan
perpanjangan atau penguluran waktu penyidikan dan pembocoran BAP kepada pengacara.
Tujuan dari perbuatan tersebut adalah agar terdakwa mau memenuhi apa yang diminta oleh
penyidik apabila menginginkan unsur-unsur yang memberatkan dihindarkan darinya.
3. Tahap Penuntutan
Dalam tahap ini, biasanya dikrepansi terjadi pada saat pembuatan surat dakwaan, dimana
biasanya jaksa menawarkan pada pihak tersangka pasal mana yang ingin didakwakan
kepadanya. Pemerasan, Penyidikan diperpanjang untuk merundingkan uang damai, Surat
panggilan sengaja tanpa status saksi atau tersangka, pada ujungnya saat pemeriksaan
dimintai uang agar statusnya tidak menjadi tersangka. 2. Negosiasi Status, Perubahan status

tahanan seorang tersangka juga jadi alat tawar-menawar. 3. Pelepasan Tersangka, Melalui surat
perintah penghentian penyidikan (SP3) atau sengaja membuat dakwaan yang kabur (obscuur
libel) sehingga terdakwa divonis bebas. 4. Penggelapan Perkara, Berkas perkara dapat
dihentikan jika memberikan sejumlah uang, Saat dilimpahkan ke kejaksaan, polisi menyebutkan
sudah ada yang mengurus sehingga tidak tercatat dalam register. 5. Negosiasi perkara, Proses
penyidikan yang diulur-ulur merupakan isyarat agar keluarga tersangka menghubungi jaksa,
Dapat melibatkan calo, antara lain dari kejaksaan, anak pejabat, pengacara rekanan jaksa, Berat
atau kecilnya dakwaan menjadi alat tawar-menawar. 6. Pengurangan tuntutan, Tuntutan dapat
dikurangi apabila tersangka memberikan uang, Berita acara pemeriksaan dibocorkan saat
penyidikan, Pasal yang disangkakan juga dapat diperdagangkan.
4. Tahap Pemeriksaan Pengadilan
Dalam tahap ini yang paling sering terjadi dan dapat dikategorikan sebagai diskrepansi adalah
tentang penentuan majelis. 1. Permintaan uang jasa, Pengacara harus menyiapkan uang ekstra
untuk bagian registrasi pengadilan. 2. Penentuan Majelis Hakim, Dapat dilakukan sendiri, atau
menggunakan jasa penitera pengadilan. 3. Negosiasi putusan, Sudah ada koordinasi
sebelumnya mengenai tuntutan jaksa yang berujung pada vonis hakim, Tawar menawar antara
hakim, jaksa dan pengacara mengenai besarnya hukuman serta uang yang harus
dibayarkan.Pada proses ini biasanya panitera diminta oleh pengacara untuk menghubungi hakim
yang dapat diajak kerjasama. Dalam modus ini, jaksa biasanya membicarakan kepada
pengacara, siapa saja hakim yang dapat diajak bekerjasama. Selanjutnya pada tahap ini sering
terjadi juga penundaan pembacaan putusan. Disini jika perkara telah sampai pada saat
pembacaan putusan, hakim biasanya menunda-nunda proses tersebut tanpa ada alasan yang
jelas.
5. Tahap Pelaksanaan Putusan
Dalam tahap ini terjadinya proses diskrepansi terlihat dengan adanya penundaan putusan yang
dilakukan apabila pihak terpidana membayar sejumlah uang kepada pihak kejaksaan melalui
calo perkara atau pelaksana eksekusi. Dalam bentuk lain, penundaan tersebut bisa juga
dilakukan dengan menunjukan surat keterangan sakit dari dokter40. Selain itu, pada tahap ini
diskrepansi juga terjadi dalam lembaga pemasyarakatan. Keadaan yang terjadi di lembaga
pemasyarakatan berupa pungutan-pungutan tidak resmi yang dilakukan oleh aparat dari LP
kepada narapidana yang ingin cuti atau kepada sanak saudara dari terpidana yang ingin
menjenguk.

B. PERADILAN PERDATA
Selain dalam peradilan pidana, macam-macam diskrepansi juga bisa kita temukan dalam
proses administrasi pada peradilan perdata yang terbagi menjadi peradilan contentieus
(ada sengketa para pihak) dan peradilan volunter (tidak perlu ada sengketa para pihak).
Menurut tahapan proses beracara di peradilan perdata yang contentieus diuraikan sebagai
berikut:

1. Tahap Pendaftaran Perkara


Dalam tahap ini beberapa hal yang terjadi dan termasuk dalam kategori sebagai suatu
diskrepansi ialah mengenai pembayaran biaya administrasi. Ketidakjelasan besar biaya yang
harus dibayar dalam pendaftaran suatu perkara sangat bergantung pada permintaan dari pihak
panitera. Selain itu, pihak yang akan berperkara dapat didahulukan perkaranya dibandingkan
pihak lain, dengan cara memberikan sejumlah uang kepada panitera diluar jumlah biaya
administrasi perkara yang telah dibayarkan sebelumnya.
2. Tahap Penentuan Majelis Hakim
Dalam tahap ini diskrepansi yang terjadi berupa campur tangan pihak pengacara dalam proses
pemilihan hakim yang akan mengadili perkara kliennya, para pengacara tersebut bisa
menghubungi Ketua Pengadilan Negeri/Tinggi yang bersangkutan. Pihak Panitera biasanya juga
membantu para pengacara untuk dipertemukan dengan Ketua Pengadilan Negeri/Tinggi dalam
hal pengurusan penunjukkan hakim ini. Dengan adanya campur tangan dalam hal penunjukkan
hakim oleh para pihak yang akan berperkara, diharapkan agar perkara tersebut dapat berjalan
sesuai dengan keinginan para pihak tersebut.
3. Persidangan
Dalam tahap ini, biasanya diskrepansi terjadi ketika para pihak yang berperkara menghadap
langsung Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim atau salah satu dari Majelis Hakim yang
mengadili perkaranya untuk meminta bantuan agar pihaknya bisa dimenangkan dengan
memberikan tawaran tertentu. Hal ini juga bisa dilakukan dengan menggunakan jasa para
calo misalnya pihak panitera maupun pegawai pengadilan lainnya sebagai penghubung antara
para pihak tersebut. Selain itu, dalam tahap ini yang paling sering terjadi dan dapat
dikategorikan sebagai diskrepansi adalah adanya kesepakatan antara para pihak dengan majelis
hakim untuk menolak, atau menerima bukti tambahan yang diajukan pihak lawan. Umumnya
kesepakatan ini terjadi sebelum acara pembuktian dimulai.
4. Tahap Putusan
Dalam tahap ini terjadinya proses diskrepansi terlihat dengan adanya permainan putusan yang
dilakukan bila pihak yang sedang berperkara membayar sejumlah uang kepada majelis hakim,
baik secara langsung maupun melalui panitera.Masing-masing pihak di hubungi secara terpisah
untuk mengurangi resiko adanya kolusi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan
demikian, pihak yang mampu membayar lebih tinggi dapat menentukan keputusan hakim sesuai
dengan keinginannya. Terkadang, ada juga hakim yang menerima bayaran dari
kedua belah pihak dan tetap memenangkan pihak yang membayar lebih banyak, tetapi biasanya
hal ini jarang dilakukan mengingat resikonya lebih besar. Selanjutnya, tentang tata cara
pembayaran dari pihak berperkara kepada hakim dapat dilakukan dengan mengundang hakim
ke dalam sebuah seminar dan menerima bayaran sebagai pembicara dengan jumlah besar.
Seminar tersebut bisa diselenggarakan oleh rekanan Kantor Hukum yang terkait atau meminta
suatu LSM untuk mengadakan suatu seminar dengan mengundang hakim itu sebagai

pembicaranya. Hakim juga dapat menerima kompensasi atas putusan yang dikeluarkannya
dengan membeli rumah atau mobil dengan harga dibawah harga
sebenarnya. Apabila hakim itu sedang mengadakan suatu acara tertentu,misalnya perkawinan
anaknya, maka pihak yang berperkara dapat memberikan kompensasi tersebut dalam bentuk
sumbangan terhadap perkawinan anak dari hakim tersebut. Bentuk sumbangan ini bisa juga
berbentuk pendanaan pesta perkawinan dari anak tersebut.
5. Tahap Pelaksanaan Putusan
Dalam tahap ini diskrepansi yang kerap kali terjadi adalah bahwa pihak yang di kalahkan tidak
mau melaksanakan putusan hakim secara sukarela dan diperlukan adanya bantuan pengadilan
untuk melaksakan putusan secara paksa. Pihak yang memenangkan perkara bisa mengajukan
permohonan pelaksanaan putusan ke pengadilan, dalam hal inilah Ketua PN, Panitera dan juru
sita bisa mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan. Sedangkan pihak yang terkena
sita biasanya melakukan kolusi dengan juru sita baik secara langsung maupun melalui
pengacaranya, juru sita akan memainkan obyek sita, memanipulasi atau melakukan penundaan
dengan alasan tertentu. Selain itu, pihak panitera bisa dengan sengaja menunda pelaksanaan
eksekusi sita supaya pihak yang memperoleh hak sita memberikan bayaran yang diminta oleh
panitera dan juru sita. Hal ini dapat dilakukan karena tidak adanya peraturan yang
memerintahkan panitera maupun juru sita untuk segera melaksanakan sita eksekusi.
Sedangkan tahapan proses beracara di peradilan perdata yang sifatnya volunter (tidak perlu ada
sengketa para pihak) terdapat dua bagian, yaitu Permohonan Hak dan Permohonan Penetapan
Eksekusi Sita Jaminan, yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pendaftaran
Dalam tahap ini beberapa hal yang terjadi dan termasuk dalam kategori sebagai suatu
diskrepansi ialah bahwa pihak yang mengajukan permohonan dikenakan biaya tambahan diluar
ketentuan yang berlaku.
2. Tahap Pemeriksaan
Dalam tahap ini diskrepansi yang terjadi adalah pemberian kompensasi kepada hakim dengan
tujuan agar permohonannya dapat langsung dikabulkan terlepas dari adanya syarat-syarat atau
ketentuan-ketentuan yang tidak atau belum dapat dipenuhi oleh pemohon. Singkatnya dalam
tahap ini diskrepansi terjadi dengan tujuan agar pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya
dikeluarkan dapat diabaikan oleh hakim.
3. Tahap Penetapan
Dalam tahap ini terjadinya proses diskrepansi terlihat dengan adanya pemberian imbalan
terhadap hakim atas penetapan yang mengabulkan permohonannya. Khusus untuk Permohonan
Sita Jaminan, pihak pemohon harus memberikan imbalan agar penetapannya dikeluarkan
kepada Ketua PN, Hakim & Panitera.

4. Tahap Pelaksanaan Penetapan


Hal ini hanya bisa terdapat dalam Permohonan Eksekusi Sita Jaminan, dimana proses
diskrepansi terjadi ketika Panitera meminta pemohon untuk memberikan bayaran sebagai biaya
eksekusi penetapan, jika hal ini tidak dilakukan maka Panitera tidak akan menunjuk juru sita
untuk melaksanakan eksekusi. Selain itu pihak Panitera bisa menghubungi pihak yang tersita
untuk memberikan imbalan agar proses penyitaan dapat ditunda atau penyingkiran harta benda
bergerak milik tersita sehingga dapat luput dari proses penyitaan.

Demikian modus-modus mafia hukum yang beroperasi dilingkungan peradilan di Indonesia ini,
tentunya operandi tersebut belum semua saya sharekan,tetapi modus tersebut menjadi praktek
pada umumnya yang dilakukan oleh mafia hukum.
Praktek ini tentunya sangat meresahkan bagi masyarakat luas, khusunya bagi mereka yang
kurang dalam ekonominya. Akan sangat sulit / jauh dari angan-angan untuk mendapatkan
keadilan dan kepastian hukum bagi mereka benar- benar membutuhkannya. Sesungguhnya
sekalipun kejahatan itu memang terjadi, perlu dimengerti bahwa mereka mempunyai hak yang
sama miskin atau kaya akan mendapat perlakuan yang sama. Hal ini sesuai asas persamaan di
depan hukum. Sangatlah tidak adil apabila yang menang yang mempunyai kekuasaan, dan yang
mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar.
Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil langsung ditangkap dan
dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang
milyaran milik negara dapat berkeliaran dengan bebasnya.
Berangkat dari uraian-uraian dengan adanya fakta- fakta tersebut kita sebagai masyarakat yang
peduli keadilan mari kita menyatakan "PERANG TERHADAP MAFIA HUKUM", dan
MEMBALAS SEGALA PERLAKUAN MEREKA YANG TIDAK ADIL" !!! Demi terlaksananya
supremasi hukum. Namun sebelum menyatakan perang dan membalas tindakan mafia tersebut
ada baiknya kita menyusun "STRATEGI PEPERANGAN".
STRATEGI adalah taktik rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan". Didalam
strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan
memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Tindakan strategi tersebut adalah sebagai
berikut ;
1. Berlaku kritis terhadap kesewenangan, jangan dipendam dihati atau berdiam diri apabila
melihat, mendengar, serta mengalami kesewenagan tersebut. Berani menergur secara langsung
kepada pihak yang terkait.
2. Kumpulkan informasi dan data mengenai apa saja yang berhubungan dengan kasus. Telusuri
fakta dan bukti-bukti yang ada. Contoh : merekam apabila dilakukan penekanan permintaan
uang dari pejabat yang sewengan-wenang, dll

3. Perlunya pemahaman dan mengerti aturan-aturan hukum yang berlaku, apabila kesulitan
dalam memahami hukum tersebut, libatkan pihak ke 3 yang dipercaya mempunyai pengetahuan
hukum, yang integritas dan kredebilitasnya tidak diragukan lagi. Seperti tokoh masyarakat,
pemuda atau paralegal, LSM, atau Pengacara/ advokat.
4. Ambil tindakan secara sendiri atau bersama - sama dengan pihak ketiga untuk melakukan
tekanan terhadap kesewenangan yang terjadi. tekanan, misal : dengan mempengaruhi pendapat
umum melalui tulisan di media massa, mengirim surat ke berbagai instansi terkait ( Polisi ->
PROPAM, Jaksa -> JAMWAS, HAKIM - > KY ), Melaporkan penyelewengan, menuntut pidana,
dan menggugat perdata apabila fakta dan bukti cukup kuat ke lembaga peradilan/instansi yang
lebih tinggi.
5. Menerapkan prinsip kebenaranlah yang selalu menang, dimana ada usaha disitu pasti ada
jalan, tidak melakukan tindak perusakan, tidak melakukan tindak kekerasan, kepala bisa panas
hati harus tetap dingin. hehe
Tujuannya tindakan tersebut tidak lain adalah untuk suatu cara terencana dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan perubahan kebijakan pejabat peradilan yang merugikan
masyarakat. karena Seringkali suatu kebijakan keluar tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan
atau rasa keadilan masyarakat. Atau pelaksanaan kebijakan tidak berjalan sebagaimana
mestinya hukum yang berlaku.

Untuk mencapai visi tersebut, maka dirancang 6 strategi yaitu:


Pencegahan. Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa berlangsung

dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Melihat


kondisi seperti itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya.
Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang
berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi ini merupakan jawaban atas pendekatan yang
lebih terfokus pada pendekatan represif. Paradigma dengan pendekatan represif yang
berkembang karena diyakini dapat memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana
korupsi (tipikor). Sayangnya, pendekatan represif ini masih belum mampu mengurangi
perilaku dan praktik koruptif secara sistematis-massif. Keberhasilan strategi pencegahan
diukur berdasarkan peningkatan nilai Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya
diperoleh dari dua sub indikator yaitu Control of Corruption Index dan peringkat kemudahan
berusaha (ease of doing business) yang dikeluarkan oleh World Bank. Semakin tinggi angka
indeks yang diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan korupsi berjalan semakin baik.
Penegakan Hukum. Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal animo dan

ekspektasi masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga menanti-nanti adanya


penyelesaian secara adil dan transparan. Penegakan hukum yang inkonsisten terhadap hukum
positif dan prosesnya tidak transparan, pada akhirnya, berpengaruh pada tingkat kepercayaan
(trust) masyarakat terhadap hukum dan aparaturnya. Dalam tingkat kepercayaan yang lemah,
masyarakat tergiring ke arah opini bahwa hukum tidak lagi dipercayai sebagai wadah
penyelesaian konflik. Masyarakat cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan
mereka melalui caranya sendiri yang, celakanya, acap berseberangan dengan hukum.
Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum
demi kepentingannya sendiri, keadaaan bisa makin runyam. Absennya kepercayaan di
tengah-tengah masyarakat, tak ayal, menumbuhkan rasa tidak puas dan tidak adil terhadap
lembaga hukum beserta aparaturnya. Pada suatu tempo, manakala ada upaya-upaya perbaikan
dalam rangka penegakan hukum di Indonesia, maka hal seperti ini akan menjadi hambatan
tersendiri. Untuk itu, penyelesaian kasus-kasus korupsi yang menarik perhatian masyarakat
mutlak perlu dipercepat. Tingkat keberhasilan strategi penegakan hukum ini diukur
berdasarkan Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh dari persentase penyelesaian
setiap tahapan dalam proses penegakan hukum terkait kasus Tipikor, mulai dari tahap
penyelesaian pengaduan Tipikor hingga penyelesaian eksekusi putusan Tipikor. Semakin
tinggi angka Indeks Penegakan Hukum Tipikor, maka diyakini strategi Penegakan Hukum
berjalan semakin baik.
Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan. Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi

dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk mempercepat pemberantasan korupsi. Sebagai


konsekuensinya, klausul-klausul di dalam UNCAC harus dapat diterapkan dan mengikat
sebagai ketentuan hukum di Indonesia. Beberapa klausul ada yang merupakan hal baru,
sehingga perlu diatur/diakomodasi lebih-lanjut dalam regulasi terkait pemberantasan korupsi
selain juga merevisi ketentuan di dalam regulasi yang masih tumpang-tindih menjadi prioritas

dalam strategi ini. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan persentase kesesuaian
regulasi anti korupsi Indonesia dengan klausul UNCAC. Semakin mendekati seratus persen,
maka peraturan perundang-undangan terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia semakin lengkap dan sesuai dengan
common practice yang terdapat pada negara-negara lain.
Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor . Berkenaan dengan upaya

pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam maupun luar negeri, perlu diwujudkan suatu
mekanisme pencegahan dan pengembalian aset secara langsung sebagaimana ketentuan
UNCAC. Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari
putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-lebih terhadap perampasan aset yang
dilakukan tanpa adanya putusan pengadilan dari suatu kasus korupsi (confiscation without a
criminal conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh pengelolaan aset negara yang
dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari aset hasil tipikor dapat
dikembalikan kepada negara secara optimal. Keberhasilan strategi ini diukur dari persentase
pengembalian aset hasil tipikor ke kas negara berdasarkan putusan pengadilan dan persentase
tingkat keberhasilan (success rate) kerjasama internasional terkait pelaksanaan permintaan
dan penerimaan permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan Ekstradisi. Semakin tinggi
pengembalian aset ke kas negara dan keberhasilan kerjasama internasional, khususnya
dibidang tipikor, maka strategi ini diyakini berjalan dengan baik.
Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Praktik-praktik korupsi yang kian masif memerlukan

itikad kolaboratif dari Pemerintah beserta segenap pemangku kepentingan. Wujudnya, bisa
berupa upaya menanamkan nilai budaya integritas yang dilaksanakan secara kolektif dan
sistematis, baik melalui aktivitas pendidikan anti korupsi dan internalisasi budaya anti
korupsi di lingkungan publik maupun swasta. Dengan kesamaan cara pandang pada setiap
individu di seluruh Indonesia bahwa korupsi itu jahat, dan pada akhirnya para individu
tersebut berperilaku aktif mendorong terwujudnya tata-kepemerintahan yang bersih dari
korupsi diharapkan menumbuhkan prakarsa-prakarsa positif bagi upaya PPK pada khususnya,
serta perbaikan tata-kepemerintahan pada umumnya. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur
berdasarkan Indeks Perilaku Antikorupsi yang ada dikalangan tata-kepemerintahan maupun
individu di seluruh Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya
anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata setiap individu untuk
memerangi tipikor.
Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi. Strategi yang mengedepankan

penguatan mekanisme di internal Kementerian/Lembaga, swasta, dan masyarakat, tentu akan


memperlancar aliran data/informasi terkait progres pelaksanaan ketentuan UNCAC.
Konsolidasi dan publikasi Informasi di berbagai media, baik elektronik maupun cetak,
termasuk webportal PPK, akan mempermudah pengaksesan dan pemanfaatannya dalam
penyusunan kebijakan dan pengukuran kinerja PPK. Keterbukaan dalam pelaporan kegiatan
PPK akan memudahkan para pemangku kepentingan berpartisipasi aktif mengawal segenap
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga publik maupun sektor swasta.
Keberhasilannya diukur berdasarkan indeks tingkat kepuasan pemangku kepentingan
terhadap laporan PPK. Semakin tinggi tingkat kepuasan pemangku kepentingan, maka
harapannya, semua kebutuhan informasi dan pelaporan terkait proses penyusunan kebijakan

dan penilaian progres PPK dapat semakin terpenuhi sehingga upaya PPK dapat dikawal
secara berkesinambungan dan tepat sasaran.

Berbagai cara juga telah dilakukan negara untuk menghabisi para penyuka narkoba ini. Lewat
iklan layanan, membentuk satuan khusus BNN sampai ormas serta penyuluhan-penyuluhan
diberikan kepada masyarakat dengan pesan bahwa Narkoba itu sangat berbahaya. Namun lagilagi zat kimia itu tidak minggat dari manusia. Malah semakin menjadi-jadi saja, dilihat dari
bandar-bandar besar yang berhasil ditangkap oleh penegak hukum. Alasan Menggunakan
Narkoba. Menurut saya, alasan orang untuk mencoba Narkoba ini hanyalah simple yaitu
eksistensi diri. Eksistensi diri yang saya maksud adalah hanya pergaulan alias gaul. Tidak
lebih. Kenapa demikian? Sebab, image yang tercipta dari para pengguna narkoba ini adalah
modren, gaool dan tajir. Remaja biasanya selalu ingin di cap sebagai anak gaul. Untuk mencapai
keinginan tersebut dia akan melakukan apa saja, mulai dari nongkrong-nongkrong, bawa
kendaraan (orang tua), sampai menggunakan Narkoba. Bagi generasi muda menggunakan
narkoba biar dia dibilang keren, gagah-gagahan dan ingin mengikuti gaya anak muda yang lagi
ngetrend. alasanya : Biasanya pemula sehabis make selalu ingin diketahui teman-temannya,
termasuk teman wanita. Pemake pemula akan berusaha secara tak langsung memberitahukan
kepada khalayak bahwa dia adalah pemake (baru saja habis make). Makanya jangan heran
didalam kelas, saat kuliah atau di tempat umum, menemukan mata remaja bengkak atau merah
(kalau yang dikonsumsinya ganja). jika dia berhasil membuat teman-temannya tahu bahwa dia
pemake, maka yang bersangkutan akan bahagia. Dan bulan-bulan berikutnya, setelah mengenal
ganja prilakunya akan mulai berobah. Yang biasanya disaat tinggi dia tampil di muka umum,
perlahan mulai hilang. Sebab, menurutnya lingkungan dia sudah mengetahui bahwa dia adalah
pemake, jadi tidak ada gunanya lagi setelah make tampil didepan orang ramai. Setelah akrab
dengan Ganja, remaja atau generasi muda mulai mencoba-coba hal yang lebih tinggi> bisa-bisa
sabu-sabu bisa juga Putawa. Bagi kalangan usia sekolah menengah sabu sangat mahal, kecuali
anak orang kaya. Akan tetapi, bagi kalangan mahasiswa cukup terjangkau. Bagi yang terjangkau
pemake tadi mulai melirik sabu-sabu. Itupun jika ada yang mengenalkan atau salah satu dari
pemake ini kenal dengan penjual sabu. Biasanya pemake ini sebelum mencoba akan bertanya
dulu bagaimana cara menghisap sabu, efeck dan nikmatnya. Teman mereka yang telah
mencoba akan menceritakan dampak dari sabu-sabu ini. Setelah mengerti baru pemake yang
dulunya hanya Ganja akan mencoba. Jadi, menurut saya pengguna kalangan remaja ini
mengenal narkoba secara bertahap dulu. Sangat jarang pengguna narkoba kalangan remaja
ujug-ujug langsung memake Putaw atau Heroin. Umumnya selalu diawali dari yang paling
murah. Bagi yang mapan (kaya) mungkin diawali dari sabu-sabu atau inex. Tapi dasarnya tetap
sama dari ajakan teman atau sebatas coba-coba. Setelah akrab dengan Ganja dan sabu,
pemake kembali ingin mencoba hal yang lebih dahsyat lagi. bisa Putawa, bisa juga Heroin.
Namun, bagi pemake yang memahami betul tentang putaw ini, dia kan berfikir ulang untuk
mengkonsumsinya. Sebab, dampak dari Putaw ini sangat buruk yaitu sakaw atau sakit karena
putaw. Jadi yang sakaw itu hanya ada pada putaw dan sejenis (tapi kalau heroin, morfin atau
kokain saya tidak begitu paham) itu narkoba paling berbahaya lagi. Pengetahuan saya baru
sampai pada Putaw. Tapi umumnya sebelum orang melangkah pada morfin, heroin atau kokain
ini mereka minimal telah mengonsumsi ganja, sabu-sabu dan putaw. Jarang sekali yang tidak.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/02/20/roger-memang-wajib-untuk-di-rehab636446.html Penanganan Narkoba Yang Efektif. Narkoba itu berkembang disebabkan tingginya
permintaan. Bukan lantaran harganya mahal. Makanya negara dan aparat penegak hukum fokus
pada permintaan tadi. Semahal apapun harganya konsumen akan tetap membeli. Tapi stake

holder dapat menghentikan para pembeli ini sebelum mereka melangkah lebih jauh. Caranya?
Banyak tidak sadar bahwa Media masa dan televisi juga turut menarik pemake. Lantaran media
telah mencitrakan pengguna Narkoba sebagai kalangan orang kaya, moderen, trendi dan gaul.
Branding yang terbentuk inilah yang menjadi alasan para remaja menggunakan narkoba.
Menurut saya tayangan-tayangan media tentang narkoba begitu ekslusif. Seringkali media
mengabarkan dari tempat diskotik, tongkrongan elit dan sejenisnya. Coba media menyangkan
tampang-tampang pemakai narkoba itu yang kurus, tidak terurus dan dekil, gambar tersebut
ditayangkan secara berulang-ulang. Kita tahu masyarakat Indonesia latah dalam segi apapun.
Mulai dari penggunaan bahasa, pakaian ataupun kendaraan Indonesia selalu ingin (ikut-ikutan)
tampil modren, trendi dan dibilang tidak ketinggalan zaman. Begitu juga dengan anak muda.
Sekarang ini bagimana caranya media membentuk image para pemakai narkoba itu sebagai
(maaf) manusia hina, tidak berguna dan sampah masyarakat dan bahasa vulgar plus jorok
lainnya. Sehingga teman-teman si pengguna tadi akan memanggil dia dengan bahasa yang
vulgar tadi. Saya yakin opini yang terbentuk di kalangan remaja akan berobah. Cara ini juga
termasuk kedalam strategi propoganda. Selain media, iklan dari Instansi terkait juga
menggunakan bahasa vulgar. Di bilboard, baliho ataupun iklan layar kaca akan dipenuhi dengan
kalimat pemakai narkoba itu adalah sampah masyarakat. Pemakai Narkoba itu orang yang tidak
berguna. Pemakai narkoba itu manusia hina. kalimat-kalimat ini juga harus ditempel di
lingkungan sekolah dan kampus. Saya yakin cara ini akan membuat para remaja takut diketahui
sebagai pemakai. Karena takut diketahui pemakai, mereka tidak akan mencoba atau
menggunakan narkoba. Kan, tadi remaja (mencoba) mengkonsumsi narkoba hanya untuk
sekedar gagah-gagahan dan (per) gaul (an). Cara ini menurut saya patut dicoba oleh
pemerintah, kapan perlu adain dulu riset yang mendalam. Jika berhasil Indonesia telah memutus
rantai pasar Narkoba dan menghentikan calon konsumen. Sehingga Indonesia tidak lagi menjadi
pangsa pasar yang menggiurkan. Indonesia telah melakukan berbagai cara untuk
menanggulangi Narkoba. Tapi tidak juga berhasil, malahan semakin marak. Menurut saya,
pemerintah belum memahami betu akar permasalahan dan alasan orang untuk menggunakan
Narkoba. Cara ini menurut saya cock diterapkan bagi kalangan remaja atau pemula. Dan yang
saya uraikan ini salah satu cara bagaimana konsumen narkoba semakin minim
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.jefrihidayat.com/cara-efektif-memberantasnarkoba-bagi-kalangan-remaja_54f84ca1a33311137e8b45c0

CARA ISLAM MEMBERANTAS MAFIA PERADILAN


khabarislam.wordpress.com. Indonesia sudah lama dicengkeram mafia
peradilan. Mafia ini tak seperti mafia bandit bersenjata ala Mafia di Italia, atau
Yakuza di Jepang, namun merupakan suatu jaringan pihak-pihak tertentu
baik dari dalam maupun dari luar lembaga penegak hukum yang
berkonspirasi dan merekayasa jalannya proses peradilan baik di lembaga
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan demi memperoleh imbalan materi
secara ilegal. Mafia peradilan yang selama ini dianggap sebagai dugaan
belaka, memperoleh konfirmasi dan buktinya ketika Anggodo Widjojo
mengaku telah menggelontorkan uang Rp 6 miliar ke berbagai pihak terutama pimpinan KPK.
Apa faktor-faktor yang menyebabkan maraknya mafia peradilan? Bagaimana cara Islam
memberantasnya baik secara preventif maupun kuratif? Bagaimana mekanisme kontrol praktis
terhadap sistem peradilan Islam? Untuk menjawabnya, berikut ini wawancara redaksi AlWaiedengan KH. M. Shiddiq al-Jawi, salah seorang Ketua DPP HTI (redaksi).
Kyai, saat ini mafia peradilan yang dulu baru dugaan sekarang terbukti ada dan bahkan
gentayangan di pucuk tertinggi institusipenegak hukum negeri ini, bagaimana Kyai
melihat fenomena ini?
Ini sangat mengerikan. Bagi saya mafia peradilan ini adalah musibah di atas musibah. Musibah
pertama adalah sistem hukum Indonesia yang menurut saya sistem hukum syirik. Di
Indonesia kan berlaku pluralisme sistem hukum, ada sistem hukum Islam, sistem hukum adat,
dan sistem hukum Barat. Secara normatif, sistem ini haram hukumnya menurut Islam. Bukankah
dalam Al-Qur`an Allah sudah berfirman,Laa yusyrik fi hukmihi ahadan. Artinya, Allah tidak
mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum. (QS Al-Kahfi : 26).
Secara politik, sistem ini adalah warisan penjajah kafir yang semestinya dihapuskan. Jadi
melaksanakan sistem syirik ini bagi saya sama saja dengan melanggengkan penjajahan di
negeri ini. Sedang musibah yang kedua, adalah mafia peradilannya itu sendiri. Bagi saya mafia
peradilan hanyalah sekumpulan manusia-manusia berkualitas sampah yang rakus akan
kehidupan duniawi. Dalam Qur`an orang yang rakus diumpamakan seperti anjing yang selalu
menjulurkan lidahnya. Kata Allah, Famatsaluhu kamatsasil kalbi, Mereka yang rakus itu tak
ubahnya seperti anjing. (QS Al-Araf : 176). Jadi, sudah sistem hukumnya syirik, masih
diperparah lagi dengan kelakuan manusia-manusia yang berkepribadian anjing. Nauzhubillah
Kenapa mafia peradilan itu muncul dan merajalela?
Banyak faktornya. Pertama, kualitas SDM yang rendah baik secara intelektualitas meupun
spiritualitas. Secara intelektual, mereka yang menjadi hakim misalnya, bukan berasal dari yang
terbaik ketika lulus SMU. Anak-anak SMU yang pintar kan umumnya pingin masuk fakultas sains
seperti kedokteran atau teknik. Dari segi spiritualitas, juga tak kalah rendahnya. Mafia peradilan
itu kumpulan manusia yang tidak takut dosa, tidak takut neraka. Kedua, pengawasan yang ada
sangat lemah. Memang sudah ada lembaga-lembaga pengawasan baik internal maupun
eksternal.
Di kepolisian ada Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), di Kejaksaan ada Komisi Kejaksaan,
di Pengadilan ada Komisi Yudisisal (KY). Tapi pengawasan hampir-hampir tidak berjalan.
Contohnya pada masa Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan, KY telah mengajukan 28
hakim untuk dijatuhkan sanksi terkait pelanggaran. Namun sayangnya, rekomendasi tersebut

tidak ada satu pun yang ditindaklanjuti. Di era kepemimpinan Harifin A. Tumpa, dari 11 hakim
yang direkomendasikan untuk dikenakan sanksi, baru dua yang ditindaklanjuti. Ketiga, rendahnya
integritas pimpinan. Ini bisa ditunjukkan misalnya dengan besarnya rasa kasihan pimpinan
terhadap bawahan yang melanggar. Akhirnya bawahan yang melanggar dibiarkan, atau diberi
sanksi yang sangat ringan. Jelas ini indikasi bobroknya kualitas pimpinan. Sebab hanya
pimpinan bersih saja yang tak takut menjatuhkan sanksi kepada bawahan yang melanggar.
Ketua MA Bagir Manan (waktu itu), misalnya, menghalang-halangi KPK untuk memeriksa semua
hakim agung yang menjadi bawahannya di MA terkait dengan suap kasasi Probosutejo. Kalau
bawahannya bersih, mestinya Ketua MA sebagai pimpinan tidak menghalangi. Keempat, tidak
adanya sanksi yang berat bagi mafia peradilan. Contoh, mantan hakim pengadilan tinggi Harini
Wijoso, yang menjadi pengacara pengusaha Probosutedjo. Dia yang telah terbukti menyuap
dengan uang 400 ribu dolar AS dan Rp 800 juta, hanya divonis 2 tahun di tingkat pengadilan
banding. Kelima, birokrasi peradilan yang panjang dan berjenjang. Kalau dari pengadilan negeri
seorang terdakwa tak puas, dia bisa mengajukan banding ke pengadilan tinggi. Kalau masih tak
terima juga, bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Panjangnya birokrasi peradilan ini
memberi banyak celah bagi mafia peradilan untuk merajalela. Adanya mafia peradilan ini
menunjukkan kerusakan sistem atau kerusakan aparatur pelaksana sistem?
Dua-duanya rusak semua. Sistemnya rusak, begitu juga pelaksananya. Seperti tadi sudah saya
katakan, sistem yang rusak itu bisa dilihat dari lemahnya pengawasan, ringannya sanksi bagi
pelanggar, dan panjangnya birokrasi peradilan. Faktor-faktor ini bersifat sistemik. Sementara
rendahnya kualitas SDM dan rendahnya integritas pimpinan, adalah faktor-faktor yang terkait
dengan individu aparatur pelaksana sistem. Jadi peradilan di kita itu sistemnya bobrok, di tangan
manusia yang tidak amanah dan tidak becus. Sempurna sudah kehancuran negeri ini
Dampak adanya mafia peradilan itu bagi negeri ini dan rakyat secara umum apa Kyai?
Wah,banyak sekali dampak negatifnya. Yang utama adalah, pertama, hilangnya kepercayaan
masyarakat pada sistem hukum yang ada. Baru-baru ini di Media Indonesia (11/12) disebutkan
hasil survei, bahwa tingkat distrust (ketidakpercayaan) publik terhadap kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan sangat tinggi, mencapai angka 90 %. Luar biasa. Dari 10 orang, hanya 1 orang yang
menganggap peradilan kita kredibel. Kedua, rusaknya segala tatanan kehidupan di negeri kita.
Bayangkan, mestinya tatanan kehidupan bisa tegak kalau para penegak hukumnya baik. Di
kita kan tidak. Baik itu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan semuanya bobrok dan mengalami
pembusukan sistemik akibat dirusak oleh mafia peradilan. Kalau penegak hukum rusak, segala
tatanan kehidupan jadi amburadul semua. Ketiga, hilangnya hak masyarakat untuk memperoleh
keadilan. Coba lihat, seorang nenek Minah di Purwokerto divonis 1,5 bulan hanya karena
mencuri 3 buah kakao seharga Rp 1500 saja, sedang Anggodo yang dalam rekaman jelas-jelas
mengaku menyuap Rp 6 miliar kepada para penegak hukum, dibiarkan bebas berkeliaran. Lalu
di mana letak keadilan itu? Keempat, suburnya korupsi dan suap menyuap. Sebab mafia
peradilan ini modusnya ya seperti itu. Menyuap hakim, menyuap polisi, dan seterusnya. Selama
mafia peradilan ini masih ada, maka korupsi, suap menyuap, gratifikasi, dan sejenisnya akan
tetap tumbuh subur di negeri ini.
Kalau dalam sistem Islam sejauhmana kemungkinan mafia peradilan itu muncul?
Kemungkinan itu ada. Karena peradilan Islam pun tetap dijalankan oleh manusia, bukan oleh
malaikat. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda,Hakim itu ada tiga macam, satu masuk
surga, dua masuk neraka. Yang masuk surga, hakim yang mengetahui kebenaran lalu dia
memutuskan berdasarkan kebenaran itu. Sedang hakim yang mengetahui kebenaran lalu curang
dalam memutuskan, maka ia masuk neraka. Demikian juga hakim yang memutuskan perkara di

antara manusia atas dasar kebodohan, maka ia pun masuk neraka. (HR Ibnu Majah). Jadi
hadis ini mengisyaratkan bahwa dalam sistem Islam dimungkinkan pula ada mafia peradilan,
misalkan hakim yang memvonis secara curang, mungkin karena suap, hadiah, dan sebagainya.
Namun perlu diingat, meski demikian, Islam mempunyai seperangkat langkah jitu untuk
memberantas mafia peradilan.
Bagaimana sistem Islam mencegah munculnya mafia peradilan?
Secara preventif paling tidak ada 6 langkah sistemik untuk mencegahnya. Pertama, rekrutmen
SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas dan integritas, bukan berasaskan
koneksitas atau nepotisme. Dalam istilah Islam, mereka yang menjadi aparatur peradilan wajib
memenuhi kriteria kifayah (kapabilitas) dan berkepribadian Islam (syakhshiyah islamiyah). Nabi
SAW pernah bersabda,Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
Hari Kiamat. (HR Bukhari). Umar bin Khaththab pernah berkata,Barangsiapa mempekerjakan
seseorang hanya karena faktor suka atau karena hubungan kerabat, berarti dia telah berkhianat
kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin. Kedua, negara wajib melakukan pembinaan
kepada aparatnya. Khalifah Umar bin Khaththab selalu memberikan arahan dan nasehat kepada
bawahannya. Umar pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asyari,Kekuatan dalam bekerja
adalah jika kamu tidak menunda pekerjaan hari ini sampai besok. Kalau kamu menundanya,
pekerjaanmu akan menumpuk. Ketiga, negara wajib memberikan gaji dan fasilitas yang layak
kepada aparatnya. Sabda Nabi SAW,Siapa saja yang bekerja untuk kami, tapi tak punya rumah,
hendaklah dia mengambil rumah. Kalau tak punya isteri, hendaklah dia menikah. Kalau tak
punya pembantu atau kendaraan, hendaklah ia mengambil pembantu atau kendaraan. (HR
Ahmad). Abu Ubaidah pernah berkata kepada Umar,Cukupilah para pegawaimu, agar mereka
tidak berkhianat. Ketiga, larangan menerima suap dan hadiah bagi para aparat negara. Nabi
SAW bersabda,Barangsiapa yang menjadi pegawai kami dan sudah kami beri gaji, maka apa
saja ia ambil di luar itu adalah harta yang curang. (HR Abu Dawud). Tentang hadiah kepada
aparat pemerintah, Nabi SAW berkata, Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah
suht (haram) dan suap yang diterima hakim adalah kekufuran. (HR. Ahmad). Keempat,
melakukan perhitungan kekayaan. Khalifah Umar bin Khaththab pernah menghitung kekayaan
para pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Kelima, adanya teladan dari pimpinan. Manusia
cenderung mengikuti orang terpandang dalam masyarakat, termasuk pimpinannya. Maka Islam
menetapkan kalau seseorang memberi teladan yang bagus, dia juga akan mendapatkan pahala
dari orang yang meneladaninya. Sebaliknya kalau memberi teladan yang buruk, dia juga akan
mendapatkan dosa dari yang mengikutinya. Keenam, pengawasan oleh negara dan masyarakat.
Umar bin Khaththab langsung dikritik oleh masyarakat ketika akan menetapkan batas maksimal
mahar sebesar 400 dirham. Pengkritik itu berkata, Engkau tak berhak menetapkan itu, hai
Umar.
Jika mafia peradilan itu ada, bagaimana Islam mengatasinya?
Kalau memang telah terjadi, Islam mengatasinya dengan langkah kuratif, yakni memberikan
hukuman yang tegas dan setimpal. Hukuman untuk orang yang terlibat dalam mafia peradilan
masuk kategori tazir, yaitu hukuman yang jenis dan kadarnya ditentukan oleh hakim. Bentuknya
mulai dari yang paling ringan, seperti nasehat atau teguran, sampai yang paling tegas, yaitu
hukuman mati. Berat ringannya hukuman disesuaikan dengan berat ringannya kejahatan.
Andaikata kasus Anggodo terjadi dalam sistem peradilan Islam, menurut saya yang pantas
untuknya adalah hukuman mati. Karena dia makelar kasus kelas kakap dan yang disuapnya juga
petinggi negara. Biar menimbulkan efek jera, eksekusinya bisa dengan cara digantung di
hadapan publik dan disiarkan secara langsung lewat televisi.

Bagamaina Islam menyikapi rekayasa kasus dan vonis hasil rekayasa seandainya itu
terjadi?
Rekayasa kasus dan vonisnya hakikatnya adalah tindak kejahatan negara (jarimah ad-daulah).
Maka kalau terjadi, yang berhak menangani adalah Mahkamah Mazhalim, yakni lembaga
peradilan yang diberi kewenangan untuk mengadili kejahatan negara, baik yang dilakukan oleh
kepala negara (Khalifah), maupun aparat di bawahnya seperti para hakim dalam lembaga
peradilan Islam (al-Qadha`). Masyarakat dipersilakan mengadukan dugaan rekayasa kasus ini
kepada Mahkamah Mazhalim disertai bukti-bukti dan saksi-saksinya. Mahkamah Mazhalim pun
berhak melakukan apa yang kini disebuteksaminasi, yakni menguji sejauh mana ketepatan
pasal-pasal suatu undang-undang terhadap fakta hukum yang muncul dalam persidangan. Kalau
terdapat ketidakcocokan, vonis dapat dibatalkan oleh Mahkamah Mazhalim. Kalau hal ini terjadi
karena kesengajaan atau rekayasa, Mahkamah Mazhalim akan mengadili semua aparat negara
yang terlibat dan menjatuhkan sanksi tazir yang tegas.
Bagaimana mekanisme praktis dalam sistem Islam untuk mengontrol proses hukum
sehingga menjamin rasa keadilan bagi masyarakat?
Secara umum mekanisme kontrolnya dapat dijalankan melalui empat jalur. Pertama, melalui
lembaga Majelis Umat yang memang mempunyai kewenangan mengawasi jalannya
pemerintahan oleh Khalifah dan aparat di bawahnya, termasuk para hakim. Majelis Umat dapat
mengadakan sidang dengan menghadirkan Khalifah atau Qadhi Qudhat(pemimpin lembaga
peradilan). Ini semacam Rapat Dengar Pendapat di DPR sekarang. Kedua, melalui partai-partai
politik yang dapat menyampaikan kritiknya baik melalui Majelis Umat maupun melalui media
massa kepada publik. Ketiga, melalui individu-individu umat secara langsung, misalnya lewat
ulama atau tokoh masyarakat. Mereka dapat secara langsung menyampaikan laporan kepada
Khalifah atau Mahkamah Mazhalim. Keempat, melalui Mahkamah Mazhalim, yang memang
berwenang untuk mengawasi dan mengadili kejahatan yang dilakukan aparat negara.

MEMBERANTAS MAFIA KASUS


Hari ini saya mengikuti Seminar tentang "Memberantas Mafia Hukum di Indonesia" yang diselenggarakan
oleh Kepresidenan Mahasiswa Universitas Trisakti. Saya dan beberapa teman lainnya pun datang
mewakili Parlemen Fakultas Hukum Trisakti. Pembicara yang hadir pada hari ini bisa dibilang cukup
penting dan ahli di bidangnya, antara lain adalah Irjen Pol Edward Aritonang dari Kepolisian Republik
Indonesia, Bibid Samad Riyanto dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Dr. Yenti Ganarsih, SH. MH
Akademisi yang merupakah Pakar tentang Money Laundry dan juga perwakilan dari Indonesia Corruption
Watch. Seminar yang berlangsung semi-formal ini pun dibuka oleh Ketua DPR RI - Marzuki Ali. Bayu
Saputra Muslimin selaku moderator membawa alur seminar dengan santai dan lugas. Ada beberapa hal
menarik dari penjelasan para Pembicara dan pertanyaan para Mahasiswa yang ingin saya bagikan. Hal
yang dibicarakan di seminar ini pun merupakan topik-topik hangat yang sekarang ini masih menjadi
bahan pembicaraan banyak orang, sebut saja Kasus Century, Mafia Pajak, Susno Duadji, dan lain
sebagainya. Saya akan mencoba untuk memaparkan hal-hal menarik yang saya dapatkan menurut
pemikiran saya. ....Edward Aritonang... makelar kasus itu bisa dibilang sebagai penghubung antara orang
yang membutuhkan 'jasa' dengan para aktor mafia hukum (kepolisian, kejaksaan, Dirjen Pajak, dll). Nah,
si Markus inilah 'arsitek'nya untuk mengatur bagaimana menyelesaikan kasus dengan cara yan tidak
benar. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mafia Hukum antara lain adalah Proses pengadilan
yang sangat panjang sehingga membuka celah bagi mafia hukum untuk beraksi; Degradasi Moral
Bangsa; Lemahnya aturan, regulasi, sanksi atas penyelewengan hukum; lemahnya pengawasan
terhadap proses hukum dan keterbatasan anggaran. Untuk mengatasi hal ini, Polri telah melakukan
bebrapa hal yaitu Kroyok Reserse yang meliputi Kegiatan Upaya pembinaan Moral, Pengawasan
Penyidik, Peningkatan Anggaran Penyidikan, Reward and Punishment, Penataan Sistem, Menata Sarana
dan Prasarana ruangan kerja. markus itu muncul karena Penegakan hukum tidak benar, jadi harus
dilakukan REFORMASI POLRI! Susno Duadji adalah sahabat saya, kami berdua adalah anak didikan dari
Bapak Bibit yang pada waktu itu menjabat sebagai Kapolda di Kalimantan. Sebenarnya mengapa Susno
terlihat ditekan dari beberapa pihak itu tidaklah benar. Hanya saja memang beliau sudah melanggar
kode etik profesi dan juga melakukan tindakan pidana pada saat Ia menjadi bareskrim. Sudah tau terjadi
penyelewangan hukum tetapi tidak melakukan tindakan. Kepolisian juga membuka peluang bagi adanya
Public Control. Di dalam website Kepolisian RI, sudah ada portal dimana setiap masyarakat dapat bebas
berbicara. Selain itu kami juga punya facebook dan twitter yang selalu kami update. Kami juga tidak
mau ketinggalan dengan anak muda zaman sekarang. Yenti Ganarsih sebagai akademisi, saya
kadang heran terhadap para praktisi hukum. Seringkali apa yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan
teori yang berlaku. Kerapkali para praktisi berkata itukan teorinya, prakteknya beda lagi. Jadi, apakah
teori yang sudah ada sekarang ini tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman? Atau apakah memang
praktisinya yang melakukan penyelewengan terhadap teori hukum yang berlaku saat ini. Seharusnya
para praktisi (Hakim, Jaksa dan Pengacara) tidak bersentuhan secara langsung di lapangan. Tidak etis.
Masa si Hakim bermain golf bersama dengan Pengacara dari si terdakwa sih. Hal ini seringkali terjadi.
Karena saya dari bidang akademisi, menurut saya perlu juga disebutkan si Mafia Hukum ini berasal dari
Universitas apa, fakultas apa dan berapa lama kuliahnya. Saya sebagai Ketua Program Kekhususan
Praktisi Hukum tidak pernah mencetak mahasiswa untuk menjadi Mafia Hukum. Hari ini Pengacara yang
diundang tidak dating. Kenapa? Apa karena dia tidak bisa membela diri? Tadi Pak Marzuki Ali
mengatakan kadang orang yang berkompeten tidak punya kapasitas. Apa artinya? menurut saya
kadang orang-orang berkompeten seringkali memberikan solusi-solusi yang baik dan benar, tapi karena
dia tidak punya kapasitas untuk berbicara mereka sering tidak didengarkan ataupun disepelekan.
Dengan adanya mahasiswa yang hadir di seminar hari ini mencerminkan keperdulian mereka terhadap
pemberantasan Mafia Hukum di Indonesia. Saya percaya, dengan adanya mahasiswa yang berintegritas
dan berdedikasi penuh terhadap tanah air, Negara kita akan menjadi lebih baik lagi! Bibit Samat
Riyanto Ada 3 Komponen Bangsa yang sudah tercemar oleh Mafia Hukum yaitu: 1.Politik, sistemnya
yang kotor. Banyak sekali maling politik di Negara ini. Coba saya Tanya, sekarang ini ada tidak orang
yang mau menjadi Gubernur dan Bupati yang ga pake uang? Gaji Bupati itu setidaknya 5.6jt perbulan. 5
tahun masa jabatan jadi penghasilannya sekitar 300jtan. Tapi kenyataannya apa? Mereka bisa terima
Milyaran lebih dari proyek-proyek yang ada di daerahnya. 2. Ekonomi, misalnya di pemborong. Dalam
kepolisian juga ada istilah Parko yaitu Partisipasi Komando. Saya dulu pada waktu di kepolisian, pasti
kalau ada pengeluaran paling tidak 20% anggarannya diberikan kepada komando saya. 3. Hukum,
semua penegak hukum sudah pernah kena KPK. Hakim, Jaksa, Kepolisian yang menjadi Mafia Peradilan.
Sekedar informasi, pada waktu saya ditangkap ternyata saya ditahan di kamarnya Artalitha yang mewah
itu. Pantas saya merasa kok pernah melihat ruang tahanan ini di televisi. Hahahaha Pada waktu saya
menjabat sebagai Kapolda di Kalimantan. Saya menangani sekitar 234 kasus Illegal Logging yang mana
kalo mau saya selewengkan, saya bisa dapat 500 juta per kasus. Bisa kaya sekali saya pada waktu itu.
Tapi saya tidak mau, karena saya percaya setelah kehidupan di bumi ini masih ada lagi kehidupan lain di
akhirat. Saya ndak mau senang di bumi sengsara di akhirat. Mafia kasus itu biasanya dimulai di Grey
Area yaitu penyidikan yang menentukan kasus tersebut masuk ke wilayah hukum pidana ataukah
perdata. Kemudian proses penangkapan, barang Bukti, Penangguhan Penahanan, Pasal-Pasal, Penafsiran
unsur Delik semuanya bisa diatur sedemikian rupa. Tergantung feedback nya. Banyak orang yang
mengatakan KPK lambat. Sebenarnya bukan lambat, akan tetapi KPK tidak boleh menghentikan
Penyidikan, oleh sebab itu penyelidikannya harus mateng dan ini memerlukan waktu yang lama. Tidak

ada satupun perkara di KPK yang diputus bebas. Anda mengatakan bahwa pada waktu Antasari Azhar
menjabat kinerja KPK sangat efektif. Dan sekarang menjadi lebih efektif lagi setelah AA masuk tahanan.
Anda bisa bertanya kepada ICW. Bangsa ini memerlukan gerakan moral anti korupsi dan juga doronan
untuk melaksanakan political will secara nyata. Mengenai hukuman atas tindak pidana korupsi, banyak
yang berpendapat mengapa hanya 2-5 tahun penjara saja? Kenapa tidak ada hukuman mati seperti di
cina?. Sebenarnya dalam Pasal 2 UU 31/99 jo Pasal 2 UU 20/01 disebutkan hukuman mati bagi koruptor
dengan delik tertentu. Hukuman mati untuk korupsi itu bukan ranahnya KPK tapi DPR. Jadi kita sebagai
masyarakat dapat mengusulkan kepada DPR agar Hukuman Mati terhadap Koruptor ini diundangkan. Tapi
apakah mereka mau? Karena kenyataannya banyak juga anggota DPR yang Korupsi, apkah mereka mau
membuat hukuman mati bagi diri sendiri. Hahaha Indonesia Corruption Watch Tahun 2009
Indonesia dinyatakan sebagai Negara terkorup ke-2 di Dunia dan Negara paling buruk se-Asia Tenggara.
Terdapat 167 Kasus Korupsi di Lembaga Eksekutif, 32 Kasus di Lembaga Legislatif dan selebihnya terjadi
di Perusahaan Swasta dan BUMN. Hal ini menyebabkan kerugian Negara mencapai 1.546 Trilliun.
Belakangan ini, pemberantasan Mafia Hukum di Indonesia mengalamai degradasi. Penyebab terjadinya
Peluang terhadap tindak pidana Korupsi adalah sistem hukum yang diselewengkan. Misalnya KUHAP
menjadi SUAP (haha). Integritas moral yang kurang. Jangan pernah memilih penjahat menjadi pejabat.
Hasilnya akan buruk. Ruang lingkup pengawasan yang lembek dan budaya masyarakat yang sering tidak
taat pada aturan. Marzuki Ali Jangan pernah berharap pada generasi sekarang ini. Mulailah
perubahan dari diri anda sendiri. Note : Mafia Hukum di Indonesia sudah lama ada dan menciptakan
dampak yang sistemik. Hal ini menyebabkan sulitnya pemberantasan Mafia Hukum karena Para Aktornya
saling terkait dan juga memiliki jabatan penting dalam struktur keorganisasian Lembaga Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif.

Anda mungkin juga menyukai