I. PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda (generasi muda) senantiasa
memainkan peranan penting dalam setiap etape sejarah. Dimulai dari 20 Mei 1908
dengan didirikannya Perhimpunan Nasional Indonesia yang sekaligus
dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional, dipelopori oleh Pemuda
Pemuda Pelajar Stovia dengan tujuan kemajuan nusa dan bangsa yang
harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, teknik dan industri,
kebudayaan,mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan
bangsa yang terhormat. Berikut tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkannya Sumpah Pemuda
sebagai pernyataan lahirnya bangsa dan kebangsaan Indonesia dalam Kongres Pemuda
Indonesi II oleh organisasi-organisasi pemuda Indonesia (Jong java, Jong Sumarta, Pemuda
Indonesia, Sekar Rukun, Jong Celebes dll. ) Selanjutnya 17 Agustus 1945, Pernyataan
Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesi. Setelah
itu Angkatan 66 : kelompok pemuda merobohkan Order Lama dan penegakan Orde Baru
melalui Tritura. Menyusul 23 Juli 1973 Deklarasi Pemuda Indonesi yang pada intinya
menyatakan berdirinya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Kemudian 15 Januari
1974 yang dikenal dengan peristiwa Malari, sebagai protes pemuda atas kemerosotan situasi
bangsa saat itu menyebabkan beberapa pemuda
ditahan. Akhirnya tahun 1998/1999 (tuntutan reformasi) : Mahasiswa mendesak
Presiden Suharto turun dari kekuasaan dan tepat tanggal 21 Mei 1998 tokoh Orba lengser
keprabon yang disertai dengan 6 poin tuntutan Mahasiswa ; 1) Penghapusan Dwi Fungsi
ABRI, 2) Penegakan Supremasi Hukum, 3) Amademen UUD 45, 4) Pemberantasan KKN,
mengutuk segala bentuk kekerasan (ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan
dan keamanan).
Demikian besar peranan pemuda bagi kehidupan bangsa, tentunya menjadi catatan
penting bagi kita bagaimana upaya melakukan penyelamatan dari pengaruh
berbagai hal negatif seperti miras, sex bebas termasuk narkoba pada era
globalisasi dimana arus komunikasi dan transformasi informasi
sedemikian cepat. Dewasa ini narkoba telah menjadi momok bagi
masyarakat dan pemerintah sebagai sesuatu yang sangat membahayakan.
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan
berbahaya lainnya (narkoba) dengan berbagai implikasi dan dampak
negatifnya merupakan suatu masalahnya internasional maupun mengancam
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara serta dapat melemahkan
ketahanan nasional yang pada mulanya dapat menghambat jalannya
pembangunan.
Penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini telah menjadi
suatu fenomena dari perkembangan remaja dengan pola pemakaian yang
selalu mengalami perubahan. Beberapa tahun di Indonesia (khususnya di
kota besar) ganja dan pil KB sangat populer di kalangan remaja dan
pemuda. Sampai pada kasus meninggalnya Nike Ardila, mulai merebak
penggunaan ecstacy, trend berikutnya marak penggunaan putaw, sabu-sabu
dan heroin.
II. MENGENAL narkoba
1. Narkotika
Istiah narkotika berasal dari bahasa Inggris "Narcotics" yang berarti
obat bius, sama artinya dengan "Narcosis" dalam bahasa Yunani yang
a.
b.
c.
3.
b.
Tindak Pidana Prikotropika
Sangsi bagi pelaku penyalahgunaan Prikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997
sebagai berikut:
Tak segan mencuri uang/ menjual barang di rumah untuk beli narkoba.
a.
Pada masa remaja terjadi jarak fisik dan Psikologis yang cendrung
berakibat penurunan kedekatan emosi,dan kehangatan, bahkan cendrung
timbul konflik remaja denganorang tua.
b.
Konflik keluarga membuat remaja tergantung pada teman sebaya
uantuk dukungan emosi.
2.
Faktor Individu
Selain faktor lingkungan,peran genetik juga merupakan komponen yang
berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba, setidaknya untuk beberapa
individu. Sederhananya, orang tua pelaku penyalahgunaan narkoba
cendrung menurun kepada anaknya, terlebih pada ibu yang sedang hamil.
Contoh: Variabel Intra Individu
: Seperti agresifitas, pemberontak, kurang percaya diri. Satu studi
menunjukan bahwa agresi pada anak kelas 1 SD terlibat penggunaan
narkoba pada usia 10 tahu kemudian. Kecemasan dan depresi juga
berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba.
Faktor-faktor individu
lainnya adalah: Sikap positif terhadap "minum*quot;. Sifat mudah
terpengaruh, kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi atau
kebutuhan tinggi terhadap "excitment".
3.
Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki pengaruh yang paling
dasyat terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Anak dari
keluarga baik-baik, nilai sekolah baik, lingkungan baik cenderung
telibat narkoba jika teman-temannya menggunakan narkoba.
4.
Faktor Sekolah, Kerja, dan Komunitas
a.
Kegagalan Akademik
b.
Komitmen rendah terhadap sekolah : datang sekolah hanya untuk
ketemu teman , merokok, lalu bolos.
c.
Transisi sekolah : peralihan jenjang sekolah yang berakibat penurunan
prestasi memberi andil dalam penyalahgunaan narkoba.
d.
Faktor komunitas biasanya akibat : komunitas permisif terhadap
hukum dan norma, kurang patuh terhadap aturan,status sosial ekonomi.
V. STRATEGI PENANGANAN
Secara prinsip penangulangan penyalahgunaan narkoba akan lebih baik
dan efektif jika dilakukan sejak dini (upaya preventif) secara simultan
dan holistik,yaitu sinergi peran keluarga/orang tua, masyarakat
termasuk pemuda, aparat kepolisian dan individu pemakai yang
bersangkutan.
Faktor-faktor penyebab merupakan demand yang mempengaruhi orang menjadi
pemakai.Sementara produsen dan pengedar bertindak sebagai supply.
Ini merupakan mata rantai yang harus diputus sebagai upaya
penanggulangannya. Keluarga dan masyarakat mungkin lebih tepat
melakukan penanganan dari aspek demandsupply. Upaya teknis yang dapat dilakukan
berdasarkan aspek demand antara lain sebagai berikut:
sementara aparat kepolisian dapat terfokus pada
1.
Pendektesian Terhadap Anak
a.
Perhatikan perubahan pada diri si anak (bohong,bolos,bengong bego,
dan bodoh);
b.
Perhatikan prestasi, aspirasi dan masalh yang ada di sekolah.
c.
Perhatikan kegiatan keagamaan si anak dan harga diri si anak.
d.
Perhatikan perubahan emosi dan hubungan anak dan orang tua.
2.
Pendekatan Psikologis
a.
Faktor Individu
Di sekolah, pelajar jangan ragu untuk membuat kelompok studi dan gerakan anti
korupsi menjadi kegiatan ekstrakulikuler. Tindakan konkritnya dimulai dengan
mengawasi penggunaan anggaran sekolah. Organisasi mahasiswa dan kepemudaan
pun harus mampu secara konkrit mengambil bagian. Hal tersebut dapat dimulai
dengan menambah Bidang Anti Korupsi di struktur organisasinya dan kemudian
terjun dalam gerakan anti korupsi. Organisasi pemuda tingkatan daerah haruslah
menjadi pengawas kinerja aparatur di daerah, sedangkan organisasi pemuda di
tingkatan nasional haruslah menjadi pengawas kinerja aparatur di tingkatan
nasional. Lalu bagaimana dengan pemuda yang tidak berorganisasi? Meskipun
hanya sebagai individu, tidak menutup kemungkinan seseorang berperan serta
dalam pemberantasan korupsi. Peran tersebut dapat dimulai dari sikap zero
tolerance terhadap tindakan korupsi, melakukan pengawasan, bahkan sampai
pelaporan kasus korupsi dapat dilakukan oleh setiap orang/individu, tidak hanya
organisasi.
Jika telah terdapat komitmen untuk berperan dalam pemberantasan korupsi, maka
berjejaringlah dengan sesama pemuda yang juga berkomitmen dalam
pemberantasan korupsi. Hal tersebut dikarenakan pemberantasan korupsi tidak
akan berhasil karena individu, kelompok ataupun satu organisasi melainkan oleh
gerakan anti korupsi yang massive, terorganisir dan terkonsolidasi.
Terakhir saya ingin memberikan satu contoh di Athena pada abad ke 5 Sebelum
Masehi. Persoalan korupsi menjadi sarana pengembangan politik dengan
dilakukannya pembaharuan oleh Solon (640-559 SM), seorang pembuat undangundang dan negarawan Athena. Setiap warga negara diperbolehkan menggugat
siapa saja atas nama orang lain atau diri sendiri. Anak-anak muda berlomba-lomba
menggugat para pejabat, dengan motif adalah untuk kemajuan karir politik. Mereka
kemudian disebut kelompok benalu (sycophants). Misalnya Pericles menuntut
Jendral Athena Kimon yang korup. Semakin merajalelanya kegiatan para benalu
tersebut menimbulkan ketakutan psikologis di samping juga menghangatkan
B. Keterlibatan Mahasiswa
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.
Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota
keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul,
maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam
keluarga seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat
dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk
komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa diharapkan
dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak
korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan
kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader)
dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama
dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu
Negara.
C. Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam
Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup
setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus
ditaati dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam
mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan
tersebut dan apa akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan
anti korupsi adalah bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik
yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri serta lingkungannya. Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung
jawab, berani, sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi.
Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar.
Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke depannya.
Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak
pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat
merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu
tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya
mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi
gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam
pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa.
Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan
sejarah bangsa. Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna
mencegah tindak pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi
lainnya
menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting guna
mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan moral.
Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya
pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting guna mencegah aksi korupsi.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang. Seperti
yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan
pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah akan memulai proyek percontohan
pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi
dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa depan kasus
korupsi bisa diminimalisir.
D. Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di Lingkungan Kampus
1. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan
kurangnya political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.
2. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
3. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
4.
5.
Kesimpulan
Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan
kasus korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu melaksanakan
Undang-Undang Dasar 45 demi terwujudnya good goverment.
Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru terhadap
generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah
satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti
korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam
perjalanan sejarah bangsa.
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saran-Saran
Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling
awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan
anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide
inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen
perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan.
Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan
pembelajaran lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas
sosial, masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll.
Sehingga termotivasi untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga
dan lingkungannya untuk proaktif memberantas korupsi.
Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis
untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di
segala aspek kehidupan.
Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.
Bab 2
Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengertian Korupsi
Kata korupsi sudah bukan hal yang asing bagi kita. Korupsi berasal
dari bahasa latin Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus
(Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dari bahasa latin itu
turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption, Corrupt
kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie. Kemudian arti kata
korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia
disimpulkanoleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia:
Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti pengertian penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya (Poerwadarminta : 1976).
Sedangkan pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 jo UU No.20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah
perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang
melanggar hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara.
Arti harifiah adalah Kebusukan, keburukan, kebejatan, ke tidak
jujuran, dapat di suap, Tidak bermoral, penyimpangan dari ke
sucian.Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13
pasal ( UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30
bentuk / Jenis tindak pidana korupsi, yang di kelompokan SBB :
Kerugian keuangan negara
Suap menyuap
Penggelapan dalam jabatan
Pemerasan
Perbuatan curang
Benturan kepentingan dalam pengadaan
Gratifikasi
Korupsi sudah merebak di hampir seluruh lapisan masyarakat dan
sepertinya sudah menjadi sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia
maka tidak mengherankan apabila negara seringkali mengalami kerugian
finansial yang cukup signifikan. Misalnya pada tahun 2006, negara
menderita kerugian akibat tindakan korupsi, terutama dalam sektor BUMN
sehingga mencapai angka yang cukup mengejutkan yaitu Rp 161 triliun.
Angka ini mengalami akselerasi yang cukup cepat karena sebelumnya di
tahun 2005 yaitu Rp 125 triliun (data ICW 2006). Akibat tindak kejahatan
korupsi ini juga meletakkan Indonesia pada posisi 134 dari 163 negara
(yang diurutkan dari negara terbersih sampai ke negara terkorup) dan TI
Perception Index Indonesia 2,4. Jumlah kasus juga banyak terjadi,
terutama di daerah Barat, Jakarta, Sumatra Selatan dan Bangka Belitung
yang mencapai 14-17 kasus per tahun. Banyaknya uang negara yang
mengalir di kantong-kantong orang-orang tidak bertanggung jawab tentu
menimbulkan beberapa dampak menurut Soejono Karni yaitu:
4.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
PENUTUP
a.
b.
Kesimpulan
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena
mengancam keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu
peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa adalah salah satu
bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam
memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan
masyarakat yang lain. Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih efektif.
Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa adalah menciptakan lingkungan
bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan kepada
masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat
pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. Maka mahasiwa harus lebih
berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya upaya mereka berjalan
semaksimal mungkin.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi jalan tak
ada ujung, melainkan jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan.
Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari
struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi etika atau
akhlak manusia.
Saran
Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi
di Indo-nesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasi-kannya di dalam kehidupan sehari-hari.
tahanan seorang tersangka juga jadi alat tawar-menawar. 3. Pelepasan Tersangka, Melalui surat
perintah penghentian penyidikan (SP3) atau sengaja membuat dakwaan yang kabur (obscuur
libel) sehingga terdakwa divonis bebas. 4. Penggelapan Perkara, Berkas perkara dapat
dihentikan jika memberikan sejumlah uang, Saat dilimpahkan ke kejaksaan, polisi menyebutkan
sudah ada yang mengurus sehingga tidak tercatat dalam register. 5. Negosiasi perkara, Proses
penyidikan yang diulur-ulur merupakan isyarat agar keluarga tersangka menghubungi jaksa,
Dapat melibatkan calo, antara lain dari kejaksaan, anak pejabat, pengacara rekanan jaksa, Berat
atau kecilnya dakwaan menjadi alat tawar-menawar. 6. Pengurangan tuntutan, Tuntutan dapat
dikurangi apabila tersangka memberikan uang, Berita acara pemeriksaan dibocorkan saat
penyidikan, Pasal yang disangkakan juga dapat diperdagangkan.
4. Tahap Pemeriksaan Pengadilan
Dalam tahap ini yang paling sering terjadi dan dapat dikategorikan sebagai diskrepansi adalah
tentang penentuan majelis. 1. Permintaan uang jasa, Pengacara harus menyiapkan uang ekstra
untuk bagian registrasi pengadilan. 2. Penentuan Majelis Hakim, Dapat dilakukan sendiri, atau
menggunakan jasa penitera pengadilan. 3. Negosiasi putusan, Sudah ada koordinasi
sebelumnya mengenai tuntutan jaksa yang berujung pada vonis hakim, Tawar menawar antara
hakim, jaksa dan pengacara mengenai besarnya hukuman serta uang yang harus
dibayarkan.Pada proses ini biasanya panitera diminta oleh pengacara untuk menghubungi hakim
yang dapat diajak kerjasama. Dalam modus ini, jaksa biasanya membicarakan kepada
pengacara, siapa saja hakim yang dapat diajak bekerjasama. Selanjutnya pada tahap ini sering
terjadi juga penundaan pembacaan putusan. Disini jika perkara telah sampai pada saat
pembacaan putusan, hakim biasanya menunda-nunda proses tersebut tanpa ada alasan yang
jelas.
5. Tahap Pelaksanaan Putusan
Dalam tahap ini terjadinya proses diskrepansi terlihat dengan adanya penundaan putusan yang
dilakukan apabila pihak terpidana membayar sejumlah uang kepada pihak kejaksaan melalui
calo perkara atau pelaksana eksekusi. Dalam bentuk lain, penundaan tersebut bisa juga
dilakukan dengan menunjukan surat keterangan sakit dari dokter40. Selain itu, pada tahap ini
diskrepansi juga terjadi dalam lembaga pemasyarakatan. Keadaan yang terjadi di lembaga
pemasyarakatan berupa pungutan-pungutan tidak resmi yang dilakukan oleh aparat dari LP
kepada narapidana yang ingin cuti atau kepada sanak saudara dari terpidana yang ingin
menjenguk.
B. PERADILAN PERDATA
Selain dalam peradilan pidana, macam-macam diskrepansi juga bisa kita temukan dalam
proses administrasi pada peradilan perdata yang terbagi menjadi peradilan contentieus
(ada sengketa para pihak) dan peradilan volunter (tidak perlu ada sengketa para pihak).
Menurut tahapan proses beracara di peradilan perdata yang contentieus diuraikan sebagai
berikut:
pembicaranya. Hakim juga dapat menerima kompensasi atas putusan yang dikeluarkannya
dengan membeli rumah atau mobil dengan harga dibawah harga
sebenarnya. Apabila hakim itu sedang mengadakan suatu acara tertentu,misalnya perkawinan
anaknya, maka pihak yang berperkara dapat memberikan kompensasi tersebut dalam bentuk
sumbangan terhadap perkawinan anak dari hakim tersebut. Bentuk sumbangan ini bisa juga
berbentuk pendanaan pesta perkawinan dari anak tersebut.
5. Tahap Pelaksanaan Putusan
Dalam tahap ini diskrepansi yang kerap kali terjadi adalah bahwa pihak yang di kalahkan tidak
mau melaksanakan putusan hakim secara sukarela dan diperlukan adanya bantuan pengadilan
untuk melaksakan putusan secara paksa. Pihak yang memenangkan perkara bisa mengajukan
permohonan pelaksanaan putusan ke pengadilan, dalam hal inilah Ketua PN, Panitera dan juru
sita bisa mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan. Sedangkan pihak yang terkena
sita biasanya melakukan kolusi dengan juru sita baik secara langsung maupun melalui
pengacaranya, juru sita akan memainkan obyek sita, memanipulasi atau melakukan penundaan
dengan alasan tertentu. Selain itu, pihak panitera bisa dengan sengaja menunda pelaksanaan
eksekusi sita supaya pihak yang memperoleh hak sita memberikan bayaran yang diminta oleh
panitera dan juru sita. Hal ini dapat dilakukan karena tidak adanya peraturan yang
memerintahkan panitera maupun juru sita untuk segera melaksanakan sita eksekusi.
Sedangkan tahapan proses beracara di peradilan perdata yang sifatnya volunter (tidak perlu ada
sengketa para pihak) terdapat dua bagian, yaitu Permohonan Hak dan Permohonan Penetapan
Eksekusi Sita Jaminan, yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pendaftaran
Dalam tahap ini beberapa hal yang terjadi dan termasuk dalam kategori sebagai suatu
diskrepansi ialah bahwa pihak yang mengajukan permohonan dikenakan biaya tambahan diluar
ketentuan yang berlaku.
2. Tahap Pemeriksaan
Dalam tahap ini diskrepansi yang terjadi adalah pemberian kompensasi kepada hakim dengan
tujuan agar permohonannya dapat langsung dikabulkan terlepas dari adanya syarat-syarat atau
ketentuan-ketentuan yang tidak atau belum dapat dipenuhi oleh pemohon. Singkatnya dalam
tahap ini diskrepansi terjadi dengan tujuan agar pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya
dikeluarkan dapat diabaikan oleh hakim.
3. Tahap Penetapan
Dalam tahap ini terjadinya proses diskrepansi terlihat dengan adanya pemberian imbalan
terhadap hakim atas penetapan yang mengabulkan permohonannya. Khusus untuk Permohonan
Sita Jaminan, pihak pemohon harus memberikan imbalan agar penetapannya dikeluarkan
kepada Ketua PN, Hakim & Panitera.
Demikian modus-modus mafia hukum yang beroperasi dilingkungan peradilan di Indonesia ini,
tentunya operandi tersebut belum semua saya sharekan,tetapi modus tersebut menjadi praktek
pada umumnya yang dilakukan oleh mafia hukum.
Praktek ini tentunya sangat meresahkan bagi masyarakat luas, khusunya bagi mereka yang
kurang dalam ekonominya. Akan sangat sulit / jauh dari angan-angan untuk mendapatkan
keadilan dan kepastian hukum bagi mereka benar- benar membutuhkannya. Sesungguhnya
sekalipun kejahatan itu memang terjadi, perlu dimengerti bahwa mereka mempunyai hak yang
sama miskin atau kaya akan mendapat perlakuan yang sama. Hal ini sesuai asas persamaan di
depan hukum. Sangatlah tidak adil apabila yang menang yang mempunyai kekuasaan, dan yang
mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar.
Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil langsung ditangkap dan
dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang
milyaran milik negara dapat berkeliaran dengan bebasnya.
Berangkat dari uraian-uraian dengan adanya fakta- fakta tersebut kita sebagai masyarakat yang
peduli keadilan mari kita menyatakan "PERANG TERHADAP MAFIA HUKUM", dan
MEMBALAS SEGALA PERLAKUAN MEREKA YANG TIDAK ADIL" !!! Demi terlaksananya
supremasi hukum. Namun sebelum menyatakan perang dan membalas tindakan mafia tersebut
ada baiknya kita menyusun "STRATEGI PEPERANGAN".
STRATEGI adalah taktik rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan". Didalam
strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan
memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Tindakan strategi tersebut adalah sebagai
berikut ;
1. Berlaku kritis terhadap kesewenangan, jangan dipendam dihati atau berdiam diri apabila
melihat, mendengar, serta mengalami kesewenagan tersebut. Berani menergur secara langsung
kepada pihak yang terkait.
2. Kumpulkan informasi dan data mengenai apa saja yang berhubungan dengan kasus. Telusuri
fakta dan bukti-bukti yang ada. Contoh : merekam apabila dilakukan penekanan permintaan
uang dari pejabat yang sewengan-wenang, dll
3. Perlunya pemahaman dan mengerti aturan-aturan hukum yang berlaku, apabila kesulitan
dalam memahami hukum tersebut, libatkan pihak ke 3 yang dipercaya mempunyai pengetahuan
hukum, yang integritas dan kredebilitasnya tidak diragukan lagi. Seperti tokoh masyarakat,
pemuda atau paralegal, LSM, atau Pengacara/ advokat.
4. Ambil tindakan secara sendiri atau bersama - sama dengan pihak ketiga untuk melakukan
tekanan terhadap kesewenangan yang terjadi. tekanan, misal : dengan mempengaruhi pendapat
umum melalui tulisan di media massa, mengirim surat ke berbagai instansi terkait ( Polisi ->
PROPAM, Jaksa -> JAMWAS, HAKIM - > KY ), Melaporkan penyelewengan, menuntut pidana,
dan menggugat perdata apabila fakta dan bukti cukup kuat ke lembaga peradilan/instansi yang
lebih tinggi.
5. Menerapkan prinsip kebenaranlah yang selalu menang, dimana ada usaha disitu pasti ada
jalan, tidak melakukan tindak perusakan, tidak melakukan tindak kekerasan, kepala bisa panas
hati harus tetap dingin. hehe
Tujuannya tindakan tersebut tidak lain adalah untuk suatu cara terencana dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan perubahan kebijakan pejabat peradilan yang merugikan
masyarakat. karena Seringkali suatu kebijakan keluar tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan
atau rasa keadilan masyarakat. Atau pelaksanaan kebijakan tidak berjalan sebagaimana
mestinya hukum yang berlaku.
dalam strategi ini. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan persentase kesesuaian
regulasi anti korupsi Indonesia dengan klausul UNCAC. Semakin mendekati seratus persen,
maka peraturan perundang-undangan terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia semakin lengkap dan sesuai dengan
common practice yang terdapat pada negara-negara lain.
Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor . Berkenaan dengan upaya
pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam maupun luar negeri, perlu diwujudkan suatu
mekanisme pencegahan dan pengembalian aset secara langsung sebagaimana ketentuan
UNCAC. Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari
putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-lebih terhadap perampasan aset yang
dilakukan tanpa adanya putusan pengadilan dari suatu kasus korupsi (confiscation without a
criminal conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh pengelolaan aset negara yang
dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari aset hasil tipikor dapat
dikembalikan kepada negara secara optimal. Keberhasilan strategi ini diukur dari persentase
pengembalian aset hasil tipikor ke kas negara berdasarkan putusan pengadilan dan persentase
tingkat keberhasilan (success rate) kerjasama internasional terkait pelaksanaan permintaan
dan penerimaan permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan Ekstradisi. Semakin tinggi
pengembalian aset ke kas negara dan keberhasilan kerjasama internasional, khususnya
dibidang tipikor, maka strategi ini diyakini berjalan dengan baik.
Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Praktik-praktik korupsi yang kian masif memerlukan
itikad kolaboratif dari Pemerintah beserta segenap pemangku kepentingan. Wujudnya, bisa
berupa upaya menanamkan nilai budaya integritas yang dilaksanakan secara kolektif dan
sistematis, baik melalui aktivitas pendidikan anti korupsi dan internalisasi budaya anti
korupsi di lingkungan publik maupun swasta. Dengan kesamaan cara pandang pada setiap
individu di seluruh Indonesia bahwa korupsi itu jahat, dan pada akhirnya para individu
tersebut berperilaku aktif mendorong terwujudnya tata-kepemerintahan yang bersih dari
korupsi diharapkan menumbuhkan prakarsa-prakarsa positif bagi upaya PPK pada khususnya,
serta perbaikan tata-kepemerintahan pada umumnya. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur
berdasarkan Indeks Perilaku Antikorupsi yang ada dikalangan tata-kepemerintahan maupun
individu di seluruh Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya
anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata setiap individu untuk
memerangi tipikor.
Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi. Strategi yang mengedepankan
dan penilaian progres PPK dapat semakin terpenuhi sehingga upaya PPK dapat dikawal
secara berkesinambungan dan tepat sasaran.
Berbagai cara juga telah dilakukan negara untuk menghabisi para penyuka narkoba ini. Lewat
iklan layanan, membentuk satuan khusus BNN sampai ormas serta penyuluhan-penyuluhan
diberikan kepada masyarakat dengan pesan bahwa Narkoba itu sangat berbahaya. Namun lagilagi zat kimia itu tidak minggat dari manusia. Malah semakin menjadi-jadi saja, dilihat dari
bandar-bandar besar yang berhasil ditangkap oleh penegak hukum. Alasan Menggunakan
Narkoba. Menurut saya, alasan orang untuk mencoba Narkoba ini hanyalah simple yaitu
eksistensi diri. Eksistensi diri yang saya maksud adalah hanya pergaulan alias gaul. Tidak
lebih. Kenapa demikian? Sebab, image yang tercipta dari para pengguna narkoba ini adalah
modren, gaool dan tajir. Remaja biasanya selalu ingin di cap sebagai anak gaul. Untuk mencapai
keinginan tersebut dia akan melakukan apa saja, mulai dari nongkrong-nongkrong, bawa
kendaraan (orang tua), sampai menggunakan Narkoba. Bagi generasi muda menggunakan
narkoba biar dia dibilang keren, gagah-gagahan dan ingin mengikuti gaya anak muda yang lagi
ngetrend. alasanya : Biasanya pemula sehabis make selalu ingin diketahui teman-temannya,
termasuk teman wanita. Pemake pemula akan berusaha secara tak langsung memberitahukan
kepada khalayak bahwa dia adalah pemake (baru saja habis make). Makanya jangan heran
didalam kelas, saat kuliah atau di tempat umum, menemukan mata remaja bengkak atau merah
(kalau yang dikonsumsinya ganja). jika dia berhasil membuat teman-temannya tahu bahwa dia
pemake, maka yang bersangkutan akan bahagia. Dan bulan-bulan berikutnya, setelah mengenal
ganja prilakunya akan mulai berobah. Yang biasanya disaat tinggi dia tampil di muka umum,
perlahan mulai hilang. Sebab, menurutnya lingkungan dia sudah mengetahui bahwa dia adalah
pemake, jadi tidak ada gunanya lagi setelah make tampil didepan orang ramai. Setelah akrab
dengan Ganja, remaja atau generasi muda mulai mencoba-coba hal yang lebih tinggi> bisa-bisa
sabu-sabu bisa juga Putawa. Bagi kalangan usia sekolah menengah sabu sangat mahal, kecuali
anak orang kaya. Akan tetapi, bagi kalangan mahasiswa cukup terjangkau. Bagi yang terjangkau
pemake tadi mulai melirik sabu-sabu. Itupun jika ada yang mengenalkan atau salah satu dari
pemake ini kenal dengan penjual sabu. Biasanya pemake ini sebelum mencoba akan bertanya
dulu bagaimana cara menghisap sabu, efeck dan nikmatnya. Teman mereka yang telah
mencoba akan menceritakan dampak dari sabu-sabu ini. Setelah mengerti baru pemake yang
dulunya hanya Ganja akan mencoba. Jadi, menurut saya pengguna kalangan remaja ini
mengenal narkoba secara bertahap dulu. Sangat jarang pengguna narkoba kalangan remaja
ujug-ujug langsung memake Putaw atau Heroin. Umumnya selalu diawali dari yang paling
murah. Bagi yang mapan (kaya) mungkin diawali dari sabu-sabu atau inex. Tapi dasarnya tetap
sama dari ajakan teman atau sebatas coba-coba. Setelah akrab dengan Ganja dan sabu,
pemake kembali ingin mencoba hal yang lebih dahsyat lagi. bisa Putawa, bisa juga Heroin.
Namun, bagi pemake yang memahami betul tentang putaw ini, dia kan berfikir ulang untuk
mengkonsumsinya. Sebab, dampak dari Putaw ini sangat buruk yaitu sakaw atau sakit karena
putaw. Jadi yang sakaw itu hanya ada pada putaw dan sejenis (tapi kalau heroin, morfin atau
kokain saya tidak begitu paham) itu narkoba paling berbahaya lagi. Pengetahuan saya baru
sampai pada Putaw. Tapi umumnya sebelum orang melangkah pada morfin, heroin atau kokain
ini mereka minimal telah mengonsumsi ganja, sabu-sabu dan putaw. Jarang sekali yang tidak.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/02/20/roger-memang-wajib-untuk-di-rehab636446.html Penanganan Narkoba Yang Efektif. Narkoba itu berkembang disebabkan tingginya
permintaan. Bukan lantaran harganya mahal. Makanya negara dan aparat penegak hukum fokus
pada permintaan tadi. Semahal apapun harganya konsumen akan tetap membeli. Tapi stake
holder dapat menghentikan para pembeli ini sebelum mereka melangkah lebih jauh. Caranya?
Banyak tidak sadar bahwa Media masa dan televisi juga turut menarik pemake. Lantaran media
telah mencitrakan pengguna Narkoba sebagai kalangan orang kaya, moderen, trendi dan gaul.
Branding yang terbentuk inilah yang menjadi alasan para remaja menggunakan narkoba.
Menurut saya tayangan-tayangan media tentang narkoba begitu ekslusif. Seringkali media
mengabarkan dari tempat diskotik, tongkrongan elit dan sejenisnya. Coba media menyangkan
tampang-tampang pemakai narkoba itu yang kurus, tidak terurus dan dekil, gambar tersebut
ditayangkan secara berulang-ulang. Kita tahu masyarakat Indonesia latah dalam segi apapun.
Mulai dari penggunaan bahasa, pakaian ataupun kendaraan Indonesia selalu ingin (ikut-ikutan)
tampil modren, trendi dan dibilang tidak ketinggalan zaman. Begitu juga dengan anak muda.
Sekarang ini bagimana caranya media membentuk image para pemakai narkoba itu sebagai
(maaf) manusia hina, tidak berguna dan sampah masyarakat dan bahasa vulgar plus jorok
lainnya. Sehingga teman-teman si pengguna tadi akan memanggil dia dengan bahasa yang
vulgar tadi. Saya yakin opini yang terbentuk di kalangan remaja akan berobah. Cara ini juga
termasuk kedalam strategi propoganda. Selain media, iklan dari Instansi terkait juga
menggunakan bahasa vulgar. Di bilboard, baliho ataupun iklan layar kaca akan dipenuhi dengan
kalimat pemakai narkoba itu adalah sampah masyarakat. Pemakai Narkoba itu orang yang tidak
berguna. Pemakai narkoba itu manusia hina. kalimat-kalimat ini juga harus ditempel di
lingkungan sekolah dan kampus. Saya yakin cara ini akan membuat para remaja takut diketahui
sebagai pemakai. Karena takut diketahui pemakai, mereka tidak akan mencoba atau
menggunakan narkoba. Kan, tadi remaja (mencoba) mengkonsumsi narkoba hanya untuk
sekedar gagah-gagahan dan (per) gaul (an). Cara ini menurut saya patut dicoba oleh
pemerintah, kapan perlu adain dulu riset yang mendalam. Jika berhasil Indonesia telah memutus
rantai pasar Narkoba dan menghentikan calon konsumen. Sehingga Indonesia tidak lagi menjadi
pangsa pasar yang menggiurkan. Indonesia telah melakukan berbagai cara untuk
menanggulangi Narkoba. Tapi tidak juga berhasil, malahan semakin marak. Menurut saya,
pemerintah belum memahami betu akar permasalahan dan alasan orang untuk menggunakan
Narkoba. Cara ini menurut saya cock diterapkan bagi kalangan remaja atau pemula. Dan yang
saya uraikan ini salah satu cara bagaimana konsumen narkoba semakin minim
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.jefrihidayat.com/cara-efektif-memberantasnarkoba-bagi-kalangan-remaja_54f84ca1a33311137e8b45c0
tidak ada satu pun yang ditindaklanjuti. Di era kepemimpinan Harifin A. Tumpa, dari 11 hakim
yang direkomendasikan untuk dikenakan sanksi, baru dua yang ditindaklanjuti. Ketiga, rendahnya
integritas pimpinan. Ini bisa ditunjukkan misalnya dengan besarnya rasa kasihan pimpinan
terhadap bawahan yang melanggar. Akhirnya bawahan yang melanggar dibiarkan, atau diberi
sanksi yang sangat ringan. Jelas ini indikasi bobroknya kualitas pimpinan. Sebab hanya
pimpinan bersih saja yang tak takut menjatuhkan sanksi kepada bawahan yang melanggar.
Ketua MA Bagir Manan (waktu itu), misalnya, menghalang-halangi KPK untuk memeriksa semua
hakim agung yang menjadi bawahannya di MA terkait dengan suap kasasi Probosutejo. Kalau
bawahannya bersih, mestinya Ketua MA sebagai pimpinan tidak menghalangi. Keempat, tidak
adanya sanksi yang berat bagi mafia peradilan. Contoh, mantan hakim pengadilan tinggi Harini
Wijoso, yang menjadi pengacara pengusaha Probosutedjo. Dia yang telah terbukti menyuap
dengan uang 400 ribu dolar AS dan Rp 800 juta, hanya divonis 2 tahun di tingkat pengadilan
banding. Kelima, birokrasi peradilan yang panjang dan berjenjang. Kalau dari pengadilan negeri
seorang terdakwa tak puas, dia bisa mengajukan banding ke pengadilan tinggi. Kalau masih tak
terima juga, bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Panjangnya birokrasi peradilan ini
memberi banyak celah bagi mafia peradilan untuk merajalela. Adanya mafia peradilan ini
menunjukkan kerusakan sistem atau kerusakan aparatur pelaksana sistem?
Dua-duanya rusak semua. Sistemnya rusak, begitu juga pelaksananya. Seperti tadi sudah saya
katakan, sistem yang rusak itu bisa dilihat dari lemahnya pengawasan, ringannya sanksi bagi
pelanggar, dan panjangnya birokrasi peradilan. Faktor-faktor ini bersifat sistemik. Sementara
rendahnya kualitas SDM dan rendahnya integritas pimpinan, adalah faktor-faktor yang terkait
dengan individu aparatur pelaksana sistem. Jadi peradilan di kita itu sistemnya bobrok, di tangan
manusia yang tidak amanah dan tidak becus. Sempurna sudah kehancuran negeri ini
Dampak adanya mafia peradilan itu bagi negeri ini dan rakyat secara umum apa Kyai?
Wah,banyak sekali dampak negatifnya. Yang utama adalah, pertama, hilangnya kepercayaan
masyarakat pada sistem hukum yang ada. Baru-baru ini di Media Indonesia (11/12) disebutkan
hasil survei, bahwa tingkat distrust (ketidakpercayaan) publik terhadap kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan sangat tinggi, mencapai angka 90 %. Luar biasa. Dari 10 orang, hanya 1 orang yang
menganggap peradilan kita kredibel. Kedua, rusaknya segala tatanan kehidupan di negeri kita.
Bayangkan, mestinya tatanan kehidupan bisa tegak kalau para penegak hukumnya baik. Di
kita kan tidak. Baik itu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan semuanya bobrok dan mengalami
pembusukan sistemik akibat dirusak oleh mafia peradilan. Kalau penegak hukum rusak, segala
tatanan kehidupan jadi amburadul semua. Ketiga, hilangnya hak masyarakat untuk memperoleh
keadilan. Coba lihat, seorang nenek Minah di Purwokerto divonis 1,5 bulan hanya karena
mencuri 3 buah kakao seharga Rp 1500 saja, sedang Anggodo yang dalam rekaman jelas-jelas
mengaku menyuap Rp 6 miliar kepada para penegak hukum, dibiarkan bebas berkeliaran. Lalu
di mana letak keadilan itu? Keempat, suburnya korupsi dan suap menyuap. Sebab mafia
peradilan ini modusnya ya seperti itu. Menyuap hakim, menyuap polisi, dan seterusnya. Selama
mafia peradilan ini masih ada, maka korupsi, suap menyuap, gratifikasi, dan sejenisnya akan
tetap tumbuh subur di negeri ini.
Kalau dalam sistem Islam sejauhmana kemungkinan mafia peradilan itu muncul?
Kemungkinan itu ada. Karena peradilan Islam pun tetap dijalankan oleh manusia, bukan oleh
malaikat. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda,Hakim itu ada tiga macam, satu masuk
surga, dua masuk neraka. Yang masuk surga, hakim yang mengetahui kebenaran lalu dia
memutuskan berdasarkan kebenaran itu. Sedang hakim yang mengetahui kebenaran lalu curang
dalam memutuskan, maka ia masuk neraka. Demikian juga hakim yang memutuskan perkara di
antara manusia atas dasar kebodohan, maka ia pun masuk neraka. (HR Ibnu Majah). Jadi
hadis ini mengisyaratkan bahwa dalam sistem Islam dimungkinkan pula ada mafia peradilan,
misalkan hakim yang memvonis secara curang, mungkin karena suap, hadiah, dan sebagainya.
Namun perlu diingat, meski demikian, Islam mempunyai seperangkat langkah jitu untuk
memberantas mafia peradilan.
Bagaimana sistem Islam mencegah munculnya mafia peradilan?
Secara preventif paling tidak ada 6 langkah sistemik untuk mencegahnya. Pertama, rekrutmen
SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas dan integritas, bukan berasaskan
koneksitas atau nepotisme. Dalam istilah Islam, mereka yang menjadi aparatur peradilan wajib
memenuhi kriteria kifayah (kapabilitas) dan berkepribadian Islam (syakhshiyah islamiyah). Nabi
SAW pernah bersabda,Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
Hari Kiamat. (HR Bukhari). Umar bin Khaththab pernah berkata,Barangsiapa mempekerjakan
seseorang hanya karena faktor suka atau karena hubungan kerabat, berarti dia telah berkhianat
kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin. Kedua, negara wajib melakukan pembinaan
kepada aparatnya. Khalifah Umar bin Khaththab selalu memberikan arahan dan nasehat kepada
bawahannya. Umar pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asyari,Kekuatan dalam bekerja
adalah jika kamu tidak menunda pekerjaan hari ini sampai besok. Kalau kamu menundanya,
pekerjaanmu akan menumpuk. Ketiga, negara wajib memberikan gaji dan fasilitas yang layak
kepada aparatnya. Sabda Nabi SAW,Siapa saja yang bekerja untuk kami, tapi tak punya rumah,
hendaklah dia mengambil rumah. Kalau tak punya isteri, hendaklah dia menikah. Kalau tak
punya pembantu atau kendaraan, hendaklah ia mengambil pembantu atau kendaraan. (HR
Ahmad). Abu Ubaidah pernah berkata kepada Umar,Cukupilah para pegawaimu, agar mereka
tidak berkhianat. Ketiga, larangan menerima suap dan hadiah bagi para aparat negara. Nabi
SAW bersabda,Barangsiapa yang menjadi pegawai kami dan sudah kami beri gaji, maka apa
saja ia ambil di luar itu adalah harta yang curang. (HR Abu Dawud). Tentang hadiah kepada
aparat pemerintah, Nabi SAW berkata, Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah
suht (haram) dan suap yang diterima hakim adalah kekufuran. (HR. Ahmad). Keempat,
melakukan perhitungan kekayaan. Khalifah Umar bin Khaththab pernah menghitung kekayaan
para pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Kelima, adanya teladan dari pimpinan. Manusia
cenderung mengikuti orang terpandang dalam masyarakat, termasuk pimpinannya. Maka Islam
menetapkan kalau seseorang memberi teladan yang bagus, dia juga akan mendapatkan pahala
dari orang yang meneladaninya. Sebaliknya kalau memberi teladan yang buruk, dia juga akan
mendapatkan dosa dari yang mengikutinya. Keenam, pengawasan oleh negara dan masyarakat.
Umar bin Khaththab langsung dikritik oleh masyarakat ketika akan menetapkan batas maksimal
mahar sebesar 400 dirham. Pengkritik itu berkata, Engkau tak berhak menetapkan itu, hai
Umar.
Jika mafia peradilan itu ada, bagaimana Islam mengatasinya?
Kalau memang telah terjadi, Islam mengatasinya dengan langkah kuratif, yakni memberikan
hukuman yang tegas dan setimpal. Hukuman untuk orang yang terlibat dalam mafia peradilan
masuk kategori tazir, yaitu hukuman yang jenis dan kadarnya ditentukan oleh hakim. Bentuknya
mulai dari yang paling ringan, seperti nasehat atau teguran, sampai yang paling tegas, yaitu
hukuman mati. Berat ringannya hukuman disesuaikan dengan berat ringannya kejahatan.
Andaikata kasus Anggodo terjadi dalam sistem peradilan Islam, menurut saya yang pantas
untuknya adalah hukuman mati. Karena dia makelar kasus kelas kakap dan yang disuapnya juga
petinggi negara. Biar menimbulkan efek jera, eksekusinya bisa dengan cara digantung di
hadapan publik dan disiarkan secara langsung lewat televisi.
Bagamaina Islam menyikapi rekayasa kasus dan vonis hasil rekayasa seandainya itu
terjadi?
Rekayasa kasus dan vonisnya hakikatnya adalah tindak kejahatan negara (jarimah ad-daulah).
Maka kalau terjadi, yang berhak menangani adalah Mahkamah Mazhalim, yakni lembaga
peradilan yang diberi kewenangan untuk mengadili kejahatan negara, baik yang dilakukan oleh
kepala negara (Khalifah), maupun aparat di bawahnya seperti para hakim dalam lembaga
peradilan Islam (al-Qadha`). Masyarakat dipersilakan mengadukan dugaan rekayasa kasus ini
kepada Mahkamah Mazhalim disertai bukti-bukti dan saksi-saksinya. Mahkamah Mazhalim pun
berhak melakukan apa yang kini disebuteksaminasi, yakni menguji sejauh mana ketepatan
pasal-pasal suatu undang-undang terhadap fakta hukum yang muncul dalam persidangan. Kalau
terdapat ketidakcocokan, vonis dapat dibatalkan oleh Mahkamah Mazhalim. Kalau hal ini terjadi
karena kesengajaan atau rekayasa, Mahkamah Mazhalim akan mengadili semua aparat negara
yang terlibat dan menjatuhkan sanksi tazir yang tegas.
Bagaimana mekanisme praktis dalam sistem Islam untuk mengontrol proses hukum
sehingga menjamin rasa keadilan bagi masyarakat?
Secara umum mekanisme kontrolnya dapat dijalankan melalui empat jalur. Pertama, melalui
lembaga Majelis Umat yang memang mempunyai kewenangan mengawasi jalannya
pemerintahan oleh Khalifah dan aparat di bawahnya, termasuk para hakim. Majelis Umat dapat
mengadakan sidang dengan menghadirkan Khalifah atau Qadhi Qudhat(pemimpin lembaga
peradilan). Ini semacam Rapat Dengar Pendapat di DPR sekarang. Kedua, melalui partai-partai
politik yang dapat menyampaikan kritiknya baik melalui Majelis Umat maupun melalui media
massa kepada publik. Ketiga, melalui individu-individu umat secara langsung, misalnya lewat
ulama atau tokoh masyarakat. Mereka dapat secara langsung menyampaikan laporan kepada
Khalifah atau Mahkamah Mazhalim. Keempat, melalui Mahkamah Mazhalim, yang memang
berwenang untuk mengawasi dan mengadili kejahatan yang dilakukan aparat negara.
ada satupun perkara di KPK yang diputus bebas. Anda mengatakan bahwa pada waktu Antasari Azhar
menjabat kinerja KPK sangat efektif. Dan sekarang menjadi lebih efektif lagi setelah AA masuk tahanan.
Anda bisa bertanya kepada ICW. Bangsa ini memerlukan gerakan moral anti korupsi dan juga doronan
untuk melaksanakan political will secara nyata. Mengenai hukuman atas tindak pidana korupsi, banyak
yang berpendapat mengapa hanya 2-5 tahun penjara saja? Kenapa tidak ada hukuman mati seperti di
cina?. Sebenarnya dalam Pasal 2 UU 31/99 jo Pasal 2 UU 20/01 disebutkan hukuman mati bagi koruptor
dengan delik tertentu. Hukuman mati untuk korupsi itu bukan ranahnya KPK tapi DPR. Jadi kita sebagai
masyarakat dapat mengusulkan kepada DPR agar Hukuman Mati terhadap Koruptor ini diundangkan. Tapi
apakah mereka mau? Karena kenyataannya banyak juga anggota DPR yang Korupsi, apkah mereka mau
membuat hukuman mati bagi diri sendiri. Hahaha Indonesia Corruption Watch Tahun 2009
Indonesia dinyatakan sebagai Negara terkorup ke-2 di Dunia dan Negara paling buruk se-Asia Tenggara.
Terdapat 167 Kasus Korupsi di Lembaga Eksekutif, 32 Kasus di Lembaga Legislatif dan selebihnya terjadi
di Perusahaan Swasta dan BUMN. Hal ini menyebabkan kerugian Negara mencapai 1.546 Trilliun.
Belakangan ini, pemberantasan Mafia Hukum di Indonesia mengalamai degradasi. Penyebab terjadinya
Peluang terhadap tindak pidana Korupsi adalah sistem hukum yang diselewengkan. Misalnya KUHAP
menjadi SUAP (haha). Integritas moral yang kurang. Jangan pernah memilih penjahat menjadi pejabat.
Hasilnya akan buruk. Ruang lingkup pengawasan yang lembek dan budaya masyarakat yang sering tidak
taat pada aturan. Marzuki Ali Jangan pernah berharap pada generasi sekarang ini. Mulailah
perubahan dari diri anda sendiri. Note : Mafia Hukum di Indonesia sudah lama ada dan menciptakan
dampak yang sistemik. Hal ini menyebabkan sulitnya pemberantasan Mafia Hukum karena Para Aktornya
saling terkait dan juga memiliki jabatan penting dalam struktur keorganisasian Lembaga Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif.