Anda di halaman 1dari 160

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012

TENTANG TATA RUANG WILAYAH DALAM MEWUJUDKAN


PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Penyelesaian Studi
Strata Satu untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pancasakti Tegal

Oleh :
RIZKI AMALIA FN
NPM. 2111500028

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012


TENTANG TATA RUANG WILAYAH DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Penyelesaian Studi


Strata Satu untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pancasakti Tegal

Oleh :

Nama

RIZKI AMALIA FN

NPM

2111500028

Prodi

Ilmu Pemerintahan

Skripsi dengan judul di atas telah disahkan dan disetujui oleh Pembimbing.

Dosen Pembimbing I,

Dosen Pembimbing II,

Drs. Sana Prabowo, M.Si


NIP. 196122519831 001

Unggul Sugiharto, M.Si


NIPY. 4251421959
ii

PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL
DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti Tegal.
Pada Hari

: Selasa

Tanggal

: 28 Juli 2015

Dewan Penguji
Penguji I

: Drs. Sana Prabowo, M.Si

(...............)

Penguji II

: Unggul Suguharto,S.Ip, M.Si

(...............)

Penguji III

: Drs.Djoko Suyono,M.Si

(...............)

Mengesahkan,
Dekan

Dra. Hj. Sri Sutjiatmi, M.Si


NIP. 19630527198803 2 001
SURAT PERNYATAAN
iii

Dengan ini saya menyatakan, bahwa karya tulis dalam bentuk skripsi yang
berjudul IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTA beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya sendiri.
Dalam penulisan skripsi ini saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan sebagaimana mestinya.
Demikian pernyataan ini dapat menjadikan pedoman bagi yang
berkepentingan, dan saya siap menanggung segala resiko atau sanksi apabila di
kemudian hari ternyata dipermasalahkan keaslian skripsi saya.
Tegal,

Juli 2015

Yang Menyatakan,

RIZKI AMALIA FN
NPM 2111500045

iv

ABSTRAK
NAMA
: RIZKI AMALIA FN
NPM
: 2111500028
JUDUL
: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4
TAHUN 2012 TENTANG TATA RUANG WILAYAH DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi
perda no. 4 tahun 2012 mengenai tata ruang wilayah Kota Tegal dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan?
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sejauh mana pola pembangunan Kota Tegal telah sesuai dengan
perda nomor 4 tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah.
2. Mengetahui adakah kendala yang dihadapi dan bagaiman solusi
pemecahannya dalam implementasi perda nomor tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
karena penelitian ini bertujuan memberikan gambaran atas implementasi
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan langkah-langkah: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Data
diperoleh dari angket, wawancara, observasi dan kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan sosialisasi Peraturan Daerah No. 4 tahun
2012 belum terlaksana dengan maksimal. Hasil analisis diperoleh rata-rata
62,67% tegolong dalam kategori sedang-sedang saja. Hal ini dapat terlihat dari
sosialisasi yang belum tepat sasaran karena sumber media sosialisasi masih
terbatas pada famlet atau pengumuman-pengumuman di kecamatan dan
kurangnya kesadaran masyarakat dalam menghadiri acara sosialisasi peraturan
daerah yang diadakan dikecamatan-kecamatan. Implementasi Peraturan Daerah
No. 4 tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal merupakan
pelaksanaan kebijakan di bidang penataan ruang wilayah Kota Tegal diperoleh
rata-rata sebesar 66,67% tergolong dalam kategori sedang-sedang saja.
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal mempunyai beberapa hambatan, antara lain: masih
kurangnya koordinasi antra instansi, masih perlunya intensitas sosialisasi kepada
masyarakat yang lebih luas lagi tentang tata ruang wilayah kota Tegal, kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya tata ruang wilayah kota Tegal dalam
kelancaran pembangunan.
Saran dari penulis yaitu sosialisasi diharapkan menggunakan media yang
dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, seperti: radio, koran dan lainlain.Program-program peraturan daerah diharapkan memenuhi dan menampung
aspirasi masyarakat sehingga pelaksanaan implementasi peraturan daerah dapat
berjalan dengan lancar dan tidak menemui hambatan-hambatan
Kata Kunci : Peraturan Daerah, Tata Ruang, Pembangunan yang Berkelanjutan.
v

ABSTRAC
NAME: RIZKI AMALIA FN
NPM: 2111500028
Title: THE IMPLEMENTATION OF PERATURAN DAERAH NO.4 TAHUN
2012 ON SPATIAL REGION IN REALIZING SUITANABLE
DEVELOPMENT .
The Principal problems in this research is how the implementation of
perda No. 4 in 2012 about spatial Tegal City region in realizing sustainable
development?
The goals are going to be achieved in this research are:
1.To find out the suitability between development patterns of Tegal city with
perda no 4 tahun 2012 on spatial region.
2. To find out are there any obstacles faced and how the solution in the solution
implementation perda no 4 tahun 2012 about Spatial regions.
The research type used in this research is descriptive since this research
aims to provide an overview of the implementation of the perda No. 4 tahun 2012
about Spatial Locality in realizing sustainable development.
Data analysis technique used in this research is descriptive qualitative. The steps
are reduction of data, data presentation, and conclusion. Data collecting technique
used in this research is done by using interview, observation and literature.
The results shows that the socializing of perda No. 4 tahun 2012 has not
implemented well. The results of the analysis of the obtained average score
62,67% or belong to the mediocre category. This can be seen from the
socialization that is out of the target because the source media of socialization
itself is still limited.another reasons are the less of people awareness in attending
event of perda socialization held in sub-districts. The implementation of perda
No. 4 tahun 2012 on Spatial region of Tegal city is the implementation of policy
in the field of spatial regio obtains an average score of 66,67% or belong to the
mediocre category.The Implementation of perda No. 4 tahun 2012 on Planning of
spatial region of Tegal city has number of obstacles.They are:The less
coordination among instances,The less of the number of socialization to the public
about the plan it self,the less of people awareness about the importance of spatial
region in development.After had done the research ,the writer has some
suggestions.first,the socialization are expected to use media that can be reached by
people in general,such as radio,newspaper and etc
Perda programs are expected to be able to fulfill and accomodates the
aspirations of the people so that the implementation of perda can run well without
any obstacles.

Keywords:Peraturan Daerah,Spatial Regulation, sustainable development.

vi

MOTTO

Satu pohon sejuta manfaat, mari menamam pohon untuk anak-cucu kita
kelak, lestari alamku, lestari lingkunganku! Selamatkan bumi ini dari
pemanasan global. (Penulis)

Keyakinan yang kuat terhadap apa yang kita kerjakan akan memberikan
Kekuatan Luar Biasa untuk Mengatasi kegagalan.
(Soichiro Honda)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka jika kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain, dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al Insyirah: 6-8).

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya...
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayangMu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu Atas karunia serta
kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah
Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada
mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta
dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan
Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu
dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang,
selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
Kakak-kakak aku Tersayang
Untuk Mba Lely,Mas Aziz dan Mba Kiki, tiada yang paling membahagiakan saat
kumpul bersama kalian, terima kasih atas doa dan bantuan dan support kalian
selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan.
My Best friends
Buat sahabatku di Fisip Budi Imam S terima kasih atas bantuan, doa, nasehat,
semangat yang kamu berikan selama aku kuliah.Buat yang paling pinter di Fisip
Mizarudin Risqian S.Ip terimakasih untuk bantuan ide untuk karya kecilku ini.
Buat sahabat gengges aku Deby,Andini,Ami,Yasmin,Putri terima kasih atas doa
kalian, semangat kalian dan candaan kalian, aku tak akan melupakan kalian.Buat
Temen jeng-jengku Boim,Miko,Rifki,Atho,Oki terimakasih untuk selalu
nemenin aku riset, nemenin nongkrong dan jeng-jeng selama putek ngerjain
revisian...terimakasih banyak guys..

viii

Dosen Pembimbing skripsiku...


Bapak Drs.Sana Prabowo M.Si dan Bapak Unggul Sugiharta M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi saya, terima kasih banyak pak.., saya sudah dibantu selama
ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan
kesabaran dari bapak
Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik :
Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti
yang telah kalian berikan kepada saya..
Teman2 angkatan 2011 :
Ummu,Cyntia,Anna,Mika,Bang
Bud,Yuli,Nova,Wulan,Jonatan,Rizal,Danyep,Deby,Amelia,Panji,Nisa,Adit,Aviv,
Arif,Ikhwan,Putri,Sendi,Awal dan semuanya ,Terima kasih banyak untuk bantuan
dan kerja samanya selama ini
Serta semua pihak yg sudah membantu selama penyelesaian Skripsiku ini...

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan kesejahteraan, kesehatan, dan hidayah kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul IMPLEMENTASI
PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL DALAM

MEWUJUDKAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Tujuan penulisan skripsi ini adalah


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Pancasakti Tegal.
Penyusunan skripsi ini terwujud berkat bantuan berbagai pihak baik secara
moril atau materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Wahyono, SH., MS., selaku Rektor Universitas Pancasakti tegal
yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh studi di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti Tegal.
2. Dra. Hj. Sri Sutjiatmi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pancasakti Tegal yang telah memberi kesempatan untuk
melaksanakan penelitian.
3. Drs. Sana Prabowo, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan pengarahan serta petunjuk-petunjuk yang
sangatdi perlukan hingga selesainya skripsi ini.

4. Unggul Sugiharto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan


bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Pemerintaan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pancasakti Tegal atas ilmu
pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
6. Ir. H. Nur Effendi, M.Si., selaku Kepala Dinas Pemukiman dan Tata Ruang
Kota Tegal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah mereka berikan menjadi
amal kebajikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata kritik, saran
dan masukan dari semua pihak yang memanfaatkan tulisan ini sangat penulis
harapkan demi sempurnanya tugas akhir skripsi ini.

Tegal,

Juli 2015

Penyusun,

RIZKI AMALIA FN

xi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii


HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABTRAKSI ..............................................................................................................

ABSTRACT ............................................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii


DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii
BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................

B. Perumusan Masalah ............................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................

1. Tujuan Penelitian ..........................................................................

2. Manfaat Penelitian ........................................................................

D. Kerangka Dasar Teori .........................................................................

1. Kebijakan Pembangunan Tata Ruang Kota ..................................

2. Rencana Tata Ruang Kota ............................................................. 10


3. Implementasi Kebijakan ................................................................ 20
E. Definisi Konsepsional ........................................................................ 24
F. Pokok-Pokok Penelitian ...................................................................... 25
G. Metode Penelitian ................................................................................ 26
1. Tipe Penelitian .............................................................................. 26
2. Metode Pemilihan Informan ......................................................... 27

xii

3. Sumber Data .................................................................................. 27


4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28
5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 29
BAB II IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN
2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
TEGAL

DALAM

MEWUJUDKAN

PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN ................................................................................. 32
A. Pembangunan Kota ............................................................................. 32
1. Perencanaan Tata Ruang ............................................................... 35
2. Pemanfaatan Ruang ....................................................................... 41
3. Penataan Ruang ....................................................................... ...... 46
4. Pengendalian Pemanfaatan Ruang ................................................ 53
B. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 ...................... 61
BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ....................................................... 68
A. Gambaran Umum Kota Tegal ............................................................. 68
1.

Keadaan Geografis ....................................................................... 68

2.

Keadaan Wilayah ......................................................................... 68

B. Gambaran Umum Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota


Tegal .................................................................................................... 72
BAB IV LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS IMPLEMENTASI
PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ................... 79
A. Laporan Hasil Penelitian ..................................................................... 79
1. Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah ...................................................................... 83
2. Implementasi Rencana Tata Ruang Kota Tegal ............................ 89
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 109
1. Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah ...................................................................... 109
xiii

2. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012


tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal ...................................... 114
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 131
A. Kesimpulan ........................................................................................ 131
B. Saran ................................................................................................... 132
C. Solusi .................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR
Grafik 3.1 Penduduk Kota Tegal

70

Grafik 3.2 Jumlah penduduk dan menurut umur dan jenis kelamin

71

xv

DAFTAR TABEL

Tabel IV.01 .....................................................................................................

81

Tabel IV.02 .....................................................................................................

82

Tabel IV.03 .....................................................................................................

83

Tabel IV.04 .....................................................................................................

84

Tabel IV.05 .....................................................................................................

86

Tabel IV.06 .....................................................................................................

87

Tabel IV.07 .....................................................................................................

88

Tabel IV.08 .....................................................................................................

90

Tabel IV.09 .....................................................................................................

91

Tabel IV.10 .....................................................................................................

92

Tabel IV.11 .....................................................................................................

94

Tabel IV.12 .....................................................................................................

95

Tabel IV.13 .....................................................................................................

96

Tabel IV.14 .....................................................................................................

97

Tabel IV.15 .....................................................................................................

98

Tabel IV.16 ..................................................................................................... 100


Tabel IV.17 ..................................................................................................... 101
Tabel IV.18 ..................................................................................................... 102
Tabel IV.19 ..................................................................................................... 103
Tabel IV.20 ..................................................................................................... 104
Tabel IV.21 ..................................................................................................... 105
Tabel IV.22 ..................................................................................................... 107
Tabel IV.23 ..................................................................................................... 108
Tabel IV.24 ..................................................................................................... 109
Tabel IV.25 ..................................................................................................... 115

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Angket tentang Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4


Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
dalam Mewujudkan Pembangunan berkelanjutan

Lampiran 2 Ijin Research dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lampiran 3

Surat Rekomendasi Research dari BAPPEDA Kota Tegal

xvii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam alinea ke-4
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
memajukan kesejateraan umum, dengan demikian sudah sepantasnyalah
pemerintah mewujudkannya baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Oleh karena itu pemerintah melaksanakan serangkaian pembangunan
di seluruh penjuru Indonesia guna tercapai kemakmuran yang adil dan merata.
Pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 yang diperbaharui Undang Undang No. 12 tahun 2008 Tentang
Pemerintah Daerah untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada daerah
disertai pemberian hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan dan mengatur
rumah tangganya sendiri, sehingga mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat yang berdasarkan keadilan. Dengan adanya Undang-Undang
Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintahan dititikberatkan pada daerah
atau desentralisasi, tidak lagi seperti masa-masa silam dimana penyelenggaran
pemerintahan dititikberatkan pada pusat atau disebut sentralisasi, sehingga
pemerintah diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang timbul di
daerahnya sendiri.

19

20

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang diperbaharui


Undang Undang Nomor 12 tahun 2008 menyebutkan bahwa dalam
menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melestarikan
lingkungan hidup dan menyusun perencanaan tata ruang daerah.
Dengan merujuk pasal tersebut maka pemerintah wajib menyusun
rencana tata ruang wilayah agar terwujud kesatuan tata lingkungan yang
dinamis berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam sumber daya
manusia dalam kegiatan pembangunan berwawasan lingkungan agar tetap
terjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem daerah.
Peraturan Gubernur Nomor 6 Tahun 2010 tentang Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Tengah pada pasal 7 dan 8 menyebutkan ruang adalah wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan Tata
Ruang itu sendiri adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Pada pada pasal 17 dan 18 Peraturan Gubernur Nomor 6 Tahun 2010
bahwa Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Dan pengendalian pemanfaatan
ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Dalam Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 pasal 28 dijelaskan
tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di daerah. Besaran

21

proporsi ruang terbuka hijau di daerah dijelaskan pada pasal 29, dimana ruang
terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau
privat. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen
dari luas wilayah kota. Sedangkan proporsi ruang terbuka hijau publik pada
wilayah kota paling sdikit 20 persen dari luas wilayah kota.
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota yang digunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum. Dalam hal ini yang termasuk ruang terbuka hijau
publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang
jalan, sungai dan pantai. Sedangkan ruang terbuka hijau privat merupakan
ruang terbuka hijau yang berada pada lahan milik masyarakat. contohnya
kebun atau halaman rumah/ gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan.
Dari uraian di atas, penyediaan ruang terbuka hijau di perkotaan
menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan tata ruang. . Dimana
ketersediaan lahan yang semakin sedikit dan ancaman pemanasan global yang
terjadi akibat dari penggundulan hutan dan polusi udara yang tinggi di wilayah
kota. Untuk mengurangi polusi, ancaman pemanasan global serta terciptanya
kenyamanan di wilayah kota maka di dalam pembuatan Rancangan Tata
Ruang Wilayah, pemerintah telah menetapkan luasan ruang terbuka hijau dan
tempat sebagai ruang terbuka hijau tidak dapat dialihfungsikan sebagai tempat
pemukiman atau usaha.

22

Proporsi 30 persen juga merupakan ukuran minimal untuk menjamin


keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi, dan
sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang selanjutnya akan
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
sekaligus dapat meningkatkan estetika kota.
Di Kota Tegal aturan tentang penyediaan ruang terbuka hijau tertuang
di dalam Perda No. 4 Tahun 20 12 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal Tahun 2011-2031. Dalam pasal 44 Perda No. 4 Tahun 2012 disebutkan
bahwa rencana ruang terbuka hijau kota seluas kurang lebih 1.330 hektar atau
sebesar kurang lebih 33% dari luas kota. Namun pada kenyataannya besaran
luas ruang terbuka hijau masih jauh dari yang direncanakan dan masih banyak
penyalahgunaan pemanfaatan ruang, khususnya ruang terbuka hijau. Banyak
masyarakat mempergunakan ruang terbuka hijau untuk tempat tinggal dan
untuk berdagang. Sebagai contoh, alih fungsi Taman POCI Kota Tegal yang
dipakai sebagai tempat berjual bagi para PKL. Dimana fungsi Taman POCI
adalah sebagai taman kota. Akibat yang ditimbulkan dari pedagang kaki lima
tersebut adalah membuat lalulintas di sekitar taman tersebut menjadi tidak
lancar, selain itu membuat kondisi kurang nyaman dengan adanya PKL yang
tidak tertata rapi berjualan di dalam taman dan di sekitar taman POCI
tersebut.
Contoh lain adalah pengalihan lahan Tempat Pemakaman Cina (Bong
Cina), dimana lahan tersebut merupakan milik pemerintah kota dan

23

diperuntukkan Ruang Terbuka Hijau. Lahan tersebut digunakan oleh para


pendatang yang kesulitan untuk mencari lahan membangun tempat
pemukiman.
Dari contoh di atas diketahui bahwa ruang terbuka hijau dimana
bangunan-bangunan yang ada atau penggunaan wilayah-wilayah untuk suatu
keperluan yang semestinya harus sesuai dengan rencana tata ruang yang
ternyata dalam prakteknya terjadi pelanggaran. Itu artinya penggunaan lahan
dalam wilayah Kota Tegal yang terbagi dalam zona pemukiman, zona
perkantoran tidak mampu mewujudkan pembangunan yang optimal.
Dari penjelasan dan permasalahan di atas, maka penulis tertarik mengangkat judul
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan.

B. Perumusan Masalah
Pemerintah Kota Tegal selalu berupaya membenahi diri untuk
mencapai visi Kota Tegal yaitu terwujudnya Kota Tegal sebagai pusat
industri, jasa dan maritime yang mempunyai daya saing untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi warganya melalui kebersamaan maka diperlukan misi Kota
Tegal yaitu salah satunya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana
dan prasarana umum daerah serta mengembangkan cita kota yang berwawasan
lingkungan.

24

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut pemerintah Kota Tegal


menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal.
Akan tetapi peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 belom dapat
dilaksanakan secara maksimal sehingga visi dan misi Kota Tegal belom dapat
tercapai sebagaimana yang diinginkan dengan implementasi Peraturan Daerah
yang dilaksanakan dengan baik maka diharapkan tercipta kenyamanan baik
dalam kehidupan bermasyarakat maupun suasana kerja sehingga Kota Tegal
bisa menjadi kota yang maju tanpa menghilangkan nilai-nilai estetika
lingkungan, kenyamanan dan keselamatan maupun kelancaran segala kegiatan
yang ada di Kota Tegal.
Terkait dengan hal tersebut maka adanya sebuah perumusan masalah
yang muncul yaitu :
1. Bagaimana implementasi perda no. 4 tahun 2012 mengenai tata ruang
wilayah Kota Tegal dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan?
2. Adakah

kendala

dan

bagaimana

solusi

pemecahan

dalam

pengimplementasian perda nomor 4 tahun 2012 mengenai tata ruang


wilayah Kota Tegal dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memberi arahan proses
penelitian yang pada akhirnya diperoleh temuan atau pengembangan suatu

25

bentuk pengetahuan. Sehubungan dengan hal ini maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui sejauh mana pola pembangunan Kota Tegal telah
sesuai dengan perda nomor 4 tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah
b. Untuk mengetahui adakah kendala yang dihadapi dan bagaiman solusi
pemecahannya dalam implementasi perda nomor tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah

2. Manfaat Penelitian
Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis sebagai penerapan dari teori ilmu-ilmu yang pernah
penulis yang diperoleh di kampus dalam praktek pembuatan karya
ilmiah
b. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan kepada pemerintah daerah
Kota Tegal dalam pengambilan kebijakan di bidang penataan ruang.
c. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai tambahan bagi ilmu pengetahuan dan
sebagai tambahan kepustakaan dalam penelitian sejenis.
d. Bagi masyarakat dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat peduli
lingkungan, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam rangka ikut
menjaga kelestarian lingkungan.
D. Kerangka Dasar Teori
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau
batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dilakukan , yaitu mengenai

26

variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti. Menurut Dr. Siswojo dalam


Mardalis (2006:42) teori dapat diartikan sebagai seperangkat konsep dan
definisi yang salingberhubungan yang mencerminkan suatu pandangan
sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara
variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena.
Dengan demikian dalam suatu penelitian teori dibutuhkan untuk menetapkan
hubungan antar variabel dan membantu peneliti dalam memperjelas sasaran
dan tujuan dari penelitian yang akan dilakuan . Adapun teori yang digunakan
sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini meliputi :

1. Kebijakan Pembangunan Tata Ruang Kota


Melalui peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 pasal 7 mengenai
kebijakan tata ruang kota melalui pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 di situ
menguraikan mengenai pertama, pengembangan pusat kota secara vertical,
mengembangkan ruang kawasan yang efisien dan insentif. Kedua,
Mempertahankan fungsi ruang terbuka hijau dan mengembalikan
penyediaan ruang terbuka hijau di pusat kota. Peranan ruang terbuka hijau
menyediakan udara bebas untuk mengatasi dampak tersebut yang tidak
hanya menyediakan udara bebas untuk mengatasi dampak tersebut yng
tidak hanya diperlukan di kawasan perkotaan saja, tetapi juga bagi
pemukiman perdesaan yang padat. Fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Pencipta lingkungan udara sehat , antara lain berfungsi sebagai
ventilasi kota dan menurunkan polutan di udara.

27

b. Penyedia ruang untuk kenyamaan hidup seperti tempat untuk rileks,


interaksi social dan olahraga.
c. Pendukung estetika lingkungan.
Berikut bentuk-bentuk ruang terbuka
a. Taman yang bersifat public (parks) yaitu taman kota, alun-alun, taman
bermain dan taman pada lingkungan permukiman
b. Lapangan olahraga
c. Jalur sempadan jalan
d. Hutan Kota
e. Jalur khusus sepeda dan pejalan kaki
f. Perairan, sungi, kolam, danau dan tepian laut
g. Ruang terbuka privat yaitu halaman, taman (garden), teras rumah dan
sempadan bangunan
h. Komplek bangunan besar
i. Kuburan
Dalam sebuah kebijakan terutama kebijakan ruang terbuka hijau
ada instrument-instrumen yang harus dilalui dan sifatnya sangat penting :
a. Perencanaan (Planning). Perencanaan merupakan fungsi manajemen
pertama yang harus dilakukan oleh manajer dan staf. Untuk dapat
menyusun perencanaan yang baik, diperlukan pemikiran analitis dan
konseptual.

28

b. Pengorgaisasian (Organizing). Pengorganisasian ini dimaksudkan


untuk mengelompokan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dan
bagaimana hubungan antar kegiatan tersebut dalam suatu bentuk
struktur organisasi dan institusi.
c. Pelaksanaan (Actuating). Setelah organisasi terbentuk maka untuk
dapat bergerak diperlukan sumber daya manusia seperti staffing, yaitu
pengisian orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas dan fungsi
bagian-bagian organisasi.
d. Pengawasan (controlling). Pengawasan diartikan sebagai kegiatan
pelaksanaan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa mana atau
sejauh mana implementasi dari sebuah kebijakan itu sendiri.

2. Rencana Tata Ruang Kota


Rencana Umum Tata Ruang Kota (RURTK) adalah suatu rencana
pemanfaatan ruang kota, yang berisikan rencana pembangunan kota yang
terkait dengan ruang, sehingga tercapai tata ruang yang dituju dalam kurun
waktu tertentu di masa yang akan dating. Rencana program pembangunan
kota disusun untuk 20 tahun kedepan dan dibagi dalam tahapan lima
tahunan. Dalam hal ini harus dipadukan pendekatan sektoral dan
pendekatan regional (ruang). Sesuai dengan Keputusan Menteri PU No.
64/KPTS/1986, ada empat tingkatan Rencana Tata Ruang Kota, yaitu
sebagai berikut :

29

a. Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan. Rencana umum tata ruang kota
menggambarkan posisi kota yang direncanakan terhadap kota lain
secara nasional dan hubungannya dengan wilayah belakangnya.
b. Rencana Umum Tata Ruang Kota. Rencana umum tata ruang kota
menggambarkan pemanfaatan ruang kota secara keseluruhan.
c. Rencana Detail Tata Ruang Kota. Rencana detail tata ruang kota
menggambarkan pemanfaatan ruang kota secara lebih rinci.
d. Rencana

Teknik

Ruang

Kota.

Rencana

teknik

ruang

kota

menggambarkan rencana geometrri pemanfaatan ruang kot sehingga


sudah bias menjadi pedoman dalam penentuan pembangunan
/konstruksi di kota.
Tulisan ini hanya akan membahas RURTK karena di satu sisi telah
mencakup kebijakan pengembangan kota secara keseluruhan dan di sisi
lain pembahasan tidak terlalu detail. Sesuai dengan keputusan Menteri PU
no 640/KPTS/1986 Bab III, RURTK setidaknya harus berisikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Kebijaksanaan pengembangan penduduk kota
b. Rencana pemanfaatan ruang kota
c. Rencana struktur pelayanan kegiatan kota
d.

Rencana sistem transportasi

e. Rencana sistem jaringan utilitas Kota


f. Rencana kepadatan penduduk

30

g. Rencana ketinggian bangunan


h. Rencana pemanfaatan air baku
i. Rencana penanganan lingkungan kota
j. Tahapan pelaksanaan pembangunan
k. Indikasi unit pelayanan kota

a. Perencanaan Tata Ruang Kota


Menurut Glasson (1974:5) mengatakan bahwa perencanaan
dalam pengertian umum adalah menyangkut serangkaian tindakan
yang ditujukan untuk memecahkan persoalan di masa depan. Glasson
kemudian menetapkan urutan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Identifikasi dari masalah
2) Perumusan tujuan umum dan tujuan yang lebih spesifik dan
terukur yang berkaitan dengan masalah.
3) Identifikasi kemungkinan kendala
4) Proyeksi situasi masa depan
5) Generasi dan evaluasi program alternatif tindakan, dan produksi
rencana disukai, yang dalam bentuk generik mungkin termasuk
pernyataan kebijakan atau strategi serta rencana definitif.

b. Langkah-langkah dalam Perencanaan Kota


Untuk kebutuhan perencanaan wilayah di Indonesia, apa yang
dikemukakan Glasson masih perlu diperluas. Perencanaan wilayah di

31

Indonesia setidaknya memerlukan unsur-unsur yang urutan atau


langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan, baik jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk dapat
menggambarkan kondisi saat ini dan permasalahan yang dihadapi ,
mungkin diperlukan kegiatan pengumpulan data terlebih dahulu,
baik data sekunder maupun data primer.
2) Tetapkan visi misi dan tujuan umum. Visi misi dan tujuan umum
haruslah merupakan kesepakatan bersama sejak awal.
3) Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun
yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang.
4) Proyeksikan berbagai variabel yang terkait , baik yang bersifat
controllable (dapat dikendalikan) maupun non controllable (di luar
jangkauan pengendalian pihak perencana)
5) Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu, yaitu berupa tujuan yang dapat diukur.
6) Mencari dan mengevaluasi berbagai alternativ untuk mencapai
sasaran tersebut. Dalam mencari alternatif perlu diperhatikan
keterbatasan dana dan faktor produksi yang tersedia.
7) Memilih alternatif yng terbaik termasuk menentukkan berbagai
kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan.
8) Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.

32

9) Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi


berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

c. Bidang-bidang yang Tercakup dalam Perencanaan Kota


Perencanaan wilayah dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat
sederhana, yaitu Menetapkan kegiatan apa yang perlu dibangun dan
dimana lokasinya. Namun definisi yang dikemukakan atas sebetulnya
mencakup bidang yang sangat luas karena menyangkut seluruh sektor
kegiatan dan lokasinya menyangkut seluruh wilayah analisis. Melihat
luasnya bidang yang tercakup di dalam perencanaan kota maka ilmu
perencanaan kota dapat dibagi atas berbagi sub bidang sebagai berikut
:
1) Sub bidang perencanaan ekonomi sosial wilayah , dapat diperinci
lagi atas:
a) Ekonomi sosial dan wilayah (mencakup hal-hal mendasar dan
berlaku umum
b) Ekonomi sosial perkotaan (mencakup butir a plus masalah
spesifik perkotaan)
c) Ekonomi sosial pedesaan (mencakup butir a plus masalah
spesifik pedesaan)
2) Sub bidang perencanaan tata ruang atau tata guna lahan dapat
diperinci atas:
a) Tata ruang tingkat nasional

33

b) Tata ruang tingkat provinsi


c) Tata ruang tingkat kabupaten atau kota
d) Tata ruang tingkat kecamatan atau desa
e) Detailed design penggunaan lahan untuk wilayah yang lebih
sempit termasuk perencanaan teknis terutama di wilayah
perkotaan (misalnya pengaturan IMB)
3) Sub bidang perencanaan khusus seperti :
a) Perencanaan lingkungan
b) Perencanaan permukiman atau perumahan
c) Perencanaan transportasi
4) Sub bidang perencanaan proyek (site planning) seperti :
a) Perencanaan lokasi proyek pasar
b) Perencanaan lokasi proyek pendidikan
c) Perencanaan lokasi proyek rumah sakit
d) Perencanaan lokasi proyek real estate
e) Perencanaan lokasi proyek pertanian
Dari bidang-bidang cakupan tata ruang kota di atas penulis
meneliti mengenai perencanaan lingkungan dalam cakupan sub bidang
perencana khusus. Perlu dicatat bahwa keseluruhan dari cakupan di
atas harus melalui disiplin ilmu yang rinci untuk berkembangnya tata
ruang kota yang lebih baik. Perencanaan tata ruang kota khususnya
terhadap perencaanaan lingkungan harus melalui teknis pengembangan

34

ilmu yang mengkonsentrasikan pada dikembangkannya wilayah atau


ruang yang memiliki rencana pembangunan kota yang lebih progresif.

d. Ketersedian Ruang terbuka Hijau


Secara hirarkis, ruang public di Kota Tegal hampir mengalami
pengurangan yang sangat besar serta mengalami pergeseran kebutuhan
secara nyata. Kebutuhan RTH disetiap wilayah adalah 30% dari luas
wilayah, namun hanya sedikit daerah yang mempunyai ketentuan ini.
Di Kota Tegal, kebutuhan RTH semakin sempit dan terusir oleh
keberadaan perumahan, tempat berbelanjaan modern, jalan lintas
tengah kota, dan sebagainya. Postur ketersediaan ruang terbuka,
semakin sulit untuk diimplementasikan dengan baik, hal itu sebagai
dampak dari kepentingan-kepentingan yang selalu berada dalam
lingkup kekuasaan daerah.
Pola RTH kota merupakan struktur RTH yang ditentukan oleh
hubungan fungsional, antar komponen pembentukannya, terdiri dari
RTH struktural dan no struktural. Untuk satu wilayah perkotaan, maka
dapat dibangun pola integrasi berdasarkan bobot tertinggi pada
kerawanan ekologis kota, sehingga dapat dihasilkan pola RTH
struktural. Jadi dalam mempertahankan kebijakan RTH memang
banyak pihak yang berkepentingan yang terlibat yaitu pihak
pemerintah, swasta dan masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh pebuka meneliti dari universitas Indonesia menunjukkan bahwa

35

dalam implementasi kebijakan rencana umum tata ruang Kota


(RUTRK) ada beberapa pihak yang terdapat didalamnya, dimana
masing-masing pihak mempunyai fungsi di kalangan pemerintahan
daerah masih ditemukan para penguasa memberikan perizinan alih
fungsi lahan tanpa mempertimbangkan kebijakan rencana umum tata
ruang Kota dengan alasan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD).

e. Rencana Tata Ruang Kota Melalui Peraturan Daerah Nomor 4


Tahun 2012
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang rencana tata
ruang wilayah Kota Tegal mempunyai tujuan sebagai upaya untuk
menjaga

kesesuaian

antara

pelaksanaan

pembangunan

yang

berkesinambungan juga sebagai pengendalian pemanfaatan ruang


untuk

mewujudkan

keterpaduan

sumber

daya

alam

dengan

memperhatikan sumber daya manusia sehingga tidak menimbulkam


dampak negatif terhadap lingkungan yang menghasilkan peningkatan
terhadap pemanfaatan sumber daya alam secara berdaya guna ,
berhasil guna untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Dengan adanya Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2012 , maka
dapat dijadikan perencanaan tata ruang adalah untuk menyerasikan
berbagai kegiatan sektor pembangunan sehingga dalam memanfaatkan
lahan dan ruang dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi.

36

Sedangkan tujuan diadakan adanya suatu perencanaan tata ruang


adalah untuk mengarahkan struktur dan lokasi beserta hubungan
fungsionalnya yang serasi dan seimbang dalam rangka pemanfaatan
sumber daya manusia sehingga tercapainya hasil pembangunan yang
optimal dan efisien bagi peningkatan kualitas manusia dan kualitas
lingkugan hidup secara berkelanjutan.
Dengan adanya peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang
rencana tata ruang dan wilayah Kota Tegal, keberadaan ruang terbuka
hijau penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan
kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan
harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan
antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Dengan luas ruang
terbuka hijau publik yang disediakan oleh pemerintah Kota Tegal saat
ini adalah sebesar 45, 287 Ha atau 1, 13 persen dari total wilayah Kota
Tegal sebesar 3968 Ha (Dinas Tata Ruang Kota Tegal).
Berdasarkan data di atas, RTH publik di Kota Tegal masih jauh
dari rencana RTH kota sebesar 33 persen dari luas wilayah kota. Perda
No. 4 Tahun 2012 mempunyai manfaat sebagai pedoman untuk
perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kota Tegal,
mewujudkan

keterpaduan,

keterkaitan

dan

keseimbangan

perkembangan dan keserasian antar sektor, penetapan lokasi investasi


yang dilaksanakan pemerintah Kota Tegal dan masyarakat di wilayah

37

Kota sebagai pedoman penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


Kawasan Perkotaan Wilayah Kota Tegal serta pedoman pemanfaatan
ruang bagi kegiatan pembangunan.
Adapun rencana sistem tata ruang Kota Tegal digambarkan
pada Perda nomor 4 tahun 2012 pada Bab III pasal 13 bahwa rencana
struktur ruang meliputi :
A Rencana Sistem Pusat Pelayanan
Rencana penetapan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud terdiri
atas:
a. Pusat Pelayanan Kota
PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a berada di
Kecamatan Tegal Timur dengan fungsi utama meliputi
pemukiman, pusat pemasaran dan perdagangan, pusat
perhubungan dan telekomunikasi, pusat kegiatan usaha jasa dan
produksi, serta pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan,
peribadatan).
b. Sub Pusat Pelayanan Kota
SPPK sebagaimana dimaksud meliputi:
a. SPPK Bandung memiliki fungsi untuk pelayanan
permukiman yang meliputi wilayah kecamatan Tegal
Selatan
b. SPPK Kraton memiliki fungsi untuk pelayanan
perdagangan dan jasa yang meliputi wilayah kecamatan
Tegal Barat
c. SPPK Kejambon memiliki fungsi untuk pelayanan
permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa yang
meliputi wilayah Kecamatan Tegal Timur
d. SPPK Sumurpanggang memiliki fungsi untuk pelayanan
permukiman dan pendidikan meliputi wilayah Kecamatan
Margadana.
c. Pusat Lingkungan
Rencana PL sebagaimana dimaksud terdapat di masingmasing
SPPK meliputi :
a. PL di SPPK Bandung terbagi atas PL Kalinyamat Wetan,
PL Bandung, PL Debong Kidul, I4 di Kelurahan PL Tunon,
PL Keturen, PL Debong Kulon, PL Debong Tengah, PL
Randugunting;

38

B.
C.
D.
E.
F.

b. PL di SPPK Kraton terbagi atas PL Pesurungan Kidul PL


Kelurahan Debong Lor, PL Kemandungan PL Pekauman,
PL Kraton, PL Tegalsari, PL Muarareja ;
c. PL di SPPK Kejambon terbagi atas PL Kejambon, PL
Slerok, PL Panggung, PL Mangkukusuman, PL
Mintaragen;
d. PL di SPPK Sumurpanggang terbagi atas PL Kaligangsa,
PL Krandon, IV3 PL Cabawan, PL Margadana, PL
Kalinyamat Kulon, PL Sumurpanggang, PL Pesurungan
Lor.
Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Rencana Sistem Jaringan Energi
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Rencana Sistem Infrastruktur Perkotaan

3. Implementasi Kebijakan
Menurut kamus besar bahasa inggris-Indonesia (Echols dan Hasan
Sadily, 1992:312), implementasi berasal dari kata implementation yang
berarti pelaksanaan, implemetasi.
Menurut Marcus Lukman, op-cit (hal 191-192) menyatakan
implementasi sebagai penerapan atau penggunaan peraturan kebijakan
oleh badan atau pejabat administrasi negara yang harus sesuai dan serasi
dengan asas-asas hukum umum yang berlaku dan tepat guna dengan tujuan
yang hendak dicapai.
Menurut Anderson (Tachan, 2008:30). Implementasi kebijakan
adalah aktifitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah
ditetapkan dengan penggunaan sarana atau alat untuk mencapai tujuan
kebijakan.

39

Berdasarkan pengertian tersebut , maka implementasi dalam


konteks pengertian ini adalah pelaksanaan peraturan daerah nomor 4 tahun
2012 tentang perencanaan tata ruang dan wilayah Kota Tegal dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Kota Tegal.
Howlett dan Ramesh, 1995 (dalam Badjuri dan Yuwono, 2002:3)
menyatakan bahwa implementasi dipengaruhi oleh :
a. Pangkal tolak permasalahan, jika pangkal tolak permasalahan itu jelas
maka implementasi kebijakan publik akan berjalan dengan lancar,
artinya dengan mengenali apakah pangkal tolak itu berpedoman sosial,
politik, ekonomi, ataupun kebudayaanakan memudahkan implementer
kebijakan dalam melaksanakan kebijakan publik tersebut.
b. Tingkat keakutan masalah yang dihadapi pemerintah;semakin akut
permasalahan yang dihadapi sebuah kebijakan publik maka akan
membutuhkan waktu penyelesaian dalam implementasi kebijakan,
semakin lama dan pengorbanan sumberdaya baik material atau
immaterial tentu semakin banyak.
c. Ukuran kelompok yang ditargetkan ;semakin kecil target group yang
dituju dari sebuah kebijakan publik, tentunya akan semakin mudah
dikelola ketimbang kelompok target yang besar dan mempunyai
lingkup yang luas.
d. Dampak perilaku yang diharapkan;jika dampak yang diinginkan
semata-mata

kuantitatif

(ekonomis)

maka

akan

lebih

mudah

40

menanganinya ketimbang jika dampak yang diinginkan merupakan


perilaku seperti tingkat ketaqwaan seseorang , penghayatan dan
pengamalan tentang nasionalisme, pembangunan tentang watak bangsa
dan seterusnya. Selain berdimensi kualitatif dampak perilaku macam
ini membutuhkan waktu yang tidak pendek.
Menurut George C. Edwards III dalam Nawawi (2009:136)
implementasi

kebijakan

dipengaruhi

empat

variabel,

yakni:

(1)

komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, (4) struktur birokrasi. Keempat


variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. Variabelvariabel tersebut, yaitu :
a. Komunikasi. Implementasi kebijakan publik agar dapat mencapai
keberhasilan, mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang
harus dilakukan secara jelas. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus diinformasikan kepada kelompok sasaran (target
group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. . Oleh karena
itu diperlukan adanya tiga hal, yaitu : (1) penyaluran (transmisi) yang
baik akan menghasilkan implementasi yang baik pula, (2) adanya
kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak
membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan dan (3) adanya
konsistensi yang diberikan dalam pelaksanaan kebijakan. Jika yang
dikomunikasikan

berubah-ubah

akan

pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.

membingungkan

dalam

41

b. Sumber daya. Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh


sumber daya baik sumber daya manusia, material dan metoda. Sasaran,
tujuan dan isi kebijakan walaupun sudah dikomunikasikan secara jelas
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya
untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif dan
efisien. Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi
kebijakan agar efektif dan efisien.
c. Disposisi. Suatu disposisi dalam implementasi dan karakteristik, sikap
yang dimiliki oleh implementor kebijakan, seperti komitmen,
kejujuran, komunikatif, cerdik dan sifat demokratis.
d. Struktur birokrasi. Organisasi, menyediakan peta sederhana untuk
menunjukkan secara umum kegiatan-kegiatannya dan jarak dari
puncak menunjukkan tstatus relatifnya.
Analisis atas implementasi kebijakan tentang keberhasilan dan
kegagalan implementasi akan membawa kebijakan kearah yang lebih baik
pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman yang telah
dijalankan. Strategi implementasi yang baik melalui tahapan kebijakan
yang meliputi beberapa langkah , antara lain :
a. Sosialisasi kebijakan (flow of policy information)
b. Konsultasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan
c. Koordinasi antar instansi-instansi terkait
d. Mekanisme pelaporan

42

e. Persetujuan atau delegasi dan keputusan yang dijalankan dalam


implementasi.
Dari beberapa uraian di atas tentang teori implementasi kebijakan
tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan
suatu tindakan atau pelaksanaan suatu keputusan dalam bentuk peraturan
yang dilakukan baik oleh individu atau swasta maupun pejabat pemerintah
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan berbagai akibat
yang ditimbulkan bagi kelompok sasaran atau masyarakat.

E. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional adalah suatu definisi yang dapat digunakan
untuk memberikan gambaran secara abstrak suatu gejala social yang akan
diteliti (Masri Singarimbun, 1985). Berdasarkan penjelasan tersebut maka
diperoleh definisi konsepsional dari variabel tersebut adalah :
1. Implementasi adalah aktifiatas pelaksanaan suatu kebijakan dalam
pemanfaatan ruang di Kota Tegal bagi semua kebutuhan ruang secara
terpadu , berdaya guna, selaras, seimbang dan berkelanjutan
2. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 merupakan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah Kota Tegal yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah Kota Tegal dengan maksud sebagai alat kendali
sekaligus pedoman dalam proses pembangunan
3. Rencana Tata ruang Wilayah Kota Tegal merupakan suatu rencana
pemanfaatan ruang kota yang berisikan pembangunan Kota Tegal yang

43

terkait dengan ruang sehingga dapat tercapai tata ruang yang dituju dalam
kurun waktu tertentu di masa yang akan datang
4. Implementasi peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang tata ruang
wilayah Kota Tegal dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan
merupakan aktifitas suatu kebijakan yang berisi tentang peraturan daerah
yang mengenai tata ruang wilayah kota yang mencakup rencana sistem
perkotaan wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah
kota yang meliputi sistem pelayanan, sistem jaringan transportasi, sistem
jaringan energi , sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber
daya air, dan sistem jaringan lainnya
Pokok-Pokok Penelitian
Pokok-pokok penelitian yang dijabarkan dalam penelitian ini adalah
1. Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Tata Ruang
Wilayah
a. Sasaran
b. Media
c. Materi
2. Implementasi Rencana Tata Ruang Kota
a. Implementasi rencana sistem pusat pelayanan
b. Implementasi rencana sistem jaringan transportasi
c. Implementasi rencana sistem jaringan energi
d. Implementasi rencana sistem jaringan telekomunikasi

44

e. Implementasi rencana sistem jaringan sumber daya air


f. Implemenrasi rencana sistem infrastruktur perkotaan

G. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
Terdapat tiga tipe penelitian sebagai berikut (Kountur, 2003:103) :
a. Penelitian deskriptif, adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ad
perlakuan terhadap obyek yang diteliti.
b. Penelitian korelasi, adalah penelitian untuk melihat hubungan antar
variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk melihat hubungan yang
terjadi antara mereka tanpa mencoba untuk mengubah atau
mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut.
c. Penelitian eksperimen , adalah penelitian dimana ada perlakuan
(treatment) terhadap variabel independennya. Penelitian ini dapat
memberikan penjelasan tentang alasan mengapa hubungan sebab
akibat dapat diketahui karena peneliti melakukan perlakuan terhadap
obyek yang akan diteliti.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
karena penelitian ini bertujuan memberikan gambaran atas pelaksanaan
Peraturan Daerah. Menurut Kountur (2003:105) ciri-ciri penelitian
deskriptif adalah :
a. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat ini

45

b. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun


diuraikan satu persatu.
c. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak diberi perlakuan
(treatment)

2. Metode Pemilihan Informan


Informan adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan
berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini
dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian
antara lain pegawai Diskimtaru, BAPPEDA, Satpol P-P serta LSM
3. Sumber Data
Data merupakan bahan analisis suatu penelitian maka sangat
penting artinya bagi penelitian. Adapun sumber-sumber data penelitian ini
adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari para informan sebagai
orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian ini
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan
dokumentasi seperti buku, jurnal, majalah ilmiah, monografi dan lainlain.

4. Teknik Pengumpulan Data

46

Pengumpulan data dilakukan setelah mengetahui sumber data.


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :
a. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan
instrumen berupa pertanyaan secara tertulis yang di berikan kepada
responden.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang
diwawancarai. Wawancara dilakukan langsung dengan para informan,
sehingga memperoleh, mengubah dan memperluas informasi dari
orang lain. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada 1 (satu)
Kepala dinas Pemukiman dan Tata Ruang Kota Tegal, 1 (satu)Kepala
Satpol PP, 1 (satu) Pegawai Dinas pemukiman Tata ruang Kota, 1
(satu) Kepala Dinas Bapedda, 1 (satu) LSM , sehingga informan
penelitian ini berjumlah 5 orang.
c. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
fenomena-fenomena yang ada pada obyek penelitian, yang dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 di Dinas permukiman dan Tata ruang Kota Tegal.
d. Kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku
ilmiah, majalah, brosur-brosur, hasil akhir laporan, kliping yang
berhubungan dengan pokok bahasan dan permasalahan guna
mengananisis data baik kuantitatif maupun kualitatif.

47

5. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2009:244), analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke adalam kategori, mejabarkan ke dalam unit-unit, melaksanakan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Proses analisa data yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah:
a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
observasi, wawancara, dokumen, dan sebagainya.
b. Mengadakan reduksi data, membuat rangkuman yang inti prosesproses dan pernyataan yang perlu dijaga.
c. Mengadakan pemeriksaan dan penafsiran data.
d. Interpretasi

secara terbatas karena peneliti

hanya melakukan

interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian.


e. Peneliti mencoba mencari pengertian yang lebih luas tentang hasilhasil yang didapatkan dari analisis.
Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan hasil analisisnya
dengan kesimpulan peneliti lain dan menghubungkan kembali
interpretasinya dengan teori yang ada. Pendekatan penelitian ini akan
memperoleh gambaran mengenai strategi badan pemerintah daerah dalam

48

menyelesaikan proses penerbitan perizinan di Kota Tegal yang


pengelolanya ditangani oleh BP2T.
Teknik Analisis data dalam penelitian ini digunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data Reduction (Reduksi Data) adalah data yang diperoleh dari
lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat dalam
bentuk uraian atau laporan terperinci.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, maupun berupa grafik yang tersusun guna memberi
kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan.
c. Conclusion Drawing/Verification(Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti berada di lapangan. Dengan demikian penarikan
kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi data,
display data , dan didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat
dijadikan kesimpulan yang kridibel.

49

Ketiga

komponen

tersebut

saling

interaktif

yaitu

saling

mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama peneliti telah mendapatkan dari


hasil wawancara atau observasi maka data tersebut direduksi. Setelah
direduksi maka diadakan sajian data. Apabila kedua hal tersebut telah
dilakukan, maka diambil suatu kesimpulan atau verifikasi

BAB II
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Pembangunan Kota
Pembangunan masa kini adalah usaha pembangunan yang dilakukan
untuk menuju suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Pada
tataran sebuah negara, maka pembangunan merupakan upaya yang
dilaksanakan untuk membawa rakyat kepada keadaan yang lebih maju,
sejahtera dan mandiri. Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan
wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam di masa
depan, generasi yang akan

pembangunan yang memenuhi kebutuhan

sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk


memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Menurut Budiharjo,E dan Sudjarto,DJ (2009),pembangunan kota di
definisikan sebagai kota yang dalam pembangunannnya mampu memenuhi
kebutuhan masyarakatnya masa kini ,mampu berkompetisi dalam ekonomi
global dengan mempertahankan keserasian lingungan tanpa mengabaikan atau
mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhan
mereka.
Pembangunan kota yang berkelanjutan menurut Salim (1977) adalah
suatu proses dinamis yang berlangsung secara terus menerus ,merupakan
respon terhadap tekanan perubahan ekonomi,lingkungan dan sosial .Proses
dan kebijakannya tidak sama pada setiap kota ,tergantung pada kota-kotanya.
Salah satu tantangan terbesar konsep tersebut saat ini adalah menciptakan
keberlanjutan ,termasuk di dalamnya keberlanjutan sistem politik dan
kelembagaan sampai pada strategi ,program,dan kebijakan sehingga
pembangunan kota dapat terwujud.

19

20

Kota merupakan sebagai pusat tempat tinggal penduduk dan pusat


kegiatan ekonomi ,pusat pendidikan dan sebagainya di harapkan dapat
berperan sebagai pusat pertumbuhan serta merangsang perkembangan bagi
wilayah pedesaan di sekitarnya .Hal ini selaras dengan tujuan pengembangan
perkotaan yaitu :
1. Untuk mencapai pengembangan spasial yang lebih berimbang sehingga
akan mendukung realisasi tujuan pemerataan ,pertumbuhan dan
stabilitas.
2. Untuk lebih mencapai integrasi nasional
3. Untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup
4. Untuk menyediakan sarana secukupnya yang dapat memenuhi kebutuhan
dasar manusia.
Untuk

mencapai

tujuan

tersebut

maka

bukan

hanya

dengan

melaksanakan pembangunan kota-kota besar dan kota-kota metropolitan


saja melainkan juga pembangunan kota-kota kecil. Hal ini dimaksudkan di
samping untuk pemerataan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
,juga untuk mengurangi kesenjangan antarspasial dan antardaerah,sehingga
pembangunan tidak hanya terpusat di kota-kota besar semata.
Dengan denikian,kota harus dapat berfungsi secara efisien. Untuk itu
dibutuhkan perencanaan kota yang efektif. Perencanaan kota ini
menyangkut perencanaan tata ruang dan perencanaan manajemen pelayanan
kota. Perencanaan kota yang efektif ini diperlukan gua menghindarkan

21

beberapa hal,antara lain :(1) perkembangan kota secara acak yang pada
gilirannya menimbulkan kesemrawutan; (2) penyediaan fasilitasn pelayanan
dan infrastruktur yang mahal dan tidak efisien; (3) spekulasi tanah yang
angdapat

mengakibatkan

pelipatgandaan

biaya

pembangunan;

(4)

penggunaan lahan yang tidak bertanggung jawab,yang dapat mengancam


kelestarian lingkungan.
Perencanaan kota akan menjadi efektif apabila rencana tersebut sesuai
dengan

tuntutan

kebutuhan

dan

didukung

dengan

mekanisme

pelaksanaan,baik yang menyangkut kekuatan hukum maupun mekanisme


pengendalian

rencana

personal,pembangunan

prasarana

itu

sendiri,anggaran,penyiapan
dan

sebagainya.Di

samping

itu,perencanaan kota bukan hanya merupakan perencanaan fisik kota ,tetapi


juga perencanaan yangmelibatkan aspek sosial-budaya,ekonomi dan politik.
Mengenai perencanaan pembangunan kota ini,sebenarnya telah dikenal
sejak 4000 tahun sebelum masehi.Pada masa itu,kehidupan kota terpusat
pada sebuah bangunan tinggi . sejak itu perencanaan pembangunan kota
terus

mengalami

perkembangan.

Mulai

dekade

1970-an

terdapat

kecendrungan baru dalam perencanaan kota,yang meliputi :


1. Pengendalian pertumbuhan dan menangani kemunduran ,menggunakan
mekanisme peraturan bangunan dan penggunaan lahan ,perencanaan
lingkungan pemukiman serta pengendalian urbanisasi.

22

2. Perencanaan lingkungan ,menggunakan mekanisme pelestarian kota lama


dan lingkungan pemukiman.dalam hal ini lingkungan pemukiman
dianggap sebagai unit yang ideal untuk melaksanakan program
perencanaan agar efektif,terutama bila strategi perencanaan kota yang
menyeluruh telah ada untuk digunakan sebagai landasanya.
3. Konservasi dan penggunaan kembali bangunan tua dengan beberapa
penyesuaian ,serta kawasan tertentu. Hal ini dilakukan sehubungan
dengan gagasan bahwa bangunan klasik perlu dikonservasikan dalam
rangka pelestarian budaya,di samping memang masih bisa dimanfaatkan
untuk penggunaan yang berbeda. Langkah ini dianggap lebih efisien
dibandingkan jika membongkarnya dan kemudian mendirikan bangunan
baru.
Dari kecendrungan di atas terlihat bahwa dalam perencanaan kota,tidak
hanya sebatas perencanaan fisik semata,namun juga melibatkan perencanaan
ekonomi,sosial dan politik.
a. Perencanaan tata ruang
Perencanaan tata ruang yang sekarang dipraktikan merupakan
istilah generik semua sistem (perencanaan tata guna lahan ,perencanaan
kota,perencanaan pedesaan atau perencanaan teritorial) ,yang telah
mencakup berbagai aspek (fisik,ekonomi dan sosial budaya) bahkan
dipandang sebagai sistem perencanaan formal darat,laut dan udara .

23

Dari definisi tersebut perencanaan tata ruang menekankan tiga


perspektf ,yaitu:
1. Mengacu pada metode tertentu ,karena rencana tata ruang mengadopsi
perencanaan rasional
2. Digunakan oleh sektor publik ,yang menekankan bahwa prosesnya
harus formal dan untuk kepentingan umum
3. Mempengaruhi distribusi kegiatan-kegiatan dalam ruang pada masa
yang akan datang
Perencanaan tata ruang lebih menekankan berbagai aspek dan
pandangan sebagai berikut :
1. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan tujuan menciptakan
organisasi teritorial penggunaan lahan yang lebih rasional,dan
hubungan antara berbagai penggunaan lahan untuk menyeimbangkan
tuntutan

pembangunan

dengan

kebutuhan

untuk

melindungi

lingkungan hidup dan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi.


2. Perencanaan

tata

ruang

mencakup

langkah-langkah

untuk

mengkoordinasikan dampak spasial dari kebijakan sektoral lainnya.


3. Diupayakan untuk mencapai pembangunan ekonomi antar daerah yang
lebih merata.
Menurut Glasson dalam Robinson taringan(2005:5) mengatakan
bahwa perencanaan dalam pengertian umum adalah menyangkut
serangkaian tindakan yang ditujukan untuk memecahkan persoalan di

24

masa depan.Glasson kemudian menetapkan urutan langkah-langkah


sebagai berikut :
1. Identifikasi dari masalah
2.Perumusan tujuan umum dan tujuan yang lebih spesifikdan terukur yang
berkaitan dengan masalah.
3. Identifikasi kemungkinan kendala
4. Proyeksi situasi masa depan
5. Generasi dan evaluasi program alternatif tindakan, dan produksi rencana
di sukai, yang dalam bentuk generik mungkin termasuk pernyataan
kebijakan atau strategi serta rencana definitif.
1.1 Langkah-langkah dalam perencanaan kota
Untuk kebutuhan perencanaan wilayah di indonesia,apa yang
dikemukakan Glasson masih perlu diperluas.Perencanaan wilayah di
Indonesia setidaknya memerlukan unsur-unsur yang urutan atau langkahlangkahnya sebagai berikut.
1.Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan,baik jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang.Untuk dapat menggambarkan
kondisi saat ini dan permasalahan yang dihadapi ,mungkin diperlukan
kegiatan pengumpulan data terlebih dahulu,baik data sekunder maupun
data primer.
2. Tetapkan visi misi dan tujuan umum.Visi misi dan tujuan umum
haruslah merupakan kesepakatan bersama sejak awal.

25

3.Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang.
4. Proyeksikan berbagai variabel yang terkait ,baik yang bersifat
controllable (dapat dikendalikan) maupun non controllable (di luar
jangkauan pengendalian pihak perencana)
5. Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktu
tertentu,yaitu berupa tujuan yang dapat diukur.
6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternativ untuk mencapai sasaran
tersebut.Dalam mencari alternatif perlu diperhatikan keterbatasan dana dan
faktor produksi yang tersedia.
7. Memilih alternatif yng terbaik termasuk menentukkan berbagai kegiatan
pendukung yang akan dilaksanakan.
8. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
9. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
1.2 Bidang-bidang yang tercakup dalam perencanaan kota
Perencanaan wilayah dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat
sederhana,yaitu Menetapkan kegiatan apa yang perlu dibangun dan di
mana lokasinya.Namun definisi yang dikemukakan atas sebetulnya
mencakup bidang yang sangat luas karena menyangkut seluruh sektor
kegiatan dan lokasinya menyangkut seluruh wilayah analisis.Melihat

26

luasnya bidang yang tercakup di dalam perencanaan kota maka ilmu


perencanaan kota dapat dibagi atas berbagi sub bidang sebagai berikut :
1. Sub bidang perencanaan ekonomi sosial wilayah ,dapat diperinci lagi
atas:
a. Ekonomi sosial dan wilayah (mencakup hal-hal mendasar dan
berlaku umum
b. Ekonomi sosial perkotaan (mencakup butir a plus masalah spesifik
perkotaan)
c. Ekonomi sosial pedesaan (mencakup butir a plus masalah spesifik
pedesaan)
2. Sub bidang perencanaan tata ruang atau tata guna lahan dapat diperinci
atas:
a.Tata ruang tingkat nasional
b.Tata ruang tingkat provinsi
c.Tata ruang tingkat kabupaten atau kota
d.Tata ruang tingkat kecamatan atau desa
e.Detailed design penggunaan lahan untuk wilayah yang lebih sempit
termasuk perencanaan teknis terutama di wilayah perkotaan
(misalnya pengaturan IMB)
3. Sub bidang perencanaan khusus seperti :
a. Perencanaan lingkungan
b. Perencanaan permukiman atau perumahan

27

c. Perencanaan transportasi
4. Sub bidang perencanaan proyek (site planning)seperti :
a. Perencanaan lokasi proyek pasar
b.Perencanaan lokasi proyek pendidikan
c. Perencanaan lokasi proyek rumah sakit
d. Perencanaan lokasi proyek real estate
e. Perencanaan lokasi proyek pertanian
Dari bidang-bidang cakupan tata ruang kota di atas penulis meneliti
mengenai perencanaan lingkungan dalam cakupan sub bidang perencana
khusus.Perlu dicatat bahwa keseluruhan dari cakupan di atas harus melalui
disiplin ilmu yang rinci untuk berkembangnya tata ruang kota yang lebih
baik.Perencanaan tata ruang kota khususnya terhadap perencaanaan
lingkungan

harus

melalui

teknis

pengembangan

ilmu

yang

mengkonsentrasikan pada dikembangkannya wilayah atau ruang yang


memiliki rencana pembangunan kota yang lebih progresif.
Rencana tata ruang wilayah Kota Tegal dapat dijadikan sebagai
pedoman perumusan kebijakan dalam pemanfaatan ruang,penetapan lokasi
investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat di
wilayah Kota Tegal serta penyusunan detail wilayah perkotaan dan
pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan.
Dengan adanya Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2012 ,maka dapat
dijadikan perencanaan tata ruang adalah untuk menyerasikan berbagai

28

kegiatan sektor pembangunan sehingga dalam memanfaatkan lahan dan


ruang dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan tujuan
diadakan adanya suatu perencanaan tata ruang adalah untuk mengarahkan
struktur dan lokasi beserta hubungan fungsionalnya yang serasi dan
seimbang dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia sehingga
tercapainya hasil pembangunan yang optimal dan efisien bagi peningkatan
kualitas manusia dan kualitas lingkugan hidup secara berkelanjutan.
b. Pemanfaatan Ruang
Dalam rangka mewujudkan kesatuan tata lingkungan yang dinamis
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia
dalam kegiatan pembangunan berwawasan lingkungan agar tetap terjaga
kelestarian dan keseimbangan ekosistem wilayah Kota Tegal ,maka perlu
mengatur tentang rencana tata ruang wilayah kota tegal.
Penyusunan dan pengendalian prpgram-program pembangunan
perkotaan memerlukan perencanaan tata ruang wilayah agar dapat
menjaga keserasian pembangunan antar sektor. Di dalam rencana tata
ruang kawasan perkotaan sendiri,diatur alokasi pemanfaatan ruang untuk
berbagai penggunaan (pusat pelayanan,jaringan transportasi,jaringan
energi,jaringan telekomunikasi ,jaringan sumber daya air dan infrastruktur
perkotaan) berdasarkan prinsip-prinsip keadilan,keseimbangan keserasian
,keterbukaan (transparansi) dan efisien agar tercipta kualitas ruang yang
layak dan berkelanjutan.

29

Pemanfaatan ruang itu sendiri merupakan rangkaian program dan


kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut
jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang untuk
membentuk ruang sesuai peruntukannya.
Penggunaan lahan di Kota Tegal diarahkan dengan kriteria sebagai berikut
:
a. Pemanfaatan

lahan

exixting

dengan

pengertian

sejauh

tidak

menyimpang dari dasar pengembangan struktur kegiatannya maka


lahan existing ini tetap dipertahankan dengan pengaturan penataan lebih
lanjut yang pada prinsipnya meningkatkan daya manfaat lahan secara
optimal.
b. Potensi daya dukung lahan terutama untuk lahan-lahan kosong yang
belom dimanfaatkan,dikembangkan secara optimal untuk tata guna
lahan baru yang lebih produktif.
c. Melaksanakan

pengembangan

tata

ruang

kedalam

dengan

mengupayakan penggunaan sistem zooning (pembagian daerah)


d. Mengupayakan pengembangan fisik kawasan perkotataan dengan tetap
mempertahankan lahan-lahan persawahan yang produktif.
e. Penambahan dan penempatan utilitas dengan menempatkan pada daerah
strategis dan memiliki daya jangkau yang optimal.
Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan rencana struktur
wilayah kota yang meliputi :

30

a. Perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota


b. Perwujudan sistem jaringan prasarana kota yang mencakup pula sistem
prasarana nasional dan wilayah/regional dalam wilayah kota meliputi :
1.

Perwujudan sistem jaringan transportasi di wilayah kota yang


meliputi sistem prasarana transportasi darat dan air;

2.

Perwujudan sistem sumberdaya air;

3.

Perwujudan sistem jaringan energi dan kelistrikan;

4.

Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi dan

5.

Perwujudan sistem jaringan infrastruktur perkotaan


Dalam penjelasan di atas bahwa lingkup pemanfaatan ruang

perkotaan,masyarakat dapatberada pada posisi yang berbeda-beda, antara


lain sebagai pelaku utamapemanfaatan ruang, sebagai pihak yang terkena
dampak kegiatanpemanfaatan ruang, sebagai pihak yang mempengaruhi
kebijakanpemanfaatan ruang perkotaan, sebagai pihak yang mengawasi
dan mengkontrol kebijakan pemanfaatan ruang perkotaan. Oleh sebab
itu,masyarakat

merupakan

pelaku

pembangunan

yang

memiliki

peranterbesar dalam pemanfaatan ruang perkotaan. Masyarakat dapat


bertindak secara individu atau kelompok. Padakondisi yang lebih
berkembang, masyarakat membentuk suatu forum yang menghimpun
anggota masyarakat yang memiliki kepentingan yang sama, dimana
mereka dapat mengambil keputusan, membahas permasalahan, dan
berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah. Dengan demikian, untuk

31

mencapai pelaksanaan pemanfaatan ruang perkotaan yang sesuai dengan


RTRW, keterlibatan masyarakat harus dihidupkan dan pemahaman
masyarakat akan manfaat jangka pendek, menengah dan panjang penataan
ruang perkotan perlu ditingkatkan.
Beberapa peran yang diharapkan dimiliki oleh masyarakat antara lain:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang ;
b. kerjasama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan / atau sesama
unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang ;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Swasta juga merupakan pelaku pembangunan penting dalam pemanfaatan
ruang perkotaan. Terutama karena kemampuan kewirausahaan yang mereka
miliki. Peran swasta yang diharapkan dalam pemanfaatan ruang perkotaan

32

sama seperti peran yang diharapkan dari masyarakat. Namun, karena swasta
memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat umum, maka
terdapat peran lain yang dapat dilakukan oleh swasta, yaitu untuk tidak saja
menekankan pada tujuan ekonomi, namun juga sosial dan lingkungan dalam
memanfaatkan ruang perkotaan.
Beberapa peran yang diharapkan dimiliki oleh swasta antara lain:
a. Melaksanakan dan mengawasi pemanfaatan ruang sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Memposisikan masyarakat umum sebagai pihak yang harus diperhatikan
kepentingannya.
c. Mendukung proses perizinan yang melibatkan masyarakat.
d. Mendukung penyelenggaraan proses mediasi oleh pemerintah. Organisasi
non-pemerintah, konsultan pembangunan, atau organisasi lain yang serupa
berperan

utama

sebagai

perantara,

pendamping,

menghubungkan

masyarakat dengan pemerintah dan swasta, dalam angka mengatasi


kesenjangan komunikasi, informasi dan pemahaman dipihak masyarakat
serta akses masyarakat ke sumber daya.
Beberapa peran organisasi non-pemerintah atau konsultan pembangunan
antara lain:
a. Mengawasi dan mengontrol kebijakan pemerintah agar sejalan dengan
aspirasi masyarakat, swasta.

33

b. Melakukan sosialiasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran


masyarakat dan swasta akan manfaat kebijakan penataan ruang dan
pemanfaatan ruang perkotaan yang partisipatif.
c. Mengembangkan kapasitas masyarakat dalam aspek penataan ruang dan
pemanfaatan ruang perkotaan.
d. Mengajak masyarakat belajar untuk terlibat dalam proses pembangunan
serta memahami dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
e. Berperan sebagai fasilitator pendamping masyarakat.
f.

Mendorong

dan

mendukung

pemerintah

untuk

melakasanakan

pemanfaatan ruang perkotaan yang partisipatif.


g. Mengaktifkan forum warga sebagai bagian dari upaya untuk mengawasi
dan mengontrol kebijakan pemerintah.
Berdasarkan peran diatas baik masyarakat, swasta, organisasi non
pemerintah mempunyai kewajiban untuk dituntut kejasamanya agar dapat
mewujudkan pemanfaatan ruang yang selaras,seimbang dan berkelanjutan.
c. Penataan Ruang
Beberapa alasan dan pertimbangan penting bagi pemerintah
Indonesiauntuk menetapkan ketentuanketentuan mengenai penataan
ruang, antara lain :
1.

Bahwa ruang wilayah Negara RI sebagai karunia Tuhan Yang Maha


Esa kepada bangsa Indonesia dengan letak dan kedudukanyang
strategis

sebagai

Negara

kepulauan

dengankeanekaragaman

34

ekosistemnya merupakan sumber daya alam yang perlu disyukuri


,dilindungi dan dikelola untuk mewujudkan tujuan pembangunan
nasional sebagai pengamalan pancasila .
2.

Bahwa pengelolaan sumber daya alam yang yang beraneka ragam di


daratan ,lautan ,udara perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu
dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola
pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang
dalam kesatuan tata lingkungan.

3.

Bahwa peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan


pemanfaatan ruang belum menampung tuntutan perkembangan
pembangunan, sehingga perlu ditetapkan undangundang tentang
penataan ruang
Pengertian ruang tersebut kemudian di dalam ketentuan pasal 1 dalam

undang-undang penataan ruang dinyatakan bahwa :


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan,ruang lautan,dan ruang
udara sebagai suatu kesatuan wilayah ,tempat manusia dan mahluk lainnya
hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya .
Upaya penataan ruang diperlukan karena di dalam penataan ruang tersebut
terdapat berbagai macam kegiatan bagi semua kepentingan sehingga
berpotensi besar untuk menimbulkan konflik-konflik penataan ruang seperti
tertera pada pasar 5 undang-undang penataan ruang berdasarkan pada :

35

1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional ,penataan ruang wilayah provinsi dan penataan
ruang wilayah kabutan/kota.
4. Penatan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan.
5.Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 14
ayat 1 dalam undang-undang penataan ruang secara hierarki terdiri atas :
1. Rencana tata ruang nasional
2. Rencana tata ruang provinsi
3. Rencana tata ruang kabupaten/kota
1. Prinsip-Prinsip Dasar dan Tujuan Penataan Ruang
Penataan ruang wilayah Indonesia, baik untuk kepentingan
pemeirntah maupun kepentingan masyarakat, pada dasarnya diletakkan di
atas beberapa prinsip dasar,yakni:

36

1. Prinsip keterpaduan, yaitu bahwa penataan ruang harus dianalisis dan


dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan
ruang, baikoleh pemerintah maupun masyarakat, agar dapat berdaya
guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.
Keterpaduan itu juga mencakup antara lain pertimbangan dari aspek
waktu, modal, optimasi, daya dukung lingkungan, daya tampung
lingkungan dan geopolitik. Yang dimaksud dengan berdaya guna dan
berhasil guna adalah bahwa penataan ruang harus dapat mewujudkan
kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang. Sedangkan
konsep keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara struktur dan
pola pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah,
pertumbuhan dan perkembangan antar sektor, antar daerah, serta antara
sektor dan daerah dalam satu kesatuan Wawasan Nusantara. Demikian
pula konsep berkelanjutan dalam hal ini adalah bahwa penataan ruang
menjamin kelestarian kemampuan daya dukung sumber daya alam
dengan memperhatikan kepentingan lahir dan batin antar generasi.
2. Prinsip keterbukaan, yaitu bahwa penataan ruang harus dilakukan secara
terbuka agar dapat diketahui oleh semua pihak, termasuk masyarakat
pada umumnya sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi guna
menghindari aktivitas penataan ruang yang dilakukan secara tidak
bertanggung jawab sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu

37

saja dan mengorbankan kepentingan-kepentingan masyarakat, bangsa


dan negara.
3. Prinsip keadilan, yaitu bahwa penataan ruang harus selalu menjunjung
tinggi rasa keadilan agar ruang wilayah yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara adil untuk memenuhi kepentingan pemerintah maupun masyarakat
pada umumnya. Itu berarti, keadilah yang dimaksudkan di sini tidak
hanya dilihat dari kerangka perwujudan kepentingan masyarakat semata,
tetapi juga dilihat dari perasaan keadilan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat.Oleh karena itu, para perencana tata ruang harus
secara sungguh-sungguh mempertimbangkan kedua kepentingan itu agar
semua pihak merasa terayomi secara adil dan bijaksana.
4. Prinsip perlindungan hukum, yaitu bahwa penataan tata ruang harus
memungkinkan kepentingan pemerintah maupun masyarakat dapat
terlindungi secara hukum. Pemenuhan prinsip ini dalam kebiujakan
penataan ruang tidak hanya dilihat dari aspek kepastian hukumnya saja,
tetapi juga dilihat dari aspek kemanfaatan dan moralitas hukumnya.
Penataan ruang yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar yang
demikian dimaksudkan agar (a) penyelenggaraan pemanfaatan ruang
berwawasan lingkungan dengan berlandaskan pada wawasan nusantara dan
ketahanan nasional; (b) terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang
kawasan lindung (seperti upaya konservasi, rehabilitas, penelitian, obyek
wisata lingkungan dan lainlain) dan pemanfaatan kawasan budi daya

38

(seperti upaya eksploitasi pertambangan, budi daya kehutanan, budi daya


pertanian dan kegiatan pembangunan pemukiman, industri,
pariwisata dan lain-lain); dan (c) tercapainya pemanfaatan ruang yang
berkualitas.
Para penentu kebijakan penataan ruang nasioanal merumuskan
bahwa hasil sasaran hasil dari pemanfaatan ruang secara berkualitas adalah
untuk :
a. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera;
b. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan keberadaan sumber daya
manusia.
c. Meningkatkan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya
guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia;
d.

Mewujudkan

perlindungan

fungsi

ruang

dan

mencegah

serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan; dan


e. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
2. Tujuan Penataan Ruang Kota Tegal
Tujuan penataan ruang di Kota Tegal itu sendiri

untuk

mewujudkan Kota Tegal sebagai Kota Bahari yang didukung kegiatan


perdagangan jasa dan perindustrian yang aman,nyaman,produktif dan
berkelanjutan.

39

Upaya pelaksanaan perencanaan penataan ruang yang bijaksana


adalah kunci dalam pelaksanaan tata ruang agar tidak merusak lingkungan
hidup, dalam konteks penguasaan negara atas dasar sumber daya alam,
menurut hemat penulis melekat di dalam kewajiban negara untuk
melindungi, melestarikan dan memulihkan lingkungan hidup secara utuh.
Artinya, aktivitas pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata
ruang pada umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa
merusak lingkungan. Selanjutnya, dalam mengomentari konsep Roscoe
Pound,Mochtar Koesoemaatmadja mengemukakan bahwa hukum haruslah
menjadi sarana pembangunan. Di sini berarti hukum haruslah mendorong
proses modernisasi (Mochtar Koesoemaatmadja, 2002: 104). Artinya
hukum yang dibuat haruslah sesuai dengan cita-cita keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sejalan dengan fungsi
tersebut maka pembentuk undang-undang meletakkan berbagai dasar
yuridis dalam melakukan berbagai kegiatan pembangunan, sebagai salah
satunya yaitu dalam pembuatan undang-undang mengenai penataan ruang.
Untuk lebih mengoptimalisasikan konsep penataan ruang, maka peraturanperaturan perundang-undangan telah banyak diterbitkan oleh pihak
pemerintah, di mana salah satu peraturan perundang- undangan yang
mengatur penataan ruang adalah ndangundang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 merupakan
undangundang pokok yang mengatur tentang pelaksanaan penataan ruang.

40

Keberadaan undang-undang tersebut diharapkan selain sebagaikonsep


dasar hukum dalam melaksanakan perencanaan tata ruang, juga
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pemerintah dalam
penataan dan pelestarian lingkungan hidup.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Tegal merupakan
arahtindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataanruang
wilayah Kota Tegal
Kebijakan penataan ruang wilayah kota berfungsi sebagai:
a. sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruangwilayah
Kota Tegal;
b. sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruangwilayah Kota
Tegal;
c. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utamadalam
RTRW Kota Tegal; dan
d. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalianpemanfaatan
ruang wilayah Kota Tegal.
d. . Pengendalian Pemanfatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan sebuah kegiatan
pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang sebagai usaha untuk
menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang dan untuk mengambil tindakan agar
pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud.

41

Pengendalian pemanfaatan ruang ini sangat diperlukan untuk


mengendalikan laju pembangunan di wilayah kota Tegal sehingga
diharapkan dapat memberi kontribusi kepada upaya pembatasan dan
pencegahan terhadap bahaya kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Pengendalian pemanfaatan Tata Ruang meliputi kegiatan pengawasan dan
penertiban terhadap penataan ruang.Pengawasan terhadap pemanfaatan
ruang diselenggarakan dalam

bentuk

pelaporan,evaluasi,penertiban

terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan wilayah diselenggarakan dalam bentuk sanksi sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian dari kegiatan
penataan ruang yang dipersiapkan sejak awal proses perencanaan tata
ruang. Konsep pengendalian dimulai sebelum rencana tata ruang
diimplementasikan dengan memasukkan indikator pencapaian hasil
,sebagai dasar-dasar kriteria yang diperlukan ,pada saat rencana
dilaksanakan dan sesudah implementasi.Pengendalian dan pemanfaatan
ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban
terhadap pemanfaatan ruang.
1) Pengawasan
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam
bentuk pelaporan dan evaluasi. Berdasarkan waktunya pengawasan
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

42

a. Pengawasan selama proses pembangunan (construction),bertujuan


untuk mencegah terjadinya kelambatan atau masa idle (non performing)
yang berdampak negatif.
b. Pengawasan selama masa pemanfaatan ,bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan kegiatan yang dilaksanakan dari perijinan yang
telah diterbitkan.
Kegiatan pengawasan pada umumnya dilakukan

melalui 3 (tiga)

pendekatan ,yaitu :
a. Pengawasan by-process,artinya fokus pengawasan ditekankan pada
proses perubahan pemanfaatan ruang. Apakah proses perubahan
pemanfaatan ruang yang berlangsung sesuai dengan rencana peruntukan.
b. Pengawasan by-time, artinya waktu pengawasn dapat dilakukan secara
periodik maupun acak. Pengawasan periodik berguna untuk mengikuti
dinamika perkembangan karakteristik dampak yang dihasilkan dari
terjadinya perubahan pemanfaatan ruang.
c. Pengawasan by-place,artinya pengawasan dilakukan pada tempattempat yang mungkin mendorong terjadinya pelanggaran rencana
pemanfaatan ruang.
1) Pelaporan
Pelaporan berfungsi sebagai salah satu sumber informasi bagi
pemerintah atau instansi yang berwenang

medalam memantau dan

43

mengevaluasi pemanfaatan ruang sebagaimana yang telah ditetapkan


dalam rencana tata ruang sebuah kawasan.
Pelaporan tidak hanya berupa laporan pelanggaran atas rencana
tata ruang ,tetapi juga segala hal yang menyangkut pemanfaatan ruang
,baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Oleh sebab itu ,pelaporan pemanfaatan ruang di dua pihak,yaitu pihak
pengguna ruang itu sendiri dan pihak di luar pengguna,yaitu masyarakat
luas baik yang berada di sekitar pemanfaatan maupun bukan .
Pelaporan yg dilakukan oleh pengguna berguna sebagai input
untuk menilai sejauh mana pemanfaatan ruang direalisasikan sebagaimana
rencana tata ruang yang berlaku .Adapun pelaporan yang dilakukan oleh
pihak-pihak di luar pengguna berguna sebagai penyeimbang informasi
sekaligus sebagai kontrol terhadap laporan yang dibuat oleh pengguna
ruang.
Mekanisme pelaporan adalah tata cara dan prosedur pelaporan
yang harus dilalui oleh pelapor,baik pengguna ruang itu sendiri maupun
masyarakat umum.
Bentuk pelaporan adalah format pelaporan standar-formal (baku)
yang diberlakukan oleh instansi pemerintah dan instansi terkait lainnya
yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk
pelaporan disampaikan secara tertulis dan tidak tertulis. Pelaporan

44

disampaikan oleh pihak pengguna ruang,sedangkan pelaporan tertulis atau


tidak tertulis disampaikan oleh masyarakat umum.
Pelaporan disampaikan kepada Dinas Permukiman dan Tata Ruang atau
instansi lain yang berfungsi mengendalikan pemanfaatan ruang.
Tahapan pelaporan adalah tahap-tahap pelaporan yang harus
dilakukan oleh pengguna ruang selama proses kegiatan pelaksanaan
pemanfaatan ruang dilakukan. Pelaporan pemanfaatan ruang dilakukan
dalam tiga tahap :
a. Tahap Pra konstruksi, yakni pelaporan secara full pemanfaatan ruang.
Dalam tahap ini pihak pengguna ruang menyampaikan semua rencana
pemanfaatan ruang yang telah mendapat persetujuan dari pemerintah atau
instansi yang berwenang. Pada tahap ini pihak pengguna diharuskan
megisi formulir yang telah disediakan oleh pemerintah atau instansi
terkait.
b. Tahap konstruksi, yakni pelaporan yang disampaikan pada tahap
sebagai input bagi pelaksanaan evaluasi terhadap rencana tata ruang . Itu
artinya,hasil laporan pada tahap ini akan menentukkan apakah pelaksanaan
pemanfaatan ruang perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan kembali
dengan rencana atau terus dilanjutkan.
c. Tahap pasca konstruksi, yakni pelaporan hasil akhir dari pelaksanaan
pemanfaatan ruang. Pelaporan yang disampaikan pada tahap ini berupa
hasil akhir dari pelaksanaan pemanfaatan ruang.seperti halnya pada tahap

45

konstruksi,pelaporan berguna sebagai input bagi proses evaluasi dan


peninjauan kembali terhadap kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan
akhir pemanfaatan ruang.
2) Evaluasi
Evalusi merupakan kegiatan untuk membandingkan data tentang
keadaan

suatu

kawasan

dengan

Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

(RTRW).Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui apakah suatu kegiatan


telah mencapai sasaran sesuai tujuan atau belum.
Waktu evaluasi :
a. Evaluasi dilakukan pada masa pra konstruksi,,masa konstruksi dan
masa pasca konstruksi.

Pra konstruksi dilakukan minimal satu kali bersamaan dengan studi

kelayakan

Konstruksi dilakukan minimal satu kali pada saat pembangunan

berjalan 40-50 %

Pasca konstruksi dilakukan minimal tiga kali ,masing-masing satu

kali setiap tahun (akhir tahun I,akhir tahun II, adan akhir tahun IV).
a. Dalam mengevaluasi digunakan indikator dan tolak ukur sebagai alat
evaluasi.
indikator dalam melakukan evaluasi adalah :
Konservasi lahan;
Dominasi fungsi

46

Hubungan fungsional antar kegiatan dan antar kawasan;


Konflik pemanfataan ruang dalam satu kawasan.
Data yang diperlukan :
Pra konstruksi:
- gambaran umum kawasan
- tujuan dan sasaran pembangunan
- kondisi awal lingkungan
Konstruksi :
- Perubahan rancangan (jika ada)
- Progress pembangunan
Pasca konstruksi :
- Perubahan lingkungan di kawasan
- Efek yang terjadi
- Pemanfaatan hasil pembangunan
Lembaga yang melakukan evaluasi adalah lembaga yang berwenang di
bidang penataan ruang (Dinas Pemukiman dan Tata Ruang).Dalam
pelaksanaanya pimpinan lembaga menunjuk Tim Evaluasi minimal 3
orang yang berkemampuan dan dipimpin oleh minimal eselon III pada
lembaga tersebut.
Hasil dari kegiatan evaluasi adalah rekomendasi untuk tindak lanjut yang
tertuang dalam laporan hasil evaluasi. Alat yang digunakan dalam
mengevaluasi adalah :

47

RTRW (yang disahkan oleh perda)


Ijin yang dikeluarkan olehpemerintah /dinas terkait
Amdal(jika ada)
Kriteria lokasi dan standar teknis yang berlaku di bidang penataan
ruang.
Obyek yang dievaluasi adalah hasil pelaporan dan hasil pemantauan
yang dilakukan oleh aparat dan masyarakat.
3) Penertiban
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
Bentuk sanksi adalah sanksi administratif ,sanksi perdata,dan sanksi
pidana. Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan
tentang sanksi baik pelanggaran maupun kejahatan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penertiban dilakukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas
pelanggaran pemanfaatan ruang.Penertiban dapat dilakukan selama tahap
konstruksi maupun tahap pemanfaatan.
Perijininan merupakan langkah awal sebagai dasar dalam kegiatan
pengawasan dan penertiban.Suatu ijin diberikan kepada pemohon dengan
dasar rencana tata ruang.berdasarkan perijinan kegiatan pengawasan dan

48

penertiban dalam pemanfaatan ruang dapat dilakukan sampai dengan


pengenaan sanksi atau dengan insentif dan disinsetif.
Beberapa bentuk pengendalian pemanfaatan ruang melalui
mekanisme perijinan antara lain :ijin pemanfaatan ruang (IPR),surat ijin
penambangan

daerah

(SPID),ijin

lokasi,ijin

mendirikan

bangunan

(IMB),dan ijin undang-undang gangguan/HO.


Dari ketentuan pidana dalam Peraturan Daerah ini jika setiap orang
yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan ijin
pemanfaatan ruang dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
atau dengan meyita alat-alat yang dipergunakan untuk melakukan
pelanggaran,dan
memerintahkan

dalam
untuk

penindakannya

membongkar

walikota

,menyegel

dan

berwenang
mengehntikan

pekerjaan atau penggunaan sebagian atau seluruh bangunan,instalasi dan


perlengkapan bangunan serta dilakukan tindakan pencabutan ijin
mendirikan bangunan (IMB) dan pencabutan ijin penggunaan bangunan
(IPB).
B. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
Menurut kamus besar bahasa inggris-indonesia(Echols dan Hasan
Sadily,1992 :312),implementasi berasal dari kata implementation yang
berarti pelaksanaan,implemetasi.

49

Menurut

Anderson

(Tachan,2008:30).Implementasi

kebijakan

adalah aktifitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah


ditetapkan dengan penggunaan sarana atau alat untuk mencapai tujuan
kebijakan.
Howlett

dan

Ramesh,1995

(dalam

Badjuri

dan

yuwono

,2002:3)menyatakan bahwa implementasi dipengaruhi oleh :


1. Pangkal tolak permasalahan,jika pangkal tolak permasalahan itu jelas
maka

implementasi

kebijakan

publik

akan

berjalan

dengan

lancar,artinya dengan mengenali apakah pangkal tolak itu berpedoman


sosial,

politik, ekonomi,ataupun kebudayaanakan memudahkan

implementer kebijakan dalam melaksanakan kebijakan publik


tersebut.
2. Tingkat keakutan masalah yang dihadapi pemerintah;semakin akut
permasalahan yang dihadapi sebuah kebijakan publik maka akan
membutuhkan

waktu

penyelesaian

dalam

implementasi

kebijakan,semakin lama dan pengorbanan sumberdaya baik material


atau immaterial tentu semakin banyak.
3. Ukuran kelompok yang ditargetkan ;semakin kecil target group yang
dituju dari sebuah kebijakan publik,tentunya akan semakin mudah
dikelola ketimbang kelompok target yang besar dan mempunyai
lingkup yang luas.

50

4. Dampak perilaku yang diharapkan;jika dampak yang diinginkan


semata-mata kuantitatif (ekonomis) maka akan lebih mudah
menanganinya ketimbang jika dampak yang diinginkan merupakan
perilaku seperti tingkat ketaqwaan seseorang ,penghayatan dan
pengamalan tentang nasionalisme,pembangunan tentang watak bangsa
dan seterusnya.Selain berdimensi kualitatif dampak perilaku macam
ini membutuhkan waktu yang tidak pendek.
Menurut George C. Edwards III dalam Nawawi (2009 : 136)
implementasi kebijakan dipengaruhi empat variabel, yakni : (1)
komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, (4) struktur birokrasi. Keempat
variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. Variabelvariabel tersebut, yaitu :
a. Komunikasi. Implementasi kebijakan publik agar dapat mencapai
keberhasilan, mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus
dilakukan secara jelas. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan
harus diinformasikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga
akan mengurangi distorsi implementasi.. Oleh karena itu diperlukan
adanya tiga hal, yaitu : (1) penyaluran (transmisi) yang baik akan
menghasilkan implementasi yang baik pula, (2) adanya kejelasan yang
diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak membingungkan dalam
pelaksanaan kebijakan dan (3) adanya konsistensi yang diberikan dalam

51

pelaksanaan kebijakan. Jika yang dikomunikasikan berubah-ubah akan


membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.
b. Sumber daya. Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh
sumber daya baik sumber daya manusia, material dan metoda. Sasaran,
tujuan dan isi kebijakan walaupun sudah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif dan efisien.
Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar
efektif dan efisien.
c. Disposisi. Suatu disposisi dalam implementasi dan karakteristik, sikap
yang dimiliki oleh implementor kebijakan, seperti komitmen, kejujuran,
komunikatif, cerdik dan sifat demokratis.
d. Struktur birokrasi. Organisasi, menyediakan peta sederhana untuk
menunjukkan secara umum kegiatan-kegiatannya dan jarak dari puncak
menunjukkan tstatus relatifnya.
Analisis atas implementasi kebijakan tentang keberhasilan dan
kegagalan implementasi akan membawa kebijakan kearah yang lebih baik
pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman yang telah
dijalankan.
Strategi implementasi yang baik melalui tahapan kebijakan yang meliputi
beberapa langkah ,antara lain :
a. Sosialisasi kebijakan (flow of policy information)

52

b. Konsultasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan


c. Koordinasi antar instansi instansi terkait
d. Mekanisme pelaporan
e. Persetujuan atau delegasi dan keputusan yang dijalankan dalam
implementasi.
Dari beberapa uraian diatas tentang teori implementasi kebijakan
tersebut

dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan

suatu tindakan atau pelaksanaan suatu keputusan dalam bentuk peraturan


yang dilakukan baik oleh individu atau swasta maupun pejabat pemerintah
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan berbagai akibat
yang ditimbulkan bagi kelompok sasaran atau masyarakat.
Pelaksanaan Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2004 ini merujuk
pada pasal 22 Undang-undang nomor 32 tahun 2004 yang menyebutkan
bahwa dalam menyelenggarakan otonomi,daerah mempunyai kewajiban
melestarikan lingkungan hidup dan menyusun perencanaan tata ruang
daerah,maka dibentuklah Peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang
rencana tata ruang wilayah kota tegal.
Implementasi Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2012 merupakan
bentuk kebijakan pelaksanaan dalam hal penataan ruang wilayah kota tegal
supaya terjadi kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan yang
berkesinambungan ,juga sebagai pengendalian pemanfaatan ruang untuk
sumber daya manusia sehingga tidak menimbulkan dampak negatif

53

terhadap

lingkungan

yang

menghasilkan

peningkatan

terhadap

pemanfaatan sumber daya alam secara berdaya guna,berhasil guna dan


tepat guna untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
disebutkan bahwa pelaksanaan penataan ruang merupakan upaya
pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan
ruang,pemanfaatan

ruang

dan

pengendalian

pemanfaatan

ruang.

Perencanaan tata ruang merupakan proses untuk menentukkan struktur


ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang
Rencana tata ruang wilayah kota tegal ,dapat dijadikan sebagai
pedoman perumusan kebijakan pemanfaatan ruang,penetapan lokasi yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat di wilayah kota
tegal,serta penyusunan rencana detail wilayah perkotaan dan pemanfaatan
ruang bag kegiatan pembangunan.
Dengan adanya peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 ini maka
kota tegal mempunyai fungsi dalam pemanfaatan tata ruang yaitu sebagai
pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan perdangan bagi wilayah
sekitar,sebagai pusat pemerintahan,pusat kegiatan jasa pelayanan.
Di dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan sendiri diatur alokasi
pemanfaatan ruang untuk berbagai penggunaan(jaringan pusat pelayanan,sub

54

pusat pelayanan,jaringan transportasi,jaringan minyak dsb).Berdasarkan prinsipprinsip keadilan ,keseimbangan ,keserasian,keterbukaan dan efisiensi agar tercipta
kualitas perkotaan yanglayak dan berkelanjutan. Rencana tata ruang merupakan
landasan pengelolaan pembangunan kawasan perkotaan.

BAB III
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Tegal
1. Keadaan Geografis
Letak geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di
Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 109o08 109o10 Bujur Timur
dan 6o50 6o53 Lintang Selatan. Kota Tegal dapat dikatakan sangat
strategis karena terletak di tiga jalur yang menghubungkan kota - kota besar
yaitu Purwokerto - Tegal - Jakarta dan Semarang Tegal
Jakarta.(sumber:Tegal dalam angka 2014)
Secara Adminmistratif wilayah Kota Tegal berbatasan dengan :
- Sebelah Utara

: Laut Jawa

- Sebelah Selatan

: Kabupaten Tegal

- Sebelah Timur

: Kabupaten Tegal

- Sebelah Barat

: Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes

2. Keadaan Wilayah
a. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Tegal relatif kecil, yaitu 39,68 km2 atau sekitar
0,11% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kota Tegal secara
administrasi dibagi menjadi 4 wilayah kecamatan dan 27 kelurahan yang
terdiri dari 156 Rukun Warga (RW) dan 1.044 Rukun Tetangga (RT).
Wilayah Kecamatan Tegal Barat adalah kecamatan yang memiliki wilayah

59

60

terluas di Kota Tegal dengan luas wilayah seluas 13,95 m2, disusul
Kecamatan Margadana dengan luas wilayah seluas 11,76 km2, kemudian
Kecamatan Tegal Selatan dan Kecamatan Tegal Timur dengan luas wilayah
masing-masing seluas 6,43 km2 dan 6,36 km2.(sumber data :Kota Tegal
dalam angka tahun 2014)
Luas daerah Kota Tegal menurut penggunaan lahan bukan
sawah,sebagai berikut :
Bangunan/Karangan :1.721,97 Ha (43,40%)
Kebon

: 42,52 Ha (1,07%)

Tambak

: 494,90 Ha (12,47%)

Lain-lainnya

: 816,01 Ha (20,56%)

b. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk kota tegal cenderung bertambah dari waktu ke
waktu. Pada tahun 2013 jumlah penduduk 240.540 jiwa. Terdiri dari
121.173 jiwa perempuan dan 119.367 jiwa laki-laki. Jumlah penduduk
perempuan lebih banyak bila dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
Pertumbuhan penduduk di tegal 5 tahun terakhir dari tahun 2008-2013
mengalami gejala yang fluktuatif yaitu naik pada posisi 1,83% pada 2009
namun menurun pada tahun 2013 (-5,03%) akibat adanya migrasi penduduk
keluar kota tegal yang jumlahnya cukup signifikan. Rasio jenis penduduk
kota tegal mencapai angka 99, yang berarti terdapat 99 penduduk laki-laki
dalam penduduk perempuan 100 jiwa.

61

Penduduk tegal tahun 2013 tersebar di 27 kecamatan, di tinjau dari


distribusi/persebaran penduduknya. Penduduk terbanyak terdapat di
kecamatan tegal timur yaitu sebesar 31% dan jumlah penduduk paling
sedikit di kecamatan margadana 18,96 % dari seluruh penduduk kota tegal.
Penduduk yang bermukimpadadaerahpesisir (Tegal Barat danTegalTimur)
mencapai 15 % darijumlahpendudukkeseluruhan.
Grafik 3.1 Penduduk Kota Tegal

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) kota tegal


( Tegal dalam angka 2014)
Dari tabel diatas, dapat kita simpulkan bahwa adanya variasi jumlah
penduduk di 4 (empat) kecamatan di kota tegal. Dilihat dari jumlah
penduduk, Kecamatan tegal timur menempati peringkat pertama dengan
memiliki jumlah penduduk sebesar 74.573 jiwa penduduk. Selanjutnya
disusul kecamatan tegal barat dengan memiliki jumlah penduduk sebesar
62.582 jiwa penduduk, tegal selatan dengan jumlah penduduk sebesar

62

57.774 jiwa penduduk, dan yang terakhir kecamatan margadana sebesar


45.611 jiwa penduduk.
Selain tingkat jumlah penduduk, ada pula besaran kepadatan
penduduk di setiap kecamatan. Tegal timur memiliki kepadatan penduduk
terbesar dikota tegal yaitu 11.725 jiwa penduduk, selanjutnya tegal selatan
sebesar 8.985 jiwa penduduk, tegal barat sebesar 4.136 jiwa penduduk, dan
yang terakhir kecamatan margadana sebesar 3.878 jiwa penduduk.
Selain jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, ada pula besaran
luas wilayah di setiap kecamatan di kota tegal. Sangat menarik kita kihat
bahwa kecamatan tegal barat memiliki luas wilayah paling luas sebesar
15,13 km, setelah itu kecamatan margadana sebesar 11,76 km, tegal timur
sebesar 6,43 km, dan yang terakhir tegal timur dengan memiliki luas
wilayah paling kecil diantara 3 kecamatan lainnya dengan luas wilayah
sebesar 6,36 km.
Grafik 3.2 Jumlah penduduk dan menurut umur dan jenis kelamin

63

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota tegal


( Tegal dalam angka 2014)
Dari tabel diatas, dapat kita simpulkan bahwa menurut kelompok
umur penduduk di kota tegal, penduduk dibawah 15 tahun sebesar 26%
(63.888 jiwa) dan penduduk usia 65 tahun keatas sebesar 2,75% (5.420
jiwa), sedang penduduk usia 15 64 tahun sebesar 71,25% (171.874 jiwa).
B. Gambaran Umum Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal
Dinas permukiman dan Tata Ruang merupakan unsur pelaksana
otonomi daerah ,dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah.
Tugas Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal yaitu
melaksanakan

kewenangan

urusan

pemerintahan

di

bidang

64

perumahan,permukiman dan penataan ruang berdasarkan asas otonomi dan


tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas, Dinas Permukiman dan Tata
Ruang Kota Tegal menyelenggarakan fungsi :
1. perumusan kebijakan teknis di bidang perumahan,permukiman dan
penataan ruang;
2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
perumahan,permukiman dan penataan ruang;
3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perumahan,permukiman
dan penataan ruang;
4. pengelolaan urusan kesekertariatan;
5. pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota yang berkaitan dengan
tugas dan fungsinya.
Susuna Organisasi Dinas Permukiman dan Tata Ruang ,terdiri dari
:
1. Kepala Dinas
2. Sekertariat, terdiri dari:
1. Sub bagian Program
2. Sub bagian Keungan
3. Sub bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Perumahan dan Permukiman ,terdiri dari:
1. Seksi Perumahan
2. Seksi Permukiman

65

4. Bidang Penataan Ruang, terdiri dari :


1. Seksi Perencanaan Tata Ruang
2. Seksi Pengendalian Tata Ruang
5. Bidang Pertamanan dan Persampahan, terdiri dari :
1. Seksi Pertamanan dan Pemakaman
2. Seksi Persampahan
6. UPTD
7. Jabatan Fungsional
Adapun tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian di Dinas
Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kepala dinas adalah kepala dinas permukiman dan Tata
ruang yang bertugas membantu Walikota dalam menyelenggarakan
urusan

pemerintahan

dibidang

perumahan,permukiman

dan

penataan ruang berdasarkan atas asas otonomi dan tugas


pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas,Kepala Dinas Permukiman dan
tata ruang Kota Tegal dibantu oleh staf yang berjumlah 350 orang
,adapun rincianya adalah sebagai berikut :
PNS

:106 orang

CPNS

: 38 orang

THL/Kontrak : 29 orang

66

Swakelola

: 184 orang

2. Sekertariat
Sekretarismempunyai
penyiapan

perumusan

tugas

pokok

kebijakan

melaksanakan

teknis,

pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan


administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum
dan kepegawaian.
Sub Bagian
penyiapan

bahan

Program
perumusan

mempunyai
kebijakan

tugas

melakukan

teknis,

pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayananan


administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, meliputi
:koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta
pengelolaan sistem informasi di lingkungan Dinas.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan
penyiapan

bahan

perumusan

kebijakan

teknis,

pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan


administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi
:pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di
lingkungan Dinas.
Sub Bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas
melakukan

penyiapan

bahan

perumusan

kebijakan

teknis,

pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu,

67

pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan


kepegawaian, meliputi :pengelolaan administrasi kepegawaian,
hukum, humas, organisasi dan tata laksana, ketatausahaan,
rumahtangga dan perlengkapan di lingkungan dinas.
3. Bidang Perumahan dan Permukiman
Bidang-bidang ini dipimpin oleh seorang kepala bidang
yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui
sekertaris.Bidang perumahan dan permukiman adalah unsur
pelaksana di bidang perumahan dan permukiman yang bertugas
menyusun dan merumuskan kebijakan teknis serta mengelola
urusan perumahan dan permukiman.
Bidang-bidang

ini

terdiri

dari

seksi-seksi,seksi-seksi

dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang berada di bawah dan


bertanggung jawab kepada Kepala Bidang yang bersangkutan.
a. Seksi Perumahan
Seksi

perumahan

bertugas

melakukan

pemberdayaan

masyarakat di bidang perumahan serta mewujudkan pemenuhan


perumahan yang layak huni serta meningkatkatnya kualitas
perumahan.
b. Seksi Permukiman

68

Seksi permukiman bertugas mewujudkan lingkungan yang


aman,harmonis dan berkelanjutan di daerah perumahan serta
melakukan pendataan dan penyediaan informasi perumahan.
4. Bidang Penataan Ruang
Bidang penataan ruang terdiri dari seksi perencanaan tata
ruang dan seksi pengendalian tata ruang . Bidang penataan ruang
mempunyai tugas menyusun kebijakan penataan ruang yang baik
sesuai dengan peruntukan lahan di Kota Tegal.
5. Bidang Pertamanan dan Persampahan
Bidang pertamanan dan persampahan terdiri dari seksi
pertamanan dan persampahan serta seksi IPLT .seksi pertamanan
bertugas mengelola ruang terbuka hijau yang ada di Kota Tegal
termasuk pengelolaan makam.
Sedangkan

seksi

persampahan

bertugas

mengangkut

sampah dari tempat pembuangan sampah sementara menuju


ketempat pembuangan sampah akhir yang ada di Kota Tegal.
Sedangkan IPLT sendiri bertugas melayani permintaan
penyedotan wc di wilayah kota tegal dan sekitarnya hyang
kemudian dibuang ke tempat pembuangan khusus yang ada di
kelurahan muarareja kota tegal.
6. Jabatan Fungsional

69

Kelompok

jabatan

fungsional

mempunyai

tugas

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Kepala Dinas sesuai


dengan bidang keahliannya dan ketrampilanya
Kelompok ini terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai
dengan bidang keahliannya.Setiap kelompok tersebut dipimpin
oleh seorang tenaga fungsional yang ditunjuk dan bertanggung
jawab

kepada

Kepala

Dinas.

BAB IV
LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS IMPLEMENTASI
PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Laporan Hasil Penelitian


Pemerintah Kota Tegal selalu berupaya membenahi diri untuk
mencapai visi Kota Tegal yaitu terwujudnya Kota Tegal sebagai pusat
industri, jasa dan maritime yang mempunyai daya saing untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi warganya melalui kebersamaan maka diperlukan misi Kota
Tegal yaitu salah satunya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana
dan prasarana umum daerah serta mengembangkan cita kota yang berwawasan
lingkungan. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut pemerintah Kota Tegal
menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal.
Implementasi Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2012 merupakan
bentuk kebijakan pelaksanaan dalam hal penataan ruang wilayah kota tegal
supaya

terjadi

kesesuaian

antara

pelaksanaan

pembangunan

yang

berkesinambungan. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan sejauh


mana implementasi Implementasi Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2012.

81

82

Data-data ini diperoleh dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam


kuesioner penelitian dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian tersebut diolah dan dianalisis dengan mengacu pada
teori-teori dan konsep-konsep yang telah dikemukakan pada bab pendahuluan.
Pertanyaan disusun sesuai dengan pokok-pokok penelitian pada kerangka
dasar teori dan definisi operasional Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah dalam Mewujudkan Pembangunan
yang Berkelanjutan dengan pokok-pokok penelitian antara lain:
1. Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah, meliputi:
a. Efektifitas sosialisasi media
b. Sosialisasi bertatap muka
2. Implementasi Rencana Tata Ruang Kota, meliputi:
a. Implementasi rencana sistem pusat pelayanan
b. Implementasi rencana sistem jaringan transportasi
c. Implementasi rencana sistem jaringan energi
d. Implementasi rencana sistem jaringan telekomunikasi
e. Implementasi rencana sistem jaringan sumber daya air
f. Implemenrasi rencana sistem infrastruktur perkotaan
Untuk

memperoleh

data

yang

diperlukan

guna

mengetahui

implementasi Perda Nomor 4 tahun 2012 mengenai Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan kendala serta

83

solusinya. Penulis menyebar daftar pertanyaan (kuesioner) dan melakukan


interview kepada responden/informan.
Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner diajukan kepada 15 orang
responden sedangkan pada interview diajukan kepada 5 orang informan yang
berasal dari staf dan pegawai kecamatan di Kota Tegal. Dari lokasi penelitian
di Kecamatan di Kota Tegal, diketahui nama, jenis kelamin, usia, jabatan,
pekerjaan, pendidikan terakhir informan adalah sebagai berikut:
TABEL IV.01
IDENTITAS RESPONDEN
No

Nama

P/L

Usia

Pekerjaan

1.

Rochmat Wijaya

44

Staf BPPT Kota Tegal

2.

Ahmad Busaepi

32

Pegawai Negeri Sipil

3.

Marsubi

50

4.

Isus Wiyanti

37

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13.
14.
15.

Andi Zulvirdianto
Rohmat
Idris Riyanto
P. Hery Prayitno
Slamet Sambudi
Enny S.
Heri Prihanto
Sugiarti
Yulia N. Pitna
Agus Handoyo
Nurkolid

L
L
L
L
L
P
L
P
P
L
L

25
51
33
41
28
38
29
42
37
33
30

Staf Kecamatan Tegal


Selatan
Staf Kecamatan Tegal
Timur
Pegawai Negeri Sipil
Staf Diskimtaru Kota Tegal
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil
Staf Admin Tata Ruang
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil

Pend.
Terakhir
SLTA
D3
Komp.
SLTA
SLTA
D3
SLTA
SLTA
SLTA
D3 Ak.
D3
D3
SLTA
S2
SLTA
SLTA

84

TABEL IV.02
IDENTITAS INFORMAN
No

Nama

P/L

Usia

Pekerjaan

Pend.
Terakhir

1.

Nur Efendi

53

Ka Diskimtaru Kota Tegal

S2

2.

Agus Handoyo

31

Staf Diskimtaru Kota Tegal

SLTA

3.

Rifki Diah
Titisari

32

Staf Bappeda

S1

4.

Suhadi

53

Satpol PP.

S1

5.

LSM

30

LSM

SLTA

Berdasarkan tabel IV.01 dan tabel IV.02 diatas dari 20 orang


responden mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Adapaun tingkat
pendidkian responden mayoritas adalah SLTA, umur responden berkisar
antara 30-55 tahun. Selanjutnya deskripsi mengenai jawaban responden
tentang implementasi Perda Nomor 4 tahun 2012 mengenai Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal tergambar dalam uraian hasil penelitian berikut ini.
Dalam penelitian ini, akan dikemukakan hasil pengukuran data
penelitian berupa data jawaban angket yang akan dihitung dengan teknik
deskriptif. Untuk keperluan pengambilan kesimpulan mengenai pokok-pokok
penelitian maka perlu dibuat kriteria skala tiap butir instrumen penelitian
dengan 5 pilihan, sehingga skor butir dapat ditentukan sebagai berikut, dengan
langkah-langkah berikut (Sugiyono, 2009:134):
Skor terendah = 1 x 15 = 15
Skor tertinggi = 5 x 15 = 75
Range

= 75 - 15 = 60

85

Kriteria

= 5

Interval kelas = 70 : 5 = 12
Selanjutnya dari kata-kata di atas dapat disusun kriteria kesimpulan
implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2012 mengenai Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan sebagai
berikut:
TABEL IV.03
KRITERIA JAWABAN RESPONDEN
Interval Skor
Persentase
63 75
84,00% - 100%
51 62
68,00% - 82,66%
39 50
52,00% - 66,66%
27 38
36,00% - 50,66%
15 26
20,00% - 34,66%
Sumber : Hasil olah data

Kriteria
Sangat Efektif / Sangat Sesuai
Baik / Efektif / Sangat Sesuai
Sedang-sedang saja
Kurang Efektif / Kurang Sesuai
Tidak Efektif / Tidak Sesuai

Pada bagian ini akan dijelaskan analisis tentang Implementasi


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah dalam
Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan sesuai dengan jawaban
responden pada masing-masing penelitian yaitu :
1. Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah
Sosialisasi yang dimaksud adalah upaya memasyarakatkan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal dengan menggunakan media dan sosialisasi secara bertatap muka.

86

Dari 15 responden, diperoleh hasil jawaban berdasarkan urutan pertanyaan


sebagai berikut :
a. Sumber Media
Dalam implementasi kebijakan diperlukan adanya sumber
media, begitupun dengan implementasi Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal, pemerintah
daerah menggunakan sumber media untuk mensosialisasi peraturan
tersebut, antara lain: famlet, selebaran dan pengumuman di
Kecamatan. Penggunaan media dirasa efektif dan memiliki jangkauan
sasaran yang luas.
Dalam penelitian ini sosialisasi dengan sumber media dalam
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah
Kota Tegal peneliti mengukur dengan pokok-pokok penelitian
efektifitas media dan jangkauan media terhadap sasaran.
1) Efektifitas Media
Komponen pertanyaan
1) Menurut Saudara, apakah jumlah media dan frekuensi
pemberitaan yang digunakan sosialisasi tentang Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah
Kota Tegal sudah efektif?
TABEL IV.04
JUMLAH MEDIA DAN FREKUENSI PEMBERITAAN
SOSIALISASI MENGGUNAKAN MEDIA TENTANG
PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL
No.

Alternatif Jawaban

Skor

Jumlah

87

Item
1.

a.
b.
c.
d.
e.

Sangat efektif
Efektif
Sedang-sedang saja
Kurang efektif
Tidak Efektif
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 1

1
5
0
9
0

5
4
3
2
1

Skor
5
20
0
18
0
43
57,33%

Berdasarkan data di atas efektifitas implementasi Peraturan


Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal jumlah media dan frekuensi pemberitaan diperoleh jawaban
sangat efektif 1 responden, efektif 5 responden, kurang efektif 9
responden sehingga diperoleh skor sebesar 43 dengan persentase
sebesar 57,33% dari yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa jumlah media dan frekuensi pemberitaan sedang-sedang
saja dalam sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal. Dalam hal ini pemerintah
kota tegal kurang memperhatikan jumlah media media dan
frekuensi pemberitaan yang efektif mengena pada masyarakat.
Pemerintah hanya memggunakan media berupa famlet atau
selebaran-sebenaran, itupun hanya terbatas di kecamatan.
2) Jangkauan Media terhadap Sasaran
Komponen pertanyaan
2) Menurut Saudara, jangkauan media yang dilakukan
pemerintah Kota Tegal untuk mensosialisasikan Peraturan

88

Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah


Kota Tegal sudah tepat dan mengenai sasaran?
TABEL IV.05
JANGKAUAN MEDIA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH
KOTA TEGAL UNTUK MENSOSIALISASIKAN PERATURAN
DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA RUANG
WILAYAH KOTA TEGAL
No.
Item
2.

Alternatif Jawaban

Skor

a.
b.
c.
d.
e.

Sangat efektif
0
Efektif
10
Sedang-sedang saja
0
Kurang efektif
5
Tidak efektif
0
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 2

5
4
3
2
1

Jumlah
Skor
0
40
0
10
0
50
66,67%

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jangkauan


media

yang

dilakukan

pemerintah

Kota

Tegal

untuk

mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang


Tata Ruang Wilayah Kota Tegal diperoleh jawaban efektif 10
responden dan kurang efektif 5 responden sehingga diperoleh skor
sebesar 50 dengan persentase sebesar 66,67% dari yang
diharapkan. Dengan demikian jangkauan media yang dilakukan
pemerintah

Kota

Tegal

sedang-sedang

saja

dalam

mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang


Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.

b. Efektifitas Sosialisasi secara Bertatap Muka

89

Dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012


tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal, selain menggunakan sumber
media pihak penda juga mensosialisasikannya dengan cara bertatap
muka, seperti: pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan di kecamatan
dengan narasumber yang berkompeten di bidangnya dan dihadiri oleh
masyarakat. Selanjutnya efektifitas cara bertatap muka dapat dilihat
dari kecakapan narasumber dan jumlah kehadiran.
1) Kecakapan Narasumber
Komponen pertanyaan
3) Menurut Saudara, apakah performance narasumber dalam
menyampaikan sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal sudah jelas dan
dipahami oleh audiens?
TABEL IV.06
KECAKAPAN NARASUMBER DALAM MENYAMPAIKAN
SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN
2012 TENTANG TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat jelas
1
Jelas
11
Sedang-sedang saja
3
Kurang jelas
0
Tidak jelas
0
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 3
3.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor
5
4
3
2
1

Jumlah
Skor
5
44
9
0
0
58
77,33%

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa kecakapan


narasumber dalam menyampaikan sosialisasi tentang Peraturan

90

Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota


Tegal diperoleh jawaban sangat sesuai 1 responden, sesuai 11
responden, dan sedang-sedang saja 3 responden sehingga diperoleh
skor sebesar 58 dengan persentase sebesar 77,33% dari yang
diharapkan. Sehingga dapat dikatakan kecakapan narasumber
dalam menyampaikan sosialisasi tentang Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal sudah
sesuai konsep materi yang dibawakan.
2) Jumlah Kehadiran
Komponen pertanyaan
4) Menurut Saudara, apakah dalam pelaksanaan sosialisasi
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal jumlah masyarakat yang hadir sudah
representatif?
TABEL IV.07
JUMLAH MASYARAKAT YANG HADIR DALAM
SOSIALISASI BERTATAP MUKA DALAM IMPLEMENTASI
PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat representatif
0
Representatif
4
Sedang-sedang saja
0
Kurang representatif
10
Tidak representatif
1
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 4
4.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor
5
4
3
2
1

Jumlah
Skor
0
16
0
20
1
37
49,33%

91

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah


masyarakat yang hadir dalam sosialisasi bertatap muka dalam
implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal diperoleh jawaban representatif 4
responden, kurang efektif 10 responden dan tidak efektif 1
responden sehingga diperoleh skor sebesar 37 dengan persentase
sebesar 49,33% dari yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan
jumlah masyarakat yang hadir dalam sosialisasi bertatap muka
dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal kurang representatif.
2. Implementasi Rencana Tata Ruang Kota Tegal
Implementasi tata ruang Kota Tegal menurut Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal dalam hal
ini meliputi: implementasi rencana sistem pusat pelayanan, implementasi
rencana sistem jaringan transportasi, implementasi rencana sistem jaringan
energi,

implementasi

rencana

sistem

jaringan

telekomunikasi,

implementasi rencana sistem jaringan sumber daya air, implemenrasi


rencana sistem infrastruktur perkotaan. Dari 15 responden, diperoleh hasil
jawaban berdasarkan urutan pertanyaan sebagai berikut:
a. Pembangunan Sistem Pusat Pelayanan

92

Rencana penetapan pusat pelayanan dalam rencana tata ruang


kota Tegal terdiri atas: Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat Pelayanan
Kota; dan

Pusat Lingkungan. Pusat pelayanan kota sebagaimana

dimaksud di Kecamatan Tegal Timur dengan fungsi utama meliputi


pemukiman, pusat pemasaran dan perdagangan, pusat perhubungan
dan telekomunikasi, pusat kegiatan usaha jasa dan produksi, serta
pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan).
1) Pusat Pelayanan Kota
Komponen pertanyaan
5) Menurut Saudara, apakah di Kecamatan Tegal Timur
pelaksanaan pembangunan struktur pusat pelayanan sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota?
TABEL IV.08
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN STRUKTUR PUSAT
PELAYANAN MENCERMINKAN PERATURAN DAERAH
NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA RUANG
WILAYAH KOTA TEGAL
No.
Item
5.

a.
b.
c.
d.
e.

Alternatif Jawaban

Skor

Sangat sesuai
Sesuai
Sedang-sedang saja
Kurang sesuai
Tidak sesuai
Jumlah
Persentase

0
9
3
3
0

5
4
3
2
1

Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 5

Jumlah
Skor
0
36
9
6
0
51
68,00%

93

Berdasarkan

data

di

atas,

dapat

diketahui

bahwa

pelaksanaan pembangunan struktur pusat pelayanan mencerminkan


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal diperoleh jawaban sesuai 9 responden,
sedang-sedang saja 3 responden, dan kurang sesuai 3 responden
sehingga diperoleh skor sebesar 51 dengan persentase sebesar
68,00% dari yang diharapkan. Dengan demikian pelaksanaan
pembangunan struktur pusat pelayanan sudah sesuai Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal.
2) Sub Pusat Pelayanan Kota
Komponen pertanyaan:
6) Menurut Saudara, apakah di Kecamatan Tegal Timur,
Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal Barat, dan
Kecamatan Tegal Selatan pelaksanaan pembangunan sub
pusat pelayanan kota sudah sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal?
TABEL IV.09
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN SUB PUSAT
PELAYANAN KOTA DI KECAMATAN TEGAL TIMUR,
KECAMATAN MARGADANA, KECAMATAN TEGAL
BARAT, DAN KECAMATAN TEGAL SELATAN
No.
Item
6.

a.
b.
c.
d.

Alternatif Jawaban

Skor

Jumlah
Skor

Sangat sesuai
Sesuai
Sedang-sedang saja
Kurang sesuai

1
11
3
0

5
4
3
2

5
44
9
0

94

e. Tidak sesuai
Jumlah
Persentase

0
58
77,33%

Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 6


Berdasarkan

data

di

atas,

dapat

diketahui

bahwa

pelaksanaan pembangunan sub pusat pelayanan kota di Kecamatan


Tegal Timur, Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal Barat, dan
Kecamatan Tegal Selatan diperoleh jawaban sangat sesuai 1
responden, sesuai 11 responden, dan sedang-sedang saja 3
responden sehingga diperoleh skor sebesar 58 dengan persentase
sebesar sebesar 77,33% dari yang diharapkan. Sehingga dapat
dikatakan pelaksanaan pembangunan sub pusat pelayanan kota di
Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal
Barat, dan Kecamatan Tegal Selatan sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal.
3) Pusat Lingkungan
Komponen pertanyaan:
7) Menurut Saudara, apakah pusat lingkungan yang ada di
Bandung, Kraton, Kejambon, dan Sumur Panggang
pelaksanaan pembangunannya sudah sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah
Kota Tegal?
TABEL IV.10
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSAT LINGKUNGAN
YANG ADA DI BANDUNG, KRATON, KEJAMBON, DAN
SUMUR PANGGANG

95

No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
13
Sedang-sedang saja
0
Kurang sesuai
1
Tidak sesuai
1
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 7
7.

a.
b.
c.
d.
e.

Berdasarkan

data

di

atas,

dapat

Skor
5
4
3
2
1

diketahui

Jumlah
Skor
0
52
0
2
1
55
73,33%

bahwa

pelaksanaan pembangunan pusat lingkungan yang ada di Bandung,


Kraton, Kejambon, dan Sumur Panggang diperoleh jawaban sesuai
13 responden, kurang sesuai 1 responden dan tidak sesuai 1
responden sehingga diperoleh skor sebesar 55 dengan persentase
sebesar 73,33% dari yang diharapkan. Dengan demikian pusat
lingkungan yang ada di Bandung, Kraton, Kejambon, dan Sumur
Panggang pelaksanaan pembangunannya sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal.
b. Pembangunan Sistem Jaringan Transportasi
Dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal, rencana pembangunan sistem jaringan
transportasi meliputi sistem jaringan transportasi darat; dan sistem

96

jaringan transportasi laut. Berikut hasil analisis pembangunan sistem


jaringan transportasi di Kota Tegal.
1) Sistem Jaringan Transportasi Darat
Komponen pertanyaan:
8) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan yang
meliputi jaringan jalan, prasarana lalu lintas, jaringan kereta
api, dan jaringan angkutan penyeberangan sudah sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.11
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN YANG MELIPUTI
JARINGAN JALAN, PRASARANA LALU LINTAS,
JARINGAN KERETA API, DAN JARINGAN ANGKUTAN
PENYEBERANGAN DI WILAYAH KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
10
Sedang-sedang saja
4
Kurang sesuai
1
Tidak sesuai
0
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 8
8.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor
5
4
3
2
1

Jumlah
Skor
0
40
12
2
0
54
72,00%

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui pelaksanaan


pembangunan yang meliputi jaringan jalan, prasarana lalu lintas,
jaringan kereta api, dan jaringan angkutan penyeberangan di
Wilayah Kota Tegal diperoleh jawaban sesuai 10 responden,
sedang-sedang saja 4 responden, dan kurang sesuai 1 sehingga
diperoleh skor sebesar 54 dengan persentase sebesar 72,00% dari

97

yang diharapkan. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan


yang meliputi jaringan jalan, prasarana lalu lintas, jaringan kereta
api, dan jaringan angkutan penyeberangan di Wilayah Kota Tegal
sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
2) Sistem Jaringan Transportasi Laut
Komponen pertanyaan:
9) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan di sektor
jaringan transportasi laut di Kota Tegal sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.12
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI SEKTOR JARINGAN
TRANSPORTASI LAUT DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
9
Sedang-sedang saja
5
Kurang sesuai
1
Tidak sesuai
0
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 9
9.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor Jumlah Skor


5
4
3
2
1

0
36
15
2
0
53
70,67%

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui pelaksanaan


pembangunan di sektor jaringan transportasi laut di Kota Tegal
diperoleh jawaban sesuai 9 responden, sedang-sedang saja 5
responden, dan kurang sesuai 1 sehingga diperoleh skor sebesar 53
dengan persentase sebesar 70,67% dari yang diharapkan. Dengan

98

demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembangunan di


sektor jaringan transportasi laut di Kota Tegal sudah sesuai dengan
pemda tersebut.

c. Pembangunan Sistem Jaringan Energi


Rencana prasarana sistem jaringan energi sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 meliputi:
Saluran Udara Tegangan Tinggi; bangunan pengelolaan jaringan
listrik; dan jaringan minyak dan gas.
1) Saluran Udara Tegangan Tinggi
Komponen pertanyaan:
10) Menurut Saudara, apakah di daerah prioritas 1 dan prioritas II
yang terletak di Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan
Margadana sudah sesuai pembangunannya saluran udara
tegangan tinggi?
TABEL IV.13
PRIORITAS I DAN PRIORITAS II YANG TERLETAK DI
KECAMATAN TEGAL BARAT, KECAMATAN
MARGADANA DALAM PEMBANGUNAN SEBAGAI
SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
No.
Item
10.

Alternatif Jawaban
a.
b.
c.
d.
e.

Sangat sesuai
0
Sesuai
7
Sedang-sedang saja
7
Kurang sesuai
0
Tidak sesuai
1
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 10

Skor Jumlah Skor


5
4
3
2
1

0
28
21
0
1
50
66,67%

99

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa Prioritas I


dan prioritas II yang terletak di Kecamatan Tegal Barat,
Kecamatan Margadana diperoleh jawaban sesuai 7 responden,
sedang-sedang saja 7 responden, dan tidak sesuai 1 responden
sehingga diperoleh skor sebesar 50 dengan persentase sebesar
adalah 66,67% dari pembangunan sebagai saluran udara tegangan
tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Prioritas I dan
prioritas II yang terletak di Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan
Margadana sudah sesuai pembangunannya sebagai saluran udara
tegangan tinggi.
2) Bangunan Pengelolaan Jaringan Listrik
Komponen pertanyaan:
11) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan
pengelolaan jaringan listrik sudah sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah
Kota Tegal?
TABEL IV.14
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PENGELOLAAN
JARINGAN LISTRIK DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
1
Sesuai
11
Sedang-sedang saja
2
Kurang sesuai
1
Tidak sesuai
0
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 11
11.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor
5
4
3
2
1

Jumlah
Skor
5
44
6
2
0
57
76,00%

100

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui pelaksanaan


pembangunan pengelolaan jaringan listrik di Kota Tegal diperoleh
jawaban sangat sesuai 1 responden, sesuai 11 responden, sedangsedang saja 2 responden, dan kurang sesuai 1 responden sehingga
diperoleh skor sebesar 57 dengan persentase sebesar adalah
76,00% dari yang diharapkan. Dengan demikian pelaksanaan
pembangunan pengelolaan jaringan listrik sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal.
3) Jaringan Minyak dan Gas
Komponen pertanyaan:
12) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan jaringan
minyak dan gas sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.15
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN MINYAK
DAN GAS DI KOTA TEGAL
No.
Item
12.

Alternatif Jawaban
a.
b.
c.
d.
e.

Skor

Jumlah
Skor
5
16
27
0
1
49
65,33%

Sangat sesuai
1
5
Sesuai
4
4
Sedang-sedang saja
9
3
Kurang sesuai
0
2
Tidak sesuai
1
1
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 12
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui pelaksanaan
pembangunan jaringan minyak dan gas di Kota Tegal diperoleh

101

jawaban sangat sesuai 1 responden, sesuai 4 responden, sedangsedang saja 9 responden, dan tidak sesuai 1 responden sehingga
diperoleh skor sebesar 49 dengan persentase sebesar adalah
65,33% dari yang diharapkan. Dengan demikian pelaksanaan
pembangunan jaringan minyak dan gas di Kota Tegal sudah sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal.
d. Pembangunan Sistem Jaringan Telekomunikasi
Rencana

prasarana

sistem

jaringan

telekomunikasi

sebagaimana dimaksud dalam dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun


2012

tertuang

Pasal

13

meliputi:

pengembangan

prasarana

telekomunikasi sistem kabel dan sistem seluler; pembangunan dan


peningkatan jaringan primer telekomunikasi dengan mengikuti pola
jaringan jalan arteri, kolektor dan lokal; pembangunan menara
telekomunikasi berupa pembangunan menara telekomunikasi bersama
di

setiap

SPPK;

penataan

dan

pengaturan

lokasi

menara

telekomunikasi bersama diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;


dan penyediaan sistem hot spot atau sejenisnya di setiap SPPK.
Komponen pertanyaan:
13) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan sistem
jaringan telekomunikasi sudah sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal?

102

TABEL IV.16
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN
TELEKOMUNIKASI DI KOTA TEGAL
No.
Item
13.

Alternatif Jawaban
a.
b.
c.
d.
e.

Sangat sesuai
Sesuai
Sedang-sedang saja
Kurang sesuai
Tidak sesuai
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 13

Skor

1
8
5
1
0

5
4
3
2
1

Jumlah
Skor
5
32
15
2
0
54
72,00%

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui pelaksanaan


pembangunan jaringan telekomunikasi di Kota Tegal diperoleh
jawaban sangat sesuai 1 responden, sesuai 8 responden, sedang-sedang
saja 5 responden, dan kurang sesuai 1 responden sehingga diperoleh
skor sebesar 54 dengan persentase sebesar adalah 72,00% dari yang
diharapkan. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan jaringan
telekomunikasi di Kota Tegal sudah sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012.
e. Pembangunan Sistem Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air pada Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 diarahkan pada konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air
dengan mengikuti pola pengelolaan wilayah sungai Pemali-Comal
yang meliputi: jaringan irigasi; sistem pengendalian banjir; sistem

103

pengendalian abrasi pantai; dan rencana perlindungan dan pelestarian


sumber daya air. Berikut hasil analisis pembangunan sistem sumber
daya air di Kota Tegal.
1) Jaringan Irigasi
Komponen pertanyaan:
14) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pengembangan sistem
irigasi sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.17
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI
DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
9
Sedang-sedang saja
2
Kurang sesuai
1
Tidak sesuai
3
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 14
Berdasarkan data di atas, dapat
14.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor
5
4
3
2
1

diketahui

Jumlah
Skor
0
36
6
2
3
47
62,67%
bahwa

pelaksanaan pengembangan sistem irigasi di Kota Tegal diperoleh


jawaban sesuai 9 responden, sedang-sedang saja 2 responden,
kurang sesuai 1 responden dan tidak sesuai 3 responden sehingga
diperoleh skor sebesar 47 dengan persentase sebesar adalah
62,67% dari yang harapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pengembangan sistem irigasi di Kota Tegal

104

sedang-sedang saja

dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.


2) Sistem Pengendalian Banjir
Komponen pertanyaan:
15) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan yang
meliputi pengembangan polder dan pengendalian rob sudah
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.18
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN YANG MELIPUTI
PENGEMBANGAN POLDER DAN PENGENDALIAN ROB
DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Skor

Sangat sesuai
0
Sesuai
6
Sedang-sedang saja
4
Kurang sesuai
2
Tidak sesuai
3
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 15
15.

a.
b.
c.
d.
e.

Berdasarkan

data

di

atas,

5
4
3
2
1

dapat

diketahui

Jumlah
Skor
0
24
12
4
3
43
57,33

bahwa

pelaksanaan pembangunan yang meliputi pengembangan polder


dan pengendalian rob di Kota Tegal diperoleh jawaban sesuai 6
responden, sedang-sedang saja 4 responden, kurang sesuai 2
responden dan tidak sesuai 3 responden sehingga diperoleh skor
sebesar 43 dengan persentase sebesar 57,33% dari yang
diharapkan.

Dengan

demikian

dapat

disimpulkan

bahwa

105

pelaksanaan pembangunan yang meliputi pengembangan polder


dan pengendalian rob sedang-sedang saja dengan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
3) Sistem Pengendalian Abrasi Banjir
Komponen pertanyaan:
16) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan yang
meliputi pembangunan konstruksi perlindungan pantai dan
konservasi pengembangan hutan sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.19
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN YANG MELIPUTI
PEMBANGUNAN KONSTRUKSI PERLINDUNGAN PANTAI
DAN KONSERVASI PENGEMBANGAN HUTAN
DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
6
Sedang-sedang saja
7
Kurang sesuai
1
Tidak sesuai
1
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 16
16.

a.
b.
c.
d.
e.

Berdasarkan

data

di

atas,

dapat

Skor
5
4
3
2
1

diketahui

Jumlah
Skor
0
24
21
2
1
48
64,00%

bahwa

pelaksanaan pembangunan yang meliputi pembangunan konstruksi


perlindungan pantai dan konservasi pengembangan hutan di Kota
Tegal diperoleh jawaban sesuai 6 responden, sedang-sedang saja 7
responden, kurang sesuai 1 responden dan tidak sesuai 1 responden

106

sehingga diperoleh skor sebesar 48 dengan persentase sebesar


64,00% dari yang diharapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembangunan yang meliputi pembangunan
konstruksi perlindungan pantai dan konservasi pengembangan
hutan di Kota Tegal sedang-sedang saja dengan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
4) Pembangunan Perlindungan dan Pelestarian Sumber Daya Air
Komponen pertanyaan:
17) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pembangunan yang
meliputi pelestarian sungai dan pemanfaatan air tanah sudah
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.20
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN YANG MELIPUTI
PELESTARIAN SUNGAI DAN PEMANFAATAN AIR TANAH
DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
6
Sedang-sedang saja
5
Kurang sesuai
0
Tidak sesuai
4
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 17
Berdasarkan data di atas, dapat
17.

a.
b.
c.
d.
e.

Skor
5
4
3
2
1

diketahui

Jumlah
Skor
0
24
15
0
4
43
57,33%
bahwa

pelaksanaan pembangunan yang meliputi pelestarian sungai dan


pemanfaatan air tanah di Kota Tegal diperoleh jawaban sesuai 6
responden, sedang-sedang saja 5 responden, dan tidak sesuai 4

107

responden sehingga diperoleh skor sebesar 43 dengan persentase


baru mencapai 57,33% dari yang diharapkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembangunan yang meliputi
pelestarian sungai dan pemanfaatan air tanah di Kota Tegal sedangsedang saja dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.

f. Pembangunan Sistem Infrastruktur Perkotaan


Rencana
sebagaimana

prasarana

sistem

infrastruktur

perkotaan

dimaksud Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012

tertuang dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f terdiri atas: rencana sistem air
minum kota; b.

rencana sistem air limbah kota; rencana sistem

persampahan kota; rencana sistem drainase kota; rencana penyediaan


dan pemanfaatan prasarana

dan

rencana jalur evakuasi bencana; dan

sarana

jaringan pejalan kaki;

penyediaan dan pemanfaatan

sarana dan prasarana perkotaan lainnya. Berikut hasil analisis tentang


pembangunan sistem infrastruktur perkotaan.
1) Sistem Air Minum Kota
Komponen pertanyaan:
18) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pengembangan sistem
air minum kota sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV.21
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM
DI KOTA TEGAL

108

No.
Item
18.

Alternatif Jawaban

a.
b.
c.
d.
e.

Sangat sesuai
0
Sesuai
5
Sedang-sedang saja
6
Kurang sesuai
4
Tidak sesuai
0
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 18
Berdasarkan

data

di

atas,

Jumlah
Skor
0
20
18
8
0
46
61,33%

Skor
5
4
3
2
1

dapat

diketahui

bahwa

pelaksanaan pengembangan sistem air minum di Kota Tegal


diperoleh jawaban sesuai 5 responden, sedang-sedang saja 6
responden, dan kurang sesuai 4 responden sehingga diperoleh skor
sebesar 46 dengan persentase sebesar 61,33% dari yang harapkan.
Dengan

demikian

dapat

disimpulkan

bahwa

pelaksanaan

pengembangan sistem air minum di Kota Tegal sedang-sedang saja


dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal.
2) Sistem Air Limbah Kota
Komponen pertanyaan:
19) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pengembangan sistem
air limbah kota yang meliputi pengolahan limbah,
pengambilan limbah, pengembangan limbah sudah sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal?

109

TABEL IV.22
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM AIR LIMBAH
KOTA YANG MELIPUTI PENGOLAHAN LIMBAH,
PENGAMBILAN LIMBAH, PENGEMBANGAN LIMBAH
DI KOTA TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
1
Sesuai
6
Sedang-sedang saja
2
Kurang sesuai
3
Tidak sesuai
3
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 19
19.

a.
b.
c.
d.
e.

Berdasarkan

data

di

atas,

dapat

Skor
5
4
3
2
1

diketahui

Jumlah
Skor
5
24
6
6
3
44
58,67%

bahwa

pelaksanaan pengembangan sistem sistem air limbah kota yang


meliputi pengolahan limbah, pengambilan limbah, pengembangan
limbah di Kota Tegal diperoleh jawaban sangat sesuai 1 responden,
sesuai 6 responden, sedang-sedang saja 2 responden, kurang sesuai
3 responden dan tidak sesuai 3 responden sehingga diperoleh skor
sebesar 44 dengan persentase baru mencapai 58,67% dari yang
harapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pengembangan sistem sistem air limbah kota yang meliputi
pengolahan limbah, pengambilan limbah, pengembangan limbah di
Kota Tegal sedang-sedang saja dengan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.

110

3) Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Prasarana Pejalan Kaki


Komponen pertanyaan:
20) Menurut Saudara, apakah pelaksanaan pengembangan tentang
penyediaan fasilitas pejalan kaki sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal?
TABEL IV. 23
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TENTANG
PENYEDIAAN FASILITAS PEJALAN KAKI SUDAH DI KOTA
TEGAL
No.
Item

Alternatif Jawaban

Sangat sesuai
0
Sesuai
9
Sedang-sedang saja
1
Kurang sesuai
4
Tidak sesuai
1
Jumlah
Persentase
Sumber: Hasil data olah kuesioner nomor 20
20.

a.
b.
c.
d.
e.

Berdasarkan

data

di

atas,

dapat

Skor
5
4
3
2
1

diketahui

Jumlah
Skor
0
36
3
8
1
48
64,00%

bahwa

pelaksanaan pengembangan tentang penyediaan fasilitas pejalan


kaki sudah di Kota Tegal diperoleh jawaban sesuai 9 responden,
sedang-sedang saja 1 responden, kurang sesuai 4 responden dan
tidak sesuai 1 responden sehingga diperoleh skor sebesar 48
dengan persentase sebesar 64,00% dari yang harapkan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengembangan
pengembangan tentang penyediaan fasilitas pejalan kaki sudah di
Kota Tegal sedang-sedang saja dengan Peraturan Daerah Nomor 4

111

Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal. Dalam hal
ini pemerintah Kota Tegal kurang memperhatikan fasilitas untuk
pejalan kaki, hal ini dapat terlihat dari banyaknya pedagang kaki
lima yang mengganggu akses pejalan kaki yang tidak tertangani
dengan baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah
Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal dengan menggunakan media dan sosialisasi
secara bertatap muka. Adapun rekapitulasi sosialisasi Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal, sebagai
berikut:
TABEL IV.24
SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG TATA RUANG WILAYAH DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN
DI KOTA TEGAL
No.
Pokok-Pokok Penelitian
Item
A. Sumber Media
1.
Sumber media yang digunakan sosialisasi
tentang Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
2.
Jangkauan media yang dilakukan pemerintah
Kota Tegal untuk mensosialisasikan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal

Kriteria

62,00%
57,33%

Baik
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja

66,67%

112

B.
3.

Secara Bertatap Muka


Performance
narasumber
dalam
menyampaikan sosialisasi tentang Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal
4.
Jumlah masyarakat yang hadir dalam
sosialisasi bertatap muka dalam implementasi
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rata-rata
Sumber : Hasil olah data kuesioner nomor 1 - 4.

63,33%
77,33%

Baik
Baik
(Sesuai)

49,33%

Kurang
Representatif

62,67%

Baik

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Sosialisasi


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal dilakukan dengan menggunakan media dan bertatap muka. Adapun
sumber media yang digunakan sosialisasi sedang-sedang saja (57,33%),
jangkauan media sedang-sedang saja (66,67%), performance narasumber
dalam menyampaikan sosialisasi sudah baik (77,33%), sedangkan jumlah
masyarakat yang hadir dalam sosialiasi secara bertatap muka kurang
representatif (49,33%). Dari data tersebut diperoleh rata-rata sebesar
62,67% yang masuk dalam kategori sedang-sedang saja, dengan demikian
sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal sedang-sedang saja.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Nur
Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal mengatakan:
Sosialisasi Perda sudah baik, dalam sosialisasi peraturan daerah,
kami menggunakan media maupun menggunakan cara bertatap
muka dalam mensosialisasikan suatu peraturan daerah.
(Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).

113

Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Rifki


Diah Titisari, ST., selaku Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang
menyatakan:
Sudah berjalan dengan baik. Sebelum sosialisasi Perda dilakukan
perumusan dengan mengundang tokoh masyarakat, elemen DPR,
setelah itu disusun Perda. Sejauh ini sosialisasi Perda
menggunakan sumber media dan pertemuan-pertemuan baik di
Kecamatan maupun Kelurahan. (Wawancara: Senin, 16 Maret
2015).
Berdasarkan hasil wawantara tersebut secara umum dikatakan
bahwa sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal dilakukan melalui media dan bertatap muka
secara langsung. Adapun Hasil wawancara secara rinci sebagai berikut:
a. Sosialisasi Melalui Media
Implementasi merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam
rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga
kebijakan

tersebut

dapat

membawa

hasil

sebagaimana

yang

diharapkan. Aktifitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan


yang telah ditetapkan dengan penggunaan sarana atau media untuk
mencapai tujuan kebijakan.
Dalam mensosialisasikan Peraturan Daerah, Pemerintah Kota
Tegal dalam hal ini menggunakan media baik cetak maupun
elektronik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Ir.
Nur Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal mengatakan:

114

Dalam sosialisasi menggunakan media, kami menggunakan


papan pengumuman di setiap kecamatan, surat edaran di
kelurahan, famlet, dan termasuk media masa dan elektronik.
(Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Rifki
Diah Titisari, ST., selaku Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang
menyatakan:
Media yang digunakan dalam sosialisasi Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Tegal yaitu dengan menyebarkan surat edaran di setiap
kecamatan. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan Bapak Agus Handoyo, selaku Staf Diskimtaru Kota
Tegal mengatakan:
Iya, pakai media, biasanya menggunakan surat edaran jika ada
peraturan daerah baru. (Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Pendapat berbebeda disampaikan oleh Suhadi selaku Kepala
Seksi Penegakan Peraturan Daerah Kota Tegal (Satpol PP),
mengatakan:
Saya kurang tahu menahu dalam urusan sosialisasi Peraturan
Daerah, tugas saya hanya sebatas mengamankan dan
melaksanakan penertiban jika ada yang melanggar peraturan
daerah. (Wawancara: Selasa, 17 Maret 2015).
Kemudian jawaban berbeda juga disampaikan oleh Anggota
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tidak mau disebutkan
namanya, mengatakan:
Ada pake selebaran, tetapi saya jarang mendengar atau
melihat sosialisasi peraturan daerah di media elektronik, seperti
radio. Padahal yang saya tahu masyarakat sering mendengarkan
radio. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).

115

Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa


sosialisasi peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal melalui media sudah berjalan dengan
sedang-sedang saja, yaitu dengan papan pengumuman di setiap
kecamatan, surat edaran di kelurahan, famlet dan sebagainya. Tetapi
dalam hal ini penggunaan media dalam sosialisasi kurang maksimal,
karena media yang sangat erat dengan masyarakat umum seperti koran
atau radio jarang digunakan disebabkan karena anggaran dana yang
terbatas dalam sosialisasi Peraturan Daerah.
b. Sosialisasi Secara Bertatap Muka
Untuk lebih mengoptimalkan penyampaian informasi kepada
masyarakat diperlukan sosialisasi yang berkelanjutan, maka dari itu
perlu

adanya

sosialisasi

secara

bertatap

muka.

Dalam

mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang


Rencana Tata Ruang Kota Tegal, menurut Bapak Ir. Nur Efendi, M.Si,
selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal mengatakan:
Untuk lebih mengena kepada masyarakat, kami biasanya
mengundang tokoh masyarakat, kecamatan, bappeda, DPU,
kelurahan dalam sosialisasi peraturan daerah umtuk
menyampaikan konsep materi rencana tata ruang wilayah.
(Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Sedangkan pernyataan dari Ibu Rifki Diah Titisari, ST., selaku
Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang menyatakan:

116

Ya, dilakukan sosialisasi secara bertatap muka. Perwakilan


bappeda juga sering menghadiri rapat koodinasi dalam
sosialisasi peraturan daerah, selanjutnya sosialisasi secara
bertatap muka dengan masyarakat umum dilakukan di setiap
kecamatan dengan mengundang perwakikan masyarakat.
(Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan Bapak Agus Handoyo, selaku Staf Diskimtaru Kota
Tegal mengatakan:
Iya, ada sosialisasi secara bertatap muka, biasanya dilakukan 4
kali selama sebulan, di empat kecamatan yang ada di Kota
Tegal . (Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Kemudian jawaban yang lain disampaikan oleh Anggota
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tidak mau disebutkan
namanya, mengatakan:
Ya, ada sosialisasi bertatap muka, tetapi kurang mengena pada
masyarakat umum karena tidak semua masyarkat yang
diundang menghadiri sosialisasi. Hal ini disebabkan sosialisasi
secara bertatap muka biasanya dilakukan saat jam kerja.
(Wawancara: Selasa, 17 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa
sosialisasi peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal secara bertatap muka sudah baik, hal
ini ditunjang dengan performance narasumber yang sudah sesuai
dengan konsep materi yang dibawakan. Tetapi dalam hal ini sosialisasi
secara bertatap muka, masyarakat umum yang diundang tidak
semuanya hadir, karena sosialisasi secara bertatap muka biasanya
dilakukan saat jam kerja.

117

2. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata


Ruang Wilayah Kota Tegal
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal meliputi: implementasi rencana sistem pusat
pelayanan,

implementasi

rencana

sistem

jaringan

transportasi,

implementasi rencana sistem jaringan energi, implementasi rencana sistem


jaringan telekomunikasi, implementasi rencana sistem jaringan sumber
daya air, implemenrasi rencana sistem infrastruktur perkotaan. Adapun
rekapitulasi implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal, sebagai berikut:

TABEL IV.25
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL
No.
Pokok-Pokok Penelitian
Item
A. Sistem Pusat Pelayanan
5.
Pelaksanaan pembangunan struktur pusat
pelayanan mencerminkan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal
6.
Pelaksanaan
pembangunan
sub
pusat
pelayanan kota di Kecamatan Tegal Timur,
Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal
Barat, dan Kecamatan Tegal Selatan
7.
Pelaksanaan pembangunan pusat lingkungan
yang ada di Bandung, Kraton, Kejambon, dan
Sumur Panggang
No.
Item

Pokok-Pokok Penelitian

Kriteria

72,89%
68,00%

Baik
Baik
(Sesuai)

77,33%

Baik
(Sesuai)

73,33%

Baik
(Sesuai)

Kriteria

118

B.
8.

9.
C.
10.

11.
12.

D.
13.
D.

Sistem Jaringan Transportasi


Pelaksanaan pembangunan yang meliputi
jaringan jalan, prasarana lalu lintas, jaringan
kereta
api,
dan
jaringan
angkutan
penyeberangan di Wilayah Kota Tegal
Pelaksanaan pembangunan di sektor jaringan
transportasi laut di Kota Tegal
Rencana Sistem Jaringan Energi
Prioritas I dan prioritas II yang terletak di
Kecamatan
Tegal
Barat,
Kecamatan
Margadana dalam pembangunan sebagai
saluran udara tegangan tinggi
Pelaksanaan
pembangunan
pengelolaan
jaringan listrik di Kota Tegal
Pelaksanaan pembangunan jaringan minyak
dan gas di Kota Tegal

71,33%
72,00%

Baik
Baik
(Sesuai)

70,67%

Baik
(Sesuai)
Baik
Sedangsedang
saja

Sistem Jaringan Telekomunikasi


Pelaksanaan
pembangunan
telekomunikasi di Kota Tegal
Sistem Sumber Daya Air

72,00%
72,00%

jaringan

69,33%
66,67%

76,00%
65,33%

60,33%

14.

Pelaksanaan pengembangan sistem irigasi di


Kota Tegal

62,67%

15.

Pelaksanaan pembangunan yang meliputi


pengembangan polder dan pengendalian rob
di Kota Tegal
Pelaksanaan pembangunan yang meliputi
pembangunan konstruksi perlindungan pantai
dan konservasi pengembangan hutan di Kota
Tegal
Pelaksanaan pembangunan yang meliputi
pelestarian sungai dan pemanfaatan air tanah
di Kota Tegal
Sistem Infrastruktur Perkotaan

57,33%

16.

17.

F.

18.

Pelaksanaan pengembangan sistem air minum


di Kota Tegal

64,00%

57,33%

61,33%

61,33%

Baik
(Sesuai)
Sedangsedang
saja
Baik
Baik
(Sesuai)
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja

119

No.
Pokok-Pokok Penelitian
Item
19. Pelaksanaan pengembangan sistem air limbah
kota yang meliputi pengolahan limbah,
pengambilan limbah, pengembangan limbah
di Kota Tegal
20. Pelaksanaan
pengembangan
tentang
penyediaan fasilitas pejalan kaki sudah di
Kota Tegal
Rata-rata

Kriteria

58,67%

Sedangsedang
saja

64,00%

Sedangsedang
saja
Sedangsedang
saja

66,67%

Sumber : Hasil olah data kuesioner nomor 5 - 20.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa implementasi


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal sudah dilaksanakan dengan baik. Adapun lebih rinci implementasi
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota
Tegal, antara lain:
a. Sistem Pusta Pelayanan
Berdasarkan data dikethui bahwa pelaksanaan pembangunan
struktur pusat pelayanan sudah mencerminkan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
(72,89%) dalam kategori baik, Pelaksanaan pembangunan sub pusat
pelayanan kota di Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Margadana,
Kecamatan Tegal Barat, dan Kecamatan Tegal Selatan mencapai
77,33% (baik), Pelaksanaan pembangunan pusat lingkungan yang ada
di Bandung, Kraton, Kejambon, dan Sumur Panggang sebesar 73,33%
(baik). Dari data tersebut diperoleh rata-rata sebesar 72,89% yang

120

masuk dalam kategori baik, dengan demikian Rencana sistem pusat


pelayanan sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Nur
Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal mengatakan:
Pembangunan sistem pusat pelayanan sudah sesuai dengan
Pasal 14-17 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004,.
(Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Rifki
Diah Titisari, ST., selaku Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang
menyatakan:
Pembangunan pusat pelayanan di kota Tegal sudah terlaksana
di masing-masing kecamatan sesuai dengan tata kota daerah
baik sebagai Pusat Pelayanan Kota; Sub Pusat Pelayanan Kota;
dan Pusat Lingkungan. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan Bapak Agus Handoyo, selaku Staf Diskimtaru Kota
Tegal mengatakan:
Iya, sudah sesuai dengan Perda. (Wawancara: Senin, 6 Maret
2015).
Kemudian jawaban berbeda juga disampaikan oleh Anggota
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tidak mau disebutkan
namanya, mengatakan:
Ya, memang pembangunan pusat pelayanan menyebar di
masing-masing kecamatan. (Wawancara: Selasa, 17 Maret
2015).

121

Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan pembangunan sistem pusat pelayanan terlaksana di
masing-masing kecamatan sesuai dengan tata kota daerah baik sebagai
Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat Pelayanan Kota, dan Pusat
Lingkungan sudah sesuai Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal sesuai dengan fungsi
utama daerah tersebut.
b. Sistem Jaringan Transportasi
Berdasarkan tabel IV.25 dapat diketahui bahwa rencana sistem
jaringan transportasi Kota Tegal, meliputi: Pelaksanaan pembangunan
yang meliputi jaringan jalan, prasarana lalu lintas, jaringan kereta api,
dan jaringan angkutan penyeberangan di Wilayah Kota Tegal sebesar
72,00% (Baik), Pelaksanaan pembangunan di sektor jaringan
transportasi laut di Kota Tegal mencapai 70,67% (Baik). Dari data
tersebut diperoleh rata-rata sebesar 71,33% yang masuk dalam kategori
baik, dengan demikian rencana sistem jaringan transportasi sudah
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal.
Data tersebut di atas sejalan dengan hasil wawancara dengan
Bapak Ir. Nur Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal
mengatakan:
Pembangunan sistem jaringan transportasi sudah sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012, untuk lebih

122

jelasnya
dapat dilihat pada Pasal 18-24.. (Wawancara:
Senin, 6 Maret 2015).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Rifki
Diah Titisari, ST., selaku Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang
menyatakan:
Pembangunan sistem jaringan transportasi di kota Tegal sudah
terlaksana sesuai dengan Perda No. 4 Tahun 2012, meliputi
sistem jaringan transportasi darat yaitu jaringan jalan;
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; jaringan kereta api;
dan jaringan angkutan penyeberangan. Sedangkan sistem
transportasi laut yaitu alur pelayaran antar pulau; pelabuhan
Tegal sebagai pelabuhan pengumpul dengan lokasi di
Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat. (Wawancara:
Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan Bapak Suhadi, selaku Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Tegal mengatakan:
Saya merasa iya, pelaksanaan sistem jaringan transportasi
sudah berjalan dengan baik, terlihat dari jalan-jalan yang sudah
diperbaiki, peninggian jalan, dan lain-lain. (Wawancara:
Selasa, 17 Maret 2015).
Kemudian jawaban berbeda juga disampaikan oleh Anggota
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tidak mau disebutkan
namanya, mengatakan:
Ya, terlaksana dengan baik. (Wawancara: Selasa, 17 Maret
2015)
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembangunan sistem jaringan transportasi di Kota Tegal
meliputi sistem

jaringan transportasi darat

yaitu

jaringan jalan;

prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, jaringan kereta api, dan

123

jaringan angkutan penyeberangan. Sedangkan sistem transportasi laut


yaitu alur pelayaran antar pulau, pelabuhan Tegal sebagai pelabuhan
pengumpul dengan lokasi di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal
Barat sudah sesuai Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.

c. Sistem Jaringan Energi


Berdasarkan tabel IV.25 dapat diketahui bahwa rencana sistem
jaringan transportasi Kota Tegal, meliputi: Prioritas I dan prioritas II
yang terletak di Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan Margadana dalam
pembangunan sebagai saluran udara tegangan tinggi sebesar 66,67%
(Baik), Pelaksanaan pembangunan pengelolaan jaringan listrik di Kota
Tegal mencapai 76,00% (Baik) dan Pelaksanaan pembangunan
jaringan minyak dan gas di Kota Tegal sebesar 63,33% (Baik). Dari
data tersebut diperoleh rata-rata sebesar 69,33% yang masuk dalam
kategori baik, dengan demikian rencana sistem jaringan energi sudah
berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
Data tersebut di atas sejalan dengan hasil wawancara dengan
Bapak Ir. Nur Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal
mengatakan:
Pembangunan prasarana sistem jaringan energi meliputi:
saluran Udara Tegangan Tinggi;
bangunan pengelolaan
jaringan listrik; dan
jaringan minyak dan gas. Untuk

124

pembangunan saluran Udara Tegangan Tinggi terdapat dua


prioritas yaitu prioritas I dan II sedangkan rencana bangunan
pengelolaan jaringan listrik yaitu dengan peningkatan gardu
listrik di pusat pelayanan kota dan seluruh sub pusat pelayanan
kota. (Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Rifki
Diah Titisari, ST., selaku Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang
menyatakan:
Pembangunan sistem jaringan energi di kota Tegal sudah
disesuaikan dengan Perda No. 4 Tahun 2012, Anda dapat
melihatnya sendiri point-point pembangunan pada perda
tersebut. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan pihak dari LSM di Kota Tegal yang tidak mau
disebutkan namanya, mengatakan:
Saya kurang tahu mba. (Wawancara: Selasa, 17 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembangunan sistem jaringan energi meliputi: Saluran
Udara Tegangan Tinggi, bangunan pengelolaan jaringan listrik, dan
jaringan minyak dan gas. Untuk pembangunan saluran udara tegangan
tinggi terbagi dalam dua prioritas yaitu daerah prioritas I dan prioritas
II. Sedangkan pengelolaan jaringan listrik yaitu dengan peningkatan
gardu listrik di pusat pelayanan kota dan seluruh sub pusat pelayanan
kota. Dengan demikian pembangunan sistem jaringan energi sudah
sesuai Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal.

125

d. Sistem Jaringan Telekomunikasi


Berdasarkan tabel IV.25 dapat diketahui bahwa pembangunan
sistem jaringan telekomunikasi Kota Tegal, meliputi: Pelaksanaan
pembangunan jaringan telekomunikasi di Kota Tegal sebesar 72,00%
(Baik). Dengan demikian pembangunan sistem jaringan energi sudah
berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
Data tersebut di atas sejalan dengan hasil wawancara dengan
Bapak Ir. Nur Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal
mengatakan:
Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi yaitu dengan
memperbaiki kabel dan sistem jaringan seluler, pembangunan
menara telekomunikasi bersama, penyediaan hot spot di setiap
sub pusat pelayanan kota, sedangkan pembangunan menara
telekomunikasi harus sesuai dengan ijin. (Wawancara: Senin,
6 Maret 2015).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Rifki
Diah Titisari, ST., selaku Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang
menyatakan:
Untuk membangun menara telekomunikasi harus ada ijin, ijin
lokasi, ijin prinsip, ijin IMP yang harus dilalui. Apabila tidak
sesuai pasti tidak diijinkan. Untuk lebih jelasnya di dinas
perhubungan terdapat peta menara telekomunikasi.
(Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan Bapak Agus Handoyo, selaku Staf Diskimtaru Kota
Tegal mengatakan:
Sudah mba, hal ini terlihat dengan adanya penataan kabelkabel dijalan dan galian-galian kabel telekomunikasi untuk

126

menata jaringan telekomunikasi, menara telekomunikasi juga


banyak bermunculan dan lokasinya sudah disesuaikan dengan
daerah pemukiman. (Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembangunan sistem jaringan telekomunikasi di wilayah
Kota Tegal yaitu dengan yaitu dengan memperbaiki kabel dan sistem
jaringan seluler, pembangunan menara telekomunikasi bersama,
penyediaan hot spot di setiap sub pusat pelayanan kota, sedangkan
pembangunan menara telekomunikasi harus sesuai dengan ijin.
Dengan demikian pembangunan sistem jaringan energi sudah sesuai
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal.

e. Sistem Sumber Daya Air


Berdasarkan tabel IV.25 dapat diketahui bahwa pembangunan
sistem sumber daya air di Kota Tegal, meliputi: Pelaksanaan
pengembangan sistem irigasi di Kota Tegal mencapai 62,67% (Baik),
Pelaksanaan pembangunan yang meliputi pengembangan polder dan
pengendalian rob di Kota Tegal baru mencapai 57,33% (sedang-sedang
saja), Pelaksanaan pembangunan yang meliputi

pembangunan

konstruksi perlindungan pantai dan konservasi pengembangan hutan di


Kota Tegal mencapai 64,00% (Baik), dan Pelaksanaan pembangunan
yang meliputi pelestarian sungai dan pemanfaatan air tanah di Kota
Tegal baru mencapai 57,33% (sedang-sedang saja). Dari data tersebut

127

diperoleh rata-rata pembangunan sistem sumber daya air sebesar


60,33% yang termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian
pembangunan sistem sumber daya air sudah berjalan dengan baik
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal.
Data tersebut di atas sejalan dengan hasil wawancara dengan
Bapak Ir. Nur Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal
mengatakan:
Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi, meliputi:
jaringan irigasi; sistem pengendalian banjir; sistem
pengendalian abrasi pantai; dan d. rencana perlindungan dan
pelestarian sumber daya air. Untuk pengendalian banjir pihak
pemda sudah menggali selokan atau got-got (memperbaiki
sistem drainase) dan membangun resapan air yang berada di
kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal Timur dan di
Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat; penanaman bakau
dan cemara di daerah pesisir sebagai sabuk hijau, dan lainlain. (Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Kemudian pernyataan dari Ibu Rifki Diah Titisari, ST., selaku
Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang menyatakan:
Sudah, saya melihat di Kelurahan Mintaragen sudah dibangun
polder, dan kolam resapan air untuk menanggulangi rob.
Semua sudah sesuai dengan pembuatan polder yang dapat
menerima air. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan salah seorang dari LSM yang tidak mau disebutkan
namanya, mengatakan:
Sudah, hal ini terlihat dengan adanya pengerukan got atau
saluran air di tempat-tempat rawan banjir. Selain itu juga di
pesisir sudah terlihat hijau dengan tanaman bakau.
(Wawancara: Selasa, 17 Maret 2015).

128

Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan pembangunan sumber daya air di wilayah Kota Tegal
meliputi: jaringan irigasi; sistem pengendalian banjir; sistem
pengendalian abrasi pantai; dan d. rencana perlindungan dan
pelestarian sumber daya air. Untuk pengendalian banjir pihak pemda
sudah menggali selokan atau got-got (memperbaiki sistem drainase)
dan membangun resapan air yang berada di kelurahan Mintaragen
Kecamatan Tegal Timur dan di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal
Barat; penanaman bakau dan cemara di daerah pesisir sebagai sabuk
hijau, dan lain-lain. Dengan demikian pembangunan sistem sumber
daya air sudah sesuai Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.

f. Sistem Infrastruktur Perkotaan


Berdasarkan tabel IV.25 dapat diketahui bahwa pembangunan
sistem infrastruktur perkotaan di Kota Tegal, meliputi: Pelaksanaan
pengembangan sistem air minum di Kota Tegal 61,33% (Baik),
Pelaksanaan pengembangan sistem air limbah kota yang meliputi
pengolahan limbah, pengambilan limbah, pengembangan limbah di
Kota Tegal baru mencapai 58,67% (sedang-sedang saja), dan
Pelaksanaan pengembangan tentang penyediaan fasilitas pejalan kaki
sudah di Kota Tegal mencapai 64,00% (Baik. Dari data tersebut

129

diperoleh rata-rata pembangunan sistem infrastruktur perkotaan di


Kota Tegal sebesar 61,33% yang termasuk dalam kategori baik.
Dengan demikian pembangunan sistem sumber infrastruktur perkotaan
di Kota Tegal sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
Data tersebut di atas sejalan dengan hasil wawancara dengan
Bapak Ir. Nur Efendi, M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal
mengatakan:
Pembangunan sistem infrastruktur perkokaan, rencana sistem
air minum kota; rencana sistem air limbah kota; rencana sistem
persampahan kota; rencana sistem drainase kota; rencana
penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki; rencana jalur evakuasi bencana; dan penyediaan
dan pemanfaatan sarana dan prasarana perkotaan lainnya.
Sejauh ini saya merasa sudah berjalan dengan baik.
(Wawancara: Senin, 6 Maret 2015).
Kemudian pernyataan dari Ibu Rifki Diah Titisari, ST., selaku
Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang menyatakan:
Dalam pembangunan air minum di Kota Tegal melalui
sosialisasi PDAM dan disesuaikan dengan peta ruang,
sedangkan program sanitasi dengan pengelolaan limbah
berkoordinasi dengan pihak IPAL (Instalasi Pengelolaan
Limbah), kemudian untuk trotoar yang ada di kota masih belum
sesuai, pejalan kaki untuk penyandang cacat juga belum ada di
lapangan trotoar pejalan kaki sudah ada tetapi disalahgunakan
untuk pedagang. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan salah satu responden dari LSM, mengatakan:
Saya kurang tahu Mba, yang jelas untuk saluran air PDAM
untuk daerah pesisir banyak yang kurang lancar dan harus
dengan bantuan pompa air, mungkin itu yang perlu diperbaiki.
(Wawancara: Selasa, 17 Maret 2015).

130

Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan pembangunan sumber daya air di wilayah Kota Tegal
meliputi: Pembangunan sistem infrastruktur perkokaan, rencana sistem
air minum kota, rencana sistem air limbah kota, rencana sistem
persampahan kota; rencana sistem drainase kota, rencana penyediaan
dan

pemanfaatan

prasarana

dan

sarana

jaringan pejalan kaki,

rencana jalur evakuasi bencana, dan penyediaan dan pemanfaatan


sarana dan prasarana perkotaan lainnya. Namun masih terdapat
kekurangan yaitu untuk saluran air PDAM untuk daerah pesisir banyak
yang kurang lancar dan harus dengan bantuan pompa air, trotoar
pejalan kaki sudah ada tetapi disalahgunakan untuk pedagang. Dengan
demikian pembangunan sistem infrastruktur perkotaan sudah sesuai
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal namun masih perlu diperbaiki sehingga sesuai
dengan Perda tersebut.

f. Kendala dalam Implementasi Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang


Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Implementasi sebagai penerapan atau penggunaan peraturan
kebijakan oleh badan atau pejabat administrasi negara harus sesuai dan
serasi dengan asas-asas hukum umum yang berlaku dan tepat guna
dengan tujuan yang hendak dicapai. Namun dalam implementasi

131

peraturan daerah masih terdapat beberapa hambatan dan kendala.


Termasuk dalam hal ini ini pelaksanaan peraturan daerah nomor 4
tahun 2012 tentang Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah Kota Tegal
dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Kota Tegal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Nur Efendi,
M.Si, selaku Kepala Diskimtaru Kota Tegal mengatakan:
Hambatan yang ada dalam implementasi peraturan daerah
umumnya karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
peraturan,
sehingga
kebanyakan
masyarakat
tidak
menghiraukan peraturan yang ada. Seperti pelanggaran pada
pemanfaatan ruang yang terjadi di area alun-alun, pelanggaran
tersebut dilakukan masyarakat dengan menempati areal yang
tidak diperuntukan untuk berjualan. (Wawancara: Senin, 6
Maret 2015).
Kemudian pernyataan dari Ibu Rifki Diah Titisari, ST., selaku
Staf Bappeda Bidang Prasbangwil, yang menyatakan:
Ya ada, hambatannya yaitu masih kurangnya koordinasi
dalam melaksanakan peraturan daerah, masih kurangnya
pemahaman personal dalam memahami rencana tata ruang
wilayah, masih perlunya penambahan intensitas sosialisasi
kepada masyarakat. (Wawancara: Senin, 16 Maret 2015).
Sedangkan salah satu responden dari Satuan Polisi Pamong
Praja Bapak Suhadi, mengatakan:
Ya, Mba. Dalam hal penertiban, masyarakat yang melanggar
peraturan daerah ini menolak untuk dilaksanakan
pembongkaran dan meminta ganti rugi apabila bangunannya
dibongkar petugas. Para pelanggar ini kurang memahami
peraturan daerah tersebut. (Wawancara: Selasa, 17 Maret
2015).

132

Pendapat senada juga disampaikan oleh pihak LSM, yang


mengatakan:
Pasti ada. Setiap kebijakan memunculkan pro dan kotra
sehingga dalam implementasi kebijakan akan selalu ditemui
hambatan. (Wawancara: Selasa, 17 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya
hambatan dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal mempunyai beberapa
hambatan, antara lain: masih kurangnya koordinasi antra instansi, masih
perlunya intensitas sosialisasi kepada masyarakat yang lebih luas lagi
tentang tata ruang wilayah kota Tegal, kurangnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya tata ruang wilayah kota Tegal dalam kelancaran
pembangunan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah penulis kemukakan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sosialisasi Peraturan Daerah No. 4 tahun 2012 belum terlaksana dengan
maksimal. Hal ini didasarkan pada hasil analisis diperoleh rata-rata sebesar
62,67% yang masuk dalam kategori sedang-sedang saja. Dengan demikian
sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal sedang-sedang saja. Hal ini dapat terlihat dari
sosialisasi yang belum tepat sasaran karena sumber media sosialisasi
masih terbatas pada famlet atau pengumuman-pengumuman di kecamatan
dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menghadiri acara sosialisasi
peraturan daerah yang diadakan dikecamatan-kecamatan.
2. Implementasi Peraturan Daerah No. 4 tahun 2012 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Tegal merupakan pelaksanaan kebijakan di bidang penataan
ruang wilayah Kota Tegal meliputi:
a. Pelaksanaan pembangunan struktur pusat pelayanan diperoleh rata-rata
sebesar 72,89% yang masuk dalam kategori baik.
b. Pelaksanaan pembangunan sistem jaringan transportasi Kota Tegal
diperoleh rata-rata sebesar 71,33% yang masuk dalam kategori baik

129

130

c. Pelaksanaan pembangunan sistem jaringan transportasi Kota Tegal,


diperoleh rata-rata sebesar 69,33% yang masuk dalam kategori baik.
d. Pelaksanaan pembangunan jaringan telekomunikasi di Kota Tegal
sebesar 72,00% (Baik).
e. Pelaksanaan pembangunan sistem sumber daya air di Kota Tegal,
diperoleh rata-rata pembangunan sistem sumber daya air sebesar
60,33% yang termasuk dalam kategori baik.
f. Pelaksanaan pembangunan sistem infrastruktur perkotaan di Kota
Tegal diperoleh rata-rata pembangunan sistem infrastruktur perkotaan
di Kota Tegal sebesar 61,33% yang termasuk dalam kategori baik.
3. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tegal mempunyai beberapa hambatan, antara
lain: masih kurangnya koordinasi antra instansi, masih perlunya intensitas
sosialisasi kepada masyarakat yang lebih luas lagi tentang tata ruang
wilayah kota Tegal, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tata
ruang wilayah kota Tegal dalam kelancaran pembangunan.
B. Saran
3. Perlu adanya sebuah langkah nyata dari instansi terkait untuk
menumbuhkan kesadaran mengenai peraturan daerah tentang tata ruang
wilayah kota tegal. Adapun langkah yang paling ideal digunakan yaitu
pelaksanaan Sosialisasi secara masif dan sistematis kepada masyarakat
dengan mengoptimalkan segala alat media baik media cetak maupun

131

elektronik. Yang didiharapkan dapat dijangkau oleh semua lapisan


masyarakat. Dengan demikian, program-program dalam peraturan tersebut
terealisir dengan baik.
4. Peraturan daerah tentang tata ruang wilayah kota tegal, diharapkan mampu
menjadi titik awal dalam menyelesaikan persoalan tata ruang di kota tegal.
Instansi terkait perlu bersikap aktif dengan melibatkan masyarakat secara
umum dalam mensukseskan program-program yang ada dalam peraturan
daerah tersebut, sehingga antara pemerintah (dalam hal ini instansi terkait)
dengan masyarakat terjadi sebuah pola harmonisasi dalam menjalankan
dan mengawal peraturan daerah tersebut secara optimal dan bertanggung
jawab.
C. Solusi
1. Diperlukan sebuah gaya komunikasi yang terpola dan mudah dimengerti
yang dilakukan oleh pemeritah daerah (dalam hal ini instansi terkait)
kepada masyarakat secara umum dalam proses sosialisasi mengenai
peraturan daerah tentang tata ruang wilayah kota tegal. Hal demikian
sangatlah penting, sebab melalui komunikasi yang baik semua kebijakan
akan tersampaikan dan dimengerti oleh masyarakat, yang pada akhirnya
implementasi perda berjalan sesuai dengan rencana.
2. Menumbuhkan sikap percaya/trust yang dilakukan oleh pemerintah
daerah (dalam hal ini instansi terkait) dalam melibatkan masyarakat
secara umum untuk mensukseskan program yang ada dalam perda. Sikap

132

saling percaya diantara keduanya, menjadi syarat mutlak terwujudnya


program-program yang ada dalam perda dengan cara baik dan sesuai
dengan harapan

DAFTAR PUSTAKA

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: P.


T. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono, Prof. Dr. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Jakarta


Glasson J. 1974. An Introduction to Regional Planning. London:Hutchincon
Educational
Tarigan, robinson. 2005. perencanaan pembangunan tata ruang wilayah kota.
Jakarta:Bumi aksara
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen kota dan wilayah. Jakarta:Bumi
Aksara
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gaya Media
Singarimbun, Masri. 1985. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES
Salim, Emil. 1995. Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Cet. 10, Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.
Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy, Congressional
Quarterly Press:Washington
Undang-undang 32 Tahun 2004
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Tata Ruang
Wilayah
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perencanaan Tata
Ruang Wilayah Tahun 2011-2031

132

133

134
ANGKET PENELITIAN
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TEGAL
DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Identitas Responden
1. Nama

2. Jenis Kelamin

3. Umur

4. Pendidikan

5. Pekerjaan/Jabatan

1. Sosialisasi
A) Efektifitas Media
a) Sumber Media
1. Menurut saudara,apakah jumlah media dan frekuensi pemberitaan yang di
gunakan sosialisasi tentang Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal sudah efektif ?
a) Sangat Efektif

d) Kurang efektif

b) Efektif

e) Tidak efektif

c) Ragu-ragu

134

135
b. Jangkauan media terhadap sasaran
2. Menurut saudara, apakah jangkauan media yang di lakukan pemerintah kota
tegal untuk mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang
rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal sudah tepat mengenai sasaran ?
a) Sangat Tepat

d) Kurang Tepat

b) Tepat

e) Tidak tepat

c) Ragu-ragu
B) Sosialisasi secara Bertatap muka
a) Performance narasumber
3) Menurut saudara,apakah performance narasumber dalam menyampaikan
sosialisasi peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang rencana tata ruang
wilayah kota tegal sudah sesuai dengan konsep materi yang di bawakan?
a) Sangat sesuai

d) Tidak sesuai

b) sesuai

e) Sangat tidak sesuai

c) Kurang sesuai
b) Jumlah Kehadiran
4) Menurut saudara,apakah dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah
nomor 4 tahun 2012 tentang tata ruang wilayah kota tegal jumlah masyarakat
yang hadir sudah representatif ?
a) Sangat representatif

d) Kurang representatif

b) representatif

e) Tidak representatif

c) Ragu-ragu

135

136
2. Implementasi Rencana Tata Ruang Kota
A) Rencana sistem pusat pelayanan
a) Pusat Pelayanan Kota
5) Menurut saudara,apakah di kecamatan Tegal timur pelaksanaan
pembangunan struktur pusat pelayanan selalu sesuai mencerminkan dengan
peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah kota
tegal ?
a) Selalu sesuai

d) kurang sesuai

b) pada umumnya

e) Tidak sesuai

c) kadang-kadang
b) Sub pusat Pelayanan Kota
6) Menurut saudara, apakah di kecamatan tegal timur,kecamatan
margadana,kecamatan tegal barat dan kecamatan tegal selatan pelaksanaan
pembangunan sub pusat pelayanan kota sudah sesuai dengan peraturan daerah
nomor 4 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah kota tegal ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
c) Pusat Lingkungan
7) Menurut saudara ,apakah pusat lingkungan yang ada di
bandung,kraton,kejambon dan sumurpanggang pelaksanaan
pembangunanannya sudah sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun
2012 tentang rencana tata ruang wilayah kota tegal ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

136

137
c) kurang sesuai
B) Rencana Sistem Jaringan Transportasi
a) Sistem Jaringan Transportasi Darat
8) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan yang meliputi jaringan
jalan,prasarana lalu lintas,jaringan kereta api dan jaringan angkutan
penyebrangan sudah sesuai dengan peratutan daerah nomor 4 tahun 2012
tentang rencana tata ruang wilayah kota tegal ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
b) Sistem jaringan transportasi laut
9) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan di sektor jaringan
transportasi laut di kota tegal sudah sesuai dengan yang ada di peraturan
daerah nomor 4 tentang rencana tata ruang kota tegal?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
C) Rencana Sistem Jaringan Energi
a) Saluran udara tegangan tinggi
10) Menurut saudara,apakah di daerah prioritas 1 dan prioritas II yang terletak
di kecamatan tegal barat,kecamatan margadana sudah sesuai pembangunanya
sebagai saluran udara tegangan tinggi ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai

137

138
b) Bangunan pengelolaan jaringan listrik
11) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan pengelolaan jaringan
listrik sudah sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang
rencana tata ruang wilayah kota tegal ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
c) Jaringan Minyak dan gas
12) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan jaringan minyak dan
gas sudah sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 tentang
rencana tata ruang wilayah kota tegal ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
D) Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
13) Menurut saudara ,apakah pelaksanaan pembangunan sistem jaringan
telekomunikasi sudah sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012
tentang rencana tata ruang wilayah kota tegal ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
E) Rencana Sistem Sumber Daya Air
a) Jaringan irigasi
14) Menurut sodara,apakah pelaksaanaan pengembangan sistem irigasi sudah
sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 ?

138

139
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
b) Sistem pengendalian banjir
15) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan yang meliputi
pengembangan polder dan pengendalian rob sudah sesuai dengan peraturan
daerah nomor 4 tahun 2012 ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
c) Sistem Pengendalian abrasi banjir
16) Menurut saudara,apakah pelaksaan pembangunan yang meliputi
pembangunan konstruksi perlindungan pantai dan konservasi pengembangan
hutan sudah sesuai pada peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
d) Rencana perlindungan dan pelestarian sumber daya air
17) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan yang meliputi
pelestarian sungai dan pemanfaatan air tanah sudah sesuai dengan peraturan
daerah nomor 4 tahun 2012
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai

139

140
F) Rencana Sistem Infrastruktur perkotaan
a) rencana sistem air minum kota
18) Menurut sodara,apakah pelaksanaan pembangunan sistem air minum kota
sudah sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
b) rencana sistem air limbah kota
19) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan air limbah kota yang
meliputi pengolahan limbah,pengambilan limbah,pengembangan limbah sudah
sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai
c) rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana prasarana pejalan kaki
20) Menurut saudara,apakah pelaksanaan pembangunan tentang penyediaan
fasilitas pejalan kaki sudah sesuai dengan peraturan daerah nomor 4 tahun
2012 ?
a) sangat sesuai

d) tidak sesuai

b) sesuai

e) sangat tidak sesuai

c) kurang sesuai

140

Anda mungkin juga menyukai