Anda di halaman 1dari 21

1

Antidepresan

Bagian Farmakologi
MAKALAH
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

OBAT ANTIDEPRESAN

Disusun oleh :

Elly Lutfiasari

1410029048

Mayshia Prazitiya S

1410029050

Dosen Pembimbing:
dr. Ika Fikriah, M. Kes

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada


Lab/SMF Farmakologi

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
2015

Bagian Farmakologi
MAKALAH
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

OBAT ANTIDEPRESAN

Disusun oleh :

Elly Lutfiasari

1410029048

Mayshia Prazitiya S

1410029050

Dosen Pembimbing:
dr. Ika Fikriah, M. Kes

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada


Lab/SMF Farmakologi

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kelompok penulis dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai Obat
Antidepresan ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini merupakan hasil dari belajar
mandiri selama berada di stase farmakologi di Laboratorium Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Dalam pembuatan laporan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr.Emil Bachtiar Moerad, Sp.P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Sukartini, Sp.A selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Pendidikan Dokter
Umum.
3. dr. Ika Fikriah, M. Kes selaku dosen pembimbing di stase farmakologi.
4. Orang tua serta teman-teman yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun kepada
penulis. Sebagai penutup penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi setiap pembaca.

Samarinda, 7 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasaan yang menyimpang,
mengganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido dan kemampuan bekerja. Depresi
berbeda dengan skizofrenia yang menghasilkan gangguan dalam pemikiran. Gejala depresi
berupa perasaan sedih yang sangat mendalam, tak berdaya, kecewa, dan tidak dapat
merasakan kesenangan dalam aktivitas biasa. Obat-obatan yang dapat mengurangi maupun
menghilangkan gejala depresi disebut sebagai antidepresan. Semua antidepresi yang berguna
diklinik memperkuat, secara langsung atau tidak, kerja norepinephrine, dopamin, dan/atau
serotonin otak. Bersama dengan bukti lain, terjadi teori amina bigenik, yang menyatakan
bahwa depresi disebabkan defisiensi monoamine seperti norepinefrin dan serotonin pada
tempat-tempat yang penting di otak.
Penggunaan obat-obatan depresi harus berdasarkan pertimbangan yang matang dan
penggunaan yang tepat, akibat interaksi obat maupun gejala-gejala yang ditimbulkan dari
interaksi obat tersebut, Maka dari itu, penulis menyusun makalah mengenai antidepresan
guna memahami lebih lanjut mengenai obat-obatan antidepresan.

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui obat-obatan yang termasuk
kedalam golongan antidepresan beserta contoh obat maupun dosis dan sediaannya yang
merupakan kompetensi standar bagi dokter umum.

BAB 2
ISI

2.1 DEPRESI
2.1.1

Definisi
Depresi merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, serta

fisik dari orang yang terserang penyakit tersebut. Prevalensi gangguan depresi seumur
hidup berkisar 10% sampai 25% pada wanita, sedangkan pada pria berkisar 5% sampai
12%. Depresi bisa menyebabkan hipertensi, gangguan jantung bahkan diabetes.
Seseorang yang mengalami depresi bisa mengalami kehilangan minat untuk beraktivitas,
perubahan nafsu makan, gangguan tidur, penurunan konsentrasi, penurunan berat badan
yang signifikan, ketidakberdayaan, keputusasaan, maupun perasaan bersalah yang
berlebihan.
2.1.2

Epidemiologi

a. Jenis kelamin
Prevalensi gangguan depresif dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.
b. Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif adalah kira-kira 40 tahun, 50% dari
semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Beberapa data
epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif mungkin
meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, hal tersebut karena
berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain.
c. Ras
d. Status perkawinan
Pada umumnya gangguan depresif terjadi paling sering pada orang yang memiliki
hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
e. Pertimbangan sosioekonomi dan cultural
2.1.3

Etiologi
Banyak zat biokimia atau organik dapat melibatkan kelainan di pusat monoamin atau

reseptor. Namun, situasi masih tidak jelas dan hanya gambaran singkat. Pertama,
antidepresan merugikan efek dari reserpin yang merupakan antihipertensi. Kedua,

antidepresan trisiklik bertindak dengan mencegah mengambilan kembali amina. Ketiga,


MAOIs, yang meningkatkan tingkat amina antidepresan efektif. Amina yang diyakini
paling terlibat adalah serotonin (5-HT) dan noradrenalin katekol (Norepinefrin). Serta
dopamin (yang diketahui juga terlibat), karena perannya dalam pengendalikan suasana
hati dan kelaianan sistem limbik. Selain itu, 5-HT dikenal terlibat dalam fungsi
hipothalamus yang dapat mempengaruhi proses tidur dan nafsu makan.
2.1.4

Patofisiologi
Depresi bisa disebabkan oleh tingkat penurunan neurotransmitter otak seperti

norepinefrin (NE), serotonin (5-HT), dopamin (DA), dan perubahan sensitivitas reseptor
di saraf tepi. Perubahan sensitivitas reseptor TL atau 5-HT2 dapat berhubungan dengan
terjadinya depresi. Selain itu dapat juga karena kegagalan regulasi homeostatik sistem
neurotransmitter. Kedua sistem serotogenik dan noradrenergik harus fungsional untuk
memberikan efek antidepresan.
2.1.5

Diagnosis
Adapun cara mendiagnosis pasien dengan gangguan depresi dapat dibantu dengan

menggunakan metode diagnosis berdasarkan klasifikasi depresi menurut buku Pedoman


Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa III, 2001 :
Dimana episode depresif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : episode depresif ringan,
episode depresif sedang, dan episode depresif berat. Ketiga episode depresif tersebut
memiliki gejala utama sebagai berikut.
a. afek depresif,
b. kehilangan minat dan kegembiraan,
c. dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan berkurangnya aktivitas.
Adapun gejala lazim lainnya yang dapat dijumpai pada episode depresif adalah sebagai
berikut.
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
d.
e.
f.
g.

ringan sekalipun)
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan (ringan, sedang, dan berat),
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F.32.0), sedang
(F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu
gangguan depresif berulang (F.33.-).
F.32.0 Episode depresi ringan
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
tersebut di atas.
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.
F.32.1 Episode depresi sedang
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
b.
c.
d.
e.

tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.


F.32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
a. Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
c. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok,
maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap
episode gangguan depresif berat masih dapat dibenarkan
d. Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
e. Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.
F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik
a. Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas Disertai

waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
b. Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent)
F 32.8 Episode Depresif Lainnya
F 32.9 Episode Depresif YTT
F 33.- Gangguan Depresif Berulang
2.1.6

Manajemen dan Masa Pengobatan Depresi


Depresi dapat diobati dengan farmakoterapi, psikoterapi, atau kombinasi keduanya,

tergantung pada keparahan penyakit. Terapi electroconvulsi (ECT) dapat digunakan untuk
pasien-pasien refrakter terhadap pengobatan lainnya. Pemilihan antidepresan obat
didasarkan pada potensi efek samping. Frekuensi pemantauan harus bergantung pada
keparahan penyakit, terapi, dan keadaan sosial yang mendukung.
Pengobatan untuk depresi dibagi menjadi tiga fase :
1. Yang pertama, fase akut, termasuk 3 bulan pengobatan awal. Selama fase ini,
dilakukan pemantauan yang ketat terhadap keparahan penyakit pasien termasuk
bunuh diri, kepatuhan pengobatan, efek samping, dan keselamatan.
2. Fase kedua atau fase lanjutan, adalah 16 sampai 20 minggu setelah remisi. Pasien
harus tetap pada pengobatan pada dosis yang sama selama fase untuk mencegah
kembalinya episode depresi.
3. Tahap ketiga adalah fase pemeliharaan. Selama periode ini, pasien dirawat untuk
mencegah mencegah terulangnya gangguan. Tanpa terapi antidepresan jangka
panjang, ulangan dan frekuensi terjadi pada 50% sampai 80% pada pasien. Risiko
kekambuhan pasien dapat dievaluasi dengan memeriksa jumlah episode sebelumnya,
adanya kondisi komorbiditas dan gejala yang hadir diantara episode. Tingkat
keparahan episode seperti bunuh diri, fitur psikotik, atau gangguan fungsional berat,
juga harus dievaluasi, kesediaan pasien untuk melanjutkan pengobatan harus dinilai.
Semua faktor ini harus ditimbang bersama-sama untuk menentukan apakah pasien
harus menerima pemeliharaan pengobatan. Pasien dengan episode pertama depresi
harus diobati selama 6 sampai 12 bulan; pasien dengan episode kedua harus dirawat
selama 3 tahun, sedangkan pasien dengan episode kedua yang disertai faktor
komplikasi (dysthymia, kekambuhan yang timbul dengan menurunkan dosis atau

penghentian) harus diobati seumur hidup. Pasien dengan tiga atau lebih episode
depresi harus diobati dengan terapi antidepresan seumur hidup.
2.2 ANTIDEPRESAN
Antidepresan adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan gangguan depresi
maupun keadaan lainnya, yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obatobat lainnya.
Adapun indikasi utama antidepresan adalah untuk mengobati depresi, tetapi melalui
berbagai pengalaman klinis dan uji terkontrol, ditemukan juga kegunaan lainnya dari
antidepresan.
A. Depresi
Indikasi ini telah disalahartikan secara luas untuk segala macam depresi karena buktibukti klinik yang ada menunjukan bahwa obat ini hanya berguna untuk episode
depresi mayor. Episode depresi mayor terutama didiagnosis berdasarkan derajat dan
kualitas hilangnya mood, minat dan kesenangan melakukan kebanyakan aktivitasyang
persisten, biasanya disertai dengan gangguan tidur, nafsu makan menurun, gairah
seksual, gangguan dan kemampuan berkonsentrasi. Diagnosis depresi mayor mungkin
tidak jelas pada pasien tertentu sehingga kelainan ini terlewat dan tidak diobati. Fase
depresi dalam gangguan bipolar harus diterapi menggunkan terapi farmakologik
karena tingginya angka bunuh diri.
B. Gangguan Ansietas: Panik, Ansietas Umum, dan Fobia Sosial
Imipramine pertama kali dibuktikan bermanfaat menangani episode ansietas akut,
suatu gangguan yang saat ini dikenal sebagai serangan panik.
C. Gangguan Obsesif-Kompulsif
SSRI kuat secara unik efektif mengobati kelainan ini.
D. Enuresis
Enuresis indikasi utama penggunaan Trisiklik
E. Nyeri Kronik
Para dokter di klinik nyeri menemukan bahwa trisiklik bermanfaat mengobati
berbagai keadaan nyeri kronik yang sering kali tidak dapat didiagnosis secara pasti.
Trisiklik dan penghambat transpoter serotonin-norepinefrin lainnya kemungkinan
bekerja langsung pada jalur nyeri dan tidak hanya mengatasi depresi yang
ditimbulkan oleh nyeri kronik tersebut.

Antidepresan dibagi menjadi 5 golongan besar berdasarkan mekanisme kerjanya,


yaitu sebagai berikut :

2.2.1

ANTIDEPRESAN TRISIKLIK (TCA)


Disebut demikian karena memiliki tiga cincin-inti pada struktur kimianya.

Protoripe kelompok obat ini, yakni imipramin

dan amitriptilin, merupakan campuran

penghambat ambilan norepinephrine dan serotonin, walaupun keduanya juga mempunyai


beberapa efek lainnya.
a. Farmakodinamik
Antidepresan generasi pertama ini menununjukkan berbagai derajat selektivitas
terhadap pompa reuptake norepinephrine dan serotonin, tapi selektivitasnya lebih rendah
daripada SSRI. Trisiklik juga memiliki berbagai kerja otonom.
Antidepresan trisiklik bekerja dengan menghambat

ambilan

kembali

neurotransmitter di otak. Dari beraneka jenis antidepresi trisiklik terdapat perbedaan


potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Ada yang
sangat sensitif terhadap norepinefrin, ada yang sensitif serotonin dan ada pula yang
sensitif dopamin. Tidak jelas hubungan antara mekanisme penghambatan ambilan
kembali ketokolamin dengan efek antidepresinya.
Berdasarkan rumus bangun kedua antidepresi klasik ini telah dicari antidepresi
lain. Sebagai derivat desmetil telah ditemukan desipramin (demetilasi imipramin) dan
nortriptilin (demetilasi amitriptilin). Obat trisiklik yang mempunyai dua gugus metil
dinamakan amin tersier, sedangkan produk demetilasi dengan hanya satu gugus metil
dinamakan amin sekunder. Dengan mengubah beberapa unsur rumus bangun, tetapi
dengan mempertahankan gugus trisiklik, diperoleh obat: klomipramin, doksepin,
opipramol, dan trimipramin. Secara biokimia obat amin sekunder diduga berbeda
mekanisme kerjanya dengan obat amin tersier. Amin sekunder menghambat ambilan
kembali norepinefrin sedangkan amin tersier menghambat ambilan kembali serotonin
pada sinaps neuron.
b. Farmakokinetik
A : tidak diabsorbsi sempurna
D:M : Hepar
E : Ginjal
c. Efek Samping
Sedasi : Mengantuk, efek aditif dengan sedatif lainnya
Simpatomimetik : Tremor, insomnia
Antimuskarinik : Penglihatan kabur, mulut kering, ileus paralitik, konstipasi,
keinginan untuk terus berkemih, bingung
Kardiovaskuler : Hipotensi ortostatik, gangguan konduksi, aritmia
Psikiatrik : Pemburukan psikosis, sindrome putus-obat

Neurologik : Kejang
Metabolik-endokrin : Penambahan berat badan, gangguan seksual
d. Interaksi Obat
Meningkatkan konsentrasi TCA Plasma
Cimetidine
SSRIs
Haloperidol
Oral Kontrasepsi
Verapamil
Menurunkan konsentrasi TCA Plasma
Barbiturat
Carbamazepine
Fenitoin

e. Contoh Obat

Obat

Bio
availibilita
s

Amitriptilin

31-61

Ikatan

Plasm

Protein

a T

(%)
82-96

(Jam)
31-46

Volume

Konsentrasi

Distribus

Plasma

Nortryptilin

i (L/Kg)
5-10

Terapeutik
80-200

15-30

>180 total

7-20

240-700

Metabolit
Aktif

Imipramin

29-77

76-95

9-24

e
Desipramine

Klomiprami

Tad

tad

22-84

Desmethyl

Obat
Amitriptilin

Sedian
Tab : 10, 20, 50, 75, 100 mg

Dosis
75 -200 mg

Kontraindikasi
Hipersensitivitas

Imipramin

IM : 10 mg/mL
Tab : 10, 25, 50 mg

75-200 mg

Hipersensitivitas, post

Klomiprami

Kaps : 75, 100, 125, 150 mg


Kaps : 25, 50, 75 mg

75.300

penyembuhan MI
Hipersensitivitas,

penyakit

jantung

berat, glaukoma, post


penyembuhan MI

2.2.2 ANTIDEPRESAN HETEROSIKLIK


a. Farmakodinamik

Termasuk dalam amin sekunder yaitu menghambat ambilan kembali norepinerfin.


Amoksapin. Antidepresi ini merupakan metabolit antipsikotik loksapin dan memiliki
efek antipsikosis. Gabungan efek antidepresi dan antipsikosis membuat obat ini cocok
bagi pasien psikosis dengan depresi.
Maprotilin. Obat ini merupakan antidepresi tetrasiklik; namun memiliki profil
farmakologik dan klinik serta efektivitas yang mirip imipramin.
b. Farmakokinetik
Amoksapin
A : cepat dan baik per oral
D : 90% terikat protein plasma, T1/2 = 30 jam
M : Hepar
E : Ginjal (urin)
Maproptilin
A : absorbsi sempurna per oral
D : 90%, waktu paruh eliminasi 43-51 jam
M : Hepar
E : Ginjal (Urin)
c. Efek Samping
Amoksapin
Akatisia
Parkinsonisme
Amenore-galaktore
Diskinesia
Sedasi & antimuskarinik

Maproptilin
Sedasi
Rash
Hipotensi
Takikardi
(tidak sekuat imipramin &

seperti trisiklik tetapi jarang amitriptilin)

Bupropion
Agitasi
Ansietas
Insomnia
Mulut kering
Migrain
Mual-Muntah

menimbulkan takikardi dan


aritmia.

d. Interaksi Obat
Kebanyakan sama dengan obat yang berinteraksi dengan TCAs
e. Contoh Obat

Obat

Bio
availibilita
s

Ikatan

Plasm

Protein

a T
(Jam)
8
11-14

Amoxapine

Tad

(%)
tad

Bupropion

60-80

85

Volume

Konsentrasi

Distribus

Plasma

7,8-Hydroxy

i (L/Kg)
tad

Terapeutik
Tad

Hydroxy,

20-30

>180 total

Metabolit
Aktif

threohydro,

erythreohydr
Maprotiline

66-75

88

Nama Obat Sedian


Amoxapine Tab : 25, 50 dan 100 mg

21-52

o
Desmethyl

Dosis
150 -300 mg

15-28

200-300

Kontraindikasi
Hipersensitivitas,
penyakit jantung berat,

Bupropion

Tab : 75, 100 mg

200-400 mg

glaukoma
Hipersensitivitas,
riwayat anoreksia atau
bulimia, penggunaan

Maprotiline

Tab : 25, 50 dan 75 mg

75.300

bersama MAO Inhibitor


Hipersensitivitas,
penyakit jantung berat,
glaukoma, penyembuhan
aakut dari MI

2.2.3 MAOIs (Monoamin Oksidase Inhibitor)


a. Farmakodinamik
MAO dalam tubuh berfungsi dalam proses deaminasi oksidatif katekolamin di
mitokondria. Proses ini dihambat oleh penghambat MAO karena terbentuk suatu
kompleks antara penghambat MAO dan MAO. Akibatnya kadar epinefrin, norepinefrin
dan 5-HT dalam otak naik.
Penghambat MAO tidak hanya menghambat MAO, tetapi juga enzim-enzim lain
karena itu obat ini mengganggu metabolisme banyak obat dihati. Penghambatan obat ini
sifatnya ireversibel. Penghambatan ini mencapai puncaknya dalam beberapa hari, tetapi
efek antidepresinya baru terlihat 2-3 minggu. Sedangkan pemulihan metabolisme
katekolamin baru terjadi setelah obat dihentikan 1-2 minggu.
Terdapat dua tipe MAO yang telah teridentifikasi. MAO-A (isoform A) adalah
amin oksidase yang terutama mempengaruhi metabolisme norepinephrine, serotonin dan
tiramin. MAO-B lebih selektif untuk dopamin. Blokade MAO yang ireversibel, yang
merupakan penghambat MAO terdahulu, menyebabkan terjadinya akumulasi tiramin
dalam jumlah yang signifikan dan menghilangkan metabolisme lintas pertama yang
melindungi terhadap tiramin dalam makanan. Karena agen ini menyebabkan pergantian
transmitter normal (norepinephrine) dalam vesikel-vesikel di ujung saraf adrenergik

dengan transmiter semu (octopamine), penghambat MAO dapat menimbulkan hipotensi


yang bermakna.
b. Farmakokinetik
Absorpsi
: Mudah diabsorbsi di saluran cerna.
Distribusi
: Kadar puncak dalam 2 dan 3 jam.
Metabolisme
: metabolisme MAOI dari kelompok

hidrazin

diperkirakan

menghasilkan metabolit aktif. Inaktivasi terutama terjadi melalui


asetilasi.
: urin

Ekskresi
c. Efek Samping

Nyeri kepala, mengantuk, mulut kering, penambahan berat badan, hipotensi postural,
gangguan seksual. Efek samping penghambat MAO merangsang SSP berupa gejala
tremor, insomnia, dan konvulsi.
d. Interaksi Obat
Interaksi farmakokinetik : Intoksikasi penghambat MAO jarang terjadi. Terjadi agitasi,
delirium, dan eksitasi neuromuskular yang diiuti oleh hilangnya kesadaran, kejang, syok,
dan hipertermia.
e. Contoh Obat
Ikata
Obat

Bioavailibili

tas

Protei
n (%)

Fenelz

Tad

Tad

in

Volume

Plasm

Distribu

a T Metabolit Aktif

si

(Jam)

(L/Kg)

43

Phenylacetic acid &

menit

parahydroxyphenilac

Konsentr
asi
Plasma
Terapeuti
k

tad

2-3 jam

etic

Obat
Fenelzin

Sediaan (mg)
Tab : 15 mg

Dosis (mg)
15

mg,

Kontraindikasi

namun Hipersensitivitas,

dapat ditingkatkan CHF, Penyakit


menjadi 20-30 mg

atau

hati

abnormalitas

dalam tes fungsi hati.

2.2.4

SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)


Antidepresan yang lebih efektif, selektif dan memiliki toksisitas otonom yang

minimal. SSRI dinilai memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada trisiklik.
a. Farmakodinamik
Golongan obat ini kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem kolinergik,
adrenergik atau histaminergik, sehingga efek sampingnya lebih ringan. Masa kerjanya
panjang antara 15-24 jam.
b. Farmakokinetik
Fluoxetine
Absorbsi
: waktu puncak dalam plasma : 6-8 jam
Distribusi
: ikatan protein : 94%
Metabolisme
: Hepar, metabolit : norfluoxetine
Ekskresi
: urine (15%)
Paroxetin
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi

: waktu puncak dalam plasma : 5-8 jam


: ikatan protein : 95%
: Hepar, metabolit : inaktif
: urine (64%); feses (36%)

Sertralin
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi

: waktu puncak dalam plasma : 4-8 jam


: ikatan protein : 98%
: Hepar, metabolit : desmethyl
: urine (12-14%); feses (40-45%)

Fluvoksamin
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi

: waktu puncak dalam plasma : 3-8 jam


: ikatan protein : 77%
: Hepar, metabolit : inaktif
: urine (85%)

Sitalopram
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi

: waktu puncak dalam plasma : 1-6 jam


: ikatan protein : 70-80%
: Hepar
: urine (10%)

c. Efek Samping
Ansietas, insomnia, gejala gastrointestinal (mual), penurunan libido, disfungsi seksual,
potensi teratogenik dengan paroxetine.

d. Interaksi Obat
Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRI dikombinasikan dengan
MAO inhibitor, yaitu akan terjadi peningkatan efek serotonin dengan gejala hipertermia,
kekakuan otot, kejang, kolaps kardiovaskular dan gangguan perilaku serta gangguan
tanda vital.
e. Contoh Obat

Obat

Bioavailibilita
s

Ikatan

Plasm

Protei

a T
(Jam)
24-96

Volume

Konsentras

Distribus

Norfluoxetin

i (L/Kg)
12-97

Terapeutik
Tad

Metabolit
Aktif

Plasma

Fluoksetin

70

n (%)
94

Paroksetin

50

95

24

e
Tidak ada

28-31

Tad

Setralin

Tad

98

22-35

Desmethyl

20

Tad

Fluvoksami

>90

77

7-63

Tidak ada

>5

Tad

n
Sitalopram

51-93

70-80

23-75

Desmethyl

12-16

Tad

Obat
Fluoksetin

Sediaan (mg)

Dosis (mg)

Oral : kapsul (10, 20, 40), tab

10-60

(10, 20), syr (20 mg/5 mL)


Oral lepas-tanda (Prozac Weekly)

Kontraindikasi
Hipersensitif
fluoxetin,

terhadap

gagal

ginjal

yang berat, penggunaan

: kapsul 90

bersama MAO Inhibitor.


Perhatian : penderita
epilepsi yang terkendali,
kerusakan hati dan ginjal,

Paroksetin

Oral : tab (10, 20, 30, 40),

20-50

antidepresan.
Hipersensitivitas

50-200

Hipersensitif

suspensi 10mg/5mL, tab lepasSetralin

terkendali (12,5, 25, 37,5)


Oral : tab (25,50,100), konsentrat
oral 20

sertralin.
Perhatian

terhadap
:

pada

gangguan

hati,

elektrokonvulsi,
menyusui,

terapi
hamil,

mengurangi

kemampuan
Fluvoksami

Oral : tab (25,50,100)

100-300

mengemudikan mesin
Perhatian : tidak untuk
digunakan

dalam

minggu

penghentian

terapi MAO, insufisiensi


hati,

tidak

direkomendasikan untuk
anak dan epilepsi, hamil
Sitalopram

Oral : tab (10,20,40)


Syr 10mg/5mL

20-60

dan laktasi.
Hipersensitif

terhadap

obat ini.
Perhatian : kehamilan,
menyusui,
mania,

gangguan
kecenderungan

bunuh diri.
2.2.5 SNRI (Serotonin Non Selective Inhibitor)
a. Farmakodinamik :
Merupakan obat-obatan yang bekerja dengan memblok ambilan baik dari
serotonin maupun norepinefrin, sehingga meningkatkan kadar kedua neurotransmitter ini
didalam otak. Biasanya digunakan sebagai terapi pilihan apabila terapi dengan
menggunakan SSRI kurang memuaskan.
Depresi biasanya disertai oleh gejala nyeri kronik seperti nyeri punggung dan
nyeri otot, nyeri ini biasanya diatur oleh serotonin dan norepinefrin di SSP. Baik SNRI
maupun TCA dengan mekanisme kerja pada kedua neurotransmitter serotinin dan
norepinefrin terkadang efektif dalam menghilangkan gejala fisik dari nyeri neuropatik,
seperti neuropati diabetik. Namun SNRI tidak seperti TCA, hanya memiliki sedikit
aktivitas terhadap reseptor adrenergik, muskarinik, atau histamin
b. Farmakokinetik
Venflafaxine
Absorbsi
: 92%, kadar puncak plasma : 2-3 jam
Distribusi
: ikatan protein : 27-30%
Metabolisme
: hepar, metabolit : O-desmethylfenlafaxine
Ekskresi
: urin (87%)

c. Efek Samping
Mual, lelah, insomnia, disfungsi seksual, heartburn, diare, dll.
d. Interaksi Obat
Dapat menyebabkan serotonin syndrome jika dikombinasikan dengan MAO Inhibitor.
Adapun gejala dari serotonin syndrome yaitu kebingungan, tremor, flushing, keringat
berlebih, dan gerakan otot involunter.
e. Contoh Obat

Obat
Venlafaksin

Bioavailibilita
s
Tad

Ikatan

Plasm

Protei

a T

n (%)
27-30

(Jam)
4-10

Metabolit
Aktif
O-

Volume

Konsentrasi

Distribus

Plasma

i (L/Kg)
tad

Terapeutik
Tad

Desmethy
l

Obat

Sediaan (mg)

Dosis (mg)

Kontraindikasi

Venlafaksin

Tab : 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100

75 mg, dapat

Penggunaan

mg
Cap : 75 mg, 100 mg

ditingkatkan

MAO

menjadi 150-

dan laktasi, anak < 18

250 mg/hari

tahun
Perhatian

bersama

Inhibitor,

hamil

riwayat

kejang

dan

penyalahgunaan
gangguan
sirosis
jantung

obat,

ginjal
hati,
tidak

atau

penyakit
stabil,

monitor tekanan darah


jika penderita mendapat
dosis harian >200mg

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, serta fisik
dari orang yang terserang penyakit tersebut. Prevalensi gangguan depresi seumur hidup
berkisar 10% sampai 25% pada wanita, sedangkan pada pria berkisar 5% sampai 12%.
Antidepresan adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan gangguan depresi
maupun keadaan lainnya, yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obatobat lainnya. Antidepresan dibagi menjadi 5 golongan besar berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu : (1) Antidepresan Trisiklik (TCA); (2) Antidepresan Heterosiklik; (3)
Monoamine Oksidase Inhibitor (MAO Inhibitor); (4) Serotonin Selektif Reuptake Inhibitor
(SSRI); dan (5) Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI).

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini peneliti masih jauh dari kata sempurna, sehingga masih
membutuhkan baik kritik maupun saran dalam penulisan makalah ini agar makalah dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya, baik bagi penulis pribadi maupun pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Kaplan, Sadock, Greb. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis
Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara
Maramis, W.E. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga Press
Maslim R. 2010. Buku Saku PPDGJ-III. Jakarta: FK-UNIKA Atmajaya
Evaria. 2010. MIMS Edisi Bahasa Indonesia 2010-2011. Jakarta: CMP Medica Asia Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai