Antidepresan
Bagian Farmakologi
MAKALAH
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
OBAT ANTIDEPRESAN
Disusun oleh :
Elly Lutfiasari
1410029048
Mayshia Prazitiya S
1410029050
Dosen Pembimbing:
dr. Ika Fikriah, M. Kes
Bagian Farmakologi
MAKALAH
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
OBAT ANTIDEPRESAN
Disusun oleh :
Elly Lutfiasari
1410029048
Mayshia Prazitiya S
1410029050
Dosen Pembimbing:
dr. Ika Fikriah, M. Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kelompok penulis dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai Obat
Antidepresan ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini merupakan hasil dari belajar
mandiri selama berada di stase farmakologi di Laboratorium Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Dalam pembuatan laporan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr.Emil Bachtiar Moerad, Sp.P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Sukartini, Sp.A selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Pendidikan Dokter
Umum.
3. dr. Ika Fikriah, M. Kes selaku dosen pembimbing di stase farmakologi.
4. Orang tua serta teman-teman yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun kepada
penulis. Sebagai penutup penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi setiap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui obat-obatan yang termasuk
kedalam golongan antidepresan beserta contoh obat maupun dosis dan sediaannya yang
merupakan kompetensi standar bagi dokter umum.
BAB 2
ISI
2.1 DEPRESI
2.1.1
Definisi
Depresi merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, serta
fisik dari orang yang terserang penyakit tersebut. Prevalensi gangguan depresi seumur
hidup berkisar 10% sampai 25% pada wanita, sedangkan pada pria berkisar 5% sampai
12%. Depresi bisa menyebabkan hipertensi, gangguan jantung bahkan diabetes.
Seseorang yang mengalami depresi bisa mengalami kehilangan minat untuk beraktivitas,
perubahan nafsu makan, gangguan tidur, penurunan konsentrasi, penurunan berat badan
yang signifikan, ketidakberdayaan, keputusasaan, maupun perasaan bersalah yang
berlebihan.
2.1.2
Epidemiologi
a. Jenis kelamin
Prevalensi gangguan depresif dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.
b. Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif adalah kira-kira 40 tahun, 50% dari
semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Beberapa data
epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif mungkin
meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, hal tersebut karena
berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain.
c. Ras
d. Status perkawinan
Pada umumnya gangguan depresif terjadi paling sering pada orang yang memiliki
hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
e. Pertimbangan sosioekonomi dan cultural
2.1.3
Etiologi
Banyak zat biokimia atau organik dapat melibatkan kelainan di pusat monoamin atau
reseptor. Namun, situasi masih tidak jelas dan hanya gambaran singkat. Pertama,
antidepresan merugikan efek dari reserpin yang merupakan antihipertensi. Kedua,
Patofisiologi
Depresi bisa disebabkan oleh tingkat penurunan neurotransmitter otak seperti
norepinefrin (NE), serotonin (5-HT), dopamin (DA), dan perubahan sensitivitas reseptor
di saraf tepi. Perubahan sensitivitas reseptor TL atau 5-HT2 dapat berhubungan dengan
terjadinya depresi. Selain itu dapat juga karena kegagalan regulasi homeostatik sistem
neurotransmitter. Kedua sistem serotogenik dan noradrenergik harus fungsional untuk
memberikan efek antidepresan.
2.1.5
Diagnosis
Adapun cara mendiagnosis pasien dengan gangguan depresi dapat dibantu dengan
ringan sekalipun)
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan (ringan, sedang, dan berat),
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F.32.0), sedang
(F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu
gangguan depresif berulang (F.33.-).
F.32.0 Episode depresi ringan
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
tersebut di atas.
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.
F.32.1 Episode depresi sedang
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
b.
c.
d.
e.
tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,
waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
b. Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent)
F 32.8 Episode Depresif Lainnya
F 32.9 Episode Depresif YTT
F 33.- Gangguan Depresif Berulang
2.1.6
tergantung pada keparahan penyakit. Terapi electroconvulsi (ECT) dapat digunakan untuk
pasien-pasien refrakter terhadap pengobatan lainnya. Pemilihan antidepresan obat
didasarkan pada potensi efek samping. Frekuensi pemantauan harus bergantung pada
keparahan penyakit, terapi, dan keadaan sosial yang mendukung.
Pengobatan untuk depresi dibagi menjadi tiga fase :
1. Yang pertama, fase akut, termasuk 3 bulan pengobatan awal. Selama fase ini,
dilakukan pemantauan yang ketat terhadap keparahan penyakit pasien termasuk
bunuh diri, kepatuhan pengobatan, efek samping, dan keselamatan.
2. Fase kedua atau fase lanjutan, adalah 16 sampai 20 minggu setelah remisi. Pasien
harus tetap pada pengobatan pada dosis yang sama selama fase untuk mencegah
kembalinya episode depresi.
3. Tahap ketiga adalah fase pemeliharaan. Selama periode ini, pasien dirawat untuk
mencegah mencegah terulangnya gangguan. Tanpa terapi antidepresan jangka
panjang, ulangan dan frekuensi terjadi pada 50% sampai 80% pada pasien. Risiko
kekambuhan pasien dapat dievaluasi dengan memeriksa jumlah episode sebelumnya,
adanya kondisi komorbiditas dan gejala yang hadir diantara episode. Tingkat
keparahan episode seperti bunuh diri, fitur psikotik, atau gangguan fungsional berat,
juga harus dievaluasi, kesediaan pasien untuk melanjutkan pengobatan harus dinilai.
Semua faktor ini harus ditimbang bersama-sama untuk menentukan apakah pasien
harus menerima pemeliharaan pengobatan. Pasien dengan episode pertama depresi
harus diobati selama 6 sampai 12 bulan; pasien dengan episode kedua harus dirawat
selama 3 tahun, sedangkan pasien dengan episode kedua yang disertai faktor
komplikasi (dysthymia, kekambuhan yang timbul dengan menurunkan dosis atau
penghentian) harus diobati seumur hidup. Pasien dengan tiga atau lebih episode
depresi harus diobati dengan terapi antidepresan seumur hidup.
2.2 ANTIDEPRESAN
Antidepresan adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan gangguan depresi
maupun keadaan lainnya, yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obatobat lainnya.
Adapun indikasi utama antidepresan adalah untuk mengobati depresi, tetapi melalui
berbagai pengalaman klinis dan uji terkontrol, ditemukan juga kegunaan lainnya dari
antidepresan.
A. Depresi
Indikasi ini telah disalahartikan secara luas untuk segala macam depresi karena buktibukti klinik yang ada menunjukan bahwa obat ini hanya berguna untuk episode
depresi mayor. Episode depresi mayor terutama didiagnosis berdasarkan derajat dan
kualitas hilangnya mood, minat dan kesenangan melakukan kebanyakan aktivitasyang
persisten, biasanya disertai dengan gangguan tidur, nafsu makan menurun, gairah
seksual, gangguan dan kemampuan berkonsentrasi. Diagnosis depresi mayor mungkin
tidak jelas pada pasien tertentu sehingga kelainan ini terlewat dan tidak diobati. Fase
depresi dalam gangguan bipolar harus diterapi menggunkan terapi farmakologik
karena tingginya angka bunuh diri.
B. Gangguan Ansietas: Panik, Ansietas Umum, dan Fobia Sosial
Imipramine pertama kali dibuktikan bermanfaat menangani episode ansietas akut,
suatu gangguan yang saat ini dikenal sebagai serangan panik.
C. Gangguan Obsesif-Kompulsif
SSRI kuat secara unik efektif mengobati kelainan ini.
D. Enuresis
Enuresis indikasi utama penggunaan Trisiklik
E. Nyeri Kronik
Para dokter di klinik nyeri menemukan bahwa trisiklik bermanfaat mengobati
berbagai keadaan nyeri kronik yang sering kali tidak dapat didiagnosis secara pasti.
Trisiklik dan penghambat transpoter serotonin-norepinefrin lainnya kemungkinan
bekerja langsung pada jalur nyeri dan tidak hanya mengatasi depresi yang
ditimbulkan oleh nyeri kronik tersebut.
2.2.1
ambilan
kembali
Neurologik : Kejang
Metabolik-endokrin : Penambahan berat badan, gangguan seksual
d. Interaksi Obat
Meningkatkan konsentrasi TCA Plasma
Cimetidine
SSRIs
Haloperidol
Oral Kontrasepsi
Verapamil
Menurunkan konsentrasi TCA Plasma
Barbiturat
Carbamazepine
Fenitoin
e. Contoh Obat
Obat
Bio
availibilita
s
Amitriptilin
31-61
Ikatan
Plasm
Protein
a T
(%)
82-96
(Jam)
31-46
Volume
Konsentrasi
Distribus
Plasma
Nortryptilin
i (L/Kg)
5-10
Terapeutik
80-200
15-30
>180 total
7-20
240-700
Metabolit
Aktif
Imipramin
29-77
76-95
9-24
e
Desipramine
Klomiprami
Tad
tad
22-84
Desmethyl
Obat
Amitriptilin
Sedian
Tab : 10, 20, 50, 75, 100 mg
Dosis
75 -200 mg
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Imipramin
IM : 10 mg/mL
Tab : 10, 25, 50 mg
75-200 mg
Hipersensitivitas, post
Klomiprami
75.300
penyembuhan MI
Hipersensitivitas,
penyakit
jantung
Maproptilin
Sedasi
Rash
Hipotensi
Takikardi
(tidak sekuat imipramin &
Bupropion
Agitasi
Ansietas
Insomnia
Mulut kering
Migrain
Mual-Muntah
d. Interaksi Obat
Kebanyakan sama dengan obat yang berinteraksi dengan TCAs
e. Contoh Obat
Obat
Bio
availibilita
s
Ikatan
Plasm
Protein
a T
(Jam)
8
11-14
Amoxapine
Tad
(%)
tad
Bupropion
60-80
85
Volume
Konsentrasi
Distribus
Plasma
7,8-Hydroxy
i (L/Kg)
tad
Terapeutik
Tad
Hydroxy,
20-30
>180 total
Metabolit
Aktif
threohydro,
erythreohydr
Maprotiline
66-75
88
21-52
o
Desmethyl
Dosis
150 -300 mg
15-28
200-300
Kontraindikasi
Hipersensitivitas,
penyakit jantung berat,
Bupropion
200-400 mg
glaukoma
Hipersensitivitas,
riwayat anoreksia atau
bulimia, penggunaan
Maprotiline
75.300
hidrazin
diperkirakan
Ekskresi
c. Efek Samping
Nyeri kepala, mengantuk, mulut kering, penambahan berat badan, hipotensi postural,
gangguan seksual. Efek samping penghambat MAO merangsang SSP berupa gejala
tremor, insomnia, dan konvulsi.
d. Interaksi Obat
Interaksi farmakokinetik : Intoksikasi penghambat MAO jarang terjadi. Terjadi agitasi,
delirium, dan eksitasi neuromuskular yang diiuti oleh hilangnya kesadaran, kejang, syok,
dan hipertermia.
e. Contoh Obat
Ikata
Obat
Bioavailibili
tas
Protei
n (%)
Fenelz
Tad
Tad
in
Volume
Plasm
Distribu
a T Metabolit Aktif
si
(Jam)
(L/Kg)
43
menit
parahydroxyphenilac
Konsentr
asi
Plasma
Terapeuti
k
tad
2-3 jam
etic
Obat
Fenelzin
Sediaan (mg)
Tab : 15 mg
Dosis (mg)
15
mg,
Kontraindikasi
namun Hipersensitivitas,
atau
hati
abnormalitas
2.2.4
minimal. SSRI dinilai memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada trisiklik.
a. Farmakodinamik
Golongan obat ini kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem kolinergik,
adrenergik atau histaminergik, sehingga efek sampingnya lebih ringan. Masa kerjanya
panjang antara 15-24 jam.
b. Farmakokinetik
Fluoxetine
Absorbsi
: waktu puncak dalam plasma : 6-8 jam
Distribusi
: ikatan protein : 94%
Metabolisme
: Hepar, metabolit : norfluoxetine
Ekskresi
: urine (15%)
Paroxetin
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
Sertralin
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
Fluvoksamin
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
Sitalopram
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
c. Efek Samping
Ansietas, insomnia, gejala gastrointestinal (mual), penurunan libido, disfungsi seksual,
potensi teratogenik dengan paroxetine.
d. Interaksi Obat
Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRI dikombinasikan dengan
MAO inhibitor, yaitu akan terjadi peningkatan efek serotonin dengan gejala hipertermia,
kekakuan otot, kejang, kolaps kardiovaskular dan gangguan perilaku serta gangguan
tanda vital.
e. Contoh Obat
Obat
Bioavailibilita
s
Ikatan
Plasm
Protei
a T
(Jam)
24-96
Volume
Konsentras
Distribus
Norfluoxetin
i (L/Kg)
12-97
Terapeutik
Tad
Metabolit
Aktif
Plasma
Fluoksetin
70
n (%)
94
Paroksetin
50
95
24
e
Tidak ada
28-31
Tad
Setralin
Tad
98
22-35
Desmethyl
20
Tad
Fluvoksami
>90
77
7-63
Tidak ada
>5
Tad
n
Sitalopram
51-93
70-80
23-75
Desmethyl
12-16
Tad
Obat
Fluoksetin
Sediaan (mg)
Dosis (mg)
10-60
Kontraindikasi
Hipersensitif
fluoxetin,
terhadap
gagal
ginjal
: kapsul 90
Paroksetin
20-50
antidepresan.
Hipersensitivitas
50-200
Hipersensitif
sertralin.
Perhatian
terhadap
:
pada
gangguan
hati,
elektrokonvulsi,
menyusui,
terapi
hamil,
mengurangi
kemampuan
Fluvoksami
100-300
mengemudikan mesin
Perhatian : tidak untuk
digunakan
dalam
minggu
penghentian
tidak
direkomendasikan untuk
anak dan epilepsi, hamil
Sitalopram
20-60
dan laktasi.
Hipersensitif
terhadap
obat ini.
Perhatian : kehamilan,
menyusui,
mania,
gangguan
kecenderungan
bunuh diri.
2.2.5 SNRI (Serotonin Non Selective Inhibitor)
a. Farmakodinamik :
Merupakan obat-obatan yang bekerja dengan memblok ambilan baik dari
serotonin maupun norepinefrin, sehingga meningkatkan kadar kedua neurotransmitter ini
didalam otak. Biasanya digunakan sebagai terapi pilihan apabila terapi dengan
menggunakan SSRI kurang memuaskan.
Depresi biasanya disertai oleh gejala nyeri kronik seperti nyeri punggung dan
nyeri otot, nyeri ini biasanya diatur oleh serotonin dan norepinefrin di SSP. Baik SNRI
maupun TCA dengan mekanisme kerja pada kedua neurotransmitter serotinin dan
norepinefrin terkadang efektif dalam menghilangkan gejala fisik dari nyeri neuropatik,
seperti neuropati diabetik. Namun SNRI tidak seperti TCA, hanya memiliki sedikit
aktivitas terhadap reseptor adrenergik, muskarinik, atau histamin
b. Farmakokinetik
Venflafaxine
Absorbsi
: 92%, kadar puncak plasma : 2-3 jam
Distribusi
: ikatan protein : 27-30%
Metabolisme
: hepar, metabolit : O-desmethylfenlafaxine
Ekskresi
: urin (87%)
c. Efek Samping
Mual, lelah, insomnia, disfungsi seksual, heartburn, diare, dll.
d. Interaksi Obat
Dapat menyebabkan serotonin syndrome jika dikombinasikan dengan MAO Inhibitor.
Adapun gejala dari serotonin syndrome yaitu kebingungan, tremor, flushing, keringat
berlebih, dan gerakan otot involunter.
e. Contoh Obat
Obat
Venlafaksin
Bioavailibilita
s
Tad
Ikatan
Plasm
Protei
a T
n (%)
27-30
(Jam)
4-10
Metabolit
Aktif
O-
Volume
Konsentrasi
Distribus
Plasma
i (L/Kg)
tad
Terapeutik
Tad
Desmethy
l
Obat
Sediaan (mg)
Dosis (mg)
Kontraindikasi
Venlafaksin
75 mg, dapat
Penggunaan
mg
Cap : 75 mg, 100 mg
ditingkatkan
MAO
menjadi 150-
250 mg/hari
tahun
Perhatian
bersama
Inhibitor,
hamil
riwayat
kejang
dan
penyalahgunaan
gangguan
sirosis
jantung
obat,
ginjal
hati,
tidak
atau
penyakit
stabil,
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, serta fisik
dari orang yang terserang penyakit tersebut. Prevalensi gangguan depresi seumur hidup
berkisar 10% sampai 25% pada wanita, sedangkan pada pria berkisar 5% sampai 12%.
Antidepresan adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan gangguan depresi
maupun keadaan lainnya, yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obatobat lainnya. Antidepresan dibagi menjadi 5 golongan besar berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu : (1) Antidepresan Trisiklik (TCA); (2) Antidepresan Heterosiklik; (3)
Monoamine Oksidase Inhibitor (MAO Inhibitor); (4) Serotonin Selektif Reuptake Inhibitor
(SSRI); dan (5) Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI).
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini peneliti masih jauh dari kata sempurna, sehingga masih
membutuhkan baik kritik maupun saran dalam penulisan makalah ini agar makalah dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya, baik bagi penulis pribadi maupun pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Kaplan, Sadock, Greb. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis
Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara
Maramis, W.E. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga Press
Maslim R. 2010. Buku Saku PPDGJ-III. Jakarta: FK-UNIKA Atmajaya
Evaria. 2010. MIMS Edisi Bahasa Indonesia 2010-2011. Jakarta: CMP Medica Asia Pte Ltd