Anda di halaman 1dari 20

KOMPENSASI KERUGIAN ( Sumber : dudiwahyudi.com/pajak/pajak-penghasilan/kompensasikerugian.

html )
Dalam dunia usaha, keuntungan dan kerugian adalah dua hal yang biasa terjadi. Ada kalanya
sebuah usaha mengalami keuntungan dan ada kalanya juga sebuah usaha mengalami kerugian.
Dalam konteks Pajak Penghasilan, keuntungan yang diperoleh adalah objek Pajak Penghasilan,
sebaliknya kalau terjadi kerugian, maka Wajib Pajak tidak akan terkena Pajak Penghasilan. Bahkan
kerugian yang didapatkan dalam satu tahun pajak dapat digunakan untuk menutupi keuntungan
pada tahun-tahun berikutnya sehingga pada tahun-tahun tersebut Pajak Penghasilan nya menjadi
lebih kecil atau tidak terutang sama sekali. Nah, proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak
ke tahun-tahun pajak berikutnya ini dinamakan sebagai Kompensasi Kerugian (Carrying Loss).
Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Pajak
Penghasilan. Adapun beberapa point penting yang perlu diperhatikan dalam hal kompensasi
kerugian ini adalah sebagai berikut :
1.

Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial. Kerugian atau
keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan biaya-biaya yang telah
memperhitungkan ketentuan Pajak Penghasilan.

2.

Kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama lima tahun ke depan secara berturutturut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada kerugian yang tersisa maka sisa
kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan.

3.

Kompensai kerugian hanya untuk Wajib Pajak, baik badan maupun orang pribadi, yang
melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak dikenakan PPh Final dan perhitungan
Pajak Penghasilannnya tidak menggunakan norma penghitungan.

4.

Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan penghasilan dari dalam
negeri.

Sebagai contoh, misalnya wajib pajak PT A mengalami kerugian fiskal tahun pajak 2007, maka
kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal tahun 2008,
2009, 2010, 2011, dan 2012. Jika setelah kerugian tersebut dikompensasikan sampai dengan tahun
2012 masih tersisa kerugian yang belum dikompensasikan, maka sisa kerugian tersebut tidak dapat
lagi dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal tahun 2013 atau sesudahnya.
Sebagai ilustrasi misalkan PT A dalam tahun 2007 mengalami kerugian fiskal
Rp1.200.000.000,00. Dalam lima tahun berikutnya rugi laba fiskal PT A sebagai berikut :
2008 : laba fiskal Rp200.000.000,00
2009 : rugi fiskal Rp300.000.000,00
2010 : laba fiskal NIHIL
2011 : laba fiskal Rp100.000.000,00

2012 : laba fiskal Rp800.000.000,00


Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Tahun 2008 :
Kompensasi kerugian Rp200.000.000,00 sehingga sisa rugi tahun 2007 tinggal Rp1.000.000.000,00.
Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2009 :
Tak ada kompensasi kerugian dari tahun 2007 karena tahun 2009 juga mengalami kerugian.
Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2010 :
Tak ada kompensasi kerugian dari tahun 2007 karena tahun 2010 laba fiskal nihil. Penghasilan Kena
Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2011 :
Kompensasi kerugian Rp100.000.000,00 sehingga sisa rugi tahun 2007 tinggal Rp900.000.000,00.
Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2012 :
Kompensasi kerugian Rp800.000.000,00 sehingga sisa rugi tahun 2007 tinggal Rp100.000.000,00.
Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil. Sisa kerugian Rp100.000.000,00
ini tidak dapat lagi dikompensasikan ke tahun 2013 atau setelahnya.

KOMPENSASI KERUGIAN (Sumber : Ortax.org)


Sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tetang Pajak Penghasilan, pengertian dan
ketentuan kompensasi kerugian fiskal adalah sebagai berikut:
1.

Kerugian fiskal adalah kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan
Direktur Jenderal Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak (self
assesment) dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jenderal
Pajak.

2.

Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat kerugian
fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil atau Lebih Bayar tetapi ada kerugian fiskal).

3.

Kerugian Fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang diperbolehkan
menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.

4.

Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

5.

Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun 2009
sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku ketentuan Undang-undang no.17 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan.

6.

Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan menunjukkan


jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT Tahunan PPh atau hasil
pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahunan PPh tersebut
harus segera dibetulkan sesuai dengan ketentuan dan prosedur pembetulan SPT sebagaimana
yang diatur dalam Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan.

Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan dan penghasilan
tidak termasuk penghasilan yang bersifat final dapat menghitung Kompensasi kerugian sesuai
ketentuan tersebut diatas sedangkan penggunaan norma penghitungan penghasilan netto tidak
diperkenankan.
Contoh
1
PT ABC dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua
ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT ABC sebagai berikut:

2010
2011
2012
2013
2014

: laba Rp200.000.000,00
: rugi (Rp300.000.000,00)
: laba Rp N I H I L
: rugi (Rp100.000.000,00) menerapkan PPh Final PP No. 46 Tahun 2013
: laba Rp800.000.000,00

Perhitungan Kompensasi kerugian PT ABC dilakukan sebagai berikut :

Rugi fiskal tahun 2009

(Rp1.200.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2010


Sisa rugi fiskal tahun 2009
Rugi fiskal tahun 2011
Sisa rugi fiskal tahun 2009
Laba fiskal tahun 2012
Sisa rugi fiskal tahun 2009
Rugi fiskal tahun 2013
Sisa rugi fiskal tahun 2009
Laba fiskal tahun 2014
Sisa rugi fiskal tahun 2009

Rp 200.000.000,00 (+)
(Rp1.000.000.000,00)
(Rp 300.000.000,00)
(Rp1.000.000.000,00)
Rp
NIHIL
(+)
(Rp1.000.000.000,00)
(Rp 100.000.000,00) (+) >> tidak bisa dikompensasi
(Rp1.000.000.000,00)
Rp 800.000.000,00 (+)
(Rp 200.000.000,00)

Penjelasan
1.

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang masih tersisa
pada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015 karena
jangka waktu 5 tahun telah selesai di tahun 2014

2.

Rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima tahun
yang dimulai sejak tahun 2012 dan berakhir pada akhir tahun 2016.

3.

Pada tahun 2014, perusahaan menerapkan ketentuan PPh Final berdasarkan PP No. 46 Tahun
2013. Maka rugi fiskal tahun 2013 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) tidak boleh
dikompensasikan. Hal ini sesuai dengan PP No.46/2013 Pasal 8 bahwa kerugian pada suatu Tahun
Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak berikutnya.

4.

Sehingga untuk Tahun Pajak 2009 sampai dengan 2014 tidak ada PPh Badan yang terutang.

Perhitungan diatas berlaku juga apabila yang mengalami kerugian adalah wajib pajak Orang Pribadi
yang menggunakan pembukuan. Dari penjelasan contoh 1 di atas dapat disimpulkan dengan gambar
dibawah berikut ini:

Gambar 1 Kompensasi Kerugian PT ABC

Sumber: Data Diolah


Menyusun laporan kompensasi kerugian pada Formulir Khusus 2A yaitu sebagai berikut:
Contoh
2
PT. XYZ berdiri pada tahun 2009. Pada Tahun Pajak 2016 Wajib Pajak memperoleh laba fiskal sebesar
Rp 10.000.000,00. Adapun keuntungan/kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya adalah sebagai
berikut :

2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015

(30.000.000)
(80.000.000)
50.000.000
5.000.000
15.000.000
(30.000.000)
(40.000.000)

Berikut adalah pengisian ke formulir khusus 2A:

Tabel 1 Formulir Khusus 2A


Sumber: Data Diolah
Penjelasan:
1.

Pada tahun 2009 rugi fiskal sebesar 30 juta, dapat dikompensasikan sampai dengan tahun
2014. Pada tahun 2011 laba fiskal sebesar 50 juta maka dapat menutupi rugi pada tahun 2009
sebesar 30 juta.

2.

Pada tahun 2010 rugi fiskal sebesar 80 juta, dapat dikompensasikan sampai dengan tahun
2015. Pada tahun 2011 laba fiskal sebesar 50 juta maka dapat menutupi rugi sebesar 20 juta
karena 30 juta sudah terpakai untuk menutupi rugi pada tahun 2009. Pada tahun 2012 dan 2013
laba fiskal masing-masing sebesar 5 juta dan 15 juta, maka dapat menutupi rugi pada tahun 2010.

3.

Pada tahun 2014 rugi fiskal sebesar 30 juta tidak dapat dikompensasikan, karena sesuai
dengan PP No.46/2013 Pasal 8 bahwa kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak
Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan
pada Tahun Pajak berikutnya.

4.

Pada tahun 2015 rugi fiskal sebesar 40 juta dan pada tahun 2016 laba fiskal sebesar 10 juta
maka dapat menutupi rugi pada tahun 2015 sebesar 10 juta.

5.

Pada tahun 2010 tidak dapat dikompesasikan lagi karena jangka waktu 5 tahun yang dapat
dikompensasikan telah habis.

Pengaruh rugi dari tahun sebelumnya terhadap pengisian induk SPT Tahunan Badan 2016 bisa dilihat
dari contoh 2 yaitu faktanya adalah tahun 2016 PT XYZ mendapat keuntungan sebesar 10 juta, tetapi
karena masih menanggung rugi dari tahun 2015, sehingga SPT Tahunan tersebut menjadi nihil. Tetapi
jangan heran dengan DPT tahunan yang menjadi nihil karena laporan laba yang laba tetap dilampirkan.
Namun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk Wajib Pajak yang menerapkan PP No.46/2013,
ada sebagian rugi yang tidak dapat dikompensasikan khususnya pada tahun pajak yang melakukan
perhitungan pajak 1%.

Gambar 2 Induk SPT Tahunan Tahun Pajak 2016


Sumber: Data Diolah
Dapat terlihat dari gambar diatas bahwa penghasilan neto fiskal adalah laba dari laporan keuangan
sedangkan kompensasi kerugian fiskal yang tercantum hanya sisa rugi pada tahun 2015. Pengisian
SPT selanjutnya akan nihil sekalipun laba/rugi Wajib Pajak badan tersebut menghasilkan laba, karena
pada tahun 2016 masih menanggung rugi dari tahun 2015.

Tarif Pajak PPh Badan (http://www.wibowopajak.com/2012/02/tarif-pajak-pphpasal-2529-untuk-wajib_08.html)

Tarif Pajak PPh Pasal 25/29 Untuk Wajib Pajak


Badan
TarifPajakPPhBadanPasal25/29
TarifPajakPPhBadandigunakanuntukmenghitungPPhBadanterutangbagiWajibPajak
BadanyangmemperolehpenghasilandariObjekPajakNonFinalberdasarkanPasal4ayat1
UndangUndangNomor36Tahun2008TentangPPh.
TarifPajakPPhBadandaripenghasilanNonFinaladalahberdasarkanPasal17dan31
EUndangUndangNomor36Tahun2008TentangPPh.

TarifPajakPenghasilanWajibPajakBadanuntukTahunPajak2015dibagimenjadi
duabagian,yaitusebagaiberikut:
TarifPajakPenghasilanWajibPajakBadanuntukTahunPajak2015berdasarkanPasal
17danPasal31EUndangUndangNo.36Tahun2008TentangPajakPenghasilan,yaitu
sebagaiberikut:
1. Tarif Pajak untuk tahun pajak 2015 adalah sebesar 25 % dari Penghasilan Kena
Pajak.
2. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada
tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
3. Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif tersebut (25 %)
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
4. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

5. TarifPajakPasal17dan31EdikenakanataspenghasilankenapajakWajib
PajakBadanyangtidaktermasukdalamkriteriaWajibPajakBadanyangtelah
dikenakanPPhPasal4ayat2berdasarkanPP46Tahun2013.
1.

TarifPajakPenghasilanWajibPajakBadanuntukTahunPajak2015berdasarkanPP
Nomor46Tahun2013adalahsebagaiberikut:
1. AtasperedaranusahabrutobulanJanuarisampaidenganDesember2015dari
WajibPajakBadanyangmempunyaikriteriatertentuberdasarkanPPNomor46
Tahun2013dikenakanPPhFinalPasal4ayat2sebesar1%dariperedaran
usahabrutodanbersifatfinal.
Tanggal1Juli2013perhitunganPajakPenghasilanPPhBadanbagiWajibPajakBadanyang
mempunyaipenghasilanyangtermasukkriteriaobjekpajaknonfinalberdasarkanPasal4ayat1
UndangUndangSejakNomor36Tahun2008TentangPajakPenghasilandihitungdengan
memperhatikanbesarnyaPeredaranUsahaBrutoTahunPajaksebelumnya.
ApabilasudahdiketahuiberapabesarnyaPeredaranUsahaBrutoTahunPajaksebelumnyabaru
dilakukanperhitunganPajakPenghasilansebagaiberikut:
1.

berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Tentang Pajak Penghasilan atau;


2.

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh Atas

Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu.
PadakesempatankaliinisayaakanberbagitentangbagaimanaCaradanContohPerhitunganPajakPPh
BadanDenganPeredaranBrutoDiatasRp.4.800.000.000,00sampaidengan
Rp.50.000.000.000,00apabila:
1.

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya sampai dengan

Rp. 4.800.000.000,00.
2.

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari

Rp. 4.800.000.000,00.

Contoh :
1. Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Badan Dengan
Peredaran Bruto Sampai Dengan Rp.4.800.000.000,00

CaradanContohPerhitunganPajakPPhBadanDenganPeredaranBrutosampai
denganRp.4.800.000.000,00UntukTahunPajak2015apabilaPeredaranBrutoPada
TahunPajak2014jumlahnyasampaidenganRp.4.800.000.000,00adalahsebagaiberikut
:

PTCahayaNirwanaAbadiadalahperusahaanyangmempunyaikegiatanusahadalambidang
perdaganganalatelektronik.
PeredaranBrutoPTCahayaNirwanaAbadidalamTahunPajak2014sebesarRp
3.152.345.000,00.

Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak 2015 sebesar
Rp 3.876.860.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
1. PenjualanKotorbulanJanuari2015adalahsebesar323.600.000.
2. PenjualanKotorbulanPebruari2015adalahsebesar312.650.000.
3. PenjualanKotorbulanMaret2015adalahsebesar295.320.000.
4. PenjualanKotorbulanApril2015adalahsebesar321.200.000.
5. PenjualanKotorbulanMei2015adalahsebesar314.860.000.
6. PenjualanKotorbulanJuni2015adalahsebesar326.230.000.
7. PenjualanKotorbulanJuli2015adalahsebesar368.200.000.
8. PenjualanKotorbulanAgustus2015adalahsebesar345.782.000.
9. PenjualanKotorbulanSeptember2015adalahsebesar319.862.000.
10.PenjualanKotorbulanOktober2015adalahsebesar316.852.000.
11.PenjualanKotorbulanNopember2015adalahsebesar314.652.000.
12.PenjualanKotorbulanDesember2015adalahsebesar317.652.000.
PenghitunganPajakPenghasilanterutang:
1. KarenaPeredaranBrutoPTCahayaNirwanaAbadidalamTahunPajak
2014sebesarRp3.152.345.000,00atautidakmelebihiRp.4.800.000.000,00,makaPerhitungan
PPhBadanuntukTahunPajak2015adalahberdasarkanPeraturanPemerintahNomor46
Tahun2013TentangPPhAtasPenghasilanDariUsahaYangDiterimaAtauDiperolehWajib
PajakYangMemilikiPeredaranBrutoTertentu.
2. SehinggaatasPeredaranBrutoPTCahayaNirwanaAbadidalamTahunPajak2015sebesarRp
3.876.860.000,00akandikenakanPPhPasal4ayat2untuksetiapbulandengantarifsebesar1
%(satupersen).
PajakPenghasilanyangharusdisetorolehPTCahayaNirwanaAbadiuntukTahunPajak2015
sebagaiberikut:
Bulan

Peredaran

Tari

PPhPasal

Bruto

fPajak

4ayat2

Januari

323.600.000

1%

3.236.000

Pebruari

312.650.000

1%

3.126.500

Maret

295.320.000

1%

2.953.200

April

321.200.000

1%

3.212.000

Mei

314.860.000

1%

3.148.600

Juni

326.230.000

1%

3.262.300

Juli

368.200.000

1%

3.682.000

Agustus

345.782.000

1%

3.457.820

Septembe

319.862.000

1%

3.198.620

Oktober

316.852.000

1%

3.168.520

Nopembe

314.652.000

1%

3.146.520

Desember

317.652.000

1%

3.176.520

Jumlah

3.876.860.00

38.768.60

PPhPasal4ayat2(berdasarkanPP46Tahun2013)disetorkansetiapbulanpalinglambat
tanggal15bulanberikutnyadenganKodeJenisSetoranPajak411128420.

CaradanContohPerhitunganPajakPPhBadanDenganPeredaranBrutosampaidenganRp.
4.800.000.000,00UntukTahunPajak2015apabilaPeredaranBrutoPadaTahunPajak2014
jumlahnyalebihdariRp.4.800.000.000,00:
PTRotiSariRasaadalahperusahaanyangmempunyaikegiatanusahadalambidangPenjualan
Roti.
PeredaranBrutoPTRotiSariRasadalamTahunPajak2014sebesarRp5.235.000.000,00.

PeredaranBrutoPTRotiSariRasadalamTahunPajak2015sebesarRp4.356.235.000,00
denganPenghasilanKenaPajaksebesar426.436.000.

PenghitunganPajakPenghasilanterutang:
1. KarenaPeredaranBrutoPTRotiSariRasadalamTahunPajak2014sebesarRp
5.235.000.000,00ataumelebihiRp.4.800.000.000,00,makaPerhitunganPPhBadanadalah
berdasarkanPasal17dan31EUndangUndangNomor36Tahun2008TentangPajak
Penghasilan.
2.

KarenaPeredaranBrutoPTRotiSariRasadalamTahunPajak2015sebesarRp
4.356.235.000,00atautidakmelebihiRp.4.800.000.000,00,makaPerhitunganPPhBadan
dihitungdengancaraPenghasilanKenaPajakdikenaitarifsebesar50%(limapuluhpersen)dari
tarifPajakPenghasilanbadanyangberlaku
PajakPenghasilanyangterutang:
(50%x25%)xRp426.436.000,00=Rp53.304.500,00.

2.

Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran BrutoDiatas


Rp.4.800.000.000,- s/d Rp.50.000.000.000,-

CaradanContohPerhitunganPajakPPhBadanDenganPeredaranBrutoDiatas
Rp.4.800.000.000,00sampaidenganRp.50.000.000.000,00UntukTahunPajak
2015apabilaPeredaranBrutoPadaTahunPajak2014jumlahnyasampaidengan
Rp.4.800.000.000,00:

CV.ManisMakmuradalahperusahaanyangmempunyaikegiatanusahadalambidang
PenjualanAlatdanMesinPertanian.
PeredaranBrutoCV.ManisMakmurdalamTahunPajak2014sebesarRp
4.750.000.000,00.

PeredaranBrutoCV.ManisMakmurdalamTahunPajak2015sebesarRp
5.455.532.000,00denganperinciansebagaiberikut:
1.

Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 435.652.000.

2.

Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 468.560.000.

3.

Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 449.870.000.

4.

Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 435.800.000.

5.

Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 475.600.000.

6.

Penjualan Kotor bulan Juni 2015 adalah sebesar 468.750.000.

7.

Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 495.000.000.

8.

Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 436.520.000.

9.

Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 435.200.000.

10. Penjualan Kotor bulan Oktober 2015 adalah sebesar 463.500.000.


11. Penjualan Kotor bulan Nopember 2015 adalah sebesar 412.560.000.
12. Penjualan Kotor bulan Desember 2015 adalah sebesar 478.520.000.
PenghitunganPajakPenghasilanterutang:
1.

Karena Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014


sebesar Rp 4.750.000.000.000,00 atau tidak melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak
2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau
Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

2.

Meskipun Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
5.455.532.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan tetapi Perhitungan PPh
Badan dihitung dengan cara Peredaran Usaha Bruto setiap bulan dikenai tarif sebesar 1 %
(satu persen). Hal ini terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak sebelumnya
(Tahun 2013) tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar Rp
4.750.000.000,00 .

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV.Manis Makmuruntuk Tahun Pajak
2015 sebagai berikut :
Bulan
Januari

PeredaranBruto
435.652.000

Tarif

PPhPasal4

Pajak

ayat2

1%

4.356.520

Pebruari

468.560.000

1%

4.685.600

Maret

449.870.000

1%

4.498.700

April

435.800.000

1%

4.358.000

Mei

475.600.000

1%

4.756.000

Juni

468.750.000

1%

4.687.500

Juli

495.000.000

1%

4.950.000

Agustus

436.520.000

1%

4.365.200

Septembe

435.200.000

1%

4.352.000

Oktober

463.500.000

1%

4.635.000

Nopember

412.560.000

1%

4.125.600

Desember

478.520.000

1%

4.785.200

Jumlah

5.455.532.000

54.555.320

PPhPasal4ayat2(berdasarkanPP46Tahun2013)disetorkansetiapbulanpaling
lambattanggal15bulanberikutnyadenganKodeJenisSetoranPajak411128420.

CaradanContohPerhitunganPajakPPhBadanDenganPeredaran
BrutoDiatasRp.4.800.000.000,00sampaidenganRp.50.000.000.000,00UntukTahun
Pajak2015apabilaPeredaranBrutoPadaTahunPajak2014jumlahnyalebih
dariRp.4.800.000.000,00:

PTAsiaBajaPerkasaadalahperusahaanyangmempunyaikegiatanusahadalambidang
PenjualanBesidanBaja.
PeredaranBrutoPTAsiaBajaPerkasadalamTahunPajak2014sebesarRp
6.245.753.000,00.
PeredaranBrutoPTAsiaBajaPerkasadalamTahunPajak2015sebesarRp
7.256.458.000,00denganPenghasilanKenaPajaksebesarRp.765.459.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :

1.

Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
6.245.753.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan
adalah berdasarkan Pasal 17dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan.

2.

Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
7.256.458.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan
dihitung dengan cara Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan dengan
mendapatkan fasilitas pengurangan 50 % dan yang tidak mendapatkan pengurangan 50 %
yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000 x 765.459.000 = 506.335.625
7.256.458.000
PenghasilanKenaPajakyangtidakmendapatfasilitas:
765.459.000506.335.625=259.123.375

Pajak Penghasilan yang terutang :


Pajak Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25%x50%x506.335.625=63.291.875
PajakPenghasilanyangtidakmendapatfasilitas:
25%x259.123.375=64.780.750.
TotalPPhBadanTerutang:
63.291.875+64.780.750=128.072.625

3.

Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto diatas


Rp.50.000.000.000,-

Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran


Bruto Lebih Dari Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015apabila
Peredaran Bruto PadaTahun Pajak 2014 jumlahnya sampai dengan
Rp. 4.800.000.000,00 :

CV.Abadi Mulya adalah perusahaan yang mempunyai


kegiatan usaha dalam bidang Penjualan Alat Tulis
Kantor.
Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak
2014 sebesar Rp 3.245.265.000,00 .

Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak


2015 sebesar Rp 53.586.650.000,00 dengan
perincian sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah
sebesar 4.632.000.000.
2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah
sebesar 4.526.000.000.
3. Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah
sebesar 4.123.000.000.
4. Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar
4.358.000.000.
5. Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar
4.261.000.000.

6. Penjualan Kotor bulan Juni2015 adalah sebesar


4.498.000.000.
7. Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar
4.84.600.0000.
8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah
sebesar 4.714.000.000.
9. Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah
sebesar 4.923.000.000.
10. Penjualan Kotor bulan Oktober 2015 adalah
sebesar 4.132.650.000.
11. Penjualan Kotor bulan Nopember 2015 adalah
sebesar 4.246.500.000.
12. Penjualan Kotor bulan Desember 2015 adalah
sebesar 4.326.500.000.

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1. Karena Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam
Tahun Pajak 2014 sebesar Rp 3.245.265.000,00 atau
tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015
adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan Dari
Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

2. Meskipun Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam


Tahun Pajak 2015 sebesar Rp 53.586.650.000,00
atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan tetapi
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015
dihitung dengan cara Peredaran Usaha Bruto setiap
bulan dikenai tarif sebesar 1 % (satu persen). Hal ini
terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak
sebelumnya (Tahun 2014) tidak melebihi
Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar Rp
3.245.265.000,00 .

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV.


Abadi Mulya untuk Tahun Pajak 2015 sebagai
berikut :
Peredaran
Bruto

Tar
if
Paj
ak

PPh
Pasal 4
ayat 2

Januari

4.632.000
.000

1
%

46.320.
000

Pebrua
ri

4.526.000
.000

1
%

45.260.
000

Maret

4.123.000
.000

1
%

41.230.
000

April

4.358.000
.000

1
%

43.580.
000

Mei

4.261.000

42.610.

Bulan

.000

000

Juni

4.498.000
.000

1
%

44.980.
000

Juli

4.846.000
.000

1
%

48.460.
000

Agustu
s

4.714.000
.000

1
%

47.140.
000

Septe
mber

4.923.000
.000

1
%

49.230.
000

Oktobe
r

4.132.650
.000

1
%

41.326.
500

Nopem
ber

4.246.500
.000

1
%

42.465.
000

Desem
ber

4.326.500
.000

1
%

43.265.
000

Jumlah

53.586.65
0.000

535.866
.500

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013)


disetorkan setiap bulan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.

Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran


Bruto Lebih Dari Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015apabila

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak 2014 jumlahnya lebih


dari Rp. 4.800.000.000,00 :

PT Surya Agung Sejati adalah perusahaan yang


mempunyai kegiatan usaha dalam bidang Penjualan
Mobil.
Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun
Pajak 2014 sebesar Rp 5.365.252.000,00 .
Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun
Pajak 2015 sebesar Rp 51.236.759.000,00 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.4.956.813.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1. Karena Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati
dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
5.365.252.000,00 . atau melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan
untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan Pasal 17
dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan.
2. Karena Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati
dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
51.236.759.000,00 atau melebihi
Rp.50.000.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan
untuk tahun pajak 2015 dihitung dengan cara
Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak
penghasilan sebesar 25 % yang dihitung dari

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.


4.956.813.000,00 .

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak :


Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat
fasilitas : Rp. 4.956.813.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang :


Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x 4.956.813.000= 1.239.203.250.
Jadi atas Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.
4.956.813.000,00 dikenakan Pajak Penghasilan
Badan sebesar Rp. 1.239.203.250,00
Catatan :
Untuk perhitungan Pajak Penghasilan Badan
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan dalam ribuan
kebawah.

Anda mungkin juga menyukai