Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SAMPAH

ANDRE RHEMI RIHENDY


3314100098
ASLAB : ROSALIA AWALUNIKMAH

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2015
I.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah:

II.

Menentukan
Menentukan
Menentukan
Menentukan

timbulan sampah.
komposisi sampah.
densitas sampah
potensi reduksi sampah.

PRINSIP PERCOBAAN

Sampah dikumpulkan dari area jurusan Teknik Lingkungan. Setelah


dikumpulkan sampah ditimbang kemudian diukur tinggi sampah dalam
kotak densitas 500 L sebelum dan sesudah dihentakkan. Sampah
kemudian dipilah sesuai dengan jenis - jenisnya. Sampah yang telah
dipilah masing - masing ditimbang dan diukur tinggi sampah sebelum dan
sesudah dihentakkan dalam kotak densitas 40 L. Kemudian dapat
ditentukan

densitas

sampah,

volume

sampah,

timbulan

sampah,

komposisi sampah, densitas sampah, dan potensi reduksi sampah dari


data yang diperoleh.

III.

DASAR TEORI

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan - bahan


non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi:
sampah logam dan produk - produk olahannya, sampah plastik, sampah
kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar
anorganik

tidak

dapat

diurai

oleh

alam/mikroorganisme

secara

keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat


diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.
(Azkha, 2006)
Dari kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua
jenis, yaitu sampah organik (sampah yang berasal dari bagian hewan,

tumbuhan dan manusia) dan sampah anorganik (sampah yang berasal


dari bahan mineral seperti logam, kaca, plastik, dsb).
Sampah

organik

mengandung

berbagai

macam

zat

seperti

karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dsb. Secara alami, zat-zat


tersebut mudah terdekomposisi oleh pengaruh fisik, kimia, enzim yang
dikandung oleh sampah itu sendiri dan enzim yang dikeluarkan oleh
organisma yang hidup di dalam sampah.
Proses dekomposisi sampah organik yang tidak terkendali umumnya
berlangsung anaerobik (tanpa oksigen). Dari proses ini timbul gas-gas
seperti H2S dan CH4 yang baunya menyengat sehingga proses ini dikenal
sebagai proses pembusukan. Dari proses ini timbul pula leachate (air lindi)
yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah dan permukaan. Sampah
yang membusuk juga merupakan sumber penyakit seperti bakteri, virus,
protozoa, maupun cacing.
(Wahyono,2001)

No.

Jenis Plastik

Penggunaan

Kode
1.

PET

Botol kemasan air mineral, botol minyak goreng,

(polyethylene

jus, botol

terephthalate)
HDPE (High-

sambal, botol obat, dan botol kosmetik.


Botol obat, botol susu cair, jerigen pelumas, dan

density

botol kosmetik.

Polyethylene)
PVC (Polyvinyl

Pipa selang air, pipa bangunan, mainan, taplak

Chloride)

meja dari

LDPE (Low-

plastik, botol shampo, dan botol sambal.


Kantong kresek, tutup plastik, plastik

density

pembungkus daging

Polyethylene)
PP

beku, dan berbagai macam plastik tipis lainnya.


Cup plastik, tutup botol dari plastik, mainan

(Polypropylene

anak, dan margarin.

2.

3.

4.

5.

atau

6.

Polypropene)
PS (Polystyrene)

Kotak CD, sendok dan garpu plastik, gelas


plastik, atau tempat makanan dari styrofoam,

7.

Other (O), jenis

dan tempat makan plastik transparan.


Botol susu bayi, plastik kemasan, galon air

plastik lainnya

minum, suku

selain

cadang mobil, alat - alat rumah tangga,

dari no.1 hingga

komputer, alat - alat

elektronik, sikat gigi, dan mainan lego.


(Surono,2013)

Pengelolaan
perkembangan

sampah juga
jenis

semakin

sampah

yang

berkembang

akan

dikelola.

sejalan

dengan

Beberapa

cara

pengelolaan akhir sampah anorganik yang dilakukan masyarakat adalah:


1. Penimbunan
Sampah

yang

telah

dikumpulkan

pada

penampungan

sementara diangkut kesuatu area tempat pembuangan sampah


akhir (TPA), kemudian sampah tersebut ditimbun dan diratakan.
Penimbunan sampah seperti ini menimbulkan bau busuk, tempat
berkembangnya

bibit

penyakit,

serta

dapat

mengakibatkan

terganggunya kualitas air tanah.


2. Pembakaran sampah
Pembakaran

sampah

dapat

dilakukan

pada

tempat

pembuangan sampah sementara, atau pembakaran dilakukan


dengan insenerator. Proses insenerator ini mampu mereduksi limbah
hingga 90%, meskipun panas yang ditimbulkannya dapat digunakan
sebagai sumber energi, namun penggunaannya dapat menimbulkan
pencemaran udara tersendiri.
3. Pemanfaatan ulang

Sampah - sampah yang telah dikumpulkan dipilih sesuai


dengan bahan pembuatnya seperti kertas, kaca, plastik, besi,
karton, aluminium dan dijual untuk dimanfaatkan kembali.
4. Dumping
Pengelolaan sampah secara dumping dengan menumpuk
sampah

pada

suatu

area,

pengelolaan

yang

demikian

akan

menimbulkan penurunan estetika lingkungan. Jenis dumping yang


lain dan sering dilakukan masyarakat dalam mengelola sampah
adalah dumping in water dimana sampah dibuang ke dalam badan
air misalnya sungai, laut, saluran air lainnya.
(Naria, 1996)
Dalam

rencana

pengelolaan

sampah

perlu

adanya

metode

pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari


lembaga - lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas
masyarakat,

pengelolaan
peningkatan

sampah,
aspek

meningkatkan

ekonomi

yang

pemberdayaan

mencakup

upaya

meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan


pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah.

Gambar 2.1.Bagan Pemilahan Sampah


Pemilahan sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan
penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan
penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan,
pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan,
melalui

pengendalian

pengelolaan

organisasi

yang

berwawasan

lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah


ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.
Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari
sesuatu yang sifatnya heterogen menurut jenis atau kelompoknya
sehingga

menjadi

beberapa

golongan

yang

sifatnya

homogen.

Manajemen pemilahan sampah dapat diartikan sebagai suatu proses


kegiatan

penanganan

sampah

sejak

dari

sumbernya

dengan

memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali


dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga
pembuangan,

melalui

pengendalian

pengelolaan

organisasi

yang

berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran


yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.
Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui
sampah yang dapat digunakan dan dimamfaatkan. Pemilahan sampah
dilakukan di TPA, karena ini akan memerlukan sarana dan prasarana
yang lengkap. Oleh sebab itu, pemilahan harus dilakukan di sumber
sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit,
pasar, terminal dan tempat - tempat dimana manusia beraktivitas.
Komposisi sampah di TPS merupakan komposisi sampah yang telah
tereduksi oleh kegiatan pengelolaan sampah seperti rumah kompos,
komposter rumah tangga/komunal, bank sampah dan pengepul.
Sampah dipilah menurut jenisnya antara lain sampah plastik, sampah
yang dapat dikomposkan, kertas, karton, logam, kaca, kain, karet, kayu,

diapers, B3 dan sampah lainnya. Sampah plastik, sampah yang dapat


dikomposkan, kertas, logam, kaca dan diapers akan dipilah kembali
sesuai dengan jenis - jenisnya. Logam dan kaca merupakan material
kering sampah dan dapat didaur ulang dan tidak/sangat sedikit
mengandung karbon. Selain itu, sampah pemukiman juga mengandung
material inert termasuk batuan dan tanah.
(Couth, et al., 2011)
Sampah plastik terdiri dari sampah plastik HDPE, HDPE botol, HDPE
alumunium, LDPE, PET warna dan transparan, PS sterofoam, PS gelas,
PP bag dan other plastik. Jenis plastik dapat dilihat pada bagian bawah
kemasan dengan memperhatikan kode dan tandanya. Kode dan tanda
jenis plastik dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kode dan Tanda Jenis Plastik


Sampah plastik PET berupa botol plastik transparan dan berwarna
untuk kemasan makanan maupun non makanan. Sampah plastik HDPE
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu HDPE plastik, HDPE botol dan HDPE
alumunium. Sampah plastik HDPE berupa plastik yang tidak elastis
seperti mika, kemasan makanan berwarna, kantong plastik tebal dan
tutup aqua galon. Sampah plastik HDPE botol berupa botol kosmetik,
botol susu, botol shampoo dan botol sabun. Sampah plastik HDPE
alumunium adalah sampah plastik kemasan yang bagian dalamnya
terdapat lapisan alumunium seperti kemasan sachet makanan.
Sampah plastik LDPE berupa plastik yang elastis dan transparan
seperti kantung kresek dan kantung gula. Sampah PS sterofoam berupa
kotak makan sterofoam maupun lembaran sterofoam. Sampah plastik
PS gelas berupa plastik gelas bening maupun berwarna. Sampah plastik
PP bag berupa karung plastik beras. Sampah plastik other berupa
plastik keras, plastik mainan anak, pipa sedotan, tali rafia, sendok
plastik dan plastik lainnya. Jenis - jenis plastik yang dipilah dapat dilihat
pada Gambar 1.2. Selain sampah plastik, sampah yang dapat

dikomposkan juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu sampah ini memiliki nilai
DOC yang berbeda. Nilai DOC menunjukkan nilai dekomposisi karbon
organik dalam sampah.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

Gambar 1.2 Jenis Plastik (a) HDPE Plastik (b) HDPE Botol (c) HDPE
aluminium (d) LDPE (e) PET warna (f) PET transparan (g) PS sterofoam (h)
PS gelas (i) PP bag (i) Plastik other

(a)

(b)

Gambar 1.3 Sampah yang dapat dikomposkan (a) Sisa makanan (b)
Sampah kebun
Sampah kertas juga dibagi menjadi beberapa jenis antara lain
koran, HVS/duplek, tetra pack, other paper dan karton. Sampah other
paper berupa kertas tisu dan kertas minyak. Pembagian ini bertujuan
untuk mempermudah perhitungan jumlah sampah yang dapat direduksi
karena sebagian besar sampah kertas dapat dimanfaatkan kembali.
Semua jenis kertas memiliki nilai DOC yang sama.
Jenis sampah kertas dapat dilihat pada Gambar 1.4. Sampah logam

dibagi menjadi beberapa jenis yaitu logam besi yang terdiri dari kaleng
baja, kaleng (cans) dan logam non kaleng, logam non besi dan kabel
(tembaga). Sampah logam kaleng baja berupa kaleng susu dan kaleng
makanan. Sampah logam kaleng (cans) berupa kaleng minuman.
Sampah logam non kaleng berupa logam besi tipis/tebal. Sampah
logam non besi berupa logam selain besi antara lain alumunium, seng,
kawat dan plat kuningan. Sampah logam tembaga berupa kabel listrik
baik yang masih terbungkus maupun yang telah terkelupas. Pembagian
tiap jenis logam ini bertujuan untuk mempermudah perhitungan reduksi
sampah. Jenis sampah logam dapat dilihat pada Gambar 1.5. sampah
kaca dibagi menjadi 2 jenis yaitu botol kaca dan kaca lain. Sampah
kaca lain berupa pecahan kaca gelas/piring. Pembagian jenis sampah
kaca ini bertujuan untuk mempermudah perhitungan reduksi sampah.
Jenis sampah kaca dapat dilihat pada Gambar 1.6. sampah diapers
dibagi menjadi 2 jenis yaitu popok dan non popok. Sampah diapers
popok berupa popok untuk bayi maupun dewasa sedangkan sampah
diapers non popok berupa pembalut wanita. Nilai DOC untuk diapers
ditunjukkan dengan angka yang sama.
Pembagian jenis ini bertujuan untuk membedakan karakteristik
sampah diapers saja karena kadar air untuk diapers popok lebih tinggi
daripada

diapers

non

popok

karena

lebih

banyak

air

yang

terperangkap. Jenis sampah diapers dapat dilihat pada Gambar 1.7.

(a)

(b)

(d)

(c)

(e)

Gambar 1.4 Sampah kertas (a) Koran (b) HVS/duplex (c) Tetra pack (d)
Other paper (e) Karton

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 1.5 Sampah logam (a) Kaleng baja (b) Kaleng (cans) (c) Non
kaleng (d) Non besi

Gambar 1.6 Sampah botol kaca dan pecahan kaca

Gambar 1.7 Sampah diapers popok dan non popok


Sampah kain, karet, kayu, B3 tidak dibedakan menurut jenis karena
karakteristik tiap jenisnya hampir sama. Sampah kain, karet dan kayu
memiliki nilai DOC yang berbeda. Sampah kain berupa baju, kain bekas,
tas dan dompet bekas. Sampah karet berupa karet ban dan jenis karet
lainnya. Sampah kayu berupa potongan kayu maupun tusuk sate.
Sampah B3 berupa kemasan obat bekas pakai, masker bekas, kaleng
aerosol, obat nyamuk bakar baterai bekas maupun e-Waste lainnya.
Sampah lainnya dapat berupa sisa bangunan, tanah maupun arang.
Jenis sampah tanah maupun arang. Jenis sampah yang telah disebutkan
diatas dapat dilihat pada Gambar 1.8.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1.8 (a) Sampah kain (b) Sampah karet (c) Sampah kayu (d)
Sampah B3 (e) Sampah lainnya.
(IPCC, 2006)

IV.
N

LANGKAH PERCOBAAN
PERLAKUAN

PENGAMATAN

O
1

Diambil sampah dari tiap

Sampah diambil dan dimasukkan

tempat sampah di lokasi.


Ditimbang berat total

dalam trashbag.
Tiap trashbag ditimbang dan berat

seluruh sampah.

tiap trashbag diakumulasikan sebagai

Seluruh sampah dimasukkan

berat sampah total.


Diukur tinggi awal sampah, kemudian

ke kotak densitas 500 L dan

kotak densitas dihentakkan tiga kali

diukur tingginya.
Sampah dipilah sesuai

dan diukur lagi tingginya.


Pemilahan sampah terbagi atas:

dengan kategorinya.

Plastik HDPE
Plastik LDPE
PET warna
PET transparan
Styrofoam
Sisa makanan
Sampah kebun
HVS/duplek
Karton
Kaleng
Tetra pack
Karet
B3
Lainnya

Sampah ditimbang

Sampah dimasukkan ke kantong

berdasarkan kategorinya.

plastik masing - masing dan

Tiap kategori sampah

ditimbang.
Diukur tinggi awal sampah, kemudian

dimasukkan ke dalam kotak

kotak densitas dihentakkan tiga kali

densitas 40 L kemudian

dan diukur lagi tingginya.

diukur tingginya.
Dihitung densitas, volume,

Dihitung dari data yang telah

timbulan sampah, komposisi

diperoleh.

sampah, dan potensi reduksi


sampah.
V.

PEMBAHASAN

Praktikum analisis sampah ini dilaksanakan di depan workshop Teknik


Lingkungan FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada hari Senin
tanggal 30 November 2015 pukul 16.30 - 18.00. Pertama diukur luas alas
kotak yang akan digunakan yaitu kotak densitas berukuran 40 L dan 500
L. Luas alas yang diperoleh dari kotak 40 L adalah 0.4
kotak 500 L adalah 1

sedangkan

. Sampah diambil dari tempat sampah yang ada

di area Teknik Lingkungan dan dimasukkan ke trashbag. Setiap trashbag


kemudian ditimbang beratnya kemudian diakumulasikan sebagai berat
sampah total. Berat total yang diperoleh dari penimbangan adalah 26,365
kg. Setelah ditimbang, seluruh sampah dimasukkan ke dalam kotak
densitas 500 L dan diukur tingginya. Karena kotak penuh maka tinggi
yang didapat adalah 0 m. Kemudian kotak dihentakkan sebanyak tiga kali
dan setelah itu diukur kembali tingginya, diperoleh tinggi 0.17 m. Fungsi
dari menghentakkan kotak tersebut adalah agar sampah lebih padat, rata
dan sama tingginya sehingga perhitungan selanjutnya dapat lebih akurat.
Sampah mulai dipilah berdasarkan kategorinya, yaitu plastik HDPE,
plastik LDPE, PET warna, PET transparan, styrofoam, sisa makanan,
sampah kebun, HVS/duplek, karton, kaleng, tetra pack, karet, B3 dan
lainnya. Setelah dipilah, tiap kategori sampah ditimbang dan diukur

tingginya sebelum dan sesudah dihentakkan tiga kali dengan kotak


densitas 40 L. Kemudian dapat ditentukan densitas sampah, volume
sampah, timbulan sampah, komposisi sampah, densitas sampah, dan
potensi reduksi sampah dari data yang diperoleh. Sampah reduksi adalah
sampah yang dapat dipisahkan dan di daur ulang. Berikut data yang
diperoleh:
-

Sampah total
18,18
8 kg

Berat
Luas alas
(500 L)
Tinggi awal
(T1)
Tinggi akhir
(T2)
Volume
Densitas

1 M
0,83
0,83
21,91
33

M
m
kg/m

Berdasarkan kategori

Luas alas (40 L) : 0,04 m


Jenis

Berat

T1

Sampah

(kg)

(m)

T2
(m
)

1.14
2
2.21
5

1.6
1
1.8
6

1.2
6
1.5
9

0.37
4
0.68
4
0.14
4
1.93
6
6.49
5

0.7
5

0.5

0.6
1
0.8
9
0.4
6

0.6

0.6

HDPE
LDPE

Warna
Transpara
n
Styrofoam
Others
Sub Total
Plastik

Vol

(kg/m
)
Plastik
0.05 22.658
04
7
0.06
36
34.827
PET
0.02 15.327
44
9
0.03 19.213
56
5
0.01 7.8260
84
9
0.02 80.666
4
7
0.21
64
(m)

Timbul
an
(kg/har
i)

Reduk
si
(kg/ha
ri)

1.142

2.215

kom

red

6.28%
12.18
%

0.00
%
0.00
%

0.374

2.06%

0.684

0.5

3.76%

0.144

1.936

6.495

0.5

0.79%
10.65
%
35.73
%

0.00
%
73.10
%
0.00
%
0.00
%
7.70
%

Dapat Dikomposkan
Sisa
makanan
Sampah
kebun
Sub Total
Dapat
Dikompos
kan
HVS/duple
k

0
3.69
2

0
0.8
8

0
0.6

3.69
2

Karton

0.84
2
6.28
7

Tetra pack
Sub Total
Kertas

0.68
7.80
9

Kaleng

0.18
3

0
0.02
4

0
153.83
3

0.02
4
0.4
6
2.8
8
0.6
8

0.3
7

0.4
4
2.4
4
0.6

0.3
5

Kertas
0.01 47.840
76
9
0.09
76
64.416
0.02 28.333
4
3
0.13
92
Besi
0.01 13.071
4
4
Others

0.00%
20.31
%

0.00
%
0.00
%

3.692

20.31
%

0.00
%

0.842

6.287

0.68

0.4

7.809

0.4

3.692

0.183

3.74%
42.96
%

0.00
%
0.00
%
58.82
%
5.12
%

1.01%

0.00
%

4.63%
34.58
%

Karet

0.00%

B3
Sub Total
Others

0.00%

Total

0
18.1
79

18.179

0.00%
100.00
0.9
%

0.00
%
0.00
%
0.00
%
4.95
%

Keterangan:
-

Sampah kebun
: ranting, rumput, daun, tumbuhan non konsumsi
Botol kaca : kratingdaeng, youC
Karton
: kardus, kotak makan
Duplek
: majalah, brosur, kertas sablon
Plastik HDPE
: plastik sablon tebal (molto, sunlight), tutup
galon, bak keras (botol susu, botol kosmetik, bak air), bak hitam,

plastik keras (mainan anak), botol burek


Plastik LDPE
: plastik putih bening, kresek, plastik sablon tipis

(indomie, rinso sachet), kemasan minyak goring


Plastik PET : dibedakan berwarna dan tidak berwarna, aqua gelas,

botol putih, botol warna


PP bag
: karung

Plastik lainnya

selang, paralon
Lainnya
: kayu, lainnya

VI.

: sedotan, plastik tidak jelas, tali plastik, CD,

KESIMPULAN

Dari percobaan ini, berat total sampah yang dihasilkan adalah 18,188
kg. Komposisi sampah yang dihasilkan adalah plastik HDPE 6,28%; plastik
LDPE 12,18%; PET warna 2,06%; PET transparan 3,76%; styrofoam 0,79%;
plastik lainnya 10,65%; sampah kebun 20,31%; HVS/duplek 4,63%; karton
34,58%; tetra pack 3,74% dan kaleng 1,01%. Berdasarkan data dari KPPL
sampah yang direduksi adalah PET transparan dan tetra pack. PET
direduksi 0,5 kg/hari dengan persentase reduksi 73,10% dan tetra pack
direduksi 0,4 kg/hari dengan persentase reduksi 58,82%.

PERSENTASE
SAMPAH
HDPE; 6%
LDPE; 12%
Tetra Pack; 4% Kaleng; 1%
PET Warna; 2%

Karton; 35%

PET Transparan; 4%
Styrofoam; 1%
Plastik Lainnya; 11%

HVS/Duplek; 5%

VII.

Sampah Kebun; 20%

DAFTAR PUSTAKA

Azkha, N. 2006. Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah di


Kota Padang.

Jurnal Kesehatan Masyarakat 1: 14-18.


Couth, et al. 2011. Integrated Solid Waste Management.Engineering
Principles. McGrawHill,Inc., Singapore.
Naria. 1996. Analisis Pengelolaan Sampah Terkait Pembangunan. Wahana
Teknik Sipil 18.
Surono, B. U. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik menjadi
Bahan Bakar
Minyak. Jurnal Teknik 3(1).
Wahyono, S. 2001. Pengelolaan Sampah Kertas di Indonesia. Jurnal
Teknologi Lingkungan
2(3): 276 280.
Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for
National
Greenhouse Gas Inventories 5.

VIII. LAMPIRAN

(1)

(2)

(3)

(1) Sampah yang telah dikumpulkan dimasukkan ke kotak densitas 500


L dan diukur tingginya. (2) Timbangan dikalibrasi. (3) Kantong 1
ditimbang: 3,475 kg.

(4)

(5)

(6)

(4) Kantong 2 ditimbang: 5,113 kg. (5) Kantong 3 ditimbang: 5,004 kg.
(6) Kantong 4 ditimbang: 2,64 kg.

(7)

(8)

(9)

(7) Keset ditimbang: 1,936 kg. (8) & (9) Tetrapack ditimbang: 0,455
kg + 0,225 kg = 0,68 kg.

(10)

(11)

(10) LDPE ditimbang: 0,378 kg. (11) Tinggi freeboard diukur.

(12)

(13)

(12) HVS/duplek ditimbang: 0,842 kg. (13) Karton ditimbang: 6,287


kg.

(14)

(15)

(14) Styrofoam ditimbang: 0,144 kg. (15) LDPE ditimbang: 1,469 kg.

(16)

(17)

(16) Plastik warna ditimbang: 0,368 kg. (17) PET transparan


ditimbang: 0,187 kg.

(18)

(19)

(18) PET transparan ditimbang: 0,205 kg. (19) PET transparan


ditimbang: 0,612 kg.

(20)

(21)

(20) PET transparan ditimbang: 0,292 kg. (21) HDPE ditimbang: 0,530
kg.

(22)

(23)

(22) PET warna ditimbang: 0,374 kg. (23) Sampah kebun ditimbang:
3,692 kg.

Anda mungkin juga menyukai