Oleh :
2.
3.
4.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat membuat laporan ini hingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini merupakan tugas yang diberikan dengan membantu proses kami
dalam memahami struktur konstruksi bangunan 3. Laporan ini penulis sajikan
secara praktis dan singkat serta dibuat sedemikian rupa agar dapat memahami sub
structure dan upper structure yang mendukung berdirinya sebuah bangunan.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kesempurnaan, serta laporan
ini tidak terlepas dari bantuan teman-teman.Oleh karena itu penulis mengarapkan
kritik dan saran yang dapat penulis gunakan sebagai masukan demi
penyempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita dalam prose pembelajaran khususnya dalam memahami tentang Struktur dan
Konstruksi Bangunan 3 dan bagi arsitek dalam proses pembangunan.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara umum,Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau
rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa
hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Struktur adalah sesuatu yang berhubungan erat dengan konstruksi dan sistem
pembebanan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan sehingga suatu bangunan
dapat berdiri kokoh tanpa ada kerusakan yang berarti akibat beban-beban tersebut.
Struktur terbagi menjadi tiga bagian yaitu Sub struktur (Pondasi,sloof), Supper
Struktur (Dinding) dan Upper struktur ( Atap)
B.Rumusan Masalah
Dalam laporan ini,penulis memiliki beberapa masalah yang akan dibahas yaitu :
1.Apa itu Sub structure?
2.Apa itu Upper Structure?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu sub structure
2.Untuk mengetahui apa itu Upper structu
BAB 2 PEMBAHASAN
A. SUB STRUCTURE
Sub srtructure merupakan struktur dasar yang ada pada suatu bangunan.
Struktur-struktur dasar tersebut adalah pondasi dan sloof.
A.1. Pondasi
Struktur bagian bawah bangunan terdiri dari pondasi dan tanah pendukung
pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan
meneruskan beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem
pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan
diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu
pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
-kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain -lain
-lantai pecah, retak, bergelombang
-penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan
bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya
melebihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan halhal berikut :
a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
b. Jenis tanah dan daya dukung tanah.
c. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
d. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
e. Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
f. Waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut
soil investigation , atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan
tanah yang cukup keras dan padat.
A.1.1. Jenis-jenis pondasi :
1. Pondasi Batu Kali
4. Pondasi Umpak
Pondasi Umpak
Pondasi Rakit
Bila dikedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk
diletakan pondasi , maka solusinya bisa menggunakan pondasi rakit,
selain itu pondasi ini juga berguna untuk mendukung kolom-kolom
yang jaraknya terlalu berdekatan tidak mungkin untuk dipasangi
Pondasi Sumuran.
Pondasi untuk kedalaman tanah keras 2-6 meter dibawah
permukaan tanah . pondasi sumuran mempunyai bis beton
berdiameter 60, 100, 120, atau 150 cm. biasanya di bor /dikerjakan
dengan bor jatuh sebab di dalamnya tidak dapat digali. jarak antar
pondasi sumuran adalah 4-7 meter.
6. Pondasi Dalam.
Pondasi Dalam yaitu pondasi yang digunakan pada kondisi
tanah stabil lebih dari kedalaman 3 meter. pondasi dalam
membutuhkan pengeboran dalam karena lapisan tanah yang baik ada
di kedalaman , biasanya digunakan oleh bangunan besar, jembatan,
struktur lepas pantai , dsb.
2. Pondasi Borpile
A.2. SLOOF
Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horizontal di atas
pondasi.Gunanya ialah untuk meratakan beban yang diterima kolom menuju
pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar
merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat
antara
dinding
pondasi
dengan
kolom.
Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai
satu , lebar 15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4
buah diameter 10 mm (4 d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan
diameter
mm
berjarak
satu.
A.UPPER STRUCTURE
sengkang
ke
arah
lateral.Tulangan
ini
Kolom Praktis
Kolom Praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan
juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5
meter, atau pada pertemuan pa3232`qcsangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom
praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus
dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh
digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari
struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak
sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil,
sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur
kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok
menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom
pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem
dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk
menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,
boleh ditambah tebalnya.
Analisa
1.
2.
3.
Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
4.
untuk
Gedung
1983
lantai
yang
dipikul
Koefisien reduksi
1.0
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
8 atau lebih
0.4
Lantai
Lantai
5
4
:
:
1.0
1.0
x
x
60
(260)
60
kN
120
kN
Lantai
0.9
(360)
162
kN
Lantai
0.8
(460)
192
kN
Lantai
0.7
(560)
210
kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja,
tidak perlu sebesar 560 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan
suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh
di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima
beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga
beban
kumulatif
tersebut
boleh
direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi
pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
1.
2.
B.1.2. ATAP
Fungsi dan Jenis Atap Pada Bangun Rumah
Beberapa jenis atap rumah yang umum diterapkan dalam suatu bangun
rumah adalah sebagai berikut:
Atap Datar
Atap Pelana
Atap Perisai
Atap Miring
Membangun rumah dengan Atap Datar
Gambar 1.1
Atap datar adalah atap yang memiliki bentuk datar dengan kemiringan
kurang dari 10o . Umumnya atap datar terbuat dari beton yang dibuat
langsung/dicor pada saat proses bangun rumah, namun karena pembuatannya yang
cenderung praktis, jenis atap datar ini sering diterapkan dengan bahan
polycarbonate. Atap datar banyak digunakan di negara-negara yang beriklim
subtropis yang memiliki curah hujan rendah.
Struktur rangka atap dasar umumnya menggunakan plat beton bertulang
konvensional, beton prefab/fabrikasi dengan beton ringan aerasi, atau beton
komposit (campuran dengan bahan lain semisal tulangan kawat baja atau
styrofoam)
Keunggulan membangun rumah dengan atap datar:
Gambar 1.2
Jenis atap pelana merupakan bentuk atap rumah yang paling banyak
digunakan di Indonesia dan menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang sedang
membangun rumah tinggal. Bentuk atap pelana pada umumnya berbentuk seperti
huruf V terbalik dengan kemiringan masing-masing sisi sekitar 30 o 40o, dan
pada pertemuan kedua sudut (di puncak atap) dibuat/ditutup semacam gunungan
yang banyak dikenal dan disebut karpus.
Atap pelana ini sangat cocok diaplikasikan di daerah tropis yang memiliki
musim panas dan musim hujan karena mampu mengalirkan air hujan dengan cepat
sehingga mengurangi resiko kebocoran. Selain itu dengan bentuknya yang seperti
huruf V terbalik itu, dapat menciptakan ruang yang lebih luas di antara atap
dengan plafon yang sangat berguna untuk perawatan dan sirkulasi udara.
Struktur atap pelana menggunakan kuda-kuda sebagai tumpuan atap yang
kemudian disalurkan ke titik-titik kolom yang harus diimbangi dengan
perencanaan dan perhitungan yang akurat.
Keunggulan membangun rumah dengan atap pelana:
Kemiringan pada dua sisi atap yang berbentuk segitiga menciptakan cukup
ruang antara atap dan ruang di bawahnya yang berfungsi sebagai sirkulasi udara
dan mengurangi radiasi panas matahari.
Bentuk atap yang sederhana dan memiliki kemiringan pada dua sisi juga
memberikan keuntungan yaitu dapat cepat mengalirkan air hujan turun ke saluran
pembuangan atau ke tanah dan mengurangi resiko terjadinya kebocoran atap.
Kelemahan membangun rumah dengan atap pelana:
Bagian puncak pertemuan kedua sisi atap yang berupa gunungan (karpus)
merupakan bagian yang paling terekspos dan mudah retak akibat terpaan angin,
hujan dan panas matahari sehingga beresiko menimbulkan kebocoran. Sebagai
solusinya, pada saat membangun rumah, bagian gunungan diletakkan di lokasi
yang tidak terlalu terekspos sinar matahari atau gunakan cat eksterior tahan cuaca
(weathercoat) untuk melapisinya.
Gambar 1.3
Bentuk atap perisai merupakan pengembangan dari atap pelana, berupa
bidang yang miring pada semua sisinya, dan terbentuk dari dua bidang segitiga dan
dua bidang trapesium. Pada umumnya sudut kemiringan atap dibuat tidak selalu
sama bergantung pada jenis material penutup atap yang digunakan, sebagai
berikut;
Hampir semua dinding luar terlindung dari panas terik matahari dan air
hujan karena bentuknya yang miring pada semua sisinya.
Material yang digunakan untuk rangka struktur lebih banyak sehingga relatif
lebih boros. Untuk mengatasinya, sebaiknya ketika merencanakan bangun rumah
dibuat perhitungan yang lebih akurat dan lebih cermat dalam memilih material
sesuai dengan kebutuhan dan selera Anda. Ada baiknya menggunakan rangka atap
baja ringan karena memiliki daya tahan yang baik terhadap korosi tanpa
mengesampingkan jenis penutup atap yang akan digunakan karena akan
menentukan beban rangka tersebut.
Membangun Rumah dengan Atap Limas
Gambar 1.4
Atap limas memiliki bentuk seperti piramida, terbuat dari empat buah
segitiga sama sisi yang meruncing. Dari pengamatan di lapangan belum banyak
masyarakat yang menggunakan atap limas dan kebanyakan hanya diaplikasikan
pada rumah-rumah tradisional dan rumah adat. Pada rumah-rumah modern,
umumnya atap limas diaplikasikan rumah yang berdesain sederhana atau yang
memiliki luas tidak terlalu besar.
Keunggulan bangun rumah dengan atap limas:
Sudut-sudut yang cukup besar pada atap limas ini memberikan ruang yang
cukup untuk sirkulasi udara sehingga cukup efektif mereduksi udara panas yang
mengalir ke ruang di bawahnya.
Bentuk tepi bagian bawah yang berbentuk segi empat memudahkan dalam
pemasangan talang.
Setiap sisi atap limas memiliki luasan bidang yang sama dan melebar yang
memberikan perlindungan merata pada dinding.
Kelemahan bangun rumah dengan atap limas:
Ruang di bawah atap tidak dapat difungsikan untuk kegunaan lain karena
terhalang oleh konstruksi rangka yang rumit.
Jenis atap limas ini sulit untuk dikombinasikan dengan jenis atap lainnya
sehingga lebih cocok jika diterapkan pada bangun rumah dengan denah/desain
yang sederhana.
Gambar 1.5
Jenis atap miring dewasa ini mulai muncul dan menimbulkan suatu tren
tersendiri sebagai akibat kejenuhan masyarakat karena sudah terlalu banyaknya
penggunaan atap pelana, atap perisai, dan atap limas. Selain itu jenis atap miring
juga digemari karena bentuknya yang sederhana menimbulkan kesan minimalis
modern.
Bentuk atap miring ini merupakan bidang datar yang dimiringkan pada salah
satu sisinya dan bertumpu pada dinding.
Tren bangun rumah yang berkembang dari jenis atap miring ini adalah
penggunaan elemen kaca untuk memaksimalkan pencahayaan alami pada ruangan
di bawahnya.
Keunggulan bangun rumah dengan atap miring:
pemasangan kaca pada ruang antara atap dan dinding sehingga lebih hemat listrik.
Ruang yang tercipta antara atap dan dinding memberi kesan ruang yang
lebih luas.
Kelemahan bangun rumah dengan atap miring:
- Salah satu efek samping dari pemanfaatan pencahayaan alami adalah suhu yang
timbul dalam ruangan lebih tinggi. Untuk pada saat proses perencanaan bangun
rumah agar direncanakan sebaik-baiknya peletakan elemen kaca tersebut.
Hindari pemasangan kaca yang menghadap ke arah Barat karena cahaya
matahari pada siang hingga sore hari umumnya lebih panas/terik dibanding pagi
hari.
- Bentuk atap yang miring hanya pada satu sisi akan mengurangi perlindungan
pada dinding di sisi yang memiliki atap yang lebih tinggi. Memperpanjang sisi
atas atap yang lebih tinggi dapat menjadi solusi agar dinding lebih ternaungi dan
gunakan cat eksterior tahan cuaca.
Cara Analisis :
Persyaratan
jenis
pelat
lantai
dua
arah
jika
pada
pendekatan
momen
dengan
menggunakan
Tipe sambungan A :
Sambungan tipe A, penyambungan dilakukan pada
pertemuan elemen balok dan kolom pracetak dengan
adanya penonjolan daerah balok pada sisi luar
Tipe sambungan B :
Sambungan tipe B, penyambungan di daerah elemen
balok sejarak hb (tinggi balok) dari muka pertemuan
balok-kolom Penyambungan tulangan utama yang keluar
dari
elemen-elemen
pracetak
menggunakan
media
Tipe sambungan I :
Sambungan tipe I, penyambungan dilakukan pada
pertemuan elemen kolom dan elemen balok pracetak
sampai dengan daerah potensi sendi plastis yaitu 2
hb=dua kali tinggi balok.
Tipe sambungan Y :
Sambungan tipe Y, penyambungan dilakukan tepat di daerah
pertemuan elemen kolom dan elemen balok pracetak.
BAB 3 PENUTUP
A.KESIMPULAN
Struktur terbagi menjadi tiga bagian yaitu Sub struktur (Pondasi), Supper
Struktur (Dinding) dan Upper struktur ( Atap).
Sub srtructure merupakan struktur dasar yang ada pada suatu bangunan. Strukturstruktur dasar tersebut adalah pondasi dan sloof.
Upper structure merupakan struktur konstruksi atas, yang meliputi stuktur vertical
(kolom dan atap) dan horizontal (plat lantai dan pembalokan).
Unsur-unsur diatas sangat mempengaruhi berdirinya sebuah bangunan dan
konstruksi suatu bangunan.
B.SARAN
Berdasarkan laporan ini penulis member beberapa saran yaitu :
1.Dalam membangun sebuah rumah sangat penting untuk memperhatikan sub
struktur dan upper struktur agar bangunan bisa kuat dan tahan lama
2.Untuk mahasiswa,dalam merancang sebuah bangunan sangat penting untuk
memperhatikan sub structure dan upper struktur agar konstruksi bangunan kuat dan
juga bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sub struktur harus diperhatikan
agar struktur tersebut bisa bertahan lama.
DAFTAR PUSTAKA
http://labstruktur.petra.ac.id/source%20Material/AR-410a.gif
http://www.artikata.com/arti-352128-struktur.html