Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI III

SUB STRUCTURE DAN UPPER STRUCTURE

Oleh :
2.
3.
4.

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK


JURUSAN ARSITEKTUR
KUPANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat membuat laporan ini hingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini merupakan tugas yang diberikan dengan membantu proses kami
dalam memahami struktur konstruksi bangunan 3. Laporan ini penulis sajikan

secara praktis dan singkat serta dibuat sedemikian rupa agar dapat memahami sub
structure dan upper structure yang mendukung berdirinya sebuah bangunan.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kesempurnaan, serta laporan
ini tidak terlepas dari bantuan teman-teman.Oleh karena itu penulis mengarapkan
kritik dan saran yang dapat penulis gunakan sebagai masukan demi
penyempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita dalam prose pembelajaran khususnya dalam memahami tentang Struktur dan
Konstruksi Bangunan 3 dan bagi arsitek dalam proses pembangunan.

Kupang,25 Maret 2014

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara umum,Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau
rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa
hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Struktur adalah sesuatu yang berhubungan erat dengan konstruksi dan sistem
pembebanan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan sehingga suatu bangunan
dapat berdiri kokoh tanpa ada kerusakan yang berarti akibat beban-beban tersebut.
Struktur terbagi menjadi tiga bagian yaitu Sub struktur (Pondasi,sloof), Supper
Struktur (Dinding) dan Upper struktur ( Atap)
B.Rumusan Masalah
Dalam laporan ini,penulis memiliki beberapa masalah yang akan dibahas yaitu :
1.Apa itu Sub structure?
2.Apa itu Upper Structure?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu sub structure
2.Untuk mengetahui apa itu Upper structu

BAB 2 PEMBAHASAN
A. SUB STRUCTURE

Sub srtructure merupakan struktur dasar yang ada pada suatu bangunan.
Struktur-struktur dasar tersebut adalah pondasi dan sloof.
A.1. Pondasi
Struktur bagian bawah bangunan terdiri dari pondasi dan tanah pendukung
pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan
meneruskan beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem
pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan
diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu
pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
-kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain -lain
-lantai pecah, retak, bergelombang
-penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan
bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya
melebihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan halhal berikut :
a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
b. Jenis tanah dan daya dukung tanah.
c. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
d. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
e. Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
f. Waktu dan biaya pekerjaan.

Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut
soil investigation , atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan
tanah yang cukup keras dan padat.
A.1.1. Jenis-jenis pondasi :
1. Pondasi Batu Kali

Pondasi Batu Kali


Pondasi Batu Kali Adalah pondasi yang dibuat dengan bahan
dasar batu kali yang disusun sedemikian rupa.sehingga dapat menahan
berat bangunan yang ada di atasnya dan meneruskan ke tanah.Pondasi
ini digunakan, karena selain kuat juga masih termasuk
murah. Bentuknya yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 80 Cm,
lebar pondasi bawah 60-80 Cm dan lebar pondasi atas 25-30 Cm.
2. Pondasi Batu bata

Pondasi Batu Bata


Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan bertangga yang
bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap-tiap tangga terdiri dari 3-4
lapis. Apabila tiap-tiap ujung tangga dihubungkan akan merupakan trapesium yang
tetap memenuhi syarat pondasi.
Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan ikatan bata,
tiap-tiap lapisan dihubungkan dengan perekat/spesi.
Spesi ini dapat dibuat dari campuran, yang untuk tanah yang tidak
mengandung air, dibuat dari:
1 kapur : 1 Semen merah : 1 Pasir atau
1 kapur : 1 Semen merah : 2 Pasir,
Sedangkan untuk tanah yang mengandung air dibuat dari campuran: 1 Pc : 4 Pasir
atau 1 Pc : 5 Tras 1 Pc : Kapur : 5 Pasir
Sebagai lantai kerja dibuat dari lapisan pasir yang dipadatkan setelah 10 cm,
lapisan ini berfungsi pula sebagai lapisan perbaikan tanah dasar.
Pondasi ini dapat dibuat dilahan yang mempunyai kondisi tanah dengan tanah
keras yang tidak dalam/dangkal. Biasanya bangunan yang menggunakan pondasi
batu bata, bangunannya hanya berlantai satu, dikarenakan pondasi batu bata tidak
kuat menahan beban apabila bangunannya berlantai banyak.

3. Pondasi foot plat

Pondasi Telapak/ Foot plat


Adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom.
Pondasi Telapak/pondasi Footplat berbentuk seperti telapak kaki seperti gambar
diatas, Pondasi footplat dipergunakan pada kondisis tanah dengan sigma antara :
1,5-2,00 kg/cm 2. Pondasi foot plat ini biasanya dipakai untuk bangunan
gedung 2 4 lantai, dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari
pondasi ini dari beton bertulang.

4. Pondasi Umpak

Pondasi Umpak

Pondasi Umpak pondasi umpak dijumpai pada rumah kayu, rumah-rumah


adat, atau rumah jaman dulu. Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah
padat atau keras. Sistim dan jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih
digunakan,tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan
sloof sebagai pengikat struktur,serta angkur yangmasuk kedalam as umpak kayu
atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya.
5.Pondasi Rakit

Pondasi Rakit
Bila dikedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk
diletakan pondasi , maka solusinya bisa menggunakan pondasi rakit,
selain itu pondasi ini juga berguna untuk mendukung kolom-kolom
yang jaraknya terlalu berdekatan tidak mungkin untuk dipasangi

telapak satu persatu , solusi dijadikan satu kekuatan. pondasi rakit


sejatinya adalah plat beton bertulang.
5. Pondasi Sumuran.

Pondasi Sumuran.
Pondasi untuk kedalaman tanah keras 2-6 meter dibawah
permukaan tanah . pondasi sumuran mempunyai bis beton
berdiameter 60, 100, 120, atau 150 cm. biasanya di bor /dikerjakan
dengan bor jatuh sebab di dalamnya tidak dapat digali. jarak antar
pondasi sumuran adalah 4-7 meter.
6. Pondasi Dalam.
Pondasi Dalam yaitu pondasi yang digunakan pada kondisi
tanah stabil lebih dari kedalaman 3 meter. pondasi dalam
membutuhkan pengeboran dalam karena lapisan tanah yang baik ada
di kedalaman , biasanya digunakan oleh bangunan besar, jembatan,
struktur lepas pantai , dsb.

Jenis pondasi dalam:


1. Pondasi Tiang pancang (beton, besi, pipa, baja)
pondasi tiang pancang digunakan apabila tanah keras sebagai
pendukung beban dari atas sangat dalam yang memenuhi syarat
Tiang pancangnya dapat dari bahan kayu 9dolok) atau dari beton
bertulang

2. Pondasi Borpile

A.2. SLOOF
Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horizontal di atas
pondasi.Gunanya ialah untuk meratakan beban yang diterima kolom menuju
pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar
merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat
antara

dinding

pondasi

dengan

kolom.

Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai
satu , lebar 15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4
buah diameter 10 mm (4 d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan
diameter

mm

berjarak

15 cm ( d 8 15).Dibawah ini gamabar sloof untuk bangunan rumah tinggal


lantai

satu.

A.UPPER STRUCTURE

Upper structure merupakan struktur konstruksi atas, yang meliputi stuktur


vertical (kolom dan atap) dan horizontal (plat lantai dan pembalokan)
B.1. UPPER STRUCTURE VERTICAL
B.1.1. KOLOM
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak
tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan
ke pondasi.Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh
manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan
tidak mudah roboh.Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban
atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh
beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan.
Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima

beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke


pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk
konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah
kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan
tekanan.Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton
adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini
dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan.
c.II Jenis-Jenis kolom.
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada
tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994)


ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini
merupakan kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat

sengkang

ke

arah

lateral.Tulangan

ini

2.berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap


kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang


pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks
menerus di sepanjang kolom. Fungsidari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar
sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.

3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan


yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau
pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

(c). kolom komposit


Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai
tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter,
maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan
pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton

diameter 12mm 8 buah, 8 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10


cm).

Kolom Praktis
Kolom Praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan
juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5
meter, atau pada pertemuan pa3232`qcsangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom
praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus
dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh
digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari
struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak
sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil,
sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur
kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok
menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom
pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem

dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk
menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,
boleh ditambah tebalnya.

Analisa
1.

Jenis taraf penjepitan kolom.


Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup
kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi
di ujung bawah kolom.

2.

Reduksi Momen Inersia


Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom
direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain
kolom beton adalah:

3.

Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.

4.

Reduksi Beban Hidup Kumulatif.


Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial),
beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban
hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia
(PBI)

untuk

Gedung

1983

Tabelnya adalah sebagai berikut:


Jumlah

lantai

yang

dipikul

Koefisien reduksi

1.0

1.0

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

8 atau lebih

0.4

Contoh cara penggunaan:


Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing
lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka
beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai
adalah:
-

Lantai

Lantai

5
4

:
:

1.0
1.0

x
x

60
(260)

60

kN

120

kN

Lantai

0.9

(360)

162

kN

Lantai

0.8

(460)

192

kN

Lantai

0.7

(560)

210

kN

Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja,
tidak perlu sebesar 560 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan
suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh
di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima
beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga
beban

kumulatif

tersebut

boleh

direduksi.

Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi
pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
1.

Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan


pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak
bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.

2.

Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde


kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.

B.1.2. ATAP
Fungsi dan Jenis Atap Pada Bangun Rumah

Seiring dengan semakin berkembangnya dunia arsitektur, peran atap selain


pada fungsinya juga telah menyangkut pada tampilan atap yang saat ini telah
menjadi hal penting untuk membantu pencitraan sebuah rumah. Rumah dengan
atap datar misalnya, sering digunakan pada rumah-rumah yang bergaya rumah
minimalis untuk memberikan kesan simpel. Selain menampilkan citra pada sebuah
rumah, namun pada dasarnya fungsi atap adalah sebagai pelindung bangunan di
bawahnya sehingga harus direncanakan dan didesain semaksimal mungkin serta
disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat untuk menciptakan sebuah rumah
yang sehat dan nyaman. Anda dapat bayangkan seandainya pada saat musim
penghujan, alih-alih kita memperoleh perlindungan dan kenyamanan, kita bahkan
direpotkan oleh rembesan atau bocoran air hujan pada plafon akibat genteng
retak/pecah atau talang air dan saluran pembuangan air hujan yang tersumbat.
Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan material pada atap, Anda dapat
menentukan jenis atap seperti apa yang cocok diterapkan pada rumah Anda.

1. atap pada bangunan rumah


Atap rumah, seperti layaknya payung, berfungsi melindungi rumah kita dari
panas dan hujan. Bagi kita yang tinggal di Indonesia, daerah yang beriklim tropis,
perencanaan dan pemilihan bentuk atap maupun jenis atap yang digunakan pada
saat proses bangun rumah menjadi sangat penting artinya. Atap harus dapat
berfungsi dengan baik dan maksimal, seperti penyalur air hujan ke permukaan
tanah, atau meredam panas matahari yang masuk ke dalam ruangan.
Pemilihan jenis atap pada proses bangun rumah:

Beberapa jenis atap rumah yang umum diterapkan dalam suatu bangun
rumah adalah sebagai berikut:

Atap Datar

Atap Pelana

Atap Perisai

Atap Limas, dan

Atap Miring
Membangun rumah dengan Atap Datar

Gambar 1.1
Atap datar adalah atap yang memiliki bentuk datar dengan kemiringan
kurang dari 10o . Umumnya atap datar terbuat dari beton yang dibuat
langsung/dicor pada saat proses bangun rumah, namun karena pembuatannya yang
cenderung praktis, jenis atap datar ini sering diterapkan dengan bahan
polycarbonate. Atap datar banyak digunakan di negara-negara yang beriklim
subtropis yang memiliki curah hujan rendah.
Struktur rangka atap dasar umumnya menggunakan plat beton bertulang
konvensional, beton prefab/fabrikasi dengan beton ringan aerasi, atau beton

komposit (campuran dengan bahan lain semisal tulangan kawat baja atau
styrofoam)
Keunggulan membangun rumah dengan atap datar:

Lebih praktis, karena bentuknya yang datar sehingga pembuatan rangkanya


tidak terlalu rumit.

Dapat diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan atap, karena kemiringannya


yang nyaris datar (tidak terlalu curam) sehingga fleksibel untuk ditempatkan di
mana saja.

Merupakan salah satu solusi bagi konsep membangun rumah tumbuh,


khususnya di areal lahan sempit dengan kebutuhan ruang yang banyak sehingga
pengembangan rumah yang dimungkinkan adalah dengan memanfaatkan area di
atas atap. Yang perlu diperhatikan adalah kekuatan konstruksi yang memang
ditujukan untuk penambahan beban di kemudian hari.

Kelemahan membangun rumah dengan atap datar dan solusinya:


Kurang mampu mengalirkan air sehingga berpotensi menimbulkan genangan
yang memungkinkan terjadinya kebocoran. Untuk itu sebaiknya pada saat
merencanakan sebelum membangun rumah Anda dengan penggunaan atap datar,
kemiringan atap minimum 2o sehingga air dapat langsung mengalir ke lubang
pembuangan dan juga perlu dibuat jalur air di tepi atap agar air hujan tak
menggenang.

Material beton memiliki sifat kurang mampu menyerap panas sehingga


beresiko menyebabkan ruang di bawahnya menjadi lebih panas. Pencegahannya
adalah dengan memberikan ruang untuk sirkulasi udara di antara atap dan plafon
selebar 30 50 cm, agar udara panas tidak langsung mengalir ke dalam ruangan di
bawah plafon.
Demikian sedikit pembahasan mengenai jenis atap datar . Selanjutnya kami
akan membahas mengenai jenis atap pelana pada artikel selanjutnya.
Membangun rumah Dengan Atap Pelana

Gambar 1.2
Jenis atap pelana merupakan bentuk atap rumah yang paling banyak
digunakan di Indonesia dan menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang sedang
membangun rumah tinggal. Bentuk atap pelana pada umumnya berbentuk seperti
huruf V terbalik dengan kemiringan masing-masing sisi sekitar 30 o 40o, dan
pada pertemuan kedua sudut (di puncak atap) dibuat/ditutup semacam gunungan
yang banyak dikenal dan disebut karpus.
Atap pelana ini sangat cocok diaplikasikan di daerah tropis yang memiliki
musim panas dan musim hujan karena mampu mengalirkan air hujan dengan cepat
sehingga mengurangi resiko kebocoran. Selain itu dengan bentuknya yang seperti

huruf V terbalik itu, dapat menciptakan ruang yang lebih luas di antara atap
dengan plafon yang sangat berguna untuk perawatan dan sirkulasi udara.
Struktur atap pelana menggunakan kuda-kuda sebagai tumpuan atap yang
kemudian disalurkan ke titik-titik kolom yang harus diimbangi dengan
perencanaan dan perhitungan yang akurat.
Keunggulan membangun rumah dengan atap pelana:

Kemiringan pada dua sisi atap yang berbentuk segitiga menciptakan cukup
ruang antara atap dan ruang di bawahnya yang berfungsi sebagai sirkulasi udara
dan mengurangi radiasi panas matahari.

Bentuk atap yang sederhana dan memiliki kemiringan pada dua sisi juga
memberikan keuntungan yaitu dapat cepat mengalirkan air hujan turun ke saluran
pembuangan atau ke tanah dan mengurangi resiko terjadinya kebocoran atap.
Kelemahan membangun rumah dengan atap pelana:

Bagian puncak pertemuan kedua sisi atap yang berupa gunungan (karpus)
merupakan bagian yang paling terekspos dan mudah retak akibat terpaan angin,
hujan dan panas matahari sehingga beresiko menimbulkan kebocoran. Sebagai
solusinya, pada saat membangun rumah, bagian gunungan diletakkan di lokasi
yang tidak terlalu terekspos sinar matahari atau gunakan cat eksterior tahan cuaca
(weathercoat) untuk melapisinya.

Membangun rumah dengan Atap Perisai

Gambar 1.3
Bentuk atap perisai merupakan pengembangan dari atap pelana, berupa
bidang yang miring pada semua sisinya, dan terbentuk dari dua bidang segitiga dan
dua bidang trapesium. Pada umumnya sudut kemiringan atap dibuat tidak selalu
sama bergantung pada jenis material penutup atap yang digunakan, sebagai
berikut;

Atap genteng 30o 40o

Atap seng 20o 25o

Atap sirap 25o 40o


Keunggulan membangun rumah dengan atap perisai:

Hampir semua dinding luar terlindung dari panas terik matahari dan air
hujan karena bentuknya yang miring pada semua sisinya.

Arah angin yang menerpa rumah dibelokkan ke atas sehingga mengurangi


resiko kerusakan struktur dan kebocoran berupa rembesan air.
Kelemahan membangun rumah dengan atap perisai:

Struktur dan konstruksinya lebih kompleks, dibutuhkan perencanaan dan


perhitungan yang lebih rumit dan lebih teliti.

Jumlah penutup atap yang cukup banyak mengakibatkan banyaknya


sambungan atap (karpus) yang menimbulkan resiko kebocoran lebih besar. Sebagai
pencegahan, sebaiknya pada setiap sambungan atap diberi pelapis anti bocor
(waterproof).

Material yang digunakan untuk rangka struktur lebih banyak sehingga relatif
lebih boros. Untuk mengatasinya, sebaiknya ketika merencanakan bangun rumah
dibuat perhitungan yang lebih akurat dan lebih cermat dalam memilih material
sesuai dengan kebutuhan dan selera Anda. Ada baiknya menggunakan rangka atap
baja ringan karena memiliki daya tahan yang baik terhadap korosi tanpa
mengesampingkan jenis penutup atap yang akan digunakan karena akan
menentukan beban rangka tersebut.
Membangun Rumah dengan Atap Limas

Gambar 1.4

Atap limas memiliki bentuk seperti piramida, terbuat dari empat buah
segitiga sama sisi yang meruncing. Dari pengamatan di lapangan belum banyak
masyarakat yang menggunakan atap limas dan kebanyakan hanya diaplikasikan
pada rumah-rumah tradisional dan rumah adat. Pada rumah-rumah modern,
umumnya atap limas diaplikasikan rumah yang berdesain sederhana atau yang
memiliki luas tidak terlalu besar.
Keunggulan bangun rumah dengan atap limas:

Memudahkan air hujan mengalir karena bentuknya yang curam meruncing.

Sudut-sudut yang cukup besar pada atap limas ini memberikan ruang yang
cukup untuk sirkulasi udara sehingga cukup efektif mereduksi udara panas yang
mengalir ke ruang di bawahnya.

Bentuk tepi bagian bawah yang berbentuk segi empat memudahkan dalam
pemasangan talang.

Setiap sisi atap limas memiliki luasan bidang yang sama dan melebar yang
memberikan perlindungan merata pada dinding.
Kelemahan bangun rumah dengan atap limas:

Rangka atap memiliki konstruksi yang rumit sehingga memerlukan biaya


yang lebih besar.

Ruang di bawah atap tidak dapat difungsikan untuk kegunaan lain karena
terhalang oleh konstruksi rangka yang rumit.

Jenis atap limas ini sulit untuk dikombinasikan dengan jenis atap lainnya
sehingga lebih cocok jika diterapkan pada bangun rumah dengan denah/desain
yang sederhana.

Membangun Rumah dengan Atap Miring

Gambar 1.5
Jenis atap miring dewasa ini mulai muncul dan menimbulkan suatu tren
tersendiri sebagai akibat kejenuhan masyarakat karena sudah terlalu banyaknya
penggunaan atap pelana, atap perisai, dan atap limas. Selain itu jenis atap miring
juga digemari karena bentuknya yang sederhana menimbulkan kesan minimalis
modern.
Bentuk atap miring ini merupakan bidang datar yang dimiringkan pada salah
satu sisinya dan bertumpu pada dinding.

Tren bangun rumah yang berkembang dari jenis atap miring ini adalah
penggunaan elemen kaca untuk memaksimalkan pencahayaan alami pada ruangan
di bawahnya.
Keunggulan bangun rumah dengan atap miring:

Dapat memaksimalkan pencahayaan alami

dalam ruangan dengan

pemasangan kaca pada ruang antara atap dan dinding sehingga lebih hemat listrik.

Bentuknya sederhana dan strukturnyapun tidak rumit sehingga penggunaan


material untuk rangkanyapun lebih sedikit, yang berarti dapat lebih menghemat
biaya.

Ruang yang tercipta antara atap dan dinding memberi kesan ruang yang
lebih luas.
Kelemahan bangun rumah dengan atap miring:
- Salah satu efek samping dari pemanfaatan pencahayaan alami adalah suhu yang
timbul dalam ruangan lebih tinggi. Untuk pada saat proses perencanaan bangun
rumah agar direncanakan sebaik-baiknya peletakan elemen kaca tersebut.
Hindari pemasangan kaca yang menghadap ke arah Barat karena cahaya
matahari pada siang hingga sore hari umumnya lebih panas/terik dibanding pagi
hari.
- Bentuk atap yang miring hanya pada satu sisi akan mengurangi perlindungan
pada dinding di sisi yang memiliki atap yang lebih tinggi. Memperpanjang sisi
atas atap yang lebih tinggi dapat menjadi solusi agar dinding lebih ternaungi dan
gunakan cat eksterior tahan cuaca.

B.1.2.1. Jenis Kuda-Kuda Atap :

Kuda-Kuda Atap Pelana.

Kuda-Kuda Atap Runcing

Kuda-Kuda Atap Joglo

B.1.4. Kuda-kuda atap baja ringan :

B.2. Upper structure horizontal


B.2.1. Plat Lantai
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang
memikul beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing
tumpuan dari pelat. Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan
pada konstruksi diantaranya :
A. Sistem lantai flat slab
Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang
langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok.
Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak terlalu besar
dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu,
biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat
terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat Slab tanpa diberi kepala
kolom (drop panel) disebut flat plate.

B. Sistem lantai grid (waffle system)


Sistem lantai Grid (Waffle system) mempunyai balok-balok
yang saling bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat
atas yang tipis.

C. Sistem pelat dan balok.


Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang
ditumpu oleh balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada
jarak 3,0m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering
dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang tidak beraturan.

Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan atas :


1. Pelat Satu Arah (One way slab)
2. Pelat Dua Arah (Two way Slab)
Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan dari nilai rasio
perbandingan sisi panjang (ly) dan sisi pendek (lx) dari pelat.

Pelat satu arah , apabila : ly/lx > 2,0.


Pelat dua arah , apabila : 1,0 ly/lx 2,0.
1. Pelat Satu Arah
Pelat satu arah dapat di-disain dengan menggunakan disain untuk
balok, dengan lebar 1 unit lebar (per m lebar) dalam arah sisi pendek.Dalam
arah sisi panjang dapat digunakan tulangan susut dan temperatur atau
tulangan pembagi.
Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila
lendutan tidak dihitung, dapat ditentukan dari table 2.1.berikut :
Tabel 2.1 Tebal minimum untuk pelat satu arah

Cara Analisis :

Sebagai alternatif, metode pendekatan berikut ini dapat digunakan


untuk menentukan momen lentur dan gaya geser dalam perencanaan balok
menerus dan pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya
hanya direncanakan untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama:

1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua.


2. Memiliki panjang-panjang bentang yang tidak terlalu berbeda, dengan
rasio panjang bentang terbesar terhadap panjang bentang terpendek dari
dua bentang yang bersebelahan tidak lebih dari 1,2.
3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata.
4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali beban mati per
satuan panjang, dan
5. Komponen struktur adalah prismatis.
Momen yang bekerja pada setiap tumpuan dapat ditentukan sebagai :

Gambar 2.1 . Terminologi balok/pelat satu arah di atas banyak tumpuan

Tulangan Susut dan Suhu


Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya terpasang dalam satu arah saja,
harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus terhadap
tulangan lentur tersebut.
Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus memenuhi
ketentuan berikut:
Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas
tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut, tetapi
tidak kurang dari 0,0014.
Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih
dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.

2. Sistem Pelat Dua Arah


Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal
maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi
memenuhi.

Persyaratan

jenis

pelat

lantai

dua

arah

jika

perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek


kurang dari dua
Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi
pelat atau ke empat balok pendukung, akibatnya tulangan utama
pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan
pelat mempunyai kelengkungan ganda.

Metode Analisis Struktur Pelat


A. Metode klasik
Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana
pemakaian analisis tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada
fenomena fisis pelat, yaitu lenturan pelat. Lenturan dibuat model matematis
dengan menggunakan penyederhanaan-penyederhanaan
B. Metode pendekatan dan numerik, antara lain :
1. Metode garis luluh

Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh


lentur saja. Pengaruh-pengaruh lain seperti lendutan dan geser harus
ditinjau tersendiri.
2. Metode jaringan balok
Metode ini didasarkan pada metode kekakuan ( mengubah struktur
kinematis tak tentu menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis
struktur pelat didekati dengan pendekatan jaringan balok silang,
struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam
masing-masng arah dengan tinggi balok sama dengan pelat.
3. Metode pendekatan PBI 71
Didasarkan

pada

pendekatan

momen

dengan

menggunakan

koefisien-koefisien yang disederhanakan. Momen-momen yang


dihasilkan didapat dari rumus momen yang sudah ada. Besarnya
momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter
panjang, panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari
hitungan momen didapatkan Mlx ( momen lapangan pada arah x),
Mtx ( momen tumpuan/tepi pada arah x), Mly ( momen lapangan
pada arah y), Mty ( momen tumpuan/tepi pada arah y).Perhitungan
momen-momen tersebut harus sesuai dengan perletakan masingmasing sisi struktur pelat yang direncanakan.
4. Metode pendekatan SNI-2847-2002 Metode perencanaan langsung
( Direct Design Method )
Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan
menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan. Metode
portal ekivalen ( Eqivalen Frame Method ). Metode ini digunakan
untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser, maka

kekakuan relative dari kolom-kolom, berikut sistem lantai dimisalkan


di dalam analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya
dengan perencanaan dari struktur statis tak tentu lainnya.
B.2.2. Balok
Balok bersama dengan plat lantai merupakan struktur yang
berfungsi menahan gaya-gaya horisontal. Juga merupakan elemen
struktural dari suatu bangunan yang biasa digunakan dengan pola
berulang.Fungsi utama balok adalah membentuk bidang kaku
horisontal.Bidang ini memperkokoh dan bergabung dengan struktur
bangunan vertikal sehingga memungkinkan bangunan untuk bertindak
terhadap gaya-gaya sebagai suatu unit tertutup.
Pada gedung Kwarnas ini sistem struktur yang digunakan adalah
struktur rangka kaku, maka terdapat suatu hubungan yang kaku antara
balok dengan kolom. Bahan yang digunakan untuk balok adalah beton
bertulang (reinforced concrete).

Tipe-tipe sambungan kolom dan balok :

Tipe sambungan A :
Sambungan tipe A, penyambungan dilakukan pada
pertemuan elemen balok dan kolom pracetak dengan
adanya penonjolan daerah balok pada sisi luar

(Gambar 2). Tipe sambungan A

Tipe sambungan B :
Sambungan tipe B, penyambungan di daerah elemen
balok sejarak hb (tinggi balok) dari muka pertemuan
balok-kolom Penyambungan tulangan utama yang keluar
dari

elemen-elemen

pracetak

menggunakan

media

penyambung berupa baja siku L25x25x2.5 yang dilas.

Tipe sambungan I :
Sambungan tipe I, penyambungan dilakukan pada
pertemuan elemen kolom dan elemen balok pracetak
sampai dengan daerah potensi sendi plastis yaitu 2
hb=dua kali tinggi balok.

Tipe sambungan Y :
Sambungan tipe Y, penyambungan dilakukan tepat di daerah
pertemuan elemen kolom dan elemen balok pracetak.

Gambar 5. Sambungan tipe Y.

BAB 3 PENUTUP
A.KESIMPULAN
Struktur terbagi menjadi tiga bagian yaitu Sub struktur (Pondasi), Supper
Struktur (Dinding) dan Upper struktur ( Atap).
Sub srtructure merupakan struktur dasar yang ada pada suatu bangunan. Strukturstruktur dasar tersebut adalah pondasi dan sloof.
Upper structure merupakan struktur konstruksi atas, yang meliputi stuktur vertical
(kolom dan atap) dan horizontal (plat lantai dan pembalokan).
Unsur-unsur diatas sangat mempengaruhi berdirinya sebuah bangunan dan
konstruksi suatu bangunan.

B.SARAN
Berdasarkan laporan ini penulis member beberapa saran yaitu :
1.Dalam membangun sebuah rumah sangat penting untuk memperhatikan sub
struktur dan upper struktur agar bangunan bisa kuat dan tahan lama
2.Untuk mahasiswa,dalam merancang sebuah bangunan sangat penting untuk
memperhatikan sub structure dan upper struktur agar konstruksi bangunan kuat dan
juga bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sub struktur harus diperhatikan
agar struktur tersebut bisa bertahan lama.

DAFTAR PUSTAKA
http://labstruktur.petra.ac.id/source%20Material/AR-410a.gif
http://www.artikata.com/arti-352128-struktur.html

Anda mungkin juga menyukai