Anda di halaman 1dari 9

TINGKAT KERATAAN JALAN BERDASARKAN ALAT ROLLING STRAIGHT

EDGE UNTUK MENGESTIMASI KONDISI PELAYANAN JALAN (PSI DAN RCI)


Suwardo, ST., MT.
Staf Pengajar di Program Diploma Teknik Sipil
FT-UGM
Jl. Yacaranda, Sekip, Yogyakarta 55281
Telp.: 0274-522126, Faks: 0274-522126
E-mail : suwardo@yahoo.com dan
suwardo@pdft.ugm.ac.id

Sugiharto, A.Md.
Alumni Program Diploma Teknik Sipil
FT-UGM
Jl. Yacaranda, Sekip, Yogyakarta 55281
Telp.: 0274-522126, Faks: 0274-522126

ABSTRAK
Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu faktor/fungsi
pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan
pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar
dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis
sepanjang umur yang direncanakan. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut perlu dilakukan monitoring dan
evaluation secara periodik atau berkala sehingga dapat ditentukan metode perbaikan konstruksi yang tepat.
Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala
terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan
yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat
kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah
direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Metode pengukuran kerataan permukaan jalan yang
dikenal pada umumnya antara lain metode NAASRA (SNI 03-3426-1994), Rolling Straight Edge, Slope
Profilometer (AASHO Road Test), CHLOE Profilometer, dan Roughometer.
Tujuan pengukuran dan analisis kerataan jalan menggunakan Rolling Straight Edge adalah : (1) untuk
menganalisis tingkat kerataan permukaan (profil memanjang) jalan dari hasil pengukuran dengan alat Rolling
Straight Edge, (2) menganalisis dan mengevaluasi kondisi fungsi pelayanan jalan yang ada. Pengukuran
dilakukan di tiga lokasi ruas jalan dengan jenis perkerasan yang berbeda yaitu Jalan Kaliurang (beton aspal),
Jalan Teknika Jalan Kesehatan (paving block), dan Jalan Yacaranda (HRS) yang mana umur konstruksi (masa
perbaikan terakhir tidak diketahui pasti). Dari data pengukuran yang ada kemudian dilakukan perhitungan dan
analisis, sehingga diperoleh nilai kondisi pelayanan jalan berdasarkan tingkat kerataan jalannya (IRI, dalam
m/km). Dua parameter kinerja/kondisi pelayanan yang dianalisis adalah Indeks Permukaan (Present
Serviceability Index, PSI, skala 0-5) dan Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index, RCI, skala 2,3-7,6).
Parameter PSI dan RCI dihitung dari hubungan IRI dan PSI (AASHO Road Test, 1999) serta formula korelasi
antara IRI dan RCI untuk Indonesia.
Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut, di Jalan Kaliurang IRI = 0,764 m/km, PSI = 4,28
dan RCI = 9,65; di Jalan Yacaranda IRI = 4,604 m/km, PSI = 1,60 dan RCI = 7,24 dan di Jalan Teknika-Jalan
Kesehatan IRI = 2,956 m/km, PSI = 2,47 dan RCI = 8,28. Kesimpulan diperoleh bahwa kondisi fungsi pelayaan
jalan yang ada berturut-turut dari yang baik sekali, cukup dan kurang masing-masing adalah Jalan Kaliurang,
Jalan Kesehatan dan Jalan Yacaranda. Jalan Yacaranda dengan perkerasan HRS kondisinya paling rendah karena
pada saat pengukuran dilakukan banyak dijumpai aspal tambalan, serta retak-retak dan berlubang.
Kata kunci : Tingkat Kerataan Permukaan, Rolling Straight Edge International Roughness Index (IRI), Present
Serviceability Index (SI), Road Condition Index (RCI).

1. PENDAHULUAN
Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalulintas berulang yang
berlebihan (overloaded), panas/suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk jalan yang
jelek. Oleh sebab itu disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan baik
agar dapat melayani pertumbuhan lalulintas selama umur rencana. Pemeliharaan jalan rutin
1

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

maupun berkala perlu dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan jalan
bagi pengguna dan menjaga daya tahan/keawetan sampai umur rencana.
Survei kondisi perkerasan perlu dilakukan secara periodik baik struktural maupun
non-struktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada. Pemeriksaan nonstruktural (fungsional) antara lain bertujuan untuk memeriksa kerataan (roughness), kekasaran
(texture), dan kekesatan (skid resistance). Pengukuran sifat kerataan lapis permukaan jalan
akan bermanfaat di dalam usaha menentukan program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Di
Indonesia pengukuran dan evaluasi tingkat kerataan jalan belum banyak dilakukan salah
satunya dikarenakan keterbatasan peralatan. Karena kerataan jalan berpengaruh pada
keamanan dan kenyamanan pengguna jalan maka perlu dilakukan pemeriksaan kerataan
secara rutin sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus diperbaiki.
Tujuan pengukuran dan analisis kerataan jalan menggunakan Rolling Straight Edge
adalah : (1) untuk menganalisis tingkat kerataan permukaan (profil memanjang) jalan dari
hasil pengukuran dengan alat Rolling Straight Edge, (2) menganalisis dan mengevaluasi
kondisi fungsi pelayanan jalan yang ada. Pengukuran dilakukan di tiga lokasi ruas jalan
dengan jenis perkerasan yang berbeda yaitu Jalan Kaliurang (beton aspal), Jalan Teknika
Jalan Kesehatan (paving block), dan Jalan Yacaranda (HRS) yang mana umur konstruksi
(masa perbaikan terakhir tidak diketahui pasti). Dari data pengukuran yang ada kemudian
dilakukan perhitungan dan analisis, sehingga diperoleh nilai kondisi pelayanan jalan
berdasarkan tingkat kerataan jalannya (IRI, dalam m/km). Dua parameter kinerja/kondisi
pelayanan yang dianalisis adalah Indeks Permukaan (Present Serviceability Index, PSI, skala
0-5) dan Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index, RCI, skala 2,3-7,6). Parameter PSI dan
RCI dihitung dari hubungan IRI dan PSI (AASHO Road Test, 1999) serta formula korelasi
antara IRI dan RCI untuk Indonesia.
2. KERATAAN PERMUKAAN PERKERASAN
2.1 Kerataan Permukaan
Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu
faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat
berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun
yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama
jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis sepanjang umur yang
direncanakan. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut perlu dilakukan monitoring dan
evaluation secara periodik atau berkala sehingga dapat ditentukan metode perbaikan
konstruksi yang tepat.
Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia
mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan
evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut
standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat
dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah
direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Metode pengukuran kerataan
permukaan jalan yang dikenal pada umumnya antara lain metode NAASRA (SNI 03-34261994). Metode lain yang dapat digunakan untuk pengukuran dan analisis kerataan perkerasan
adalah Rolling Straight Edge, Slope Profilometer (AASHO Road Test), CHLOE Profilometer,
dan Roughometer (Yoder and Witczak, 1975).

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

2.2 Perkerasan Kaku


Perkerasan kaku (Rigid Pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan bahan
dari beton semen, misalnya slab beton biasa/ tak bertulang, beton bertulang, paving block, dan
sebagainya. Paving block telah lama berkembang di Eropa pada pertengahan abad ke-19. Di
Inggris paving block digunakan untuk perkerasan jalan di pertokoan, perkantoran dan tempattempat komersial lainnya. Paving block juga berkembang pesat di Amerika untuk jalan
menuju rumah-rumah penduduk. Di Indonesia paving block dikenal dengan nama konblok
(concrete block). Keuntungan paving block untuk perkerasan adalah kuat, pengerjaannya
mudah serta dapat dibongkar kembali bila ingin diperbaiki. Bentuk dan ukuran paving block
bermacam-macam, sehingga pemasangannya dapat disesuaikan kebutuhan. Bentuk persegi
empat banyak digunakan karena mudah membentuk permukaan jalan yang rata. Dalam
pemasangan diusahakan melintang arah jalan agar air hujan di atas paving block dapat
dialirkan langsung ke drainasi jalan. Spasi antar block diisi dengan pasir agar menyerap air
serta menahan gerak paving block arah horisontal akibat pengereman/pembelokan kendaraan.
3. KINERJA PERKERASAN JALAN (PAVEMENT PERFORMANCE)
Kinerja perkerasan yang meliputi keamanan/kekuatan perkerasan (structural
pavement), maupun fungsi (fungtional performance) dinyatakan dengan Indeks Permukaan
(IP) atau Present Serviceability Index (PSI) dan Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index
= RCI).
3.1 Indeks Permukaaan (IP) atau Present Seviceability Index (PSI)
Kekasaran permukaan ditandai oleh Indeks Permukaan yang didasarkan pada profil
permukaan yang diukur. Indeks Permukaan (IP) atau Present Serviceability Index (PSI)
dikenalkan oleh AASHTO berdasarkan pengamatan kondisi jalan meliputi kerusakankerusakan seperti retak-retak, alur, lubang, lendutan pada lajur roda, kekasaran permukaan
dan sebagainya yang terjadi selama umur pelayanan. Nilai Indeks Permukaan (IP) bervariasi
dari 0-5 seperti dikutip oleh Silvia Sukirman (1995) disajikan pada Tabel 1. Jalan dengan
lapis beton aspal yang baru dibuka untuk umum merupakan contoh jalan dengan nilai IP =
4,2.
Indeks Permukaan mempunyai hubungan dengan International Roughness Index (IRI,
dalam m/km) seperti ditampilkan pada Gambar 1. Model ini dikembangkan oleh Dujisin dan
Arroyo tahun 1995 (NCHRP, 2001). PSR adalah Present Serviceability Rating, modelnya
dikembangkan oleh Paterson (1987), Al-Omari dan Darter (1994), dan Gulen dkk (1994),
namun PSR tidak diuraikan lebih rinci dalam tulisan ini. IP dinyatakan sebagai fungsi dari IRI
dengan rumus :
1. Untuk perkerasan jalan beraspal :
PSI = 5 0,2937 X4 + 1,1771 X3 1,4045 X2 1,5803 X
pers. (1)
2. Untuk perkerasan jalan dengan beton/semen :
PSI = 5 + 0,6046 X3 2,2217 X2 0,0434 X
pers. (2)
2
dengan : X = Log (1 + SV)
SV = 2,2704 IRI
SV = Slope variance (106 x population of variance of slopes at 1-ft intervals)
PSI = Present Serviceability Index
IRI = International Roughness Index, m/km
IRI adalah parameter kekasaran yang dihitung dari jumlah kumulatif naik-turunnya
permukaan arah profil memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan yang diukur.

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

Tabel 1. Hubungan Fungsi Pelayanan dan Indeks Permukaan (IP)


No.

Indeks Permukaan (IP)

Fungsi pelayanan

1
2
3
4
5

45
34
23
12
01

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Sumber : Silvia Sukirman (1992)

Gambar 1. Hubungan Indeks Permukaan (IP) dan IRI (m/km)


Sumber : NCHRP, 2001
3.2 Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index = RCI)
Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index = RCI) adalah skala tingkat kenyamanan
atau kinerja jalan yang dapat diperoleh dari pengukuran dengan alat Roughometer maupun
secara visual. Jika penelitian dilakukan dengan menggunakan alat Roughometer sehingga
diperoleh International Roughness Index (IRI), maka untuk Indonesia dipergunakan korelasi
antara Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index = RCI) dan IRI (Gambar 2). Korelasi RCI
dan IRI untuk Indonesia adalah RCI = 10 * Exp(0,0501 * IRI1,220920 )

pers. (3)

Tabel 2 menyajikan Nilai RCI bervariasi dari 2-10 sesuai kondisi permukaan secara visual.

Gambar 2. Korelasi antara Nilai IRI dan Nilai RCI.


Sumber : Silvia Sukirman (1992)
4

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

Tabel 2. Kondisi Permukaan secara Visual dan Nilai RCI


RCI

Kondisi Permukaan Jalan secara Visual

8 10
78
67
56
45
34
23
[2

Sangat rata dan teratur


Sangat baik, umumnya rata
Baik
Cukup, sedikit sekali atau tidak ada lubang, tetapi permukaan jalan tidak rata
Jelek, kadang-kadang ada lubang, permukaan jalan tidak rata
Rusak, bergelombang, banyak lubang
Rusak berat, banyak lubang dan seluruh daerah perkerasan hancur
Tidak dapat dilalui, kecuali dengan 4 WD Jeep

Sumber : Silvia Sukirman (1992)


4. PELAKSANAAN PENGUKURAN
Alat yang digunakan adalah Rolling Straight Edge. Cara kerjanya adalah dengan
menarik alat ini pada lokasi pengukuran sehingga roda pengukur berputar memberikan
perubahan nilai pada skala (curved scale). Ketelitian alat ini dibatasi oleh perputara roda dan
posisi roda pengukur (Yoder and Witczak, 1975). Selama penggunaan roda dan kerangka
akan naik bergerak naik turun disertai pergerakan jarum penunjuk pada skala (curved scale).
Untuk pencatatan secara otomatis dapat dipasang pencatat otomatis (chart recorder) pada
kerangka bagian tengah.
Pengukuran dilakukan pada tanggal 22 Juni 2003 di tiga lokasi dengan tiga jenis
perkerasan yang berbeda (di lingkungan Kampus UGM). Pengukuran sepanjang 0,5 km di
Jalan Kaliurang, 0,5 km di Jalan Teknika Selatan Jalan Kesehatan, dan 0,5 km di Jalan
Yacaranda. Denah dan tipikal penampang melintang jalan disajikan pada Lampiran.
5. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis kerataan permukaan berupa profil pemukaan seperti disajikan pada
Gambar 3 s.d. 5. Analisis kondisi kinerja pelayanan jalan didasarkan pada nilai parameter IRI
(m/km) yang diperoleh. Hasil estimasi nilai IP (= PSI) dan nilai RCI berdasarkan IRI tersebut
menunjukkan ukuran kinerja pelayanan dan kondisi permukaan masing-masing jenis
perkerasan (Lihat Tabel 3 dan 4).

Profil Permukaan Perkerasan (mm)

25

Jalan Kaliurang (Lingkungan Kampus UGM)


Average =

20
15
10
5
0
-5
-10

IRI = 0,764 m/km

-15
-20
-25
0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Jarak / Stationing (m)

Gambar 3. Profil Permukaan Perkerasan di Jalan Kaliurang


Sumber : Hasil Analisis, 2003.
5

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

Profil Permukaan Perkerasan (mm)

25

Jalan Kesehatan (Lingkungan Kampus UGM)


Average =

20
15
10
5
0
-5
-10

IRI = 2,956 m/km

-15
-20
-25
0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Jarak / Stationing (m)

Gambar 4. Profil Permukaan Perkerasan di Jalan Teknika Jalan Kesehatan

Profil Permukaan Perkerasan (mm)

25

Jalan Yacarana (Lingkungan Kampus UGM)


Average =

20
15
10
5
0
-5
-10
-15

IRI = 4,604 m/km

-20
-25
0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Jarak / Stationing (m)

Gambar 5. Profil Permukaan Perkerasan di Jalan Yacaranda


Tabel 3. Hasil Pengukuran Kerataan Permukaan Perkerasan
No.

Jenis
Perkerasan

Nama Jalan

Jarak
Pengukuran
(m)

Range
Data
(mm/m)

Jl. Kaliurang

AC

500

-2 - 2

Jl. Teknika
Selatan - Jl.
Kesehatan
Jl. Yacaranda

Concrete
Block (Paving
Block)
HRS

500

-14 - 10

500

-15 - 15

Identifikasi Landai
(%)

IRI (m/km)

0,05% naik ke arah


Utara
0,71% naik ke arah
Utara

0,764

0,92% naik ke arah


Utara

4,604

2,956

Sumber : Hasil Analisis, 2003


Tabel 4. Hasil Estimasi IP dan RCI Berdasarkan Nilai IRI
No.

Lokasi / Jalan

1.
2.
3.

Jl. Kaliurang
Jl. Teknika Jl. Kesehatan
Jl. Yacaranda

Sumber : Hasil Analisis, 2003


6

Jenis
Perkerasan
AC
Concrete block
HRS

IRI
(m/km)
0,764
2,956
4,604

PSI (=IP)

RCI

4,28
2,47
1,60

9,65
8,28
7,24

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

Tabel 5. Kategori Fungsi Pelayanan Jalan Berdasarkan Estimasi Nilai PSI


No.

Lokasi / Jalan

1.
2.
3.

Jl. Kaliurang
Jl. Teknika Jl. Kesehatan
Jl. Yacaranda

Jenis
Perkerasan
AC
Concrete block
HRS

IRI (m/km)

PSI (=IP)

0,764
2,956
4,604

4,28
2,47
1,60

Fungsi
Pelayanan
Sangat baik (4-5)
Cukup (2-3)
Kurang (1-2)

Sumber : Hasil Analisis, 2003


Tabel 6. Kategori Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Berdasarkan Estimasi Nilai RCI
No.

Jenis
Perkerasan

IRI
(m/km)

RCI

AC

0,764

9,65

Concrete block

2,956

8,28

HRS

4,604

7,24

Lokasi / Jalan

1.

Jl. Kaliurang

2.

Jl. Teknika Jl. Kesehatan

3.

Jl. Yacaranda

Kondisi Permukaan
Sangat rata dan teratur
(8 - 10)
Sangat rata dan teratur
(8 - 10)
Sangat baik dan
umumnya rata (7 - 8)

Sumber : Hasil Analisis, 2003


Berdasarkan hasil analisis (Lihat Tabel 5 dan 6) kemudian dibandingkan dengan
spesifikasi IRI, IP maupun RCI didapatkan bahwa ruas Jalan Kaliurang dengan perkerasan
AC mempunyai nilai IRI = 0,764 m/km, PSI = 4,28, RCI = 9,65, hal ini menunjukkan bahwa
ruas jalan itu masih memiliki kondisi permukaan sangat rata dan teratur serta fungsi
pelayanan sangat baik. Ruas Jalan Teknika Selatan Jalan Kesehatan yang menggunakan
lapis perkerasan jenis concrete block mempunyai nilai IRI = 2,956 m/km, PSI = 2,47, RCI =
8,28 menunjukkan bahwa ruas jalan itu masih memiliki kondisi permukaan sangat rata dan
teratur serta fungsi pelayanan cukup. Ruas Jalan Yacaranda dengan perkerasan HRS
mempunyai nilai IRI = 0,86 m/km, PSI = 4,15, dan RCI = 9,593 menunjukkan bahwa ruas
jalan itu masih memiliki kondisi permukaan sangat baik dan umumnya rata serta fungsi
pelayanan kurang. Pada saat pengukuran dilakukan Jalan Yacaranda belum dilakukan overlay,
kondisi pada saat itu banyak lubang-lubang dan tambalan yang tidak rata. Deskripsi
perbandingan nilai-nilai IRI, IP, dan RCI ke tiga lokasi disajikan pada Gambar 6 s.d. 8.
5

0
AC

Concrete

HRS

block
Jl. Kaliurang

Jl. T eknika Jl. Yacaranda


Jl. Kesehatan

Gambar 6. Perbandingan Kerataan (IRI)


di Tiga Lokasi

3
2
1
0
AC

Concrete

1,60

0,764

P SI (=IP )

2,47

4,28

Indeks Permukaan (IP)

IRI (m/km)
4,604

2,956

Kerataan, IRI, m/km

HRS

block
Jl. Kaliurang Jl. T eknika Jl. Yacaranda
Jl. Kesehatan

Gambar 7. Perbandingan Indeks


Permukaan (IP) di Tiga Lokasi

10

8,28

4
2

7,24

RCI

8
9,65

Indeks Kondisi Jalan (RCI)

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

0
AC

Concrete

HRS

block
Jl. Kaliurang Jl. T eknika
Jl.

Jl.
Yacaranda

Gambar 8. Perbandingan Indeks Kondisi Jalan (RCI) di Tiga Lokasi


6. KESIMPULAN
Kesimpulan dari studi ini antara lain :
1. Tingkat kerataan permukaan di tiga lokasi berturut-turut adalah Jalan Kaliurang (IRI =
0,764 m/km), Jalan Teknika Jalan Kesehatan (IRI = 2,956 m/km), dan Jalan Yacaranda
(IRI = 4,604 m/km). Perkerasan HRS pada Jalan Yacaranda saat dilakukan pengukuran
dalam keadaan banyak lubang-lubang dan bekas tambalan yang tidak rata.
2. Jalan Kaliurang masih memiliki kondisi permukaan sangat rata dan teratur serta fungsi
pelayanan sangat baik. Jalan Teknika Selatan Jalan Kesehatan dengan lapis perkerasan
concrete block masih memiliki kondisi permukaan sangat rata dan teratur serta fungsi
pelayanan cukup. Jalan Yacaranda masih memiliki kondisi permukaan sangat baik dan
umumnya rata serta fungsi pelayanan kurang.
3. Kerataan permukaan perkerasan dapat dipengaruhi oleh jenis perkerasannya. Perkerasan
concrete block memiliki kerataan (IP dan RCI) yang rendah dibandingkan dengan beton
aspal (AC), sementara itu pada perkerasan beraspal mudah dibentuk permukaan yang rata
baik saat pembuatannya maupun selama menerima beban (lalulintas dan suhu) asalkan
tanah dasar dan lapis pondasinya cukup kuat dan rata.
7. UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih dan penghargaan tinggi disampaikan kepada seluruh surveyor dan teknisi Bengkel
Perkerasan (Laboratorium Jalan Raya) Program Diploma Teknik Sipil FT UGM dan kawan-kawan lain, atas
ketekunan dan dukungannya dalam penulisan ini. Penulis mengharap adanya kritik dan saran membangun dari
pambaca.

8. DAFTAR PUSTAKA
NCHRP, 2001, Rehabilitation
Washington.

Strategies

for

Highway

Pavements,

TRB-NRC,

Sukirman, S., 1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Badan Penerbit Nova, Bandung.
Willey, C.C., 1935, Principles of Highway Engineering, 2nd Ed., McGraw-Hill, New York.
Yoder, 1975, Principles of Pavement Design, John Wiley and Sons Inc., New York.

Simposium VII FSTPT, Universitas Katolik Parahyangan, 11 September 2004

9. LAMPIRAN
**

LEGENDA :

Jl. Teknika Selatan

3
2

*
4
**
**
C

5
Jl. Yacaranda

VII

6
7

II

IV

*
A
Jl. Bhinneka
VIII
*

IX
C

Jl. Kaliurang

**

II

Pos Polisi Depok

III

Graha Sabha Pramana


UGM

**

III
A

Jl. Kaliurang

VI

Jl. Kesehatan

Magister Manajemen UGM

IV

Fakultas Geografi UGM

Fakultas Farmasi UGM

VI

Fakultas Teknik UGM

VII Rumah Sakit Dr. Sardjito


VIII Jogja Media Net

**

IX

D3 Fakultas Teknik UGM

Fakultas Isipol UGM

XI

Mirota Kampus

Gambar 9. Lokasi Pengukuran Kerataan (di Lingkungan


Kampus UGM)

Lapis Perkerasan AC

12.300

Potongan A-A

Lapis Perkerasan Conblock

11.900

Potongan B-B

Lapis Perkerasan HRA

8.500

Potongan C-C

Gambar 10. Potongan Melintang Jalan Kaliurang (A-A), Jalan


Teknika Jalan Kesehatan (B-B) dan Jalan Yacaranda (C-C)

Anda mungkin juga menyukai