Anda di halaman 1dari 6

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

Umum
Strukur bangunan yang kokoh tidaklah menjadi jaminan sebuah kekuatan jika
berhadapan dengan getaran yang kuat. Terpaan angin pada bangunan yang
tinggi, dan aliran angin yang datang melalui vegetasi di sekitar bangunan juga
mempengaruhi tahanan bangunan terhadapnya. Dalam ruangan terkadang
pengaruh bunyi dapat membuat rasa tidak nyaman pengguna, sehingga perlulah
pengetahuan getaran, gelombang dan bunyi dimiliki seorang perancang strukur
bangunan dalam merancang struktur bangunan yang memiliki kenyaman
terhadap getaran, angin dan bunyi.
Konsep Dasar Getaran, Gelombang dan Bunyi
Getaran adalah gerak osilasi suatu sistem partikel ketika mendapatkan
gangguan (gaya eksternal) mekanik. Hal ini dikarenakan sistem partikel memiliki
ikatan yang sangat elastis (seperti pegas), sehingga ketika satu partikel
melakukan gerak, maka partikel disekitarnya juga akan melakukan hal yang
serupa.

Gambar 1. Ikatan antar Partikel


Gerak osilasi adalah gerak periodik disekitar titik setimbangnya, gerakan ini
dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada gerakan bandul jam ataupun
gerakkan pegas yang ditarik.

Gambar 2. Gerak osilasi bandul


Gerakan oslasi secara bersamaan suatu sistem partikel dinamakan getaran. Jika
getaran ini dteruskan oleh sistem partikel melalui suatu media, maka rambatan
ini dinamakan sebagai gelombang mekanik. Berdasarkan bentuk dari sumber
getaran, maka gelombang dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) gelombang
bundar dan (2) gelombang datar (pulsa).

(a) (b)
Gambar 3. Bentuk gelombang (a) bundar dan (b) datar

Sedangkan berdasarkan gerak perambatan gelombang melalui media, maka


gelombang dapat dibagi menjadi: (1) gelombang transversal dan (2) gelombang
longitudinal.
Gelombang tranversal adalah: gelombang yang arah rambatannya tegak lurus
dengan arah getarannya, contoh: gempa, cahaya. Sedangkan gelombang
longitudinal adalah: gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah
getaranya, contoh: bunyi, angin.

(a) (b)
Gambar 4. Gelombang (a) longitudinal dan (b) tranversal
Gelombang mekanik memiliki tiga karakteristik mekanik, yaitu:
(a) Ketika gelombang merambat dari satu media ke media lainnya, maka
gelombang akan dipantulkan dan diteruskan (dirambatkan),
(b) Ketika gelombang bertemu dengan gelombang mekanik lainnya, maka
gelombang akan mengalami interferensi,

(c)

Ketika

gelombang

menemui

suatu

penghalang

(celah) maka gelombang akan mengalami difraksi.

(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Sifat gelombang (a) dipantulkan, diteruskan; (b) interferensi; dan (c)
difraksi
Gelombang mekanik, selain dapat merambat pada media juga dapat
merambatkan energi, semakin jauh jarak tempuh gelombang semakin berkurang
energinya, atau energi rambatan berbentuk energi kinetik akan berubah kembali
ke bentuk energi potensial. Selain jarak yang dapat mengurangi rambatan
energi, media yang sangat rapat juga dapat mengurangi perambatan energi atau
yang disebut peredaman gelombang/getaran mekanik.
Gelombang mekanik yang merambat dalam energi yang besar, juga dapat
menyebabkan sistem partikel yang berada disekitarnya ikut bergetar atau sering
disebut dengan resonansi makanik. Resonansi mekanik ini yang dapat membuat
suatu sistem partikel mengalami perubahan keelastisitasannya menuju plastik
bahkan patah (fracture), misalnya: gedung-gedung yang terdekat dari sumber
gempa akan hancur sedangkan lokasi bangunan yang lebih jauh namun masih
cukup kuat energi gempa mengenainya akan mengalami keretakan. Jembatan
ataupun gedung pencakar langit yang tidak memiliki kesetimbangan yang cukup
akan beresonansi ketika gelombang angin melewatinya sehingga struktur dapat
saja mengalami kerusakan (runtuh).
Rambatan energi gelombang mekanik dari suatu sumber yang bergetar
jika dapat didengar oleh manusia, maka rambatan itu disebut dengan bunyi.
Sehingga, karakteristik gelombang juga menjadi karakteristik sebuah bunyi.
Penerapan di Keteknikan
Peredaman getaran gempa

Peredaman getaran adalah upaya untuk melemahkan penjalaran energi


gelombang dari sebuah getaran dengan menggunakan grounding (penyaluran)
getaran. Atau, dalam skala laboratorium, berubahnya ayunan harmonik dari
sebuah bandul dalam selang waktu yang singkat ataupun lama. Hambatan dapat
berupa: (1) hambatan udara dan (2) gesekan antar partikel di dalam sistem
materi yang berosilasi (bergetar).
A : Getaran teredam lemah

B : Getaran teredam moderat


C : Getaran teredam kuat

Gambar 6. Pemberian pegas untuk meredam getaran gempa


Dalam keteknikan bangunan, seringkali ditemui penggunaan pegas peredam
(seperti shock brake pada otomotif) pada konstruksi bangunan tinggi yang
bertujuan untuk melemahkan atau meredam amplitudo dan percepatan
gelombang gempa yang melewati lokasi tersebut.

Resonansi getaran dari gelombang tegak


Resonansi adalah: peristiwa ikut bergetarnya suatu materi yang berada dalam
frekuensi alamiah dari materi lain yang bergetar dan menjalarkan gelombang
tegak. Secara matematis kondisi resonansi dua jenis materi ditentukan dengan:

Dimana:
f adalah frekuensi alamiah dari materi yang mengalami resonansi
fO adalah frekuensi alamiah dari materi yang bergetar.
Dalam keteknikan, kondisi bangunan yang mengalami reosnansi sering
disebabkan oleh: (1) alunan angin yang berisolasi di sekitar jembatan gantung
dan gedung tinggi, (2) getaran gempa bumi yang meresonansi bangunanbangunan di sepanjang penjalaran gelombang tegaknya.

Gambar 7. Akibat resonansi angin


Contoh:
Sebuah jembatan layang dapat beresonansi dalam satu kali osilasi (1/2 ) ketika
menerima getaran gempa pada frekuensi 4 Hz. Untuk mengatasi kendala
tersebut, dipasangilah sebuah penahan di pusat gravitasi jembatan. Apakah
pemasangan itu menjadi efektif jika getaran gempa yang datang berada antara
5-6 Hz?

Pemas

angan
penahan
tersebut
membuat
jembatan
dapat
menahan
osilasi
(resonansi) sebesar 2 kali ini berarti dapat
menerima getaran hingga 2.4 Hz = 8 Hz
gempa. Dan, fjembatan > fgempa.
(jembatan kan runtuh jika fjembatan fgempa
selama reosnansi terjadi).

Anda mungkin juga menyukai